Anda di halaman 1dari 26

1.

cystografi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu radiologi sejalan dengan kemajuan ilmu
kedokteran dan ilmu – ilmu pada umumnya. Salah satu perkembangan dunia
radiologi adalah penggunaan media kontras yakni bahan yang dapat
menampakan struktur gambar organ tubuh (baik anatomi maupun fisiologi)
manusia dalam pemeriksaan radiografi. Media kontras untuk pemeriksaan
radiografi telah dikenal 1 tahun setelah ditemukan sinar-x ketika Haschek
dan Lindenttial di Wina mempublikasikan pemakaian campuran bismuth,
timbale, dan garam barium.
Salah satu pemeriksaan radiologi yang menggunakan media kontras
yaitu pemeriksaan Cystografi.
Pemeriksaancystografi adalah suatu pemeriksaan radiografi untuk
memperlihatkan daerah kandung kemih (vesika urinaria) dengan
menggunakan media kontras positif (yodium), contohnya ionik sodium
maupun neglumine diatrezioates atau kontras non ionik untuk melihat struktur
dan kelainan pada vesika urinaria (kandung kemih). Sehingga dapat diketahui
secara jelas anatomi, fisiologi dan kelainan patologi dari organ-organ yang
diperiksa.
salah satu kelainan pada sistem urinarius adalah Cystitis.Cystitis adalah
peradangan pada kandung kemih akibat berkembang biaknya
mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pada kandung kemih.
Untuk itu penulis akan membahas tentang teknik dan prosedur
pemeriksaan Cystografi yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD
Panembahaan Senopati Bantul dalam pembuatan Laporan Kasus PKL II
yang berjudul “Teknik Pemeriksaan Cystografi dengan Indikasi Cytitis di
Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul”.

B. RumusanMasalah

Untuk mempermudah pemahaman dan penulisan tentang pemeriksaan


Cystografi maka rumusan masalah yang penulis kemukakan adalah:

Bagimana prosedur pemeriksaan cystografi pada indikasi cystitis di Instalasi


Radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul.

C. TujuanPenulisan

Pembuatan laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemeriksaan


cystografi dengan indikasi cystitis di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan senopati
Bantul.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan laporan kasus ini ditujukan

1) Bagi institusi pendidikan, sebagai tambahan referensi dan sebagai


tinjauan pustaka bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Akademi
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi mengenai teknik
pemeriksaan Cystografi pada pasien pada indikasi Cystitis.

2) Bagi pihak rumah sakit dalam hal ini instalasi radiologi, berguna
sebagai masukan dalam rangka peningkatan mutu dan pelayanan
khususnya pada penyusunan prosedur tetap untuk pemeriksaan
Cystografi.

3) Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca.


E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami laporan kasus ini maka penulis
menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut
Bab I Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penulisan dan Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka yang berisi Landasan Teori tentang Anatomi dan
Fisiologi Sistem Urinaria, Patologi, Indikasi dan Kontra Indikasi
Pemeriksaan, Prosedur Pemeriksaan, Teknik Pemeriksaan.
Bab III Hasil dan Pembahasan yang berisi Metodologi, Hasil Penelitian,
Pembahasan.
Bab IV Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi sistem Urinaria


Yang dimaksud dengan system urinaria adalah suatu system tentang
pembentukan urine mulai dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
(Pearce, 1999).
Gambar 2.1. Anatomi tractus urinarius
Keterangan Gambar :

1. Ginjal Kanan
2. Ginjal Kiri
3. Ureter
4. Vesika Urinaria
5. Suprarenal Gland
6. Vena Cava Inferior
7. Aorta
8. Rectum
9. Prostat
10. Anus

1. Ginjal
Ginjal biasa juga disebut dengan kidney, terletak di belakang
rongga peritoneum dan berhubungan dengan dinding belakang dari
rongga abdomen, dibungkus lapisan lemak yang tebal. Ginjal terdiri dari
dua buah yaitu bagian kanan dan bagian kiri. Ginjal kanan lebih rendah
dan lebih tebal dari ginjal kiri, hal ini karena adanya tekanan dari hati.
Letak ginjal kanan setinggi lumbal I sedangkan letak dari ginjal kiri
setinggi thorakal XI dan XII. Bentuknya seperti biji kacang tanah dan
margo lateralnya berbentuk konveks dan margo medialnya berbentuk
konkav. Panjangnya sekitar 11,25 cm, lebarnya 7,5cm, dan tebalnya
3,75cm.
Bagian luar dari ginjal disebut dengan substansia kortikal sedang
bagian dalamnya disebut substansia medularis dan dibungkus oleh
lapisan yang tipis dari jaringan fibrosa. Nefron merupakan bagian terkecil
dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal, lengkung
hendle, tubulus distal, dan tubulus urinarius (papilla vateri).
Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24
jam dapat menyaring darah 170 liter, arteri renalis membawa darah
murni dari aorta ke ginjal. Lubang-lubang yang terdapat pada pyramid
renal masing-masing membentuk simpul dan kapiler suatu badan
malphigi yang disebut glomerulus. Pembuluh afferent bercabang
membentuk kapiler menjadi vena renalis yang membawa darah dari
ginjal ke vena kava inferior.
Fungsi ginjal antara lain :
a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau
racun
b. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh
d. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain
dalam tubuh
e. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,
kreatinin, dan amoniak.
Gambar 2.2. Anatomi Ginjal

Keterangan Gambar :
1. Papilla Renal
2. Substansi Kortikal
3. Sinus Renal
4. Substansi Medulary
5. Pyramid
6. Kalik Mayor
7. Kalik Minor
8. Pelvic Renal
2. Ureter
Ureter adalah lanjutan dari renal pelvis yang panjangnya antara 25-
30 cm, dan diameternya sekitar 1 mm sampai 1 cm. Ureter terdiri atas
dinding luar yang fibrus, lapisan tengah yang berotot, dan lapisan
mukosa sebelah dalam. Ureter mulai sebagai pelebaran hilum ginjal, dan
letaknya menurun dari ginjal sepanjang bagian belakang dari rongga
peritoneum dan di depan dari muskulus psoas dan prosesus transversus
dari vertebra lumbal dan berjalan menuju ke dalam pelvis dan dengan
arah oblik bermuara ke kandung kemih melalui bagian posterior lateral.
Pada ureter terdapat 3 daerah penyempitan anatomis, yaitu :
a. Uretropelvico junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari renal
pelvis sampai bagian ureter yang mengecil
b. Pelvic brim, yaitu persilangan antara ureter dengan pembuluh darah
arteri iliaka
c. Vesikouretro junction, yaitu ujung ureter yang masuk ke dalam
vesika urinaria atau kandung kemih (Syaifuddin, 1997).
Ureter berfungsi untuk menyalurkan urine dari ginjal ke kandung
kemih. Gerakan peristaltik mendorong urine melalui ureter yang
diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran,
melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih (Syaifudin,
1997).

3. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan muskulus membrane yang berbentuk
kantong yang merupakan tempat penampungan urine yang dihasilkan
oleh ginjal, organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di
dalam panggul besar, sekitar bagian postero superior dari simfisis pubis.
Bagian kandung kemih terdiri dari fundus (berhubungan dengan rectal
ampula pada laki-laki, serta uterus bagian atas dari kanalis vagina pada
wanita), korpus, dan korteks. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan
peritoneum (lapisan sebelah luar), tunika muskularis (lapisan otot), tunika
submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Kandung
kemih bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan posisinya, tergantung dari
volume urine yang ada di dalamnya. Secara umum volume dari vesika
urinaria adalah 350-500 ml.
Kandung kemih berfungsi sebagai tempat penampungan
sementara (reservoa) urine, mempunyai selaput mukosa berbentuk
lipatan disebut rugae (kerutan) dan dinding otot elastis sehingga
kandung kencing dapat membesar dan menampung jumlah urine yang
banyak. (Pearce, 1999).
KeteranganGambar :

1. Ureter
2. UV Junction
3. Trigone
4. Uretra
5. Prostat

Gambar 2.3. Anatomi Vesica Urinari

4. Uretra
Uretra adalah saluran sempit yang terdiri dari mukosa membrane
dengan muskulus yang berbentuk spinkter pada bagian bawah dari
kandung kemih. Letaknya agak ke atas orivisium internal dari uretra
pada kandung kemih, dan terbentang sepanjang 1,5 inchi (3,75 cm)
pada wanita dan 7-8 inchi (18,75 cm) pada pria. Uretra pria dibagi atas
pars prostatika, pars membrane, dan pars kavernosa. (Pearce, 1999).
Berfungsi untuk transport urine dari kandung kencing ke meatus
eksterna, uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher
kandung kencing ke lubang air.
B. Patologi
Pemeriksaan Cystografi dilakukan karena terjadi kelainan pada Vesica
urinaria yaitu diantaranya adalah cystitis.
Cystitis merupakan peradangan pada kandung kemih (Medical Surgical
Nursing, 2044).Cystitis adalah keadaan klinis akibat berkembang biaknya
mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pada kandung
kemih.Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering
disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. (Brunner & Suddarth,
2002).
Cystitis dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Cystitis primer

Merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat


terjadi karena penyakit lain, seperti batu pada kandung kemih,
divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.

2. Cystitis sekunder

Merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari


penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.

C. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemeriksaan


1. Indikasi Pemeriksaan (Bontrager, 2001)
a. Benigna Prostatica Hyperplasi (pembesaran prostat jinak), adalah
suatu tumor prostate yang disebabkan oleh adanya penyempitan
atau obstruksi uretra.
b. Bladder calculi/vesico lithiasis/batu kandung kemih
c. Polinephritis, adalah peradangan pada ginjal dan renal pelvis
yang disebabkan oleh pyogenic bakteri (pembentukan nanah)
d. Ren calculi (batu pada ginjal), adalah kalkulus yang terdapat pada
ginjal atau pada parenchim ginjal.
e. Hidronefrosis, adalah distensi dari renal pelvis dan system kalises
dari ginjal yang disebabkan oleh obstruksi renal pelvis atau
ureter.
f. Hipertensi ginjal (renal hypertension), adalah meningkatnya
tekanan darah pada ginjal melalui renal arteri.
g. Obstruksi ginjal (renal obstruction), adalah obstruksi pada ginjal
yang disebabkan oleh batu, trombosis, atau trauma.
h. Penyakit ginjal polikistik (polycystic kidney disease), yaitu suatu
penyakit ginjal yang ditandai dengan banyaknya kista yang tidak
teratur pada satu atau kedua ginjal.
i. Cystitis, yaitu peradangan pada vesika urinaria

2. Kontra Indikasi Pemeriksaan (Bontrager, 2001)


a. Hipersensitif terhadap media kontras
b. Tumor ganas
c. Gangguan pada hepar
d. Gagal jantung
e. Anemia
f. Gagal ginjal akut maupun kronik
g. Diabetes, khususnya diabetes mellitus
h. Pheochrocytoma
i. Multiple myeloma
j. Anuria (tidak adanya ekskresi dari urine)
k. Perforasi ureter

D. Prosedur Pemeriksaan
Teknik pemeriksaan Cystografi yang pertama kali dilakukan adalah
pasien datang ke radiologi dengan membawa surat pengantar foto
roentgen, (bukan pemeriksaan Cystografi apabila pasien belum di
pasangkan catheter dari bagian urologi). Kemudian pasien di minta
untuk mengganti pakaian dengan menggunakan pakaian yang sudah di
siapkan oleh bagian radiologi (baju pasien). setelah itu pasien di suruh
ke kamar kecil untuk miksi atau mengosongkan kandung kemihnya
(kandung kencing).
Berikut langkah-langkah teknik penginjeksian media kontras untuk
pemeriksaan Cystografi :
1. Dengan menempatkan catheter uretheral, atur pasien pada posisi
supine untuk persiapan radiograf dan untuk cystogram awal.
2. Cystogram pada pasien dewasa pada film 10 x 12 inci (24 x 30 cm)
yang diletakkan secara memanjang.
3. Pertengahan kaset setinggi soft tissue bagian yang paling menonjol
dari greather trochanter. Ini bertepatan dengan daerah tengah
kandung kemih yang diisi. Oleh sebab itu sebuah film 12 inci (30 cm)
akan menghasilkan daerah ujung distal ureter untuk menunjukkan
bukti- bukti prostat dan bagian proximal dari uretra laki-laki.
Gunakan film yang lebih besar untuk di gunakan pada saat
penunjukan ureteral reflux.
4. Sesudah membuat radiograf awal, chateter diklem dan kandung
kemih disalurkan pada persiapan kontras. Mengikuti kontras, para
ahli menjepit catheter dan mengikatnya pada paha untuk
menghindari perpindahan selama perubahan posisi.
5. Pemeriksaan Cystografik secara umum terdiri dari empat proyeksi :
AP, AP Obliqe (kanan dan kiri), lateral. Studi tambahan,
menghasilkan pengosongan Cystourethogram, yang dibuat untuk
indikasi.
6. Methode Chassard-Lapine (volume 1), sering dinamakan “squat
shot”, kadang-kadang digunakan untuk menghasilkan sebuah
proyeksi axial permukaan posterior kandung kemih dan ujung
terendah dari ureter. (Learning Worksheet 2001).

E. Teknik Pemeriksaan
1. Proyeksi AP
a. Posisi pasien :
Tempatkan pasien supine pada meja pemeriksaan untuk
proyeksi AP,Plain foto
b. Posisi obyek :
1) Arahkan bidang MSP ke garis tengah alat grid.
2) Atur pundak dan pinggul sehingga berjarak sesuai dengan
film.
3) Letakkan tangan ke bagian yang tidak menghalangi
pengambilan gambar.
4) Jika pasien di posisikan supine,atur kaki pasien memanjang.
Pada posisi ini, tulang pubis dapat secara lebih mudah
diproyeksikan dibawah leher kandung kemih dan urethra
proximal.
5) Pertengahan kasete 2inci di atas symphisis pubis.
6) Perintahkan pasien untuk menahan nafas pada saat eksposi.

c. Central ray (CR) :


1) Arah CR (Central Ray) tegak lurus ke film 2 inchi di atas
symphisis pubis. Leher kandung kemih dan urethra proximal
yang menjadi daerah utama yang dilihat, 5 derajat
penyudutan caudal biasanya cukup untuk memproyeksikan
tulang-tulang pubis dibawahnya.
2) Pada proyeksi PA dari kandung kemih, arah CR (Central Ray)
langsung menuju leher kandung kemih pada sudut 10 sampai
15 derajat cephalad. Ini sekitar 1 inci (2,5 cm) dari ujung
coccyx. Jika prostat adalah daerah yang diperhatikan, arah
CR (Central Ray) langsung 20 sampai 25 derajat cephalad.
3) Arah CR tegak lurus symphisis pubis untuk studi mengenai
pengosongan.

d. Struktur gambaran :
Posisi AP atau PA menunjukan kandung kemih diisi dengan
kontras. Jika refluks muncul, distal ureter akan divisualisasikan.

e. Kriteria evaluasi :
Hal-hal berikut harus dengan jelas diperlihatkan :
1) Daerah ujung distal dari ureter, kandung kemih dan bagian
proximal uretra.
2) Tulang pubic diproyeksikan dibawah leher kandung kemih
dan uretra proximal terlihat.
3) Kontras secara jelas menunjukan kontras pada kandung
kemih, distal ureter dan proximal uretra. (Learning
Worksheet,2001)

Gambar 2.4. Posisi Pasien pada Proyeksi AP

2. Proyeksi AP Oblique ( posisi RPO )


Kaset : 10 x 12 inci (24 x 30)
a. Posisi pasien :
Tempatkan pasien semi supine pada meja radiograf untuk
proyeksi AP Oblique ( kanan ).

b. Proyeksi obyek :

Putar pasien 40 sampai 60 derajat RPO atau LPO, sesuai untuk


perintah radiolog.

1) Atur pasien sehingga lengkungan pubic paling dekat kemeja


lurus melebihi garis tengah grid.
2) Menyembunyikan paha paling atas secukupnya untuk
menghindari terjadinya superimposisi pada daerah kantong
kemih.
3) Pertengahan cassette 2 sampai 3 inci dibawah symphisis
pubis mendekati 1 inci lateral ke garis tengah pada sisi yang
dinaikkan (atau symphisis pubis untuk study pengosongan).
4) Perintahkan pasien untuk menahan nafas pada saat eksposi.

c. Central ray (CR) :


1) Arah CR tegak lurus ke film 2 inci di bawah symphisis pubis.
Leher kandung kemih dan urethra proximal sebagai tujuan
utama, 10º penyudutan caudal biasanya cukup untuk proyeksi
tulang pubic dibawahnya.

2) Central Ray tegak lurus diarahkan di atas symphisis pubis


untuk study pengosongan.

d. Struktur gambaran :
Proyeksi oblique menunjukan kandung kemih diisi dengan
kontras. Jika reflux hadir, distal ureter akan divisualisasikan.

e. Kriteria evaluasi :
Hal-hal berikut ini harus dengan jelas diperlihatkan :
1) Daerah ujung distal ureter, kandung kemih dan bagian uretra
proximal.
2) Tulang pubis di proyeksikan dibawah leher kandung kemih
dan urethra proximal tergambar.
3) Kontras secara jelas menunjukan kandung kemih, distal
ureter dan urethra proximal.
4) Tidak terjadi superimposisi kandung kemih oleh paha paling
atas (Learning worksheet,2001)
Gambar 2.5 Posisi Pasien pada Proyeksi AP Oblique
Kanan

f. Studi pengosongan :
1) Urethra secara keseluruhan dapat digambarkan dan diisi
dengan kontras.
2) Urethra overlap paha pada proyeksi oblique untuk
memperbaiki gambaran.
3) Urethra posterior superimposisi dengan pubic dan ishcial
rami (Learning worksheet,2001)

3. Proyeksi Lateral
Film : 10 x 12 inci (24 x 30) memanjang
a. Posisi pasien :
Tempatkan pasien pada posisi lateral pada meja
pemeriksaan, sisi kanan atau kiri sesuai dengan yang di
indikasikan.

b. Posisi obyek :
1) Fleksikan secara perlahan-lahan, lutut pasien untuk posisi
yang nyaman, dan atur tubuh sehingga bidang median
coronal di arahkan ke garis tengah grid.
2) Lenturkan siku dan tempatkan tangan dibawah kepala pasien.
3) Pertengahan cassette 2 sampai 3 inci diats batas symphisis
pubis pada bidang coronal.
4) Perhatikan pasien untuk menahan nafas pada saat eksposi
(Learning worksheet,2001).

c. Central Ray (CR) :


CR diarahkan langsung secara tegak lurus ke film 2 sampai
3 inci diatas symphisis pubis pada bidang median coronal.

d. Struktur gambaran :
Gambaran posisi lateral menunjukan kandung kemih terisi
dengan kontras,jika reflux muncul, uretr distal akan juga
divisualisasikan. Proyeksi menunjukkan dinding kandung kemih
anterior dan posterior serta dasar dari kandung kemih (Learning
worksheet).

e. Kriteria evaluasi :
Hal-hal berikut harus dengan jelas diperhatikan :
1) Daerah ujung distal dari ureter, kandung kemih dan bagian
urethra proximal.
2) Kontras secara lebih jelas menunjukan kandung kemih, distal
ureter dan urethra proximal.

3) Kandung kemih, dan distal ureter dapat divisualisasikan


melalui pelvis.
4) Pinggul dan femora superimpose.(Learning worksheet,2001)
Gambar 2.6. Posisi Pasien pada Proyeksi Lateral

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil penelitian tentang teknik pemeriksaan radiografi Cystografi pada
indikasi Cystitis di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati
Bantul, berupa laporan kasus yang meliputi pelaksanaan teknik
pemeriksaan yang akan diuraikan di bawah ini. Adapun laporan kasus
tersebut adalah :
1. Ilustrasi Kasus

Pada tanggal 24 mei 2013 seorang pasien datang ke instalasi


radiologi RSUD Panembahan Senopati Bantul diantar oleh
keluarganya.Data pasien tersebut adalah:

Nama : Tn.M

Umur : 64th

Jenis kelamin : laki-laki

No foto : 16xx

No RM : 98432xxx

2. Riwayat pasien :

Sejak satu bulan yang lalu Tn.M mengeluh rasa sakit atau nyeri dan
berdarah pada saat buang air kecil, karena terganggu oleh keadaan ini
Tn.M memeriksakan diri ke RSUD Pasnembahaan Senopati
Bantul.dokter mendiagnosa ada striktur pada visica urinaria pada
pasien tersebut. Dari poli bedah dokter memberi surat permintaan
untuk dilakukan cystografi di instalasi radiologi RSUD Panembahan
Senopati Bantul.

3. Persiapan pasien
Pasien datang ke loket Radiologi tanggal 24 mei 2013 untuk dilakuka
pemeriksaan cystografi. Pasien tidak melakukan persiapan khusus
hanya mengkosongkan kandung kemih dan pasien datang sudah
terpasang kateter.
4. Pelaksanaan pemeriksaan cystografi di RSUD Panembahan Senopati
Bantul:
a) Persiapan alat:
1) Pesawat sinar x
Nama/Merek : siemens
Nomer seri tabung : AM0122
kV maksimum : 125kv
2) Kaset dan film : 18X24cm
3) Marker :R
4) Spuit
5) Media kontras urografin
6) Bengkok
7) Handscoon

b. Persiapan pasien
1) Tidak ada persiapan khusus,hanya pasien harus
mengkosongkan bulinya terlebih dahulu sebelum pemasangan
kateter dilakukan
2) Pasien melepas benda-benda logam yang dapat mengganggu
gambaran

5. Teknik pemeriksaan
a. Plain foto
Dilakukan foto dengan proyeksi AP
Tujuan : koreksi faktor eksposi
Ketepatan posisioning
Melihat kemungkinan adanya patologi lain pada
vesica Urinaria
1) Posisi pasien : pasien tidur terlentang di atas meja
pemeriksaan
2) Posisi objek : MSP di tengah meja pemeriksaan

kedua tangan di letakan di samping tubuh

batas bawah kaset tampak sympisis pubis

3) Arah sinar : vertikal tegak lurus laset


4) Titik bidik : 2 inci di bawah umbilikus
5) Kaset :18 X 24cm
6) Krteria gambar:-tampak sacrum
-tampak ilium

-tampak sympisis pubis

-tampak vesica urinaria

Gambar 3.1 antero posterior polos

Pemasuka media kontras

a) Bahan kontras di campur dengan aqua seteril dengan perbandingan 1:3


sampai 1:4 (1kontras urografin dan ¾ aqua seteril).
b) Masukan kontras yang telah tercampur aqua 100cc (20cc urografin dan 80cc
aqua steril

Teknik pemotretan dengan media kontras

b. Antero Posterior

1) Posisi pasien : pasien tidur terlentang di atas meja


pemeriksaan
2) Posisi objek : MSP ditengah meja pemeriksaan

kedua tangan di letekan di samping tubuh

batas bawah tampak penis.

3) Arah sinar : vertikal tegak lurus kaset


4) Titik bidik : di tunjukan ke sympisis pubis
5) Kaset : 24x30cm di bagi dua (AP dan RPO)

c. obliq kanan(RPO)

1. Posisi pasien : semi supine (bagian posterior menempel meja)

2. Posisi objek : rotasikan tubuh 45o-60o tekuk lutut yang jauh dari

kaset.luruskan kaki yang dekat dengan kaset,

tangan yang dekat dengan kaset gunakan

sebagai pengganjal kepala yang jauh dari kaset

di letakan di depan tubuh

3. Arah sinar : tegak lurus

4. Titik bidik : 2 inchi superior sympisis pubis 2 inchi medial sias

Gambar 3.2 (Right Posterior Obliqe) Gambar 3.3 (Antero Posterior)


6) Proteksi radiasi

Proteksi radiasi selama pemeriksaan cystografi pada Tn.M adalah:

a. Bagi pasien

-menggunakan luas lapangan penyinaran sesuai obyek.

-menggunakan faktor eksposi secukupnya.

b. Bagi petugas radiologi

-Pada waktu melakukan ekspos petugas berada pada ruang


ekspos.

c. Bagi masyarakat umum

-Memberi peringatan kepada pihak yang tidak berkepentingan


selama pemeriksaan berlangsung berada di luar ruang
pemeriksaan.

- menutup pintu selama pemeriksaan berlangsung.

7) Processing Film
Pengolahan film dilakukan di kamar gelap menggunakan sistem 1
pintu yang didalamnya terdiri dari :
a. Daerah kerja kering
Daerah kerja kering disediakan untuk mengisi dan mengeluarkan film
dari kaset, memberi identitas pada film serta memasang film pada
kaset.
b. Daerah kerja basah
Daerah kerja basah disediakan untuk pengolahan film yang sudah
terexpose. Proses pencucian film di Instalasi Radiologi RSUD
Panembahan Senopati Bantul menggunakan Automatic Processing
yaitu dengan system transportasi film oleh roller yg berputar dengan
kecepatan tetap.
c. Hasil bacaan dokter
Setelah pemeriksaan selesai, film di proses pada automatic
procesing dan kemudian hasil foto di bacakan oleh dokter radiologi
dan hasil dari pemeriksaan penderita adalah:

- plain foto : Tidak tampak batu opak

- Cystogram : Dinding mukosa irreguler

Bentuk dan ukuran normal

- Kesan. : Cystitis
B. Pembahasan
1. Prosedur pemeriksaan Cystografi pada kasus indikasi cystitis di
instalasi Radiologi RSUD Panembahaan Senopati Bantul adalah
pasien tidak memerlukan persiapan khusus hanya saja pasien yang
akan melakukan pemeriksaan cystografi harus sudah terpasang
kateter dan kandung kemih dalam keadaan kosong, ini di
makasudkan agar kontras yang masuk ke dalam vesica urinaria
dapat maksimal.
2. Selanjutnya pasien di intruksikan untuk mengganti bajunya dengan
baju pasien setelah itu pasien di suruh terlentang di atas meja
pemeriksaan dan dilakukan plain foto AP dengan kaset 18 X 24cm
yang bertujuan untuk mengetahui ketepatan posisi pasien,
menentukan faktor eksposi selanjutnya dan melihat kemungkinan
adanya patologi lain pada VU.
3. Pada foto yang ke-2 dengan menggunakan kaset 24 X 30cm dibagi
dua yaitu AP dan AP obliqe kanan, di sini pasien akan diberikan
penjelasan bahwa pasien akan dimasukan kontras berupa urografin
sebanyak 100cc ke dalam VU nya melalui selang kateter dan
apabila pasien ingin merasa buang air kecil pasien disuruh
menahan sampai selesai pemeriksaan.
Pada proyeksi AP posisi pasien terlentang pada meja pemeriksaan
dengan MSP di pertengahan kaset, batas bawah sympisis pubis,
dan kedua tangan disamping tubuh, dan titik bidik di tunjukan pada
2 inci diatas simpisis pubis.
Pada proyeksi AP Obliqe Kanan (RPO) posisi pasien di atur semi
supine(bagian posterior menempel meja), tubuh di rotasikan 45 o-
60olutut bagian kiri yang jauh dari kaset di tekuk, luruskan kaki
kanan yang dekat dengan kaset, tangan kanan digunakan sebagai
pengganjal kepala tangan kiri diletakan di depan tubuh dengan titik
bidik 2 inchi superior sympisis pubis dan 2 inchi medial sias.

4. Pemeriksaan Cystografi pada kasus indikasi cystitis di instalasi


Radiologi RSUD Panembahaan Senopati Bantul tanpa
menggunakan proyeksi lateral karena dengan proyeksi AP dan AP
Obliqe Kanan sudah bisa membantu dokter radiologi dalam
menegakan diagnosa.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian laporan kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan
Cystografi Pada Indikasi Cystitis Di Instalasi Radiologi RSUD
Panembahan Senopati Bantul” dapar diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan Radiografi Intra Vena Pyelografi Dengan Kasus Suspek
Batu Saluran Kemih Di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan
Senopati Bantul merupakan pemeriksaan untuk melihat sistem tractus
urinarius dengan menggunakan media kontras positif.
a. Pemeriksaan Cystografi tidak memerlukan persiapan khusus
b. pemasukkan media kontras menggunakan media kontras positif
yang di masukan ke VU melalui kateter.
c. Kaset yang digunakan ukuran 18 x 24 cm dan 24 x 30cm
d. Proyeksi yang digunakan adalah Plain foto AP untuk melihat
terlabih dahulu persiapan pasien, faktor eksposi dan kondisi
anatomi patologi pasien, lalu pemasukan media kontras, lalu foto
ke 2 dilakukan pada proyeksi AP dan AP Oliqe kanan.
2. Pemeriksaan IVP di Instalasi Radiologi RSUD Panembahan Senopati
Bantul tanpa menggunakan proyeksi lateral karena dengan proyeksi
AP dan AP Obliqe Kanan suadah bisa membantu dalam menegakan
diagnosa.
B. Saran
1. Radiografer perlu memberikan penjelasan dan informasi secara
jelas pada pasien agar pasien mengerti dan dapat bekerja sama
saat dilakukan pemeriksaan.
2. Kesterilan alat pemeriksaan cystografi sebaiknya diperhatikan agar
tidak terjadi infeksi pada saluran uretra.

Anda mungkin juga menyukai