TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
BNO merupakan satu istilah medis dari bahasa Belanda yang merupakan
kependekan dari Blass Nier Overzicht (Blass = Kandung Kemih, Nier = Ginjal,
Overzicht = Penelitian). Dalam bahasa Inggris, BNO disebut juga KUB (Kidney
Ureter Blass). Jadi, pengertian BNO adalah suatu pemeriksaan didaerah abdomen /
pelvis untuk mengetahui kelainan-kelainan pada daerah tersebut khususnya pada
sistem urinaria. 1
Urolithiasis
Urolithiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu didalam
saluran ureter.
BPH
BPH (Benigna Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif dari
kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada
jalan urine (urethra).
4. Kontra Indikasi
a. Alergi terhadap media kontras
b. Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung
c. Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung
d. Multi myeloma
e. Neonatus
f. Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah
g. Pasien yang sedang dalam keadaan kolik
Hasil laboratorium ureum <60mg% dan creatinin <2mg% . 6
5. Efek samping
Efek samping yang ditimbulkan oleh media kontras BNO IVP
Efek samping ringan, seperti mual, gatal-gatal, kulit menjadi merah dan
bentol-bentol
Efek samping sedang, seperi edema dimuka/pangkal tenggorokan
Efek samping berat, seperti shock, pingsan, gagal jantung.
Efek samping terjadi pada pasien yang alergi terhadap yodium (makanan
laut) dan kelainan pada jantung.
Pencegahan alergi pada pasien sebelum dimasukan kontras dapat dilakukan
sebagai berikut:
Melakukan skin test. Skin test adalah tes kepekaan kulit terhadap bahan
kontras yang disuntikkan sedikit dipermukaan kulit (subkutan). Bila terjadi
reaksi merah atau bentol diarea itu, segera laporkan radiolog/dokter yang
jaga.
Melakukan IntraVena test setelah skin test dinyatakan aman. IV test yaitu
dengan menyuntikan bahan kontras kurang lebih 3-5cc kedalam vena.
Segera laporkan dokter jika terjadi reaksi.
Memberikan obat pencegahan alergi seperti antihistamin sebelum
pemasukan bahan kontras (contohnya : diphenhydramine).
Tindakan penyembuhan (yang dilakukan setelah bahan kontras itu masuk
tubuh dan menimbulkan alergi)
Reaksi ringan seperti rasa mual dapat diatasi dengan menginstruksikan
pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan melalui mulut.
Reaksi berat diperlukan pengobatan atau pertolongan lainnya atau bila perlu
menghentikan pemeriksaan (sesuai arahan radiolog). . 7
6. Persiapan pemeriksaan
a. Persiapan pasien
Sehari sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk makan-
makanan lunak yang tanpa serat (seperti bubur kecap) maksudnya
supaya makanan tersebut mudah dicerna oleh usus sehingga faeces
tidak keras.
Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) supaya
tidak ada lagi sisa makanan diusus, selanjutnya puasa sampai
pemeriksaan berakhir.
Malam hari pukul 21.00, pasien diminta untuk minum laksatif
(dulcolax) sebanyak 4 tablet.
8 Jam sebelum pemeriksaan dimulai, pasien tidak diperkenankan
minum untuk menjaga kadar cairan.
Pagi hari sekitar pukul 06.00 (hari pemeriksaan), pasien diminta untuk
memasukkan dulcolax supossitoria melalui anus, supaya usus benar-
benar bersih dari sisa makanan / faeces.
Selama menjalani persiapan, pasien diminta untuk tidak banyak bicara
dan tidak merokok supaya tidak ada intestinal gas (gas disaluran
pencernaan)
Tujuan prosedur persiapan pasien tersebut adalah untuk membersihkan usus
(gastro intestinal) dari udara dan faeces yang dapat mengganggu visualisasi dari foto
IVP atau menutupi gambaran ginjal dan saluran-salurannya. Pemeriksaan yang tidak
8
baik terlihat dari bayangan lucent di usus karena udara dan faeces.
7. Prosedur pemeriksaan
Berikut adalah prosedur pemeriksaan BNO IVP:
a. Pasien diwawancarai untuk mengetahui sejarah klinis dan riwayat alergi.
b. Pasien diminta untuk mengisi informed consent (surat persetujuan
tindakan medis setelah pasien dijelaskan semua prosedur pemeriksaan).
c. Buat plain photo BNO terlebih dahulu dengan tujuan Untuk menilai
persiapan yang dilakukan pasien, untuk melihat keadaan rongga abdomen
khususnya tractus urinaria secara umum.,untuk menentukan faktor
eksposi yang tepat untuk pemotretan berikutnya sehingga tidak terjadi
pengulangan foto karena kesalahan faktor eksposi.
d. Jika hasil foto BNO baik, lanjutkan dengan melakukan skin test dan IV
test sebelum dimasukkan bahan kontras melalui vena fossa cubiti
e. Sebelum melakukan penyuntikan, pasien ditensi terlebih dahulu.
f. Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan menginstruksikan
pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan dari mulut guna
menminialkan rasa mual yang mungkin dirasakan pasien
g. Membuat foto 5 menit post injeksi
h. Membuat foto 15 menit post injeksi
i. Membuat foto 30 menit post injeksi
j. Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air kecil
(pengosongan blass) kemudian difoto lagi post mixi.
Foto IVP bisa saja dibuat sampai interval waktu berjam-jam jika kontras
belum turun. 10
9. Davey, Patrick. 2006. At a Glance Med icine. Jakarta : Erlangga. pp. 110-1
10. De Jong W, Sjamsuhidajat R. 2005. Buku Ajar Ilmu Beda h. Edisi 2. Ja karta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp. 570-9.
14. Palmer, 2002. Panduan Pemeriksaan Diagnostik USG. Jakarta: EGC. pp.
pp. 141
68
69
Rodriguez, Vazgue z., Rodrigue z, Perez. 2010. Frequency and Clinical Course
of Biliary Lithiasis In Patient With Severe Preeclampsia . Journal of
Gynecology of Mexico. No 78 V ol 11. pp. 583-9.
Sherwood, La ura lee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta:
EGC pp. 565-70.
Snell, Ric ha rd S. 2006. Anatomi Klin ik . Jakarta : EGC. pp. 240-247, 289-90
Sudoyo, Aru. W. 2007. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM VOL I. Jakarta :
FKUI. p . 479-81
Sula iman, A li, et al. 2007. BUKU AJAR PENYAKIT HATI. Jakarta: Jayabadi. pp.
161-77
69
70
70