LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi sekarang ini, banyak sekali perubahan baik ilmu pengetahuan,
Kebidanan sebagai profesi dan bidan sebagai tenaga profesional juga dituntut untuk
kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerja sama dengan anggota tim
kesehatan lainnya.
Tenaga bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang peranan penting
dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan WHO menyatakan bahwa bidan
merupakan “back bone” untuk mencapai target-target global, nasional maupun daerah.
Hal ini disebabkan karena bidan merupakan tenaga kesehatan yang melayani pasien
selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada garis
Rumusan Masalah
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan pengertian hipospadia.
2. Menjelaskan tanda dan gejala hipospadia.
3. Menjelaskan penyebab hipospadia.
4. Menjelaskan penetalaksanaan hipospadia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. OBSTRUKSI BILIARIS
Obstruksi Biliaris adalah suatu kelainan bawaan dimana terjadi penyumbatan pada
saluran empedu sehingga cairan empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk
Penyebab obstruksi biliaris sendiri belum diketahui secara pasti yang tersumbatnya
saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan
didalam feses.
1) Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi
ikterus
2) Perut agak membuncit
Apabila terjadi obstruksi biliaris persisten, empedu yang terbendung dapat mengalami
infeksi, menimbulkan kolangitis dan abses hepar. Kekurangan empedu dalam usus halus
mempengaruhi absorpsi lemak dan zat yang terlarut dalam lemak (misalnya beberapa
jenis vitamin).
Obstruksi akut duktus biliaris utama pada umumnya disebabkan oleh batu empedu.
Secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering terjadi
infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan timbul demam.
Obstuksi biliaris yang berulang menimbulkan fibrosis traktus portal dan regenerasi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, adanya tanda
ikterus atau kuning pada kulit, pada mata dan dibawah lidah. Pada pemeriksaan perut, hati
fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar bilirubin direk. Disamping itu
dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase, GGT dan faktor
pembekuan darah.
sejumlah obat. Obat-obat tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-
empedu dan saluran empedu. Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan
structural seperti tumor. USG merupakan pemeriksaan paling murah, paling aman dan
paling peka untuk memberikan gambaran dari kandung empedu dan saluran empedu.
Dengan USG, dokter dengan mudah bisa mengetahui adanya batu empedu didalam
kandung empedu. USG dengan mudah membedakan sakit kuning (jaundice) yang
disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh
kelainan fungsi sel hati. USG Doppler bisa digunakan untuk menunjukkan aliran
darah dalam pembuluh darah dihati. USG juga bisa digunakan sebagai penuntun pada
radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh dan diikat oleh organ tertentu.
Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma yang dipasangkan pada sebuah
komputer.
saluran empedu. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari
10) CT scan bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan
untuk mencari tumor. Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difusi
(tersebar), seperti perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati yang menebal secara
11) MRI memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan. Pemeriksaan ini
lebih mahal dari CT scan, membutuhkan waktu lebih lama dan penderita harus
suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut, melewati lambung dan usus dua belas
jari, menuju ke saluran empedu. Suatu zat radiopak kemudian disuntikkan ke dalam
saluran empedu dan diambil foto rontgen dari saluran empedu. Pemeriksaan ini
dimasukkan melalui kulit kedalam hati, kemudian disuntikkan zat radiopak ke dalam
salah satu dari saluran empedu. Bisa digunakan USG untuk menuntun masuknya
didalam hati.
14) Kolangiografi operatif yaitu menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada
rontgen. Selama suatu pembedahan, zat tersebut disuntikkan secara langsung kedalam
saluran empedu. Foto rontgen akan menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran
empedu.
15) Foto rontgen sederhana sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.
16) Pemeriksaan Biopsi hati yaitu untuk melihat struktur organ hati apakah terdapat
sirosis hati atau komplikasi lainnya. Laparotomi biasanya dilakukan sebelum bayi
berumur 2 bulan.
Dapat mengetahui setiap faktor resiko yang dimiliki, sehingga bisa mendapatkan
promotif diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat. maka penyumbatan
Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk
empedu) seperti harus terpenuhinya nutrisi selama hamil seperti asam folat, vitamin B
kompleks dan protein dengan keadaan fisik yang menunjukan anak tampak ikterik, feses
dapat berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor.
Dapat pula upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopi baik
sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat dapat
dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa naso
bilier, pipa T pada duktus koledokus, atau kolesistostomi. Drenase interna dapat
dilakukan dengan membuat pintasan bilio digestif. Drenase interna ini dapat berupa
jejunustomi.
B. HIPOSPADIA
1. Pengertian hipospadia
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah dan spadon
yang berarti keratan yang panjang..Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana
meatus uretra eksterna berada di bagian permukaan ventral penis dan lebih ke
proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glanss penis) (Arif Mansjoer, 2000).
Hipospadia adalah kelainan bawaan berupa urethra yang terletak di bagian bawah
dekat pangkal penis (Ngastiyah, 2005).
Berdasarkan dari dua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hipospadia adalah
suatu kelainan bawaan sejak lahir dimana lubang uretra terdapat di penis bagian
bawah bukan diujung penis. Sebagaian besar anak dengan kelainan hipospadia
memiliki bentuk batang penis yang melengkung. Biasanya di sekitar lubang kencing
abnormal tersebut terbentuk jaringan ikat (fibrosis) yang bersifat menarik dan
mengerutkan kulit sekitarnya. Jika dilihat dari samping, penis tampak melengkung
seperti kipas (chordee, bahasa latin); secara spesifik jaringan parut di sekitar muara
saluran kencing kemudian disebut chordee. Tidak setiap hipospadia memiliki chordee.
Seringkali anak laki-laki dengan hipospadia juga memiliki kelainan berupa testis yang
belum turun sampai kekantung kemaluannya (undescended testis). Hipospadia
merupakan kelainan bawaan yang jarang ditemukan, dengan angka kekerapan 1 kasus
hipospadia pada setiap 250-400 kelahiran bayi laki-laki hidup.
2. Etiologi
Hipospadia hasil dari fusi yang tidak lengkap dari lipatan uretra
terjadi pada usia kehamilan pada minggu ke 8 dan ke 14. Diferensiasi seksual laki-
laki pada umumnya tergantung pada hormone testosteron, dihydrotestosteron, dan
ekspresi reseptor androgen oleh sel target. Gangguan dalam keseimbangansistem
endokrin baik faktor-faktor endogen atau eksogen dapat menyebabkanhipospadia.
Indikasi untuk beberapa faktor risiko lain juga telah dilaporkan. Namun,
etiologi hipospadia masih belum diketahui. (Brouwers, 2006).
1. Metabolisme Androgen
Diferensiasi seksual yang normal tergantung pada testosteron dan
metabolismenya bersamaan dengan kehadiran reseptor androgen fungsional.
Gangguan genetik dalam jalur metabolisme androgen dapat menyebabkan hipospadia.
Meskipun kelainan dalam metabolism androgen dapat menyebabkan hipospadia yang
berat, namun tidak dapat menjelaskan etiologi terjadinya hipospadia yang sedang dan
ringan. (Baskin, 2000)
2. Gangguan Endokrin
Salah satu penyebab hipospadia disebabkan adanya kontaminasi lingkungan,
dimana dapat mengintervensi jalur androgen yang normal dandapat mengganggu
sinyal seluler. Hal ini dapat diketahui dari beberapa bahan yang sering dikonsumsi
oleh manusia yang banyak mengandung aktivitas ekstrogen, seperti pada insektisida
yang sering digunakan untuk tanaman, estrogen alami pada tumbuhan, produk-produk
plastik, dan produk farmasi. Selain itu, banyak bahan logam yang digunakan untuk
industry makanan, bagian dalamnya dilapisi oleh bahan plastic yang mengandung
substansi estrogen. Substansi estrogen juga dapat ditemukan pada air laut dan air
segar, namun jumlahnya hanya sedikit. Ketika estrogen tersebut masuk ke dalam
tubuh hewan, jumlah estrogen paling tinggi berada pada puncak rantai makanan,
seperti kain besar, burung, mamalia laut dan manusia, sehingga menyebabkan
kontaminasi estrogen yang cukup besar. Pada beberapa spesies, kontaminasi estrogen
dapat mempengaruhi fungsi reproduksi dan kesehatan. Sebagai contoh, terjadi
penipisan kulit telur karena pengaruh estrogen. (Baskin, 2000)
3. Faktor Genetik
Usia ibu saat melahirkan dapat menjadikan salah satu faktor resiko terjadinya
hipospadia. Sebuah langsung korelasi terlihat antara usia ibu yang tua dapat
meningkatkan kejadian hipospadia, dan lebih ditandai dengan bentuk parah dari cacat
lahir. (Fisch, 2001)
3. Tanda dan gejala
a. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah
penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
b. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung
penis.
c. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang
hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
d. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
e. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
f. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
g. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan prosedur
pembedahan pada hipospadia adalah:
1. Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee.
2. Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis(Uretroplasti).
3. Untuk mengembalikan aspek normal dari genitalia eksterna (kosmetik).Pembedahan
dilakukan berdasarkan keadaan malformasinya. Padahipospadia glanular uretra distal ada
yang tidak terbentuk, biasanya tanpa recurvatum, bentuk seperti ini dapat direkonstruksi
dengan flap lokal (misalnya, prosedur Santanelli, Flip flap, MAGPI [meatal advance and
glanulo plasty], termasuk preputium plasty).
Operasi sebaiknya dilaksanakan pada saat usia anak yaitu enam bulansampai usia
prasekolah. Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar
bahwa ia begitu spesial, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana
anak yang lain biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus
melakukannya dengan jongkok agar urin tidak merembes ke mana-mana. Anak yang
menderita hipospadia hendaknya jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan dengan tindakan
operasi rekonstruksi yang akan mengambil kulit preputium penis untuk menutup lubang
dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada penderita hipospadia.
Tahapan operasi rekonstruksi antara lain:
1. Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin.Hal ini
dikarenakan pada penderita hipospadia biasanya terdapat suatuchorda yang
merupakan jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis penderita bengkok.
Langkah selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit
preputium penis untuk menutup sulcus uretra.
2. (Uretroplasty). Tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa
naficularis pada glans penis. Uretroplasty yaitu membuat fassanaficularis baru
pada glans penis yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang
telah terbentuk sebelumnya melalui tahap pertama.
Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah penanganan
pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat digunakan untuk lewat urin
karena biasanya dokter akan memasang sonde untuk memfiksasi canalis uretra yang
dibentuknya. Urin untuk sementara dikeluaskan melalui sonde yang dimasukkan pada
vesica urinaria (kandungkemih) melalui lubang lain yang dibuat olleh dokter bedah
sekitar daerah di bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.
BAB III
TINJAUAN KASUS
SOAP
A. Obstruksi Biliaris
a. Data subjektif
b. Data objektif
c. Analisa
d. Penatalaksanaan
B. Hipospadia
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
c. Analisa
d. Penatalaksanaan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA