Anda di halaman 1dari 5

A.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG CKD


Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain:
1) Pemeriksaan lab.darah
 hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
 RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
 LFT (liver fungsi test )
 Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
 koagulasi studi
PTT, PTTK
 BGA
2) Urine
 urine rutin
 urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3) pemeriksaan kardiovaskuler
 ECG
 ECO
4) Radidiagnostik
 USG abdominal
 CT scan abdominal
 BNO/IVP, FPA
 Renogram
 RPG ( retio pielografi )

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG BPH


Menurut Haryono (2012) pemeriksaan penunjang BPH meliputi :
1) Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingter anus
mukosa rectum kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat.
2) Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat juga keadaan buli-
buli termasuk residual urine.
3) Urinalisis dan kultur urine
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (Red Blood Cell)
dalam urine yang memanifestasikan adanya pendarahan atau hematuria (prabowo
dkk, 2014).
4) DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan internal dalam
abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan abdomen dan diperiksa jumlah sel
darah merahnya.
5) Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data
pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi dari BPH.
6) PA(Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi. Sampel jaringan
akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk 12 mengetahui apakah hanya bersifat
benigna atau maligna sehingga akan menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG Ca Buli


1) Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Biasanya tidak ditemukan kelainan selain hematuria. Anemia dapat dijumpai
sebagai tanda adanya perdarahan kronis atau pendesakan sel metastasis ke
sumsum tulang, sedangkan uremia dapat dijumpai bila tumor menyumbat
kedua muara ureter baik karena obstruksi tumornya sendiri atau
limfadenopati.
2) Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, dan foto torax.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan traktus urinarius yaitu
berupa adanya gangguan fungsi ekskresi ginjal, hidronefrosis, hidroureter,
dan filling defect pada buli-buli; menilai infiltrasi tumor ke dinding buli-
buli; dan melihat adanya metastase regional atau jauh.
3) Pemeriksaan Sistoskopi dan Biopsi
Pada persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan sistoskopi
adalah mutlak dilakukan, bila perlu dapat dilakukan CT-Scan. Pada
pemeriksaan sistoskopi, dapat dilihat adanya tumor dan sekaligus dapat
dilakukan biopsi atau reseksi tumor yang juga merupakan tindakan
pengobatan pada tumor-tumor superficial.

B. PENATALAKSANAAN
1. PENATALAKSANAAN CKD
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1) Konservatif
 Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
 Observasi balance cairan
 Observasi adanya odema
 Batasi cairan yang masuk
2) Dialysis
 peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang
bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis )
 Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
 AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
 Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
3) Operasi
 Pengambilan batu
 transplantasi ginjal

2. PENATALAKSANAAN BPH
Menurut Haryono (2012) penatalaksaan BPH meliputi :
1). Terapi medikamentosa
 Penghambat adrenergik, misalnya prazosin, doxazosin, afluzosin.
 Penghambat enzim, misalnya finasteride
 Fitoterapi, misalnya eviprostat
2). Terapi bedah Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya
gejala dan komplikasi, adapun macam-macam tindakan bedah meliputi:
a. Prostatektomi
 Prostatektomi suprapubis , adalah salah satu metode mengangkat kelenjar
melalui insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat kedalam kandung kemih
dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
 Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi
dalam perineum.
 Prostatektomi retropubik, adalah suatu teknik yang lebih umum di banding
[endekatan suprapubik dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati
kelenjar prostat yaitu antara arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki
kandung kemih.

b. Insisi prostat transurethral (TUIP)

Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen melalui
uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30 gr / kurang)
dan efektif dalam mengobati banyak kasus dalam BPH.

c. Transuretral Reseksi Prostat (TURP)


Adalah operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
resektroskop dimana resektroskop merupakan endoskopi dengan tabung 10-3-F untuk
pembedahan uretra yang di lengkapi dengan alat pemotong dan counter yang di
sambungkan dengan arus listrik

3. PENATALAKSANAAN Ca Buli
Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya (yang
didasarkan pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat invasi
local serta ada tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut (apakah
tumor tersebut memiliki banyak pusat).Usia pasiaen dan status fisik, mental serta
emosional harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk terapinya.
1) Reseksi transuretra (TUR) atau vulgurasi (kauterisasi)
dapat dilakukan pada papiloma yang tunggal (tumor epitel benigna) prosedur ini
akan melenyapkan tumor lewat insisi bedah atau arus listrik dengan menggunakan
instrument yang dimasukkan melalui uretra.
2) Kemoterapi
dengan menggunakan kombinasi metotreksat, vinblastin, doxorubisin
(adreamisin) dan cisplatin (M-VAC) terbukti efektif untuk menghasilkan remisi
parsial karsinoma sel transisional kandung kemih pada sebagian pasien.
Kemoterapi intra vena dapat dapat dilakukan bersama dengan terapi radiasi.
3) Radiasi tumor
dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroekstensi
neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan timbulnya kanker
tersebut didaerah sekitarnya atau kemungkinan penyebaran sel-sel kanker lewat
sirkulasi darah atau system infatik dapat dikurangi.Terapi radiasi juga dilakukan
bersama pembedahan atau dilakukan untuk mengendalikan penyakit pada pasien
dengan tumor yang tidak dapat dioperasi.
4) Sistektomi sederhana (pengangakatan kandung kemih) atau sistektomi radikal
dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal.Sistektomi
radikal pada pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus
seminalis dan jaringan vesikal disekitarnya.Pada wanita, sistektomi radikal
meliputi pengangkatan kandung kemih, ureter bagian bawah, uterus, tuba fallopi,
ovarium, vagina anterior dan uretra.Operasi ini dapat mencakup pula
limfadenektomis (pengangkatan nodus limfatikus).Pengangkatan kandung kemih
memerlukan prosedur difersi urin (mengalihkan aliran urin dari kandung kemih
ketempat keluar yang baru, yang biasanya melalui lubang yang dibuat lewata
pembedahan pada kulit (stoma)

C. KOMPIKASI
1.KOMPLIKASI CKD
Secara umum komplikasi pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh berkurangnya
kemampuan ginjal untuk mengekskresikan zat-zat berlebihan dalam tubuh. Zat-zat ini
dapat berupa: urea, kalium, fosfat. Penyebab komplikasi pada ginjal lain adalah
berkurangnya produksi darah akibat kematian jaringan ginjal yang ireversibel yang
menyebabkan produksi eritropoietin yang berkurang. Penyakit-penyakit yang dapat timbul
akibat penyakit ginjal kronis adalah sebagai berikut:

1). Sindrom Uremia14: sindrom uremia disebabkan oleh akumulasi urea dalam darah.
Akumulasi ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan ginjal untuk
mengekskresikan urea sehingga urea diabsorbsi kembali ke peredaran darah dan
terakumulasi di darah. Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh uremia antara
lain:

 Sistem Saraf Pusat: kelelahan, gangguan memori, insomnia, nyeri kepala,


kebingungan, ensefalopati (infeksi pada system saraf pusat)
 System saraf perifer: keram, neuropati perifer
 Gastrointestinal: anorexia, mual/muntah, gastroparesis, ulkus gastrointestinal
 Hematologi: anemia, gangguan hemostasis
 Kardiovaskular: hipertensi, atherosclerosis, penyakit arteri coroner, pericarditis,
edema pulmonal
 Kulit: gatal-gatal, kulit kering, uremic frost (sekresi urea yang berlebihan melalui
kelenjar keringat)
 Nutrisi: malnutrisi, berat badan menurun, katabolisme otot
2). Hypoalbuminemia: hipoalbumin pada darah disebabkan oleh ekskresi albumin
yang berlebihan oleh ginjal yang ditandai dengan proteinuria pada urinalisis. Secara
umum gejala albuminuria ditandai dengan edema pada wajah atau tungkai, dapat
terjadi juga edema yang mengancam nyawa misalnya seperti edema paru

3). Gagal Jantung Kongestif: penyakit ini juga disebut “high-output heart failure”
penyakit ini pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh tingginya volume darah akibat
retensi cairan dan natrium pada ginjal. Peningkatan volume darah menyebabkan
jantung tidak dapat memompa secara adekuat dan menyebabkan gagal jantung.

4). Anemia: Anemia pada penyakit ginjal kronis secara umumnya disebabkan oleh
penurunan produksi eritropoietin dalam ginjal dimana eritropoietin berfungsi sebagai
hormone untuk maturasi sel darah merah. Mekanisme lain anemia adalah
berkurangnya absorpsi besi dan asam folat dari pencernaan sehingga terjadi defisiensi
besi dan asam folat.

5). CKD-MBD (Chronic Kidney Disease-Mineral Bone Disorder) 15: merupakan kelainan
tulang yang disebebkan oleh penyakit ginjal kronis yang disebabkan oleh bebebrapa
hal:

 Kelainan pada mineral seperti kalsium, fosfat, dan kelainan pada hormone
paratiroid serta vitamin D:
 Kelainan pada pembentukan tulang;
 Kalsifikasi sel-sel vascular

2. KOMPLIKASI BPH
Menurut Widijanto ( 2011 ) komplikasi BPH meliputi :
1) Aterosclerosis
2) Infark jantung
3) Impoten
4) Haemoragik post operasi
5) Fistula
6) Struktur pasca operasi dan inconentia urin
7) Infeksi

3. KOMPLIKASI Ca Buli
1) Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2) Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
3) Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi

Anda mungkin juga menyukai