PEMERIKSAAN PENUNJANG
B. PENATALAKSANAAN
1. PENATALAKSANAAN CKD
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1) Konservatif
Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
Observasi balance cairan
Observasi adanya odema
Batasi cairan yang masuk
2) Dialysis
peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang
bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis )
Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
3) Operasi
Pengambilan batu
transplantasi ginjal
2. PENATALAKSANAAN BPH
Menurut Haryono (2012) penatalaksaan BPH meliputi :
1). Terapi medikamentosa
Penghambat adrenergik, misalnya prazosin, doxazosin, afluzosin.
Penghambat enzim, misalnya finasteride
Fitoterapi, misalnya eviprostat
2). Terapi bedah Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya
gejala dan komplikasi, adapun macam-macam tindakan bedah meliputi:
a. Prostatektomi
Prostatektomi suprapubis , adalah salah satu metode mengangkat kelenjar
melalui insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat kedalam kandung kemih
dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi
dalam perineum.
Prostatektomi retropubik, adalah suatu teknik yang lebih umum di banding
[endekatan suprapubik dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati
kelenjar prostat yaitu antara arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki
kandung kemih.
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen melalui
uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30 gr / kurang)
dan efektif dalam mengobati banyak kasus dalam BPH.
3. PENATALAKSANAAN Ca Buli
Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya (yang
didasarkan pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat invasi
local serta ada tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut (apakah
tumor tersebut memiliki banyak pusat).Usia pasiaen dan status fisik, mental serta
emosional harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk terapinya.
1) Reseksi transuretra (TUR) atau vulgurasi (kauterisasi)
dapat dilakukan pada papiloma yang tunggal (tumor epitel benigna) prosedur ini
akan melenyapkan tumor lewat insisi bedah atau arus listrik dengan menggunakan
instrument yang dimasukkan melalui uretra.
2) Kemoterapi
dengan menggunakan kombinasi metotreksat, vinblastin, doxorubisin
(adreamisin) dan cisplatin (M-VAC) terbukti efektif untuk menghasilkan remisi
parsial karsinoma sel transisional kandung kemih pada sebagian pasien.
Kemoterapi intra vena dapat dapat dilakukan bersama dengan terapi radiasi.
3) Radiasi tumor
dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroekstensi
neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan timbulnya kanker
tersebut didaerah sekitarnya atau kemungkinan penyebaran sel-sel kanker lewat
sirkulasi darah atau system infatik dapat dikurangi.Terapi radiasi juga dilakukan
bersama pembedahan atau dilakukan untuk mengendalikan penyakit pada pasien
dengan tumor yang tidak dapat dioperasi.
4) Sistektomi sederhana (pengangakatan kandung kemih) atau sistektomi radikal
dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal.Sistektomi
radikal pada pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus
seminalis dan jaringan vesikal disekitarnya.Pada wanita, sistektomi radikal
meliputi pengangkatan kandung kemih, ureter bagian bawah, uterus, tuba fallopi,
ovarium, vagina anterior dan uretra.Operasi ini dapat mencakup pula
limfadenektomis (pengangkatan nodus limfatikus).Pengangkatan kandung kemih
memerlukan prosedur difersi urin (mengalihkan aliran urin dari kandung kemih
ketempat keluar yang baru, yang biasanya melalui lubang yang dibuat lewata
pembedahan pada kulit (stoma)
C. KOMPIKASI
1.KOMPLIKASI CKD
Secara umum komplikasi pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh berkurangnya
kemampuan ginjal untuk mengekskresikan zat-zat berlebihan dalam tubuh. Zat-zat ini
dapat berupa: urea, kalium, fosfat. Penyebab komplikasi pada ginjal lain adalah
berkurangnya produksi darah akibat kematian jaringan ginjal yang ireversibel yang
menyebabkan produksi eritropoietin yang berkurang. Penyakit-penyakit yang dapat timbul
akibat penyakit ginjal kronis adalah sebagai berikut:
1). Sindrom Uremia14: sindrom uremia disebabkan oleh akumulasi urea dalam darah.
Akumulasi ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan ginjal untuk
mengekskresikan urea sehingga urea diabsorbsi kembali ke peredaran darah dan
terakumulasi di darah. Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh uremia antara
lain:
3). Gagal Jantung Kongestif: penyakit ini juga disebut “high-output heart failure”
penyakit ini pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh tingginya volume darah akibat
retensi cairan dan natrium pada ginjal. Peningkatan volume darah menyebabkan
jantung tidak dapat memompa secara adekuat dan menyebabkan gagal jantung.
4). Anemia: Anemia pada penyakit ginjal kronis secara umumnya disebabkan oleh
penurunan produksi eritropoietin dalam ginjal dimana eritropoietin berfungsi sebagai
hormone untuk maturasi sel darah merah. Mekanisme lain anemia adalah
berkurangnya absorpsi besi dan asam folat dari pencernaan sehingga terjadi defisiensi
besi dan asam folat.
5). CKD-MBD (Chronic Kidney Disease-Mineral Bone Disorder) 15: merupakan kelainan
tulang yang disebebkan oleh penyakit ginjal kronis yang disebabkan oleh bebebrapa
hal:
Kelainan pada mineral seperti kalsium, fosfat, dan kelainan pada hormone
paratiroid serta vitamin D:
Kelainan pada pembentukan tulang;
Kalsifikasi sel-sel vascular
2. KOMPLIKASI BPH
Menurut Widijanto ( 2011 ) komplikasi BPH meliputi :
1) Aterosclerosis
2) Infark jantung
3) Impoten
4) Haemoragik post operasi
5) Fistula
6) Struktur pasca operasi dan inconentia urin
7) Infeksi
3. KOMPLIKASI Ca Buli
1) Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2) Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
3) Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi