Anda di halaman 1dari 29

Obstruksi Biliaris

A.   Gambaran Umum Obstruksi Bliaris

            Antara hati dan usus halus terdapat saluran yang berfungsi sebagai tempat

mengalirnya empedu yang di produksi hati menuju usus. Jika saluran ini tersumbat,

maka hal ini disebut sebagai obstruksi biliaris (Sarjadi, 2000).  Penyebab obstruksi

biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir

kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses (Ngastiyah, 2005).

Obstruksi duktus biliaris ini sering ditemukan, kemungkinan desebabkan:

1.    Batu empedu

2.    Karsinoma duktus biliaris

3.    Karsinoma kaput panksreas

4.    Radang duktus biliaris komunis yang menyebabkan striktura

5.    Ligasi yang tidak sengaja pada duktus biliaris komunis (Sarjadi, 2000)

            Penderita tampak ikterik, akan sangat berat apabila obstruksi tidak dapat

diatasi, bilirubin serum yang terkonjugasi meningkat, feses pucat dan urine berwarna

gelap (pekat). Biasanya terdapat juga peningkatan kadar alkalin fosfate serum terutama

transaminase. (Sarjadi,2000)

       Apabila terjadi obstruksi biliaris persisten, empedu yang terbendung dapat

mengalami infeksi, menimbulkan kolangitis dan abses hepar. Kekurangan empedu

dalam usus halus mempengaruhi absorpsi lemak dan zat yang terlarut dalam lemak

(misalnya beberapa jenis vitamin) (Sarjadi,2000).

a.    Penyakit Duktus Biliaris Intrahepatik


            Gambaran yang mirip dengan obstruksi biliaris dapat disebabkan oleh penyakit

duktus biliaris intrahepatik, seperti :

1)     Atresia Biliaris

Merupakan suatu kondisi kelainan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak

berkembang secara normal.

2).   Sirosis biliaris primer

Secara histologis kerusakan duktus tampak dikelilingi infiltrasi limfosit yang padat dan

sering timbul granuloma.

3).   Kolangitis sklerosing

Merupakan radang kronis yang mengenai duktus biliaris intrahepatik.

4).   Reaksi obat kolestatik

       Obat-obatan long-acting lebih menyebabkan kerusakan hepar dibandingkan dengan

obat-obatan short-acting (Sarjadi, 2000).

Gambar 2.1 sistem biliaris

http://www.procto-med.com/biliary-system-diagram/

b.    Obstruksi Biliaris Akut

           Obstruksi akut duktus biliaris utama pada umumnya disebabkan oleh batu

empedu. Secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian

sering terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan timbul

demam. Kolangitis dapat belanjut menjadi abses hepar (Sarjadi, 2000).

           Obstuksi biliaris yang berulang menimbulkan fibrosis traktus portal dan

regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder (Sarjadi,

2000).
B.   Patofisiologi

            Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding misalnya

ada tumor, atau penyempitan karena trauma(iatrogenik). Batu empedu dan cacing

askariasis sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran.

Pankreatitis, tumor caput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor

ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan saluran empedu dari

luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprodjo, 1995)

            Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara

lain kista koledokus, abses amuba pada lokasi tertentu, di ventrikel duodenum dan

striktur sfingter papila vater. (Reskoprojo,1995)

            Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat

biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang

berhubungan dengan obstruksi empedu tidak jelas. Sebagian percaya mungkin

berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit. Lain menyarankan mungkin

berkaitan dengan pelepasan opioid endogen (Judarwanto,2009).

            Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga

empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin )

didalam feses. (Ngastiyah, 2005)

Kemungkinan penyebab saluran empedu tersumbat meliputi:

1.    Kista dari saluran empedu

2.    Lymp node Diperbesar dalam porta hepatis

3.     Batu empedu

4.    Peradangan dari saluran-saluran empedu


5.    Trauma cedera termasuk dari operasi kandung empedu

6.    Tumor dari saluran-saluran empedu atau pankreas

7.    tumor yang telah menyebar ke sistem empedu (Zieve David,2009)

C.   Gejala

1.    Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus

2.    Kemudian feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul

3.    Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen

4.    Perut sakit di sisi kanan atas    

5.    Demam

6.    Mual dan muntah (Zieve David,2009)

D.   Diagnosis

       Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, adanya

tanda ikterus atau kuning pada kulit, pada mata dan di bawah lidah. Pada pemeriksaan

perut, hati teraba membesar kadang juga disertai limfa yang membesar.

Pemeriksaan Laboratorium dan Imaging

1.    Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)

Pemeriksaan darah dilakukan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat

peningkatan kadar bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT,

SGPT, alkali fosfatase, GGT. Dan faktor pembekuan darah.

2.    Rontgen perut (tampak hati membesar)


3.    Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif

Yaitu dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk

mengetahui kondisi saluran empedu. Pemeriksaan kolangiogram intraoperatif dilakukan

dengan visualisasi langsung untuk mengetahui patensi saluran bilier sebelum dilakukan

operasi Kasai.

4.    Breath test

Dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah

obat.  Obat-obat tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral (ditelan)

maupun intravena (melalui pembuluh darah).

Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat

yang dimetabolisir oleh hati.

5.    USG

Menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan

saluran empedu. Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan struktural, seperti

tumor. USG merupakan pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk

memberikan gambaran dari kandung empedu dan saluran empedu. Dengan USG,

dokter dengan mudah bisa mengetahui adanya batu empedu di dalam kandung

empedu. USG dengan mudah membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan

oleh penyumbatan saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan

fungsi sel hati. USG Doppler bisa digunakan untuk menunjukkan aliran darah dalam

pembuluh darah di hati. USG juga bisa digunakan sebagai penuntun pada saat

memasukkan jarum untuk mendapatkan contoh jaringan biopsi.


6.    Imaging radionuklida (radioisotop)

Menggunakan bahan yang mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam

tubuh dan diikat oleh organ tertentu. Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma

yang dipasangkan pada sebuah komputer.

7.    Skening hati

Merupakan penggambaran radionuklida yang menggunakan substansi radioaktif, yang

diikat oleh sel-sel hati.

8.    Koleskintigrafi

Menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran empedu.

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu

(kolesistitis).

9.    CT scan

Bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk

mencari tumor. Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar), seperti

perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati yang menebal secara abnormal

(hemokromatosis). Tetapi karena menggunakan sinar X dan biayanya mahal,

pemeriksaan ini tidak banyak digunakan.

10.  MRI

Memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan. Pemeriksaan ini lebih

mahal dari CT scan, membutuhkan waktu lebih lama dan penderita harus berbaring

dalam ruangan yang sempit, menyebabkan beberapa penderita mengalami

klaustrofobia (takut akan tempat sempit).

11.  Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd


Merupakan suatu pemeriksaan dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut,

melewati lambung dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu. Suatu zat

radiopak kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu dan diambil foto rontgen dari

saluran empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan pada pankreas

(pankreatitis) pada 3-5% penderita.

12.  Kolangiografi transhepatik perkutaneus

Menggunakan jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian

disuntikkan zat radiopak ke dalam salah satu dari saluran empedu. Bisa digunakan

USG untuk menuntun masuknya jarum. Rontgen secara jelas menunjukkan saluran

empedu, terutama penyumbatan di dalam hati.

13.  Kolangiografi operatif

Menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen. Selama suatu pembedahan,

zat tersebut disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu. Foto rontgen akan

menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran empedu.

14.  Foto rontgen sederhana

sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.

15.   Pemeriksaan Biopsi hati

Untuk melihat struktu organ hati apakah terdapat sirosis hati atau kompilkasi lainnya.

Laparotomi biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.

16.  Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan). (Indonesia, USA &

internasional berkumpul, 2000)

E.     Pencegahan
            Dapat mengetahui setiap faktor risiko yang dimiliki, sehingga bisa mendapatkan

prompt diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu

sendiri tidak dapat dicegah. (Attasaranya S, Fogel EL,2008).

            Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua

untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan

saluran empedu), dengan keadaan fisik yang menunjukan  anak tampak ikterik, feses

pucat dan urine berwarna gelap (pekat). (Sarjadi,2000)

F.    Penatalaksanaan

            Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan

untuk menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan

tersebut dapat berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi

tumor. Dapat pula upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopi

baik melalui papila vater atau dengan laparoskopi. (Reksoprodjo, 1995)

Gambar 2.2 saluran empedu empedu memegang stent terbuka, memulihkan aliran empedu
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/presentations/100199_4.htm

            Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan

penyebab sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang

terhambat dapat dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan

pemasangan pipa naso bilier, pipa T pada duktus koledokus, atau kolesistostomi.

Drenase interna dapat dilakukan dengan membuat pintasan bilio digestif. Drenase

interna ini dapat berupa kelesisto-jejunostomi, koledoko-duodenostomi, koledoko-

jejunustomi atau hepatiko-jejunustomi. (Reksoprodjo, 1995)

1.    Penatalaksanaan Keperawatan


Pertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan

kebutuhan, serta menghindarkan kontak infeksi). Berikan penjelasan kepada orang tua

bahwa keadaan kuning pada bayinya berbeda dengan bayi lain yang kuning karena

hiperbilirubinemia biasa yang dapat hanya dengan terapi sinar atau terapi lain. Pada

bayi ini perlu tindakan bedah karena terdapatnya penyumbatan ( Ngastiyah, 2005).

2.    Penatalaksanaan Medisnya ialah dengan operasi ( Ngastiyah, 2005).

Referensi :

Reskoprojo soelarto, 1995. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta. Binarupa  Aksara
Noer Sjaifoelah, 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.  Jakarta. Balai Penerbit FKUI
Sarjadi, 2000. Patologi umum dan sistematik. Jakarta. EGC
Ngastiyah, 2005. Perawatan anak sakit.Jakarta. EGC
David zieve, 2009. Medical Clinics of North America.  http://www.healthscout.com. 6/11/2010
Fahmi raden, 2009. Biologi hati dan kandung empedu. http://forum.um.ac.id. 6/11/2010
Indonesia, USA & internasional berkumpul,2000. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk Penyakit Hati & Kandung Empedu. http://www.indonesiaindonesia.com/f/10875-pemeriksaan-
diagnostik/. 10/11/2010
Attasaranya S, 2008. Choledocholithiasis, ascending cholangitis, and gallstone
pancreatitis.http://health.nytimes.com/health/guides/disease/cholangitis/overview.html. 21/11/2010
Judarwanto Widodo, 2009. Atresia Biliaris .http://koranindonesiasehat.wordpress.com.18/10/2010
UGM portal, 2010. Menkes: Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Jadi Program Prioritas Tahun 2009.
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=1368. 20/11/2010
Lesmana, 1992. ERCPdiagnostikdanterapeutikpadaObstruksiBiller.
              http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/36_ERCPdiagnostikdanterapeutikpadaObstruksiBiller.pdf/
36_ERCPdiagnostikdanterapeutikpadaObstruksiBiller.html. . 20/11/2010
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS OBSTRUKSI BILIARIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obstruksi biliaris adalah penyakit yang sering diderita oleh bayi, balita maupun usia dewasa.

Pada makalah ini diangkat judul Obstruksi Biliaris ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan

Kebidanan pada Neonatus. Yang bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai Obstruksi

Biliaris. Sehingga mahasiswa mampu mengetahui tentang definisi, kepatologisan, gejala, dan

penatalaksanaan dalam menghadapi penyakit ini. Supaya mahasiswa calon bidan juga dapat mempu

mencegah terjadinya penyakit ini di dalam masyarakat luas.

Obstruksi Biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir

ke dalam usus untuk dikeluarkan. (Ngastiyah,2005). Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya

saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan (sebagai

strekobilin) di dalam feses.

1.2 Rumusan Masalah

a.       Apakah definisi Obstruksi Billiaris ?

b.      Apa penyebab dan akibat dari Obstruksi Biliaris ?

c.       Bagaimana cara diagnosis Obstruksi Biliaris ?

d.      Bagaimana cara penanganan Obstruksi Biliaris ?


1.3 Tujuan

a.       Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Neonatus.

b.      Untuk mengetahui penyakit pada neonatus dan bayi khususnya Obstruksi Biliaris.

c.       Untuk mengetahui penyebab dan akibat dari Obstruksi Biliaris

d.      Untuk mengetahui diagnosisnya Obstruksi Biliaris

e.       Untuk mengetahui asuhan kebidanan atau penatalaksanaan pada Obstruksi Biliaris.

BAB II
Dasar Teori

2.1 Pengertian Obstruksi Biliaris

Obstruksi billiaris merupakan suatu kelainan bawaan karena adanya penyumbatan pada saluran

empedu, sehingga cairan empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus dan akhirnya dikeluarkan dalam

feses. ( Vivian Nanny Lia Dewi,2010 ).

Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir

ke dalam usus untuk di keluarkan sebagai sterkobilin dalam feses.

Obstruksi billiaris adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya

pembentukan jaringan ikat disertai nodul dan adanya timbunan kristal didalam empedu. Biasanya

dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan

usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro

menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.

Metabolisme Bilirubin

Metabolisme bilirubin mempunyai tingkatan sebagai berikut :

a.       Produksi

Sebagian besar bilirubin sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem retikulo endotelial.

Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi daripada bayi yang lebih tua.

b.      Transportasi
Bilirubin di transper melalui sel ke dalam hepatosit, sedangkan albumin tidak.

c.       Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian di konjugasi menjadi bilirubin diglukosonide. Walaupun ada

sebagan kecil dalam bentuk monoglukoronide. Sintesis dan ekskresi di glokoronode terjadi di membran

kanilikulus.

d.      Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu. Kemudian ke usus, dalam usus bilirubin direk ini tidak di absorpsi,

sebagian kecil bilirubin dehidrolisis menjadi bilirubin indirek dan di reabsorpsi

e.       Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Produksi bilirubin pada petus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi kesanggupan hepar

mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas.

2.2 Penyebab Obstruksi Biliaris

Obstruksi biliaris ini disebabkan oleh :

a.       Batu empedu

Kolestrol cair biasa berada di dalam empedu dan saluran empedu dalam kondisi normal, namun

kolestrol cair tersebut dapat menjadi jenuh bila terlalu banyak kolestrol dan terlalu sedikit asam

empedu. Hal itu memungkinkan kolestrol mengkristal dan menggumpal menjadi batu empedu.

b.      Karsinoma Duktus Biliaris (Kista dari saluran empedu)

Karsinoma Duktus Biliaris adalah tumor jinak maupun ganas yang tumbuh di saluran empedu menuju ke

hatisehingga menyebabkan penyumbatan pada saluran empedu. Tumor yang menyebar ke sistem

empedu (Zieve David, 2009)


c.       Karsinoma Kaput Pankreas

Karsinoma Kpaut Pankreas adalah tumor jinak maupun ganas yang tumbuh pada pankreas sehingga

menyebabkan sumbatan pada saluran pankreas.

d.      Radang duktus biliaris komunis yang menyebabkan strikura

e.       Ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis (Sarjadi,2005)

f.       Peradangan dari saluran-saluran empedu

g.      Trauma cedera termasuk dari operasi kandung empedu

Penderita tampak ikterik akan sangat berat apabila obstruksi tidak dapat diatasi, bilirubin serum

yang terkonjungasi meningkat,feses pucat , urine berwarna gelap (pekat), biasanya terdapat juga

peningkatan kadar alkali fosfate serum terutama transaminase

Apabila terjadi obstruksi biliaris persisten empedu yang terkandung dapat mengalami infeksi

menimbulkan kolongitis dan abses hepar kekurangan empedu dalam usus halus mempengaruhi obsorpsi

lemak dan zat yang terlarut dalam lemak (misalnya beberapa jenis vitamin).

Obstruksi Biliaris Akut

Obstruksi akut duktus biliaris utama pada umumnya disebabkan oleh batu empedu secara klinis

akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering terjadi infeksi pada traktus biliaris,

duktus akan meradang (kolongitis) dan timbul demam.kolongitis dapat berlanjut menjadi abses hepar.

Obstruksi biliaris yang berulang menimbulkan kibrosis traktus porpal dan regenerasi nodular sel hepar

keadaan ini disebut sirosis biliary. Obstruksi biliaris yang berulang akan menimbulkan fibrosis traktus

portal dan regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder. (Sarjadi,2000)
2.3 Patofisiologi

Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding misalnya ada tumor, atau

penyempitan karena trauma (iatrogenik). Batu empedu dan cacing askariasis sering dijumpai sebagai

penyebab sumbatan didalam lumen saluran. Pankreatitis, tumor caput pankreas, tumor kandung

empedu atau anak sebar tumor ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan saluran

empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprodjo, 1995)

Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara lain kista

koledokus, abses amuba pada lokasi tertentu, di ventrikel duodenum dan striktur sfingter papila vater.

(Reskoprojo,1995)

Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat biasanya dikaitkan

dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan dengan obstruksi empedu tidak

jelas. Sebagian percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit. Lain

menyarankan mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid endogen (Judarwanto,2009).

Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat

mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses. (Ngastiyah, 2005)

2.4 Gejala
a.       Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus

b.      Kemudian feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul

c.       Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen

d.      Perut sakit di sisi kanan atas

e.       Demam

f.       Mual dan muntah (Zieve David,2009)

g.      Nafsu makan berkurang

h.      Sulit buang air besar

2.5 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, adanya tanda ikterus atau

kuning pada kulit, pada mata dan di bawah lidah. Pada pemeriksaan perut, hati teraba membesar

kadang juga disertai limfa yang membesar.

Pemeriksaan Laboratorium dan Imaging

1.      Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)

Pemeriksaan darah dilakukan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar bilirubin

direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase, GGT. Dan faktor

pembekuan darah.

2. Rontgen perut (tampak hati membesar)

3. Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif


Yaitu dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi saluran

empedu. Pemeriksaan kolangiogram intraoperatif dilakukan dengan visualisasi langsung untuk

mengetahui patensi saluran bilier sebelum dilakukan operasi Kasai.

4. Breath test

Dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat. Obat-obat tersebut

ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral (ditelan) maupun intravena (melalui pembuluh

darah).

Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir

oleh hati.

5. USG

Menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran empedu.

Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan struktural, seperti tumor. USG merupakan

pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk memberikan gambaran dari kandung

empedu dan saluran empedu. Dengan USG, dokter dengan mudah bisa mengetahui adanya batu

empedu di dalam kandung empedu. USG dengan mudah membedakan sakit kuning (jaundice) yang

disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan fungsi

sel hati. USG Doppler bisa digunakan untuk menunjukkan aliran darah dalam pembuluh darah di hati.

USG juga bisa digunakan sebagai penuntun pada saat memasukkan jarum untuk mendapatkan contoh

jaringan biopsi.

6. Imaging radionuklida (radioisotop)


Menggunakan bahan yang mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh dan diikat

oleh organ tertentu. Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma yang dipasangkan pada sebuah

komputer.

7. Skening hati

Merupakan penggambaran radionuklida yang menggunakan substansi radioaktif, yang diikat oleh sel-sel

hati.

8. Koleskintigrafi

Menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran empedu. Pemeriksaan ini

digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu (kolesistitis).

9. CT scan

Bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk mencari tumor.

Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar), seperti perlemakan hati (fatty liver) dan

jaringan hati yang menebal secara abnormal (hemokromatosis). Tetapi karena menggunakan sinar X dan

biayanya mahal, pemeriksaan ini tidak banyak digunakan.

10. MRI

Memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan. Pemeriksaan ini lebih mahal dari CT scan,

membutuhkan waktu lebih lama dan penderita harus berbaring dalam ruangan yang sempit,

menyebabkan beberapa penderita mengalami klaustrofobia (takut akan tempat sempit).

11. Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd


Merupakan suatu pemeriksaan dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut, melewati lambung

dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu. Suatu zat radiopak kemudian disuntikkan ke dalam

saluran empedu dan diambil foto rontgen dari saluran empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan

peradangan pada pankreas (pankreatitis) pada 3-5% penderita.

12. Kolangiografi transhepatik perkutaneus

Menggunakan jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian disuntikkan zat

radiopak ke dalam salah satu dari saluran empedu. Bisa digunakan USG untuk menuntun masuknya

jarum. Rontgen secara jelas menunjukkan saluran empedu, terutama penyumbatan di dalam hati.

13. Kolangiografi operatif

Menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen. Selama suatu pembedahan, zat tersebut

disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu. Foto rontgen akan menunjukkan gambaran yang

jelas dari saluran empedu.

14. Foto rontgen sederhana

Sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.

15. Pemeriksaan Biopsi hati

Untuk melihat struktu organ hati apakah terdapat sirosis hati atau kompilkasi lainnya. Laparotomi

biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.

16. Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan). (Indonesia, USA & internasional

berkumpul, 2000)
2.6 Pencegahan

Mengetahui faktor resiko yang dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan

pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah. (Attasaranya

S, Fogel EL, 2008)

Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk

mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu) dengan

keadaan fisik yang memnunjukkan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat).

(Sarjadi.2000)

2.7 Penatalaksanaan

Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk menghilangkan

penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan

pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor. Dapat pula upaya untuk menghilangkan

sumbatan dengan tindakan endoskopi baik melalui papila vater atau dengan laparoskopi.

Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab sumbatan,

dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat dapat dialirkan. Drenase

dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa naso bilier, pipa T pada duktus

koledokus, atau kolesistostomi. Drenase interna dapat dilakukan dengan membuat pintasan bilio
digestif. Drenase interna ini dapat berupa kelesisto-jejunostomi, koledoko-duodenostomi, koledoko-

jejunustomi atau hepatiko-jejunustomi.

  Asuhan Kebidanan

a.       Pertahanan kesehatan bayi dengan pemberian makanan cukup gizi sesuai dengan kebutuhan,

pencegahan hipotermia, pencegahan infeksi dan lain-lain.

b.      Lakukan konseling pada orang tua agar mereka menyadari bahwa kuning yang dialami bayinya bukan

kuning biasa tetapi disebabakan karena adanya penyumbatan pada saluran empedu.

c.       Lakukan inform consent dan inform choice untuk dilakukan rujukan.

d.      Penatalaksanaan medisnya ialah dengan tindakan operasi selektif.


BAB III

PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir

ke dalam usus untuk dikeluarkan. Dengan melihat penyakit yang ada, bidan dapat dapat memberikan

pelayanan dengan baik agar keselamatan pada bayi baru lahir, bayi maupun anak balita. Bidan segera

merujuk ketika mendapatka kasus demikian.

3.2  SARAN

         Dapat mengetahui setiap faktor risiko yang dimiliki, sehingga bisa mendapatkan prompt diagnosis dan

pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah.

         Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi

setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu), dengan keadaan fisik

yang menunjukan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat).

         Bidan segera melakukan rujukan cepat untuk menghindari komplikasi berlanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarti,M.Kes.2010. Kelainanan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak .Yogyakarta :Medical books
Ai Yeyeh Rukiyah S.SiT.2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:Trans info Media

Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: Infomedika.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta: Infomedika.

Suriadi & Yuliani R.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1. Jakarta : CV. Sagung Seto.

PENGKAJIAN
A. IDENTITAS/BIODATA

Nama bayi : Bayi dari Ny. R

Umur bayi : 0 hari

Tanggal/jam lahir : 28 September 2006 , jam 15.10 wib

Jenis kelamin : Perempuan

Berat badan : 3000 gr

Panjang badan : 50 cm

Nama Ibu : Ny. R Nama Ayah : Tn. G

Umur : 24 Tahun Umur : 26 Tahun

Suku/kebangsaan : Betawi/Indonesia Suku/kebangsaan : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Amaliun No. 51 Alamat : Jl. Amaliun No. 51


Medan Medan

B. ANAMNESE (DATA SUBYEKTIF)

Pada tanggal : 28 September 2006 pukul : 15.00 wib Oleh : Bidan

1.      Riwayat Penyakit Kehamilan :

•         Perdarahan : þ Tidak ada o Ada

•         Pre-eklamsia : þ Tidak ada o Ada

•         Eklamsia : þ Tidak ada o Ada

•         Penyakit kelamin : þ Tidak ada o Ada

•         Lain-lain : þ Tidak ada o Ada

2.      Kebiasan waktu hamil :

•         Makanan : -

•         Obat-obat/jamu : þ Tidak ada o Ada

•         Merokok : þ Tidak ada o Ada

•         Lain-lain : þ Tidak ada o Ada

3.      Riwayat Persalinan sekarang :

a.       Jenis persalinan : Spontan

b.      Ditolong oleh : Bidan

c.       Lama persalinan :

•         Kala I : 9 jam

•         Kala II : 1 jam

d.      Ketuban pecah :

Warna : Spontanp keruh Bau : Amis Jumlah : 1000 cc

e.       Komplikasi persalinan :

•         Pada ibu : Tidak ada


•         Pada bayi : Tidak ada

C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)

•         Keadaan Umum : Stabil

•         Suhu : 36,530C.

•         Berat badan sekarang : 2400 gr

•         PB : 48 cm

•         Apgar Score : 4 dan 8

Pemeriksaan fisik secara Sistematis

•         Kepala : Normal

Inspeksi : Tidak terlihat adanya caput

Palpasi : Tidak terabanya caput

•         Ubun-ubun : cembung

•         Muka : Tidak ada kelainan

•         Mata : simetris kiri/kanan

•         Mulut : Normal tidak ada kelainan

•         Hidung : Tidak ada kelainan

•         Leher : Tidak ada kelainan

•         Dada : Simetris

•         Tali pusat : Basah, tidak ada kelainan

•         Punggung : Tidak ada kelainan

•         Ekstremitas : Tidak ada kelainann

•         Genitalia : Tidak ada kelainan

•         Anus : Tidak ada kelainan

•         Warna kulit: Kuning


Refleks

•         Refleks moro : þ Tidak ada o Ada

•         Rekleks rooting : o Tidak ada þ Ada

Antropometri :

•         Lingkar kepala : 35 cm

•         Lingkar dada : 30 cm

•         Lingkar lengan atas : 11 cm

Eliminasi :

•         Miksi : Belum ada

•         Meconium : Belum ada

Resusitasi

Penghisapan Lendir : Ada

Ambu : Tidak ada

Massage jantung : Tidak ada

Intubasi Enduraheal : Tidak ada

Oksigen : Tidak ada


II.     IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN
    Diagnosa

Bayi baru lahir normal dengan obstruksi biliaris

Data Dasar :

-         Umur bayi 0 hari

-         Berat badan 2600 gram

-         Masa gestasi kurang dari 37 minggu

-         Feces bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul

-         Urin menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen

-         Pada pemeriksaan radiologi kadar bilirubin dalam darah positif

-         Penyumbatan pada saluran empedu

-         Empedu tidak mengalir kedalam usus

-         Warna kulit tubuh tampak kuning

-         Warna kulit tubuh tampak kuning

-         Gangguan dalam ekresi

n neurologi : Kejang, opistotonus, tidak mau minum, reflek moro lemah atau tidak sama sekali

    Masalah

Terjadi penyumbatan pada saluran empedu

Data Dasar :

Insfeksi

-         Faces bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul

-         Urin menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen

Palpasi

-         Perut membuncit

-         Pembesaran pada hati


    Kebutuhan

1.      Operasi

2.      Memberikan terapi sinar pada bayi

3.      Pemeriksaan radiologi selain kadar bilirubin dalam darah

4.      Untuk mempertahankan kesehatan bayi (pemberian makanan cukup gizi sesuai dengan kebutuhan)

III.  IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV.  IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI

Rujuk bayi tersebut ke dokter bedah untuk dilakukan fisioterapi

V.     MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH


Tanggal:28 September 2006 Pukul ; 15.05 wib

1.      Menginformasikan kepada ibu tentang keadaan bayi

2.      Perawatan bayi baru lahir

3.      Pemeriksaan radiologi kadar bilirubin dalam darah

4.      Infokonsen

VI.  PELAKSANAAN
Tanggal : 28 September 2006 Pukul : 15.10 Wib

1.      Memberitahukan kepada ibu bahwa keadaan bayi kurang baik karena terjadi penyumbatan pada saluran
empedu baik dihati maupun diluar hati.

2.      Perawatan bayi baru lahir

a.       Perawatan bayi baru lahir

b.      Perawatan tali pusat


Hindari pembungkusan tali pusat, tali pusat tidak boleh dioleskan ataupun ditumpuk tali pusat yang
tidak tertutup akan mengering dan putus lebih cepat dengan komplikasi yang lebih sedikit.

c.       Pemberian ASI

Untuk mempertahankan kesehatan bayi, dianjurkan ibu untuk memberikan ASI dan makanan yang
cukup gizi sesuai dengan kebutuhan

3.      Memeriksakan kadar bilirubin bayi dalam darah

4.      Infokonsen

Permisi pada keluarga bayi untuk merujuk keadaan ini kepada dokter bedah untuk dilakukan fisioterapi.

VII.  EVALUASI
Tanggal: 28 September 2006 Pukul:16.00 wib

1.      Ibu telah mengetahui keadaan bayinya

2.      Perawatan bayi baru lahir sudah dilakukan

3.      Pemeriksaan kadar bilirubin dalam darah telah dilakukan

4.      Infokonsen sudah dilakukan dan bayi sudah dirujuk.

Anda mungkin juga menyukai