Anda di halaman 1dari 24

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN APG DENGAN KLINIS

CA.SERVIKS DENGAN TERPASANG NEFROSTOMI


DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD dr.H.ABDUL
MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Proposal Karya Tulis Ilmiah


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Ahli Madya Kesehatan Bidang Radiologi

Disusun Oleh :

RIDHO FERDIANSYAH
NIM. 1801015054

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


PATRIOT BANGSA
LAMPUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Saluran kemih merupakan sebuah sistem yang sangat berperan dalam
proses metabolisme yang dilakukan tubuh. Sistem ini tersusun atas beberapa
organ diantaranya sepasang ginjal, sepasang ureter, kandung kemih dan uretra.
Sistem saluran kemih berfungsi sebagai sistem yang mensekresikan dan
mengekskresikan zat-zat hasil metabolisme tubuh. Karena perannya yang
besar, gangguan pada salah satu organ atau sebagian dari organ penyusun
saluran kemih ini dapat menganggu metabolisme tubuh yang berujung pada
terganggunya kesehatan tubuh seseorang. Oleh karena itu, berbagai cara, upaya
dan teknik kesehatan yang membantu mendiagnosa dan mengatasi segala
gangguan dari organ-organ sistem saluran kemih terus dikembangkan.
Gambaran radiologi yang dihasilkan dari pemeriksaan radionuklir
(Rontgen, USG, CT Scan, MRI dan Kedokteran Nuklir) mempunyai peran
penting dalam mendiagnosa dan memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk
mengetahui berbagai gangguan yang terjadi pada organ – organ tubuh. Dengan
adanya bantuan dari visualisasi yang dicitrakan oleh berbagai alat ini, semua
bendtuk gangguan-gangguan yang terjadi pada tubuh dapat diketahui dan
diatasi lebih cepat. Teknik radiografi konvensional (rontgen) merupakan suatu
usaha yang digunakan untuk mendapatkan visualisasi dari anatomi maupun
fungsi organ atau sistem dari saluran kemih yang dicurigai mengalami
gangguan yang dapat mengganggu proses metabolisme yang dilakukannya.
 Banyak teknik radiografi yang digunakan untuk mendapatkan visualisasi
dari organ-organ penyusun sistem saluran kemih, baik untuk mendapatkan
gambaran anatomi atau pun untuk mendiagnosa fungsi dari sistem saluran
kemih itu sendiri. Oleh karena organ penyusun sistem saluran kemih ini
merupakan organ lunak yang visualisasi anatominya tidak dapat diperoleh
melalui teknik radiografi biasa, maka semua teknik pemeriksaan yang
digunakan untuk menggambarkan  sistem saluran kemih memanfaatkan kontras
media sebagai alat bantu pemeriksaan. Kontras media yang digunakan ini akan
memberikan visualisasi berupa anatomi dan gambaran fungsi sistem yang
bekerja. Kontras media yang digunakan akan memberikan efek radioopac pada
organ yang dimasukinya sehingga membuat objek yang diperiksa memiliki
visualisasi yang berbeda dengan organ disekitarnya.
Kontras media yang digunakan untuk memvisualisasikan organ-organ
penyusun sistem saluran kemih akan dimasukkan ke dalam tubuh dengan
berbagai cara/teknik. Teknik pemasukan kontras media yang biasa digunakan
dalam pemeriksaan radiologi untuk sistem saluran kemih diantaranya BNO
IVP (teknik pemasukan kontras media melalui pembuluh darah), Retrograde
Pyelografi (teknik pemasukan kontras media dengan menggunakan kateter,
aliran konras media melawan arah arus saluran kemih) dan Antegrade
Pyelografi (teknik pemasukan kontras media secara percutaneus atau dapat
melalui nephrostomy tube).
1.2 Masalah Penelitian

Sulitnya melakukan pemeriksaan APG Karena Bahan Kontras Harus

Tepat Pada Ca.Cervix.

1.3 Batasan Masalah

Dalam karya tulis ilmiah ini penulishannya membatasi masalah pada

penatalaksanaan APG dengan klinis Ca.Cerviks di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Umum Daerah dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

1.4 Tujuan Penelitian

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis membagi dua tujuan

yakni:

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui teknik Penatalaksanaan APG Dengan

Klinis Ca.Cerviks Dengan Terpasang Nefrostomi di Instalasi


Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr.H.Abdul Moeloek

Provinsi Lampung.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit

Ca.Cerviks

b. Untuk mengetahui tekhnik penatalaksanaan pemeriksaan

APG di Rumah Sakit Umun Daerah dr.H.Abdul Moeloek

Provinsi Lampung.

c. Untuk mengetahui hasil gambaran dari pemeriksaan APG


dengan klinis Ca.Cerviks.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Anatomi Ginjal

Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah sangat banyak (sangat
vaskuler) yang fungsi dasarnya adalah "menyaring/membersihkan" darah. Volume
aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1700 liter/hari yang kemudian
disaring menjadi cairan filtrate sebanyak 120 ml/menit (170liter/hari) ketubulus.
Cairan filtrate ini di proses dalam tubulus. Cairan filtrate ini di proses dalam
tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke 2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2
liter/hari.
Ginjal berukuran dengan panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm kira-kira
sebesar kepalan tangan. Ginjal di bentuk oleh unit-unit yang di sebut nephron
yang jumlahnya mencapai 1-1,2 juta buah pada tiap ginjal. Unit nephron dimulai
pembuluh darah halus/kapiler, bersifat sebagai saringan disebut glomerulus, darah
melewati glomerulus atau kapiler tersebut disaring sehingga berbentuk filtrate
(urin yang masih encer) yang jumlahnya kira-kira 170 liter/hari, kemudian
dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke
saluran saluran ureter, kandung kencing, kemudian keluar melalui uretra.
Fungsi ginjal adalah bertugas sebagai system filter/ saringan dan membuang
sampah, menjaga keseimbangan cairan tubuh, produksi hormone erthropoietin
yang membantu pembuatan sel darah merah dan mengaktifkan vitamin D unruk
memelihara kesehatan tulang.
(Manajemen Hidup Sehat oleh Dr.Nico A Lumenta dkk.)
2.1.2 Ureter

Setiap Ureter memiliki panjang 10 sampai 12 Inchi (25 samapi 30 cm) yang
terletak menuju kebawah (desenden) di belakang peritoneum dan di depan otot
psoas dan processus tranversus vertebra lumbalis, melewati inferior dan postertior
di depan sayap sakral, dan kemudian kurva anterior dan medial untuk memasuki
permukaan podterolateral dari tingkat spina iskiadika. Ureter menyampaikan urin
dari pelves ginjal ke kandung kemih dengan lambat, kontraksi peristaltik ritmis.
Ureter berfungsi sebagai jalannya urin dan ginjal ke vesical urinaria.
(Merrilis Atlas of Radiographic Position Volume 2 Edition Tenth)
2.1.3 Vesica Urinaria

Kandung kemih adalah kantung yang terbentuk dari musculo membranous yang
berfungsi sebagai reservoir (tempat penyimpanan sementara) untuk urine.
Kandung kemih terletak di dekat posterior dan superior ke simfisis pubis dan
menuju anterior ke ructum pada pria dan anterior ke kanal vagina pada wanita.
Puncak kandung kemih adalah pada aspek anterosuperior dan berdekatan dengan
aspek superior dari simfisis pubis. Bagian yang paling tetap kandung kemih
adalah leher, yang bertumpu pada prostat pada pria dan pada diafragma panggul
pada wanita.
Kandung kemih bervariasi dalam ukuran, bentuk dan posisi sesuai dengan isisnya.
Hal ini secara bebas bergerak dan diadakan di posisi oleh lipatan peritoneum.
Ketika kosong, kandung kemih terletak pada daerah rongga panggul. Saat
kandung kemih terisi, secara bertahap mengasumsikan bentuk oval sementara
memperluas superior dan interior kedalam rongga perut. Kandung dewasa dapat
menahan sekitar 500 ml cairan ketika benar-benar penuh. Keinginan untuk
berkemih (buangair kecil) terjadi ketika sekitar 250 ml urin dalam kandung
kemih.
Ureter memasuki dinding posterior kandung kemih pada margin lateral bagian
superior dari basis dan lulus miring melalui dinding ke lubang internal yang
masing-masing (Seperti gambar diatas). Kedua buakaan sekitar 1 inchi (2,5 cm)
terpisah saat kandung kemih kososng dan sekitar 2 inchi (5 cm) terpisah ketika
kandung kemihyang buncit. Bukaan yang berjarak sama dari lubang uretra
internal, yang terletak dileher (bagian terendah) dari kandung kemih. Daerah
segitiga antara tiga lubang disebut trigonum. Mukosa lebih trigonum selalu mulus,
sedangkan sisa lapisan mengandung lipatan, yang disebut rugae, saat kandung
kemih kosong.
(Merrilis Atlas of Radiographic Position Volume 2 Edition Tenth)

2.2 TEKNIK PEMERIKSAAN APG


2.2.1 APG (Antegrade pyelography)
Menurut Buku Principles of Genitourinsry Radiology Oleh Zoran L
Barbaric
APG merupakan teknik pemeriksaan kontras dimasukkan kedalam system
pengumpulan (system urinaria) melalui selang (kateter) yang sudah di lakukan
nefrostomy (pembedaan nefron) atau bisa dapat dilakukan dengan menyuntikan
kontras melalui perkutan secara tunggal.APG biasanya dilakukan untuk
menentukan ada atau tidak adanya penyebab, menentukan letak keabnnormalan,
dan tingkat keparahan obstruksi ureter.
Sedangkan menurut Merill's Atlas Of Radiographic Positions and
Radiologic Procedures ten editions(volume two). Teknik pemeriksaan APG
adalah teknik pengisian secara antegrade yang memungkinkan media kontras
untuk masuk ke ginjal melalui aliran darah normal. pada pasien khusus dilakukan
dengan memberiksan bahan kontras langsung ke ginjal melalui puncture
percutaneous dari pelvis ginjal, teknik ini disebut percutaneous antegrade
urography. jauh lebih umum digunakan adalah teknik fisiologis, dimana agen
kontras umumnya dimasukkan kedalam intravena, teknik ini disebut exctretory
atau intravena urografi (IVU)

2.2.2 Tujuan Pemerikasaan APG


 Seperti juga pada RPG, teknik APG ini dapat memperlihatkan
anatomi, fungsi dan lesi-lesi tractus urinari pada bagian atas.
 Bertujuan untuk mengevaluasi gambaran ureter dan ginjal.
 Dilakukan setelah pemeriksaan IVP gagal menghasilkan suatu
diagnosa yang informatif atau diagnosa yang di hasilkan kurang
akurat dan metode RPG tidak mungkin dilakukan.
 Untuk memperlihatkan tractus urinarus, terutama pada bagian
pelvic renal sampai dengan ureter.
 Memperlihatkan adanya obstruksi pada ureter yang disebabkan oleh batu.
2.2.3. Indikasi Pemerikasaan
 Neprolithiasis (adanya batu ginjal)
 Uretrolothiasis (adanya batu ureter)
 Nephritis
 Trauma akut tractus urinari
 Hydronephrosis
 Ca.Cervix
2.2.4. Persiapan Pasien
Persiapan yang harus dilakukan untuk pasien APG adalah seperti pada
pasien yang akan dilakukan operasi (pembedahan) antara lain dengan
puasa atau dilakukan clisma (dimasukkan cairan hangat lewat anus)
sebelum operasi.

2.2.5. Persiapan Alat dan Bahan


 Kontras Media
 Spuit dispossible
 Handscoon 
 Clamp
 Pleaster
 Betadine
 Alkohol
 NaCL / Aquadestilata
 Haas
2.2.6. Teknik Pemeriksaan
1. Kateter yang telah terpasang diklem, kemudian selang yang
menghubungkan dengan urine bag di cabut.
2. Kontras media disiapkan dengan cara mencampurkan bahan
kontras (Urografin) dengan NaCl dengan perbandingan 1:3, dan
banyaknya kontras yang dilarutkan adalah 5-20ml.
3. Sebelum kontras media dimasukkan, terlebih dahulu di buat plan
foto.
4. Suntikan kontras media yang sudah diencerkan melalui keteter
yang sebelumnya telah di buka klemnya.
5. Kateter yang dipasang oleh ahli urologi harus telah mencapai
pelvicalyceal (pelvis renal), maka APG dapat dilakukan.
6. Film digunakan adalah 35 x 35 cm seri 3 :
 Foto I di fokuskan pada renogram dan pelvic calyses sistem
 Foto II difokuskan pada ureter bagian proximal dan pelvic
calises sistem.
 Foto III difokuskan pada ureter bagian distal dan vesica
urinaria
7. Foto terakhir di buat untuk melihat sekresi ginjal.
Menurut Genitourinary Radiology ( The Requisites) oleh Ronald
J. Zagoria
teknik pemasukan bahan kontras Antegrade Pyelography dilakukan
setelah menusukan jarum halus kedalam sistem pengumpul intra renal
21 atau 22 gauge pada dinding tipis dengan jarum yang sesuai untuk
prosedur ini. tusukan jarum halus pada ginjal dihubungkan dengan
bagian yang beresiko cedera rendah pada pembuluh darah dan sepsis.
banyak tusukan di trasrenal dengan jarum 21-22 gauge dapat dilakukan
dengan impunitas relatif karena resiko komplikasi rendah yang
signifikan.

Gambar teknik pemasukan bahan kontras melalui nefrostomy


      8. Proyeksi Pemeriksaan

a. Plan foto AP abdomen (tujuan: untuk melihat persiapan pasien


apakah bagus atau tidak) dan untuk      menetukan faktor eksposi
selanjutnya.
 Posisi pasien : Supine di atas meja pemeriksaan
Posisi Objek Pasien :
 MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada pada MLT (Mid
Line Table)

 Kedua lengan berada disamping tubuh


 Kedua bahu diatur sama tinggi agar berada pada bidang
transversal yang sama

 Diatas bawah kaset mencangkup atas sympisis pubis dengan


batas atas pada xypoid
- CR : Vertical kaset
- CP : Pertengahan film setinggi L-3 atau pada umbilicus
- Kaset : ukuran 35 x 43 cm memanjang
- Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah ekspirasi penuh

Kriteria Evaluasi
 Tampak gambaran Abdomen dengan batas bawah
film mencangkup tepi atas sympisi pubis
 Foto simetris ditandai dengan columna vertebrae
lumbalis terproyeksi pada pertengahan film
 Tampak kontur ginjal kiri dan kanan
 Kedua dinding lateral Abdomen tidak terpotong
 Bila bisa mencangkup kedua diafragma
 b. Oblique
 Pada film 35 x 35 cm dibvuat segitiga, pasien
diposisikan sedemikian rupa sehingga objek yang
dituju dapat terlihat. Untuk mendapatkan objek
tersebut proyeksi yang paling sering digunakan
adalah adalah oblique (dimonitor oleh fluoroscopy)
 Posisi pasien : dari keadaan supine, tubuh pasien
(salah satu sisi) diangkat kira-kira 30 - 45 derajat.
Posisi objek :
 Sisi tubuh yang lain di ganjal dengan spon
 Lutut agak difleksikan 
 Ginjal yang akan di periksa diletakkan dekat dengan
film
 Daerah upper tract urinary, di pusatkan pada
pertengahan film
 Central Point (CR) : Tertuju kedaerah renal yang
diperiksa
 Eksposi : pada saat tahan nafas.
 Kriteria Evaluasi
 Pelvic calises tampak terisi kontras
 Posisi oblique ini juga digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya kondisi patologis pada ureter
dengan perubahan posisi
2.2.7. Kelainan-Kelainan Patologi
 Antegrade pyelogram depicting distal ureteric structure
 A partial obstruction in the distal ureter is caused by a small
calculus (seen as afilling defect) followed by a stricture.

 Observation stone manipulation dan obstruksi


2.3 Kerangka Konsep

INPUT PROSES OUTPUT

1. Persiapan 1. Penatalaksana 1. Hasil


an APG gambaran
pasien
dengan klinis APG dengan
pemeriksaan Ca.Cerviks klinis
APG dengan Ca.Cerviks.

klinis
Ca.Cerviks.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini mengunakan desain penelitian deskriptif dengan

pendekatan observasi. Deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian

berdasarkan data deskriptif yaitu berupa lisan atau tertulis dari

seorang subyek yang telah diamati dan memiliki karakteristik bahwa

data yang diberikan merupakan asli yang dapat di ubah serta

menggunakan cara yang sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya. Dalam metode observasi dimana penulis melihat,

memperlihatkan dan ikut serta dalam melakukan pemeriksaan yang

bertujuan untuk mengetahui bagaimana teknik pemeriksaan APG

dengan klinis Ca.Cerviks di isntlasi radiologi RSUD dr.H.Abdul

Moeloek Provinsi Lampung.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat
Penelitian dilakukan di instalasi radiologi RSUD dr.H.Abdul
Moeloek Provinsi Lampung.
3.2.2 Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan september-oktober 2019

3.3 Sumber Data


Sumber data karya tulis ilmiyah ini terdiri atas sumber data

primer karena penelitian dilakukan secara langsung data primer.


Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung

dari sumber asli (tidak melalui media perantara) data primer dapat

berup opini subjek (orang) secara individual atau kelompok. Pada

kasus ini sumber data yang diperoleh berupa data langsung, tanpa

perantara karena mengikuti prosdur pemeriksaan, data perimer yang

didapat antara lain adalah data riwayat pasien, permintaan dokter, film

rontgen dan dokumentasi. Data primer diperoleh melalui observasi,

wawancara dan tamya jawab kepada bagian instalasi radiologi RSUD

dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

3.4 Sempel Data


Pada penelitian yang saya lakukan saya menggunakan 1 (satu)
pasien sebagai sempel penelitian yang saya pakai dengan kritteriaa
pasien dengan klinis Ca.Cerviks.
3.5 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
3.5.1 Study Data
Yaitu dalam proses penyusunan karya tulis ini, dilakukan
pengumpulan data-data teoritis dan pengkajian pada beberapa
literature yang berhubungan dengan pemeriksaan APG
3.5.2 Observasi
Yaitu dengan cara mengamati, mengikuti dan melihat secara
langsung jalannya pemeriksaan APG
3.5.3 Dokumentasi
Penulis mengambil dokumentasi hasil gambaran radiografi
dari Pemeriksaan APG dengan klinis Ca.Cerviks di Instalasi
Radiologi Rumah Umum Sakit Daerah dr.H.Abdul Moeloek
Provinsi Lampung.
3.5.4 Wawancara
Pengumpulan data penelitian dengan cara melakukan

wawancara terhadap pihak-pihak yang bersangkutan,

diantaranya kepada dokter tentang prosedur dan teknik

pemeriksaan panoramik di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Umum Daerah dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

A.Wawancara dengan Dokter Spesialis Radiologi

a) Apakah ada setandar oprasional prosedur di isntalasi

radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr.H.Abdul

Moeloek Provinsi Lampung ?

b) Apa saja kelainan yang sering terjadi pada pemeriksaan

APG?

c) Apakah pemeriksaan APG sangat cocok digunakan pada

pasien dengan klinis Ca.Cerviks?

B.Waawancara radiografer

a) Apakah ada setandar oprasional prosedur pemeriksaan

panoramic di isntalasi radiologi Rumah Sakit Umum

Daerah dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung?

jawab

b) Apakah setandar oprasional prosedur di rumah sakit sudah

sesuai dengan apa yang dilakukan pada pemeriksaan

APG?

jawab

c) Apakah ada resiko dari pemeriksaan APG?


jawab

d) Apakah ada teknik khsus dalam pemeriksaan APG dengan

klinis Ca.Cerviks ?

Jawab

3.6 Analisis Data


3.6.1 penyajian data
A. Tanya jawb kepada dokter radiologi

Narasumber :

Tempat dan tanggal :

a) Apakah ada standar oprasional prosedur di instalasi radiologi Rumah

Umum Sakit Daerah dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung?

Jawab:

b) Apa saja kelainan yang sering terjadi pada pemeriksaan APG?

Jawab:

c) Apakah ada persiapan khusus yang harus dilakukan sebelum

pemeriksaan APG?

Jawab:

d) Apakah pemeriksaan APG sangat cocok digunakan pada pasien

dengan klinis Ca.Cerviks ?

Jawab:

e) Apakah ada pemeriksaan yang bisa dilakukan selain pemeriksaan

APG?

Jawab:
B. Tanya jawb kepada radiografer radiologi

Narasumber :

Tempat dan tanggal :

a) Apakah ada setandar oprasional prosedur di isntalasi radiologi

Rumah Umum Sakit Daerah dr.H.Abdul Moeloek Provinsi

Lampung?

Jawab:

b) Apakah setandar oprasionala prosedur di ruma hsakit sudah sesuai

dengan apa yang dilakukan pada pemeriksaan APG?

Jawab:

c) Apakah ada teknik khusus untuk melakukan pemeriksaan APG

dengan klinis Ca.Cerviks ?

Jawab:

d) Apakah pemeriksaan APG sangat cocok digunakan pada pasien

dengan klinis Ca.Cerviks ?

Jawab:

3.6.2 Penarikan Kesimpulan

Dari hasil Tanya jawab kepada dokter radiologi dan

radiografer dapat ditarik kesimpulan bahwa penatalaksanaan

pemeriksaan APG dengan klinis Ca.Cerviks di Instalasi radiologi

Rumah Sakit Umum Daerah dr.H.Abdul Moeloek Provinsi


Lampung yaitu pada teknik pemeriksaan foto APG dapat

memberikan hasil gambaran yang tepat dan optimal karena dapat

memperlihatkan ginjal dan vesika urinaria serta keseluruhan

system urinaria dalam 1 (satu) film radiografi sehingga dapat

membantu dokter dalam melakukan langkah selanjutnya pada saat

melakukan pemeriksaan APG harus sesuai dengan standar

oprasional prosedur yang ada diinstalasi radiologi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai