Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah penemuan sinar–X oleh Wilhem Conrad Rontgen,yang

melakukan percobaan nya pada tanggal 8 November 1895, telah

memberikan perkembangan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi

termasuk dalam bidang radiologi .Prinsip radiodiagnostik yaitu sinar–X

yang mengenai suatu objek akan menghasilkan gambaran radiograf yang

dapat membantu menegakan diagnosa .Pemeriksaan secara radiologi

mampu memberikan informasi secara radiografi yang optimal baik

keadaan anatomi maupun fisiologi dari suatu organ didalam tubuh

manusia yang tidak dapat di raba dan dilihat oleh mata secara langsung

serta mampu memberikan informasi mengenai kelainan-kelainan yang

mungkin dijumpai pada organ-organ yang diperiksa .Pada saat ini hampir

semua organ dan sistem didalam tubuh kita dapat diperiksa secara

radiologis seperti sistem perkemihan Penyakit yang terjadi pada sisitem

perkrmihan bervariasi salah satunya yaitu kolik renalis .

Kolik renalis adalah suatu keadaan terdapatnya batu dalam salurankemih

baik dalam ginjal, ureter maupun buli-buli. Kondisi ini memberikan

gangguan pada sistem perkemihan dan memberikan masalah keperawatan

1
pada pasien. Batu ginjal dapat terjadi di sepanjang saluran urine, dari

ginjal, ureter (saluran kemih membawa urine dari ginjal menuju kandung

kemih), kandung kemih, serta uretra (saluran kemih yang membawa urine

ke luar tubuh). Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup

signifikan, baik diIndonesia maupun di dunia. (Rully, M. Azharry.S.

2010.).

Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi

hidronefrosis, lalu apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi

komplikasi-komplikasi, diantaranya adalah gagal ginjal, infeksi,

hidronefrosis vaskuler ischemia yang akhirnya dapat mengakibatkan

ancaman kematian bagi penderita. ...........................................

Berdasarkan hasil penelitian praktek kerja lapangan 2 selama satu

bulan mendapat kesempatan untuk menerapkan pembelajaran yang telah

diperoleh selama waktu praktek kerja lapangan, yakni dalam bidang

radiodiagnostik yang bertempat di Instalasi Radiologi RSUD. Dr. H.

ABDUL MOELOEK. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan

selama praktek yaitu mengenai pemeriksaan BNO yang mana

banyak orang sering mengalami keluhan dibagian sistem urinari

yang disebabkan oleh bermacam-macam penyakit. Untuk

memastikan adanya penyakit perlu dilakukan pemeriksaan

radiologi BNO. oleh karena itu proyeksi yang digunakan dalam

pemeriksaan BNO adalah proyeksi AP.

2
Berdasarkan hasil pengamatan dan latar belakang diatas maka

penulis berniat untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam suatu

study kasus yang berjudul “TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

BNO DENGAN KLINIS KOLIK RENALIS DEXTRA”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada

penilitian ini adalah :

Bagaimana prosedur teknik pemeriksaan radiografi BNO pada klinis Kolik

Renalis Dextra yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUD Dr.Hi Abdul

Moeloek Bandar Lampung?

1.3 Batasan Masalah

Pada laporan study kasus ini penulis membatasi permasalahan hanya pada

teknik penatalaksanaan radiografi BNO dengan klinis Kolik Renalis Dextra.

3
1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui prosedur yang dilakukan pada pemeriksaan BNO

dengan klinis kolik renalis dextra di Instalasi Radiologi RSUD Dr.H

Abdul Moeloek Bandar Lampung

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan BNO dengan proyeksi AP

dengan klinis Kolik Renalis Dextra di Instalasi Radiologi RSUD Dr.

H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

2. Untuk mengetahui hasil gambaran BNO dengan menggunakan

proyeksi AP dengan klinis Kolik Renalis Dextra di Instalasi

Radiologi RSUD Dr. Hi Abdul Moeloek Bandar Lampung

1.5. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan laporan study kasus ini adalah :

1.5.1 Bagi Rumah Sakit

Dengan pembuatanlaporan study kasus ini diharapkan dapat memberi

masukan dan saran yang berguna bagi Rumah Sakit, dalam hal ini

Instalasi Radiologi pada umumnya dan Radiografer pada khususnya

mengenai teknik pemeriksaan BNO.

4
1.5.2 Bagi Institusi ATRO Patriot Bangsa

Semoga laporan study kasus ini bisa bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan wawasan tentang Teknik Pemeriksaan Radiografi

BNO dengan klinis Kolik Renalis Dextra bagi mahasiswa ATRO

Patriot Bangsa.

1.5.3 Bagi Penulis

Diharapkan laporan study kasus ini dapat menambah pengetahuan

penulis, baik dari teknik tata laksana pemeriksaan BNO ini.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI

1. Struktur BNO

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan atau struktur dari

tubuh manusia dan hubungan antara bagian yang satu dengan bagian

yang lain nya,atau ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh

baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian serta hubungan alat

tubuh yang satu dengan yang lainnya. (Evelyn C.Pearce,2009).

Traktus urinarius terdiri dari sepasang ginjal ,sepasang ureter vesika

urinaria dan uretra.

A. Ginjal

Ginjal terletak di sepanjang dinding otot bagian belakang (otot

posterior) rongga perut. Bentuk ginjal menyerupai kacang yang

berukuran sekepalan tangan. Ginjal dilengkapi dengan sepasang ureter,

sebuah kandung kemih dan uretra yang membawa urine keluar.

Manusia memiliki sepasang ginjal yang bagian kirinya terletak sedikit

lebih tinggi daripada ginjal kanan, karena adanya organ hati yang

mendesak ginjal kanan. Ginjal juga dilindungi oleh tulang rusuk dan

6
otot punggung. Selain itu, jaringan adiposa (jaringan lemak)

mengelilingi ginjal dan berperan sebagai bantalan pelindung ginjal.

a) Fungsi Ginjal :

Menurut Syaifuddin (2006:237) ginjal memilki beberapa fungsi,

yaitu:

a) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan

air dalam tubuh akan di ekskresikan oleh ginjal sebagai

urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar,

kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine

yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih

pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat

dipertahankan relative normal.

b) Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan

keseimbangan ion yang optimal dalam plasma

(keseimbangan elektrolit). Bila terjadi

pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat

pemasukan garam yang berlebihan/penyakit perdarahan

(diare, muntah) ginjal akan meningkatkan/mengurangi

ekskresi ion-ion yang penting (misalnya Na, K, Cl, dan

fosfat).

7
c) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh.

Menurut Tarwoto (2009:318) Pengendalian asam basa

oleh ginjal dilakukan dengan sekresi urin yang urin atau

basa, melalui pengeluaran ion hydrogen atau bikarbonat

dalam urin.

d) Ekskresi sisa metabolisme (ureum, asam urat,

kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan, hasil metabolisme

hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).

Gambar 2.1 Anatomi Ginjal(Evelyn C.Pearce,2009).

8
B.Ureter

Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi

mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih (Arif

Muttaqin, 2011:17). Panjangnya 25-30 cm dengan diameter 6mm.

berjalan mulai dari pelvis renal setinggi lumbal ke 2 (Tarwoto,

2009:323).

Menurut Syaifuddin (2006:241) lapisan dinding ureter terdiri dari

a) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b) Lapisan tengah lapisan otot polos

c) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi

kontraksi otot polos yang berlebihan yang bertujuan untuk

mendorong mengeluarkan sumbatan tersebut dari saluran kemih.

Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara

berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter (Arif Muttaqin,

2011:17).

Menurut Arif Muttaqin (2011:17) kedua ureter merupakan

kelanjutan dari pelvis ginjal dan membawa urine ke dalam kandung

kemih, khususnya ke area yang disebut trigon. Trigon adalah area

segitiga yang terdiri atas lapisan membran mukus yang dapat

berfungsi sebagai katup untuk menghindari refluks urine ke dalam

ureter ketika kandung kemih berkontraksi (Mary Baradero, 2008:5).

9
Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah

trigonum kandung kemih.Normalnya ureter berjalan

secara obliquesepanjang beberapa sentimeter menembus kandung

kemih yang disebut dengan ureter intramural.

Gambar 2.2 Anatomi Ureter(Evelyn C.Pearce,2009).

C. Vesika Urinaria( Kandung Kemih)

Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan

kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme

miksi/berkemih (Arif Muttaqin, 2011:18).

Menurut Tarwoto (2009:325) kapasitas maksimum kandung kemih

pada oran dewasa sekitar 300-450 ml, dan anak-anak antara 50-200

ml. Pada laki-laki kandung kemih berada dibelakang simpisis pubis

dan didepan rektum, pada wanita kandung kemih berada dibawah

10
uterus dan didepan vagina. Pada keadaan penuh akan memberikan

rangsangan pada saraf aferen ke pusat miksi sehingga terjadi

kontraksi otot detrusor yang mendorong terbukanya leher kandung

kemih, sehingga terjadi proses miksi. Fungsi utama dari ginjal

adalah menampung urin dari ureter dan kemudian dikeluarkan

melalui uretra.

Gambar 2.3. Anatomi Vesika Urinaria(Evelyn C.Pearce,2009)

D. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung

kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.Uretra pada

pria panjang uretra ± 20 cm, sedangkan pada perempuan

panjangnya ± 3-4 cm (Syaifuddin, 2006:246).Perbedaan panjang

inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine

lebih sering terjadi pada pria.Uretra dilengkapi dengan sfingter

uretra interna yang terletak pada perbatasan kandung kemih dan

11
uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan

uretra anterior dan posterior (Arif Muttaqin, 2011:20).Adanya

sfingter uretra interna yang dikontrol secara involunter

memungkinkan pengeluaran urine dapat dikontrol. Pada pria

saluran ini juga berfungsi sebagai tempat menyalurkan air mani

(Tarwoto,2009:327).

Uretra pada pria di bagi menjadi 4 bagian dan dinamakan

sesuaidengan letaknya:

1) Pras pra –prostatica ,terletaksebelum kelenjar prostat.

2) Pars prostatica,terlerak di prostat terdapat pembukaan

kecil,dimana terletak muara vas deferens

3) Pars membranosa,sekitar 1,5 cm dan di lateralterdapat kelenjar

bulbouretralis

4) Pars spongiosa/cavernosa sekitar 15cm dan melintas di corpus

spongiosumpenis.

Gambar 2.4 Anatomi traktus urinaria(Hardinburuhi88.blogspot.com)

12
2.2 Patologi

Batu ginjal adalah suatu keadaandimana terdapat satu atau lebih batu

didalam pelvis atau kaliks dari ginjal dan merupakan penyebab kelainan di

saluran kemih.Batu ginjal merupakan suatu kondisi terbentuk material

keras yang merupai batu di dalam ginjal Material tersebut berasal dari sisa

zat limbah dalam darah yang dipisahkan ginjal yang kemudian mengendap

dan mengkristal seiring waktu. .( Smeltzer and Bare, 2005).

Endapanbatu ginjal bisa disebabkan oleh makananatau masalah kesehatan

lain yang mendasar.Gejala batu ginjal bisa terasa jika batu berukuran lebih

besar dari diameter saluran ureter.Batu yang besar akan bergesekan pada

dinding uretersehingga mennnyebabkan iritasi bahkan luka,oleh sebab itu

urin bisa mengandung darah batu ginjal juga bisa tersangkut didalam

ureter sehingga urin tidak bisa keluar dan menumpuk di ginjal.

1. Indikasi Pemeriksaan

a) Nefrolithiasis

Adalah Nefrolithiasis adalah batu dalam pelvis renal batu-batu tersebut

dibentuk oleh kristalisasi larutan urin

Jenis-Jenis Batu Ginjal

Penyakit batu ginjal memiliki beberapa jenis berdasarkan sumber

pembentuknya

13
1. Batu Kalsium

Banyak batu ginjal adalah batu kalsium yang biasanya berbentuk

kalsium oxalate. Kadar oxalate yang tinggi dapat ditemukan pada

beberapa buah dan sayuran, kacang dan coklat. Hati anda juga

menghasilkan oxalate.Makanan, vitamin D dosis tinggi, operasi

saluran pencernaan dan beberapa kelainan metabolisme dapat

meningkatkan konsentrasi kalsium atau oxalate pada urin. Batu

kalsium juga dapat terjadi dalam bentuk kalsiumfosfat

2. Batu Strufit. .. .....................................................................

Batu struvite terbentuk sebagai respon terhadap infeksi, seperti infeksi

saluran urin.Batu struvite dapat berkembang dengan cepat dan

menjadicukupbesar.

3. Batu uricacid . ..................................................................

Ini terbentuk pada mereka yang mengalami dehidrasi, mereka yang

makan makanan tinggi protein dan mereka yang memiliki encok.

Faktor genetik tertentu dan kelainan pada jaringan penghasil darah

juga dapat membuat anda cenderung mengalami batu uric acid.

4. Batu cystine. . . .......................................................

Batu ginjal jenis ini memiliki kasus yang sedikit. Batu ini terbentuk

pada mereka yang memiliki kelainan secara turun temurun yang

menyebabkan ginjal menghasilkan asam amino (cystinuria) tertentu

dalam jumlah banyak.

14
b) Uretrolithiasis

Ureterolithiasis merupakan penyumbatan saluran ureter oleh batu

karena pengendapan garam urat, oklasat atau kalsium.

c) Tumor

Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan

adanya pertumbuhan massa (solid/ padat) atau jaringan abnormal

dalam tubuh. Massa ini timbul sebagai akibat dari ketidak-seimbangan

pertumbuhan dan regenerasi sel. Selain itu juga biasanya tidak berguna

dan tidak diperlukan oleh tubuh. Tumor berbeda dengan kista (cairan)

ataupun abses (bisul). Tumor ada 2 yaitu tumor jinak dan tumor ganas

(kanker). Di Indonesia sendiri, istilah tumor lebih mengacu kepada

tumor jinak.

Tumor jinak, tidak selalu berarti ‘tidak berbahaya’, meskipun sebagian

besar biasanya tidak berbahaya. Sebuah tumor jinak (benign tumor)

masih dapat berkembang, dan bisa menyebabkan kerusakan pada

jaringan, syaraf atau organ di dekatnya. Tergantung lokasi dan

besarnya, tumor masih dapat menjadi penyakit yang serius dan

membahayakan jiwa

d) Colic renal

Kolik renal adalah nyeri hebat yang disebabkan oleh sumbatan,

spasme/kontraksi otot polos atau berputarnya organ berongga yang

terjadi pada ginjal atau saluran kemih (ureter). Sering juga disebut

dengan kolik ureter. Nyeri biasanya dirasakan di daerah antara iga dan

15
panggul, yang menjalar sepanjang abdomen/perut dan dapat berakhir

pada area genital dan paha bagian dalam. Bila merasakan nyeri

pinggang yang timbul tiba–tiba dan semakin nyeri seiring waktu bisa

jadi itu merupakan gejala Kolik. Penyebaran nyeri ini bergantung pada

letak sumbatan pada saluran kemih dan derajat sumbatan. Sumbatan

pada saluran kencing (ureter) bagian atas menyebabkan nyeri yang

menyebar ke pinggang dan tubuh bagian samping. Sumbatan ureter

bagian tengah menyebabkan nyeri pinggang yang menyebar ke perut

depan bagian bawah. Sumbatan ureter bagian bawah menyebabkan

nyeri pinggang yang menyebar ke selangkangan dan alat kelamin

(testis pada pria dan labia mayor pada wanita). Sumbatan yang terjadi

pada hubungan antara saluran kencing dan kandung kencing seringkali

menimbulkan gejala nyeri saat buang air kecil. Penderita kolik renal

umumnya gelisah dan selalu berganti–ganti posisi untuk mencari posisi

yang nyaman.

e) Vesicolithiasis

Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada

vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut

batu kandung kemih. Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di

vesika urinaria yang menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa

sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia.

Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup

penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis

16
tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama mengandung

kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat,

dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2007)

2. Etiologi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya batu pada ginjal

Menurut Kartika S. W. (2013:183)

1) Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak

pada usia 30-50 tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari

pada perempuan.

2) Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu,

asupan air (bila jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang

diminum kurang), diet banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman

soda, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam), kalsium

(daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan pekerjaan (kurang

bergerak).

Berapa penyebab lain adalah :

1) Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal

dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.

17
2) Stasis obstruksi urine

Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah

pembentukan batu saluran kencing.

3) Suhu

Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan

keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral

dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih.

4) Kurang minum

Bila kurang mengkonsumsi air mineral menyebabkan urine menjadi

kental sehingga memudahkan kristalisasi garam dan mineral.

18
2.3. Teknik Pemeriksaan BNO Polos

Tujuan pemeriksaan BNO polos untuk mengetahui kelainan-kelainan pada

daerah tersebut khususnya pada sistem urinaria.

Gambar 2.5 posisi pasien AP supine

1. Proyeksi Anterior Posterior ( AP)

a. Posisi pasien : pasien diatur supine di atas meja pemeriksaan.

b. Posisi objek :

1) MSP tubuh sejajar dengan mid line meja pemeriksaan.

2) Lengan diletakkan di samping tubuh pasien.

3) Kedua bahu simetris.

4) Kaki diekstensikan

5) Pertengahan kaset berada setinggi crista illiaka dengan

batas bawah kaset pada sympisis pubis dan batas atas

kaset pada diafragma atau xypoideus.

19
6) Tidak ada rotasi ada pevis.

7) Kedua SIAS berjarak sama pada daerah meja

pemeriksaan.

c. FFD : 100 cm

d. Arah sinar (CR) : Vertical tegak lurus terhadap kaset.

e. Titik tuju (CP) : 2 jari dibawah umbilikus

f. Kaset : 30x 40 cm

g. Gunakan shield gonad.

h. Kolimasi disesuaikan dengan objek

20
i. Kriteria gambar :

1) Tampak gambaran abdomen posisi AP dengan batas atas

xypoideus atau diafragma dan batas bawah pada sympisis

pubis.

2) Kontur ginjal tampak jelas.

3) Tampak psoas line.

4) Peritenium fat tergambar jelas.

5) Tidak terjadi rotasi pada gambaran BNO polos

2. Proyeksi Lateral

Gambar 2.7 posisi pasien lateral

a. Posisi Pasien :

1) Pasien untuk tidur miring (recumbent)pada salah satu sisi.

2) Kedua lutut difleksikan untuk menjaga keseimbangan.

21
b. Posisi Objek :

1) MSP tubuh pasien sejajar dengan meja pemeriksaan .

2) Pastikan posisi pelvis true lateral.

3) Tangan fleksi ke atas untuk bantalan kepala agar pasien

lebih nyaman.

4) batas atas mencakup diagfragma dan batas bawah sympisis

pubis.

c. FFD :100 Cm

d. Arah sinart (CR) :Arah sinar tegak lurus dengan kaset dan meja

pemeriksaan.

e. Titik tuju (CP) :setinggi columna lumbal III

f. Kaset : 30x 40 cm

g. Gunakan shield gonad.

h. Kolimasi disesuaikan dengan objek.

i. Marker R/L

22
Gambar 2.8 hasil gambaran posisis lateral

j. Kriteria gambar :

1) Gambaran tampak true lateral

2) Kedua ginjal superposisi

3) Batas atas mencakup diafragma dan batas bawah mencakup

sympisis pubis.

4) Tampak marker R/L

23
2.4. Computer Radiogrtafi ( CR)
Computed radiography adalah satu sistem atau proses untuk mengubah

sistem analog pada konvensional radiografi menjadi digital radiografi, dengan

menggunakan photostimulable untuk mengakuisisi data dan menampilkan

parameter dari gambaran yang akan dimanipulasi oleh komputer (Balliger,

1999:370) .Computed radiography masih memerlukan x-ray unit seperti

halnya radiografi konvensional sebagai sumber radiasi untuk mengekspose

pasien. .

a. Adapun komponen dari computed radiography yaitu: .

1) Imaging plate (IP). .

Imaging plate adalah plat film yang mempunyai kemampuan menyimpan

energi sinar-x, dan energi tersebut dapat di bebaskan atau dikeluarkan melalui

proses scanning dngan menggunakan laser. Imaging plate biasa digunakan

dengan ditempatkan dalam cassette imaging plate. Ukuran imaging plate yang

paling banyak digunakan adalah 18x24, 24x30, 35x35, dan 35x43 cm. ukuran

30x40 cm tidak ada lagi karena ukuran tersebut akan digunakan 35x43

cm.imaging plate merupakan media pencatat gambaran sinar x

pada computed radiography, yang terbuat dari bahan photostimulable

phosphor tinggi, BaFX (X=halogen). .

Pada penggunaan radiografi konvensional digunakan penggabungan

antara film radiogrfi dan screen, akan tetapi pada computed

radiographymenggunakan imaging plate. Walaupun imaging plate terlihat

sama denganscreen konvensional tetapi fungsinya sangatlah jauh berbeda

24
dengan imaging plate, karena pada imaging plate berfungsi untuk mencatat

gambar sinar-x kedalam foto stimulable phosphor dan menyampaikan

informasi gambar itu kedalam bentuk elektrik.

Struktur dari imaging plate adalah :

a) Protective layer : berukuran tipis & transparent berfungsi untuk

melindungi IP.

b) Phosphor layer : mengandung barium fluorohalide dalam bahan

pengikatnya.

c) . Reflective layer : terdiri dari partikel yang dapat memantulkan

cahaya.

d) . Conductive layer : terdiri dari Kristal konduktif. Yang berfungsi

untuk mengurangi masalah yang disebabkan oleh electrostatic.

Selain itu ia juga mempunyai kemampuan untuk menyerap

cahaya dan dengan demikian hal tersebut dapat meningkatkan

ketajaman gambaran.

e) . Support layer : mempunyai stuktur dan fungsi yang sama seperti

yang ada pada intensifying screen.

f). Backing layer : lapisan soft polimer untuk melindungi imaging

plate selama proses pembacaan di dalam image reader.

g). Barcode label :digunakan untuk memberikan nomor seri dan

untuk mengidentifikasi imaging plate tertentu yang kemudian

dapat dihubungkan dengan data pasien

25
2) Cassette

Cassette pada computed radiography bagian depan (front side)

terbuat dari carbon fiber dan bagian belakang terbuat dari aliminium.

3) Image reader

Berfungsi sebagai pembaca, pengolah gambar yang diperoleh

dari imaging plate yang dijalankan dengan menggunakan laser scanner.

Dilengkapi dengan preview monitor untuk melihat apakah pemotretan

yang dilakukan tidak terpotong atau obyeknya bergerak. Pada kasus ini

pemotretan harus diulang. Namun apabila gambar kurang baik karena

faktor eksposi pemotretan tidak perlu diulang pemotretan tersebut, karena

gambaran dapat diperbaiki denganimage console. Semakin besar kapasitas

memori dari image reader semakin cepat waktu yang diperlukan untuk

memproses imaging plate, karena semakin besar memori dari suatu

perangkat komputer maka semakin besar daya simpan dari perangkat

tersebut

4) Image console

Berfungsi untuk mengolah gambar, berupa komputer

dengan softwarekhusus untuk medical imaging. Gambar dapat diolah

tampilannya sehingga memudahkan memperoleh gambar yang lebih baik.

Pada image console juga dilengkapi dengan menu yang lebih dari 200

macam pilihan gambar yang sesuai dengan bagian anatomi yang akan

difoto pada anatomi tertentu. Karena computed radiography merupakan

26
bentuk digital, bermacam-macam jenis processing gambar dapat

digunakan untuk menambah dan juga mempertinggi kualitas gambar.

5) Imager (printer)

Apabila foto dikehendaki untuk dicetak maka gambar dapat

dikirim kebagian imager untuk dicetak sesuai yang diinginkan

karena imager itu sendiri mempunyai fungsi sebagai pencetak gambaran.

Pada proses pencetakan ini tidak memerlukan kamar gelap lagi karena

dapat dicetak langsung didalam dry imager tanpa harus di kamar gelap,

dan juga tidak memerlukan lagi cairan seperti fixer dan developer

sehingga tempat kerja biasa lebih bersih.

c. Prinsip kerja computed radiography

1) Imaging plate yang terletak didalam kaset, dilakukan eksposi

dengan menggunakan peralatan pembangkit sinar-x. Pada saat

sinar-x menembus objek, akan terjadi attenuasi (perlemahan)

akibat dari kerapatan objek karena berkas sinar-x yang melalui

objek tersebut. Kemudian membentuk bayangan laten.

2) IP cassete kemudian dimasukkan kedalam image reader. Di

dalam image reader, bayangan laten yang disimpan pada

permukaan phosphor,dibaca dan dikeluarkan menggunakan cahaya

infra merah untuk menstimulus phosphor, sehingga mengakibatkan

energi yang tersimpan berubah menjadi cahaya tampak.

27
3) Cahaya yang dikeluarkan dari permukaan plate, akan ditangkap

oleh sebuah pengumpul cahaya dan diteruskan ke

tabung photomultiplier yang mengubah energi cahaya tersebut

menjadi sinyal listrik analog.

4) Selanjutnya sinyal analog ini diubah menjadi sinyal digital oleh

rangkaian analog to digital converter (ADC) dan diproses dalam

komputer.

5) Setelah proses pembacaan selesai, data gambar pada imaging

platedapat dihapus dengan cara imaging plate dikenai cahaya yang

kuat. Hal ini membuat imaging plate dapat dipergunakan kembali.

6) Setelah gambaran tampil dilayar monitor, gambaran tersebut dapat

dilakukan rekontruksi atau dimanipulasi pada image

console sehingga mendapatkan gambaran yang diinginkan.

28
2.5. Proreksi Radiasi

Keselamatan radiasi atau yang lazim disebut proteksi radiasi

merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan atau teknik yang mempelajari

masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan

pemberian perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun

kepada keturunannya terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan

akibat paparan radiasi (Dra.Zubaidah Alatas, 2000 : 168).

Dilihat dari penerimaan dosis radiasi, proteksi radiasi dibagi menjadi 3

bagian yaitu :

1. Proteksi Radiasi untuk Pekerja Radiasi

Menurut BAPETEN (2011), dosis radiasi yang diberikan terhadap

personiltidak boleh melampaui :

a. Dosis efektif seluruh tubuh sebesar 20 mSv rata – rata sebesar

lima tahun.

b. Dosis efektif sebesar 50 mSv dalam 1 tahun tertentu.

c. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 150 mSv (seratus lima

puluh millisievert) dalam satu tahun.

d. Dosis ekivalen untuk tangan dan kaki atau kulit sebesar 500 mSv

dalam 1 tahun.

2. Proteksi Radiasi untuk Pasien

a. Pemeriksaan sinar-X hanya atas permintaan seorang dokter.

b. Daerah yang disinari harus sekecil mungkin.

29
c. Waktu penyinaran diusahakan sesingkat mungkin.

d. Alat-alat kelamin dilindungi sebisanya dengan menggunakan

apronatau shield gonad.

e. Pasien hamil terutama trimester pertama tidak boleh diperiksa

radiologi.

3. Proteksi Radiasi untuk Masyarakat Umum

a. Dosis efektif seluruh tubuh 1 mSv dalam 1 tahun.

b. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv dalam 1

tahun.

c. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv dalam 1 tahun

30
BAB III

HASL DAN PEMBAHASAN

3.1. Identitas Pasien

Nama : TN. K

Ruangan : RUANGAN

Umur : 70 TH

Jenis kelamin :LAKI-LAKI

Alamat : BANYUWANGI

No. Register :587078

No. Rontgen :6499

Diagnosa :KOLIK RENALIS

Jenis Pemeriksaan :RO. BNO

Tanggal Pemeriksaan :14 MARET 2019

31
3.2. Prosedur Pemeriksaan
Sebelum dilakukan pemeriksaan perlu dipersiapkan hal-hal sebagai

berikut:

a. Persiapan Pasien

Membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda yang menggangu dan

mengandung logam pada tubuh dalam melakukan pemeriksaan radiograf

b. Alat dan Bahan

1. Pesawat Sinar x

Merk : Hitachi

Type : ZHF-AD-155H3(4)

Nomor Seri : KC12785301

Kondisi Max : 150 kV / 320 mA

Model : Stationary

32
2. Kaset

Kaset diatas menggunakn ukuran 35 x 43.

3. Marker R

Marker untuk tanda didalam film film yang sudah terexpos

4. Processing CR

Digunakan sebagai mencetak hasil rontgen, ketika pencetakan maka film CR

tersebut akan keluar dari printing.

33
3.3. Prosedur Penghidupan Alat

1. hidupkan control panel terlebih dahulu dengan menekan tombol pada

meja control

2. Panaskan pesawat rontgen terlebih dahulu

3. Tentukan Kv yang akan digunakan

4. Arahkan tabung terhadap garis tengah meja pemeriksaan

5. Siapkan kaset 35x43 cm

6. Atur posisi pasien

7. Atur jarak penyinaran dan luas lapangan penyinaran

8. Tekan tombol ekspos

9. Ambil kaset kemudian diprossesing menggunakan CR ( computer

radiografi)

34
3.4 Teknik pemeriksaan radiografi

a. Proyeksi BNO ( AP )

Posisi Pasien : pasien supine diatas meja pemeriksaan

Posisi obyek : 1. Atur MSP tubuh sejajar dengan garis tengah meja

pemeriksaan kemudian lengan diletakan disamping

tubuh pasien dan kedua bahu simetris

2. Kaki diluruskan dan batas atas kaset xypoideus

batas bawah kaset sympisis pubis

Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

FFD : 100 cm

Central Point : 2 jari dibawah umbilikus

Faktor eksposi : kv : 70, mas : 36

Kolimator : sesuaikan dengan luas objek

Marker : R/L

35
3.5 Pembahasan

Pasien datang ke instalasi radiologi RSUD Dr.H. Abdul Moeloek

dengan status BPJS untuk melakukan pemeriksaan radiologi dengan

membawa surat pengantar dokter dengan pemeriksaan BNO . Pasien saat itu

datang dengan brangkar dengan klinis Kolik Renalis Dextra. Dengan klinis

dan surat permintaan dokter, radiografer melakukan pemeriksaan BNO pada

pasien dengan proyeksi BNO AP

Saluran kemih baik dalam ginjal, ureter maupun buli-buli. Kondisi ini

memberikan gangguan pada sistem perkemihan dan memberikan masalah

keperawatan pada pasien.. Setelah itu, Petugas memposisikan pasien supine

diatas meja pemeriksaan dengan posisi AP. Kemudian petugas mengatur

faktor eksposi sesuai dengan ketebalan objek, kemudian kaset yang sudah di

ekspos dicuci menggunakan processing CR.

Setelah melakukan pemeriksaan BNO, pasien menunggu hasil foto keluar, dan

pasien kembali keruangan, kemudian hasil foto rontgen di exspertise oleh

Dokter Spesialis Radiologi.

36
3.6. Ekspertise Dokter

Kesan :

Konkramen opak multipel setinggi paravertebra lumbal 2-4 kanan ec

nephrolithiasis/ klasifikasi

Ileus local di abdomen tengah

Tampak bayangan opak di abdomen kanan atas yang mendorongusus ke

inferior

Skeletal : tampak osteofit lumbal

37
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:.

1. Teknik pemeriksaan pada BNO dapat dilakukan dengan Proyeksi AP.

2. Dengan teknik pemeriksaan BNO proyeksi AP baik untuk melihat

penyakit yang terjadi dalam system perkecingan atau perkemihan secara

jelas, untuk memudahkan dokter membaca hasil gambaran dan hasil

exspertise.

4.2 Saran

1. Meskipun radiasi yang digunakan dalam pemeriksaan ini hanya seluas

BNO, sebaik nya kita tetap harus memperhatikan proteksi radiasi terhadap

pasien, radiografer maupun lingkungan.

2. Diharapkan kepada radiografer untuk memberikan penjelaskan tentang

prosedur pemeriksaan radiografi pada pasien, agar pasien mengerti apa

yang dimaksud oleh radiografer.

3. Sebaiknya bagi dokter pengirim dalam mendiagnosa sesuai dengan kondisi

atau keluhan yang dirasakan pasien.

Nmmmmmmmmmmmmmmnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

38
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn. 1997.


Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Gramedia.
Sumarno Markam,
Kamus Istilah Kedokteran, 1997, FKUI Jakarta.

Bllinger, W, Philip, 2003


Merril’s Atlas of radiographic position Radiologic Procedurec vol : 2,10 th
Edition Mosby, St Louis

Pearce, Evelyn.C,.2000
www.anatomi dan fisiologi,com
BAPETEN, 2011. Perka No 8

// badan pengawas tenaga nuklir

39
LAMPIRAN

Surat Permintaan Dokter

40
HASIL EXPERTISE

41

Anda mungkin juga menyukai