LAPORAN PENDAHULUAN
oleh:
Lisca Nurmalika Fitri, S. Kep
NIM 182311101073
Ureter terdiri dari dua saluuran pipa yang menghubungkan ginjal dengan
vesika urinaria (kandung kemih) dengan panjang ± 25-30 cm dengan penampang
± 0,5 cm. Lapisan dinding ureter, terdiri dari dinding luar jaringan ikat (fibrosa),
lapisan tengah otot polos, dan lapisan sebelah dalam lapisan mukosa. Lapisan
dinding ureter menimbulkan gerakan peristaltik setiap 5 menit sekali, bertujuan
untuk mendorong urin ke vesika urinaria (Nuari & Widayati, 2017).
Kandung kemih (vesika urinaria) terletak di belakang simfisi pubis di dalam
rongga panggul, bebentuk seperti kerucut dan dikelilingi oleh otot yang kuat.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan, yaitu peritonium (lapisan
terluar); tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
terdalam). Bagian-bagian kandung kemih meliputi:
a. Fundus. Bagian yang menghadap ke belakang bawah dan terpisah dari
rektum oleh spatium rectosivikale yang tersusun oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus. Bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks. Bagian yang maju kearah depan dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih,
berfungsi untuk menyalurkan urin ke luar. Pada laki-laki uretra berkelok-kelok
melalui pertengahan prostat, kemudian menembus lapisan fibrosa ke tulang pubis
dan menuju penis dengan panjang ±20 cm. Uretra pada laki-laki, terdiri dari uretra
prostatica, uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Lapisan uretra laki-laki
terdiri dari lapisan mukosa dan submukosa. Uretra pada wanita terletak di
belakang simfisis pubis miring dan kearah atas, panjang ± 3-4 cm. Lapisan uretra
pada wanita, terdiri dari tunika muskularis (lapisan terluar), spongeosa yang
merupakan pleksusu dari vena-vena, dan mukosa (lapisan terdalam) dan bermuara
di sebelah atas vagina (Nuari & Widayati, 2017).
Uretra pada wanita 3-4 cm (lebih pendek dari pada laki-laki). Risiko
infeksi saluran kemih pada wanita lebih tinggi karena kondisi uretra yang
pendek dan penyebaran asenden dari organisme usus. Uretra berjalan dari
leher kandung kemih menuju meatus eksterna. Meatus pada wanita terletak
di antara klitoris dan vagina. Vagina panjangnya antara 8-12 cm. Vagina
adalah saluran berotot yang berjalan ke arah atas dan belakang orifisium
vagina. Serviks menonjol ke aspek anterior atas vagina dan membentuk
forniks anterior, posterior, serta lateral. Pasokan darah vagina didapatkan dari
a. vaginalis (cabang a. iliaka interna) dan cabang vaginalis a. uterina (Faiz &
Moffat, 2003).
Uretra pria panjang ±20 cm. Uretra pria dibagi tiga bagian, yaitu (1)
uretra pars prostatika (3 cm). Memiliki peninggian yang memanjang (lipatan
uretra) pada dinding poteriornya. Di tiap sisi lipatan ini terdapat lekukan
dangkal, sinus prostatikus, yang menandai titik drainase dari 15-20 duktus
prostatikus. Utrikulus prostatikus adalah traktus buntu dengan panjang 5 mm
yang membuka ke suatu eminensia di tengah lipatan-verumontanum; (2)
uretra pars membranosa (2 cm), terletak di diafragma urogenitalis dan
dikelilingi oleh sfingter uretra eksterna (uretra sfingter); dan (3) uretra pars
penis (15 cm) melalui korpus spongiosum penis menuju meatus uretra
eksterna (Faiz & Moffat, 2003).
Ginjal berperan penting dalam mengatur volume dan komposisi cairan
tubuh, mengeluarkan racun, dan menghasilkan hormon (renin, erythropoietin, dan
bagian aktif vitamin D). Setiap ginjal mengandung ±1 juta nefron, dan terdapat 6
bagian utama anatomi dan fungsional nefron, yang meliputi:
1) Glomerolus. Berfungsi untuk ultrafiltrasi darah.
2) Tubulus proksimal. Memiliki 2 fungsi penting, yaitu (1) reabsorbsi sodium
klorida, air, bikarbonat, glukosa, protein, asam amino, postasium,
magnesium, kalisium, fosfat, asam urat, dan urea; dan (2) sekresi anion
organik, kation organik, produksi amonia (Nuari & Widayati, 2017).
3) Tubulus distal. Memiliki 2 fungsi penting, yaitu (1) reabsorbsi sodium
klorida, air, potassium, kalsium, dan bikarbonat; dan (2) sekresi ion
hidrogen, potassium, dan kalsium.
4) Tubulus pengumpul. Memiliki 2 fungsi penting, yaitu (1) reabsorbsi
sodium klorida, air, potassium, dan bikarbonat; dan (2) sekresi.
5) Lengkung Henle. Memiliki 2 fungsi penting, yaitu (1) reabsorbsi sodium,
klorida, air, potassium, kalsium, dan magnesium; dan (2) pengganda arus
balik potassium, ion hidrogen, dan produksi amonia.
6) Aparatus juxtaglomerular. Sekresi renin (Nuari & Widayati, 2017).
3. Epidemilogi
Proporsi cedera saluran kemih sebesar 10% dari seluruh kasus trauma
lainnya. Trauma uretra mencakup 4% dari seluruh trauma di saluran kemih,
terutama yang disebabkan oleh fraktr pelvis pada kecelakaan lalu lintas dan
kasus terjatuh dari ketinggian. Kasus trauma uretra lebih sering terjadi pada
laki-laki, karena panjang uretra pada laki-laki. Sebanyak 65% kasus
merupakan ruptur komplit dan 35% merupakan ruptur inkomplit. Trauma
saluran kemih bawah dapat membahayakan jiwa dan berdampak terhadap
kualitas hidup. Pemeriksaan yang efektif dan efisien, serta penatalaksanaan
yang cepat dan tepat penting untuk mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas (Kusumajaya, 2018).
4. Etiologi
Trauma uretra dapat disebabkan oleh trauma tumpul, tajam, atau
iatrogenik. Sebanyak 20% kasus fraktur penis juga dapat ditemukan ruptur
uretra, terutama uretra bagian pendulosa. Trauma tajam, umum terjadi
karena luka tembak dan luka tusuk. Sebanyak 75% kasus fraktur pelvis
disertai dengan ruptur uretra. Trauma iatrogenik paling sering terjadi karena
instrumentasi endoskopi dan pemasangan kateter uretra. Penyebab ruptur
uretra lainnya, seperti perilaku seksual, fraktur penis, dan stimulasi
intralumen uretra (Kusumajaya, 2018).
5. Klasifikasi
Klasifikasi ruptur uretra berdasarkan anatomi dan derajatnya. Secara
anatomi uretra dibagi menjadi 2, yaitu uretra posterior dan anterior. Trauma
uretra posterior terjadi pada bagian proksimal dari membra perineal di
uretra prostatika atau uretra membranasea. Trauma uretra anterior meliputi
uretra bulbar dan pendulosa sampai ke fosa navikularis. Berdasarkan
derajatnya, ruptur uretra dibagi menjadi ruptur inkomplit dan ruptur komplit
(Kusumajaya, 2018).
Tipe Deskripsi Temuan Uretrografi Retrograd
1. Uretra posterior teregang, masih Elongasi uretra posterior tanpa
intak ekstravasasi
2. Uretra posterior ruptur parsial atau Ekstravasasi kontras pada uretra
komplit, di atas diafragma urogenitalposterior tidak sampai leher buli atau
diafragma urogenital
3. Ruptur parsial atau komplit dari Ekstravasasi kontras pada uretra
uretra melewati diafragma membranosa sampai atas dan bawah
urogenital, uretra posterior dan diafragma urogenital, leher buli intak
anterior terkena (jenis tersering, >
2/3 kasus)
4. Cedera leher buli dengan ekstensi Ekstravasasi kontras ekstraperitoneal
hingga uretra proksimal dari uretra proksimal dan leher buli.
Kontras mencapai fascial planes
ekstraperitoneal di pelvis dan
perineum
4a. Ruptur bsal buli tanpa uretra Ekstravasasi kontras dari dasar buli
posterior sampai di bawah uretra posterior,
menyerupai cedera uretra
5. Uretra anterior ruptur parsial atau Ekstravasasi kontras dari uretra
komplit anterior di bawah diafragma
urogenital
6. Patofisiologi/Patologi
Trauma dengan fraktur pelvis, umumnya disertai dnegan trauma uretra
posterior. Pada kasus trauma uretra posterior, uretra pars membranesea atau
pars prostatika merupakan bagian prostat yang ruptur. Fraktur pelvis
menembus lantai pelvis dan sfingter volunter, dan robekan ligamen
puboprostatik akan merobek uretra membranosa dari apeks prostat.
Terbentuk hematoma di retropubis dan perivesika. Pada kasus straddle injury
terjadi trauma tumpul daerah perineum, bagian uretra yang ruptur adalah
uretra pars bulbosa, karena tekanan objek dari luar menyebabkan kompresi
uretra bulbosa dengan simfisi pubis sehingga terjadi kontusio atau laserasi
dinding uretra (Kusumajaya, 2018).
7. Manifestasi Klinis
1) Pendarahan dari uretra
2) Hematom perineal; mungkin hanya di sebabkan trauma bulbus
kavernosus.
3) Retensi urin, jika hanya terjadi memar mukosa uretra, penderita
masih dapat kencing meskipun nyeri, tetapi jika ruptur, terjadi
spasme m. spinchter urethrae externum sehingga timbul retensi urin.
bila kandung kemih terlalu penuh, terjadi ekstravasasi sehingga
timbul nyeri hebat dan kedalam umum penderita memburuk.
8. Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi lanjutan untuk mencari cedera uretra dianjurkan pada semua
pasien trauma multipel, terutama yang jika ada darah di meatus,
hematom/ekimosis penis/perineal, retensi urin, distensi kandung kemih, dan
riwayat trauma (straddle injury). Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan
adalah pemeriksaan colok dubur; selain untuk menemukan prostat letak
tinggi yang menandakan adanya ruptur uretra, juga dapat menyingkirkan
cedera rektal. Pemeriksaan radiologis uretrografi retrograd (RUB)
direkomendasikan karena dapat menunjukkan derajat ruptur uretra, parsial
atau komplit, serta lokasinya, baik anterior maupun posterior, sehingga dapat
menentukan pilihan tatalaksana akut drainase kandung kemih. Pemeriksaan
RUB merupakan pemeriksaan awal, dilakukan dengan injeksi 20-30 mL
materi kontras sambil menahan meatus tetap tertutup, kemudian balon
kateter dikembangkan pada fosa navikularis (Kusumajaya, 2018).
RUB dapat mengidentifikasi lokasi cedera. Ruptur inkomplit ditandai
ekstravasasi uretra saat buli terisi penuh, sedangkan ruptur komplit ditandai
ekstravasasi masif tanpa pengisian buli. Ekstravasasi dapat terlihat hanya di
badan korpus jika fasia Buck’s masih intak, dan akan terlihat hingga ke
skrotum, perineum, dan abdomen anterior jika fasia Buck’s telah robek.
Uretroskopi juga dapat menjadi pilihan yang baik karena berfungsi diagnostik
ataupun terapeutik pada cedera uretra akut. Uretroskopi menjadi pilihan
pemeriksaan pertama pada kasus fraktur penis dan pada pasien perempuan
(Kusumajaya, 2018).
Cedera langsung Luka tembak/ Straddle Injury/ Trauma penis, Iatrogenic Trauma
Cedera a
Pelvis & Uretra luka tusuk tendangan/ pukulan kateterisasi, masuknya benda asing tumpul
di daerah perineum
Anterior Posterior
2. Diagnosa
Kode Diagnosa Keperawatan
00132 Nyeri Akut
Definisi:Pengalaman, sensori dan emosional tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau
yang digambarkan sebagai kerusakan (Internasional Assosiation for
the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atatau lambat dengan
intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya dengan dapat
diantisipasi atau diperediksi, dan dengan durasi kurang dari 3
bulan.
Batasan karakteristik:
Perubahan selera makan
Perubahan pada parameter fisiologis
Diaforesis
Perilaku distraksi
Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa
nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya
Perilaku ekspresif
Ekspresi wajah nyeri
Sikap tubuh melindungi
Putus asa
Fokus menyempit
Sikap melindungi area nyeri
Perilaku proktektif
Laporan tentang perilaku nyeri atau perubahan aktivitas
Dilatasi pupil
Fokus pada diri sendiri
Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala
nyeri
Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan
standar instrumen nyeri
Faktor yang berhubungan:
Agens cedera biologis
Agens cedera kimiawi
Agens cedera fisik
Kondisi terkait:
- Gangguanmuskuluskeletal
- Gangguanneuromuskular
- Agensfarmaseutika
Batasan karakteristik:
- Perubahan status mental
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi
- Penurunan turgor lidah
- Penurunan haluaran urin
- Penurunan pengisian vena
- Membran mukosa kering
- Kulit kering
- Peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan frekuensi nadi
- Penaingkatan hematokrit
- Peningkatan konsentrasi urin
- Penurunan BB secara tiba-tiba
- Haus
- Kelemahan
Populasi berisiko:
- Usia ekstrem
- Berat badan ekstrem
- Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan
Kondisi terkait:
- Kehilangan cairan aktif
- Gangguan mekanisme pengaturan
- Gangguan yang memengaruhi absorpsi cairan
- Kehilangan cairan hebat melalui rute normal/abnormal
- Agens farmaseutika
Batasan karakteristik:
a. Perilaku
b. Afektif
c. Fisiologis
d. Simpatis
e. Parasimpatis
f. Kognitif
Populasi berisiko:
- Terpapar pada toksin
- Riwayat keluarga tentang ansietas
- Hereditas
- Perubahan besar
- Krisis maturasi
- Krisis situasi
Faktor risiko:
- Gangguan peristalis
- gangguan integritas kulit
- vaksinasi tidak adekuat
- kurang pengetahuan untuk menghindari pemajan patogen
- mal nutrisi
- obesitas
- merokok
-stasis cairan tubuh
Populasi berisiko:
- terpajan pada wabah
Kondisi terkait:
- Perubahan pH sekresi
- penyakit kronis
- Penurunan kerja siliaris
- penurunan hemoglobin
-imunosepresi
- prosedur invasive
- leukopenia
- pecah ketuban dini
- pecah ketuban lambat
- supresi respons inflamasi
3. Intervensi
3. Defisien Volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x a. Jaga intake/asupan yang akurat
Cairan 24 jam defisien volume cairan pada pasien dapat dan catat output [pasien]
teratasi dengan kriteria hasil: b. Masukkan kateter urin
0601 Keseimbangan Cairan c. Monitor status hidrasi (misalnya,
Kode Indikator NA 1 2 3 4 5 membran mukosa lembab,
060101 Tekanan darah denyut nadi adekuat, dan tekanan
060122 Denyut nadi radial darah ortostatik)
060102 Tekanan arteri rata2 d. Monitor hasil laboratorium yang
060103 Tekanan vena sentral relevan dengan retensi cairan
060104 Tekanan baji paru- (misalnya, peningkatan berat
paru jenis, peningkatan BUN,
060105 Denyut perifer penurunan hematokrit, dan
060107 Keseimbangan intake peningkatan kadar osmolalitas
dan output (24 jam) urin)
060109 BB stabil e. Monitor tanda tanda vital pasien
060115 Kehausan f. Berikan terapi IV, seperti yang
060114 Konfusi ditentukan
Ket: g. Tingkatkan asupan oral
1= sangat terganggu; 2= banyak terganggu; 3= cukup (misalnya, memberikan sedotan,
terganggu; 4= sedikit terganggu; dan 5= tidak menawarkan cairan di antara
terganggu waktu makan, mengganti air es
secara rutin, menggunakan es
untuk jus favorit anak, potongan
gelatin ke dalarn kotak yang
menyenangkan, menggunakan
cangkir obat kecil), yang sesuai
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x 1. Gunakan pendekatan yang
24 jam ansietas pada pasien dapat teratasi dengan tenang dan menyakinkan
kriteria hasil: 2. Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap perilaku klien
1211 Tingkat Kecemasan 3. Jelaskan semua prosedur
Kode Indikator NA 1 2 3 4 5 termasuk sensasi yang akan
121101 Tidak dapat dirasakan yang mungkin akan
beristirahat dialami klien selama prosedur
121103 Meremas-remas dilakukan
tangan 4. Pahami situasi krisis yang terjadi
121104 Distres dari perspektif klien
5. Berikan informasi faktual terkait
121105 Perasaan gelisah diagnosis, perawatan dan
121107 Wajah tegang prognosis
121116 Rasa takut (verbal) 6. Berada disisi klien untuk
121117 Rasa cemas yang meningkatkan rasa aman dan
disampaikan (verbal) mengurangi ketakutan
121119 Peningkatan TD 7. Dorong keluarga untuk
121120 Peningkatan Nadi mendampingi klien dengan cara
121121 Peningkatan RR yang tepat
121123 Berkeringat dingin 8. Dorong verbalisasi perasaan,
121129 Gangguan pola tidur persepsi dan ketakutan
121130 Perubahan pola BAB 9. Identifikasi pada saat terjadi
121131 Perubahan pola perubahan tingkat kecemasan
makan
Ket:
1= berat; 2= cukup berat; 3= sedang; 4= ringan; dan
5= tidak ada
5. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x KONTROL INFEKSI (6540)
(00004) 24 jam pasien menunjukkan hasil: 1. Bersihkan lingkungan dengan
baik setelah digunkan untuk
No. Indikator NA Tujuan setiap pasien
1 2 3 4 5 2. Ganti peralatan perawatan per
1. Tekanan darah sistolik pasien sesuai protocol institusi
2. Tekanan darah diastolic 3. Anjurkan pengunjung untuk
3. Stabilitas hemodinamik mencuci tangan pada saat
4. Suhu tubuh memasuki dan meninggalkan px
5. Laju nadi radialis 4. Batasi jumlah pengunjung
6. Irama nadi radialis 5. Pastikan teknik perawatan luka
7. Laju pernafasan yang tepat
8. Kedalaman inspirasi Kontrol infeksi; Intraoperatif
9. Keluaran urin (6545)
10. Bising usus 1. Bersihkan debu dan permukaan
11. Kesadaran mendatar dengan pencahayaan
Keterangan: di ruang operasi
1. Tidak pernah menunjukkan 2. Monitor dan jaga aliran udara
2. Jarang menunjukkan yang berlapis
3. Kadang-kadang menunjukkan 3. Batasi dan lalu lalang
4. Sering menunjukkan pengunjung
5. Secara konsisten menunjukkan 4. Monitor teknik isolasi yang
sesuai
- penyembuhan luka bakar (1106) 5. Verifikasi keutuhan kemasan
- fungsi gastrrointernital (1015) steril
- akses hemodialysis (1105) Manajemen penyakit menular
- status imunitas (0702) (8820)
- perilaku imunisasi (1900) 1. Monitor populasi yang beresiko
- status nutrisi (1004) dalam rangka pemenuhan
- kontrol resiko (1902) regimen prevensi dan
perawatan
2. Monitor sanitasi
3. Monitor faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi
penyebaran penyakit menular
4. Monitor keberlanjutan yang
adekuat akan imunisasi pada
populasi target
5. Laporkan aktivitas pada
lembaga yang tepat, seperti
yang diminta
DAFTAR PUSTAKA