Anda di halaman 1dari 36

REFERAT

PEMERIKSAAN RADIOLOGI DENGAN KONTRAS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Radiologi
Di RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara

Disusun oleh:
Rokhayati
30101407315

Pembimbing:
dr. Sri Kiswati, Sp. Rad

BAGIAN ILMU RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang


radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek.
Sinar X bersifat heterogen, panjang gelombangnyya bervariasi dan tidak terlihat. Perbedaan
antara sinar X dengan sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang gelombang,
dimana panjang gelombang sinar X sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang
cahaya yang terlihat. Karena panjang gelombang sinar X yang pendek itu, maka sinar X dapat
menembus benda-benda.
Untuk pembuatan sinar X diperlukan sebuah tabung rontgen hampa udara dimana
terdapat elektron-elektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada suatu sasaran (target).
Dari proses tersebut di atas terjadi suatu keadaan dimana energi elektron sebagian besar dirubah
menjadi panas (99%) dan sebagian kecil (1%) dirubah menjadi sinar X.
Jenis pemeriksaan dengan sinar roentgen (sinar X) terdiri dari dua macam yaitu
pemeriksaan sinar tembus (fluoroskopi;doorlitchting) dan pemeriksaan foto roentgen
(radiografi). Pada pemeriksaan roentgen dibagi menjadi dua bagian yaitu pemeriksaan rontgen
dasar yang meliputi pemeriksaan rontgen tanpa kontras dan dengan bahan kontras serta
pemeriksaan rontgen khusus yang meliputi pemeriksaan arteriografi, pemeriksaan flebografi,
pemeriksaan angiokardiografi, pemeriksaan embolisasi, pemeriksaan ventrikulografi, dan
lainnya. Pemeriksaan rontgen khusus ini diperlukan alat rontgen yang khusus.
Pada referat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pemeriksaan rontgen dengan
menggunakan bahan kontras.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Kontras

Pada diagnostik pencitraan radiografi di kenal media kontras untuk pemakaian


sinar X, media kontras paramagnetik untuk pemakaian resonansi magnetik, dan media
kontras untuk ultrasonografi. Media kontras yang di pergunakan untuk keperluan radiografi
adalah suatu bahan yang sangat radioopaq atau radiolusen apabila berinteraksi dengan sinar
X, sehingga dapat membedakan antara organ dan jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan denan kontras di bagi menjadi 2, yaitu:
1. Kontras positif, terdiri dari turunan barium sulfat (BaSO4) dan turunan iodium (I).
2. Kontras negatif, terdiri dari udara O2 dan CO2.

B. Pemeriksaan radiologi dengan kontras


1. Pencitraan traktus urogenital
a. Intravenous Pyelography (IVP)
Definisi
Suatu tipe X-ray yang memvisualisasikan ginjal dan ureter setelah injeksi bahan kontras
intravena. Setelah injeksi, kontras bergerak melalui ginjal, ureter dan vesica urinaria. Foto
di ambil dalam beberapa interval waktu untuk melihat pergerakan ini. IVP dapat
memperlihatkan ukuran, bentuk dan struktur ginjal, ureter dan VU.
Tujuan Pemeriksaan
Mengevaluasi fungsi ginjal, deteksi penyakit ginjal, batu ureter dan VU, pembesaran
prostat, trauma dan tumor.
Indikasi
Indikasi dari dilakukanya pemeriksaan radiologi dengan IVP adalah :
1. Radang atau infeksi
2. Hematuria
3. Kelainan congenital
4. Dysuria
5. Trauma
6. Renal tumor

Kontraindikasi
Kontraindikasi IVP adalah adanya alergi terhadap kontras yang akan diberikan, penyakit
jantung dan kegagalan fungsi jantung, asma, diabetes, kegagalan fungsi hepar dan ginjal,
metformin harus dihentikan 48 jam sebelum dan setelah prosedur, tirotoksikosis, dan
kehamilan.
Kontras yang digunakan
a. Conray (Meglumine ionathalamat 60% atau hypaque sodium/sodium diatrizoate
50%)
b. Urografin 60 atau 76 mg% (methyl glucamine diatrizoate)
c. Urografin 60-70 mg%

Saxton (1969) membagi dosis untuk orang dewasa dengan berat badan 70 kg dan
sesuai kadar ureum kreatinin menjadi 3 yaitu
(a) Dosis rendah : 12 gr lod
(b) Dosis menengah : 12-13 gr lod
(c) Dosis tinggi : 30 gr lod

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan


a. Feces atau udara di colon
b. Aliran darah yang sedikit ke ginjal
c. Barium di saluran cerna dari prosedur sebelumnya.
Persiapan
a. Pemeriksaan ureum kreatinin (kreatinin maksimal 2)
b. Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksantia untuk membersihkan kolon dari
feses yang menutupi daerah ginjal
c. Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan untuk
mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
d. Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok (untuk
menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan)
e. Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement
Prosedur Pemeriksaan
a. Bila pasien sudah menjalani puasa sebagai langkah persiapannya, pasien harus
menjalani pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam tubuhnya. Setelah itu dibuat
foto pendahuluan dengan menggunakan kaset & film ukuran 30 x 40 cm mencakup
seluruh abdomen dengan posisi AP. Foto pendahuluan ini berguna untuk mengecek
persiapan pasien, mengevaluasi keseluruhan abdomen, mengetahui keadaan ginjal
pasien, dan menentukan faktor eksposi selanjutnya.
b. Media kontras disuntikkan secara intra vena, biasanya pada vena cubiti dengan
pasien dalam posisi supine.
c. Volume media kontras sebagai berikut:
1) Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana
jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yaitu 1-2 cc/kg berat badan.
2) Untuk anak-anak kira-kira 2 ml/kg berat badan.
3) Bila ada dugaan kegagalan ginjal dosis 4 ml/ kg berat badan.

Pengambilan Gambar Radiografi


a. Foto menit ke-5 setelah disuntikkan media kontras

Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan Processus
Xypoideus dan Umbilicus. Foto ini untuk melihat perjalanan kontras mengisi sistem
Calyces pada ginjal. Memakai kaset dan film ukuran 24 x 30 cm dengan posisi AP sama
seperti foto abdomen dan CRnya vertikal tegak lurus terhadap kaset. Kompresi ureter
dilakukan dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap berada pada sistem Pelvis
Calyces dan bagian Ureter proximal. Kompresi ureter diketatkan setelah dilakukan
pengambilan foto menit ke-5
b. Foto menit ke-10 atau ke-15 bila pada foto menit ke-5 kurang baik

Bila pengambilan gambar pada Pelvis Calyces di menit ke-5 kurang baik, foto diambil
kembali pada menit ke-10 dengan zonografi untuk memperjelas bayangan. Menggunakan
kaset dan film ukuran 24 x 30 cm mencakup gambaran Pelviocalyseal, Ureter, dan
Bladder mulai terisi media kontras dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen, CP
berada di antara Processus Xypoideus dengan Umbilicus dan CRnya vertikal tegak lurus
kaset.
c. Foto menit ke-30
Setelah menit ke-30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan menggunakan kaset
dan film ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa rumah sakit setelah menit ke-30 diharuskan
meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal
mengsekresikan media kontras. Dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen dan
CRnya vertikal tegak lurus kaset.
d. Foto menit ke-60
Setelah masuk menit ke-60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset dan film ukuran 30 x 40
cm. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada radiolog dan dinyatakan normal maka
pasien diharuskan mixi kemudian difoto kembali. Jika radiolog menyatakan ada
gangguan biasanya dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen
dan CRnya vertikal.
e. Foto Post Void
Melakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk melihat kelainan
kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan posisi erect dapat menunjukkan
adalanya ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak normal) pada kasus post haematuri.
Dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen dan CRnya vertikal tegak lurus kaset.

Menit Uraian
0 Foto polos perut
5 Melihat fungsi ekskresi ginjal. Pada ginjal normal system pelvikaliseal sudah
tampak
15 Kontras sudah mengisi ureter dan buli-buli
30 Foto dalam keadaan berdiri, dimaksudkan untuk menilai kemungkinan terdapat
perubahan posisi ginjal ( ren mobilis)
60 Melihat keseluruhan anatomi saluran kemih antara lain : filling defect,
hidronefrosis, double system, atau kelinan lain. Pada buli-buli diperhatikan
adanya indentasi prostat, trabekulasi, penebalan otot detrusor, dan sakulasi buli-
buli.
PM Menilai sisa kontras (residu urin) dan divertikel pada buli-buli.

Gambar
a. Foto BNO

b. Foto menit ke 5
Pada menit ke-5, organ yang dinilai meliputi nefrogram dan sistem pyelocalices
(SPC). Nefrogram yaitu bayangan dari ginjal kanan dan kiri yang terisi kontras.
Warnanya semiopaque.
Yang diamati pada menit ke-5 ini yaitu :
 Letak/posisi ren.
Normalnya, ren kanan lebih rendah dibanding ren kiri. Letak keduanya yaitu setinggi
V.T12 – V.L3
 Ukuran ren
 Ssistem pyelocalices (SPC)
Normalnya berbentuk seperti mangkuk (cupping). Namun apabila terjadi
hidronefrosis, SPC akan berubah bentuk tergantung pada derajat hidronefrosisnya.
 Ada 4 grade hidronefrosis,
1) Hidronefrosis derajat 1. Calices berbentuk blunting, alias tumpul.
2) Hidronefrosis derajat 2. Calices berbentuk flattening, alias mendatar.
3) Hidronefrosis derajat 3. Calices berbentuk clubbing, alias menonjol.
4) Hidronefrosis derajat 4. Calices berbentuk ballooning, alias menggembung.
 Gambaran batu, baik batu lusen atau opaq. Apabila ada batu, khasnya yaitu ada
filling defek.
 Pada menit ke-5, contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu penyakit-penyakit yang
ada di ren, misalnya pyelonefritis, nefrolitiasis, hidronefrosis, massa/tumor renal, dll.
Pada menit ke-15 sampai 30, yang nampak yaitu SPC, kedua ureter, dan vesika
urinaria. Tapi difokuskan pada pencitraan ureter dan vesika urinaria. Pada ureter, yang
diamati yaitu ;
1) Jumlah ureter.
2) Posisi ureter
3) Kaliber ureter.
Diameternya, ukurannya normal atau tidak, atau mengalami pembesaran.
4) Dinding ureter.
Apakah dindingnya licin atau tidak, reguler atau irreguler.
5) Ada tidaknya sumbatan/obstruksi
6) Ada tidaknya batu, baik lusen maupun opaque.
Kemudian nyatakan bentuk, jumlah, ukuran, dan letak batu.
c. foto 15 menit
Contoh penyakit pada menit ke 15-30 diantaranya: hidroureter, ureterolithiasis,
ureteritis, cystitis, pembesaran prostat, massa vesikolithiasis, dll.
d. Foto 30 menit
b. Cystography
Definisi
Adalah pencitraan buli-buli dengan memakai kontras, dimana dapat
dilakukan beberapa cara antara lain: (1) melalui foto IVP, (2) memasukkan
kontras melalui kateter uretra langsung ke buli-buli, dan (3) memasukkan kontras
melalui kateter sistostomi atau melalui pungsi suprapubik.
Dari sistogram dapat dikenali adanya tumor atau bekuan darah didalam
buli-buli yang ditunjukkan oleh adanya filling defect, adanya robekan buli-buli
yang terlihat sebagai ekstravasasi kontras keluar dari buli-buli yang lain.
Pemeriksaan ini dapat untuk menilai adanya inkontinensia stress pada wanita dan
untuk menilai adanya refluks vesiko-ureter.
Tujuan pemeriksaan
Menampilkan struktur kandung kemih, struktur infravesika dan organ sekitarnya.
Persiapan
Rektum dikosongkan kecuali pada keadaan akut
Indikasi
a. Tumor vesika urinaria
b. Ruptur vesika urinaria
c. Divertikel
d. Neurogenic bladder
e. Hipertrofi prostat
f. Sistitis kronik
g. Tumor-tumor vesika urinaria
Kontraindikasi
Infeksi akut saluran kemih
Teknik
a. Kateterisasi (dengan balon (fooley)/tanpa balon, ukuran tergantung keadaan,
biasanya 16 atau 18F), transuretra dan cara pungsi supra pubik
b. Kandung kemih dikosongkan
c. Menggunakan kontras dengan kepekaan 15%-20% dalam larutan Nacl
fisiologis sebanyak 150-250cc
d. Foto dibuat pada posisi AP oblik
Macam-macam pemeriksaan cystography
a. Antegrade cystography
1. Pada pemeriksaan IVP menit ke-30 sesudah kontras masuk
2. Dipasang kateter pada sistotom
b. Retrograde cystogrphy
Kontras dimasukan ke vesica urinaria melalui urethra dengan kateter

c. Uretrografi

Definisi
Pemeriksaan radiologi untuk uretra dengan menggunakan media kontras positif
yang diinjeksikan ke uretra proksimal secara retrograde
Tujuan
Untuk melihat anatomi, fungsi dan kelainan pada uretra.
Indikasi
 Striktur
 Retensi urine
 Kelainan kongenital
 Fistule
 Tumor
 Batu uretra
Kontra indikasi
 Infeksi akut
 Radang uretritis akut
 Radang prostat
 Penderita terdapat riwayat alergi kontras

Persiapan Pasien

• Informed consent
• Tidak perlu perubahan diet dan aktivitas
• Mengganti pakaian dgn pakaian khusus

Media kontras

Media kontras yang digunakan adalah media kontras positif iodine water
souluble. Media kontras dicampur larutan fisiologis dengan perbandingan 1 : 1.

Teknik Pemeriksaan Uretrografi

1. Foto Pendahuluan (Polos)

Dilakukan sebelum media kontras dimasukkan dengan tujuan untuk mengetahui


persiapan pasien, mengetahui struktur keseluruhan organ sebelum dimasukkan media
kontras, mengetahui ketepatan posisi dan menentukan faktor eksposi selanjutnya.
Posisi Pasien : Tidur telentang (supine) di atas meja pemeriksaan dengan MSP
diatur tepat diatas pada garis tengah meja pemeriksaan, dua kaki lurus dan kedua tangan
disamping tubuh. Posisi Objek batas atas kaset krista iliaka dan batas bawah kaset
sympisis pubis.

Kaset : ukuran kaset 24×30 cm Arah sinar tegak lurus dengan kaset. Titik bidik 5
cm diatas symphisis pubis. Jarak fokus dengan film 100 cm. Eksposi dilakukan pada saat
ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria : Terlihat seluruh bagian dari kandung kemih, uretra dan gambaran dari
tulang pelvis.

Setelah dilakukan foto pendahuluan (polos) , langkah selanjutnya yang dilakukan


adalah pemasukan media kontras yaitu dengan cara media kontras dimasukkan kandung
kemih dengan menggunakan kateter yang telah terpasang melalui uretra kemudian media
kontras dimasukkan perlahan dengan spuit. Pengambilan radiograf dilakukan pada saat
bersamaan media kontras dimasukkan ke uretra. Proyeksi yang digunakan adalah AP
(antero posterior), oblik kanan dan kiri.

2. Proyeksi AP

Tujuan dari proyeksi AP adalah untuk melihat kandung kemih dan seluruh bagian
uretra dari pandangan anterior.
Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan, MSP diatur tetap diatas garis
tengah pemeriksaan. Posisi objek batas atas kaset krista iliaka, batas bawah kaset
sympisis pubis.

Kaset : ukuran 24 x 30 cm, dengan arah sinar tegak lurus kaset atau film, titik
pusat sinar 5 cm di atas symphisis pubis. Jarak fokus dengan film 100 cm. Eksposi
dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria : Tampak tulang pelvis, ilium, ischium, sacrum dan symphisis pubis.
Tampak rongga pelvis, tampak kandung kemih dan uretra yang terisi media kontras
dengan kandung kemih tidak superposisi dengan symphisis pubis.
3. Proyeksi Oblik kanan dan kiri

Tujuan dari proyeksi oblik kanan atau kiri adalah untuk menilai bagian uretra dan
kandung kemih tidak superposisi dengan simpisis pubis.

Posisi Pasien : tidur terlentang (supine) di atas meja pemeriksaan daerah panggul
diatur miring kira-kira 35–40 derajat, kekanan/kekiri sesuai dengan posisi oblik yang
dimaksud. Salah satu tangan berada di samping tubuh, lengan lainnya di tempatkan
menyilang sambil berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Batas atas kaset pada krista
iliaka, batas bawah kaset 2 cm di bawah simpisis pubis
Kaset : ukuran 24 x 30 cm dengan arah sinar vertikal tegak lurus kaset. Titik bidik
2 cm arah lateral kanan-kiri dari pertengahan garis yang menghubungkan kedua SIAS
dengan MSP menuju tengah kaset atau sejajar dengan border symphisis pubis. Jarak
fokus ke film 100 cm. Eksposi dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.

c. Uretrocystography
Definisi
Pemeriksaan radiologi untuk melihat fungsi dari uretra dan vesica urinaria yang
mengalami gangguan berupa penyempitan dan sumbatan sehingga menimbulkan
gangguan pada uretra dan vesica urinaria.

Tujuan
Untuk melihat kelainan pada uretra pars cavernosa, pars membranacea, dan pars
prostatica serta VU dengan cara memasukkan kontras melalui kateter atau dapat juga
melalui pungsi (menusuk) suprapubik.

Indikasi
1. Striktur
Striktur Uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya.
penyempitan lumen ini disebabkan karena dinding uretra mengalami fibrosis dan
pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus spongiosum.
2. Retensi urine
3. Kelainan kongenital
4. Fistule
Saluran abnormal yang terbentuk antara dua buah organ yang seharusnya tidak
berhubumg.
5. Tumor

Kontraindikasi
1. Infeksi akut
2. Recent instrumentation

Persiapan Media Kontras


Media kontras yang digunakan pada pemeriksaan bipolar uretrocystografi adalah
urografin 76%. Alasan digunakan urografin bukan media kontras jenis non ionik seperti
iopamiro,omnipague dan sebagainya adalah kontras di masukkan kedalam vesica urinaria
dan uretra tidak melalui aliran pembuluh darah sehingga penggunaan media kontras non
ionik pun tidak menimbulkan resiko.
Banyaknya media kontras yang digunakan yaitu 350-500cc untuk kontras yang
dimasukkan pada vesica urinaria dan 12cc untuk kontras yang dimasukkan pada uretra.
Media kontras yang disiapkan untuk kontras yang dimasukkan ke dalam vesica urinaria
melalui kateter cystostomi yaitu urografin dengan perbandingan 1:4 volume 200 cc
dengan pertimbangan jumlah tersebut sudah mampu mengisi VU secara penuh dan 20cc
dengan perbandingan 1:1 untuk kontras yang dimasukkan melalui uretra dengan
petimbangan pada volume 20 cc kontras yang dimasukkan melalui uretra jika tidak
terdapat sumbatan akan masuk pula kedalam vesica urinaria.
Terdapat perbedaan perbandingan konsentrasi antara kontras yang dimasukkan
kedalam vesica urinaria dan uretra. Alasan terdapatnya perbedaan itu adalah untuk
kontras yang masuk vesica urinaria digunakan lebih encer dengan alasan kandung kemih
berupa kantung sehingga media kontras akan tertampung dan dengan pengenceran
tersebut sudah dapat memberikan gambaran yang jelas dan menghemat penggunaan
media kontras. Sedangkan pada saat dimasukkan lewat uretra, kontras yang dimasukkan
lebih pekat, yaitu perbandingan 1:1, alasannya yaitu melihat anatomi dari uretra, jika
media kontras yang digunakan pekat diharapkan kontras akan menempel pada mukosa
dibandingkan jika media kontras yang diberikan encer, maka kontras tidak bisa
menempel pada mukosa dan akan kembali lagi, maka gambaran tidak jelas.
Pemasukan Media Kontras
Uretrocystografi bipolar menggunakan 2 arah pemasukan media kontras yaitu
cystografi secara antegrade melalui kateter cystotomi dan uretrografi secara retograde
yaitu melalui uretra. Kontras yang dimasukkan ke dalam vesica urinaria melalui kateter
cystostomy yaitu 200 cc, sedangkan untuk pemasukan kontras kedalam uretra yaitu
kontras yang ada pada spuit sebanyak 20 cc didorong secara perlahan melalui meatus
uretra eksterna, tetapi kontras hanya mengisi uretra sebanyak 8 cc. pada pemeriksaan
bipola uretrocystografi, saat pemasukan kontras kedalam vesica urinaria pasien disuruh
mengejan jika vesica urinaria terasa penuh. Untuk pemasukan media kontras kedalam
uretra pasien juga disuruh mengejan kemudian pasien difoto dan media kontras tetap
didorong sampai terasa berat untuk mengetahui daerah sumbatan.
Gambar

Tampak penyempitan pada urethra pars cavernosa


Kesan : stricture urethra

d. Miksio Sisto Uretrografi (MSU)


Tujuan
Untuk melihat refluks vesikoureter, struktur anatomis dinding dan leher kandung
kemih, serta keadaan leher kandung kemih dan uretra posterior saat pengisian dan
pengosongan kandung kemih
Indikasi
1. Didapatkan hasil abnormal pada pemeriksaan urogram ekskretori
2. Terdapat peningkatan tekanan kandung kemih akibat kerja otot detrusor dan sfingter
eksterna yang tidak sinergis
3. Terdapat infeksi saluran kemih
e. Retrograd Pielography (RPG)
Definisi
Pencitraan system urinaria bagian atas (dari ginjal hingga ureter) dengan cara
memasukkan bahan kontras radio-opak langsung melalui kateter ureter yang dimasukan
transuretra.
Pemeriksaan ini di kerjakan bila pada IVP gambaran ginjal tidak nampak
(avisualized/non fungsi).

Tujuan
Melihat SPC dan ureter, dapat pula untuk melihat “fistula”.

Indikasi
- Jika ada kontra indikasi pembuatan foto PIV atau
- PIV belum bias menjelaskan keadaan ginjal maupun ureter, antara lain pada ginjal
non visualized.
Cara pemeriksaan
Pada RPG dipasang “ureter katether” oleh “urolog”, kemudian dimasukan “kontras”
oleh “radiolog”
Komplikasi
1. Injuri Uretra
Penggunaan cystoscopy dengan ukuran besar dan tidak digunakan lubricant (jelly)
memungkinkan injuri terjadi.
2. Bladder Injuri
Apabila tekanan keras dengan paksaan dilakukan, maka perforasi bladder mungkin
terjadi. Hal ini jarang terjadi.
3. Paraphimosis
Mungkin terjadi pada pasien yang tidak dicircumsisi.
4. Stricture Urethra
Tidak digunakannya lubricant yang cukup dapat menyebabkan lukan dan stricture
kemudian.
5. Meatal Stricture
Ada stricture urethra.
6. Cystitis
Jika tidak dilakukan aseptic maka terjadi peradangan

f. Antegrad Pyelografi (APG)


Definisi
Pencitraan system urinaria bagian atas dengan cara memasukkan kontras melalui
system saluran (kaliks) ginjal. Bahan kontras dimasukkan melalui kateter nefrostomi
yang sebelumnya sudah tepasang, atau dapat pula dimasukkan melalui pungsi pada kaliks
ginjal.

Tujuan
- Memperlihatkan anatomi dan lesi-lesi traktus urinarius bagian proximal
- Dilakukan setelah IVP gagal menghasilkan suatu diagnosa yang kurang
akurat/metode retrograd pyelografi tidak memungkinkan
- Untuk menunjukkan gambar pelvis renalis dan ureter
- Menunjukkan obstruksi ureter akibat batu
Indikasi pemeriksaan
- Nephrolitiasis
- Urethrolitiasis
- Pyelonephritis
- Hydronephritis

Cara Pemeriksaan
Dipasang “katether” dalam ren oleh “Urolog”, kemudian dimasukan kontras
melalui katether oleh “Radiolog”.
Gambaran yang dilihat : SPC, Ureter dan Vesica urinaria
Terdapat 3 seri pemotretan dengan proyeksi AP dan oblique dengan menggunakan kaset
dan film 30 x 40 cm.
- Foto 1 fokus pada renogram dan sistem Pelviocalyceal.
- Foto 2 fokus pada ureter bagian proximal dan sistem Pelviocalyceal.
- Foto 3 fokus pada ureter distal dan Vesica Urinaria.
- Foto terakhir dibuat untuk melihat sekresi ginjal.
Proyekdi Pemeriksaan Antegrade Pyelografi (APG)
1. Proyeksi AP
- Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan.
- MSP sejajar dengan pertengahan bucky.
- Kedua tangan pasien diletakkan di samping tubuh.
- CRnya tegak lurus terhadap kaset.
- CP berada pada MSP setinggi Crista Illiaca.
- FFD=100 cm.
2. Proyeksi AP Oblique
- Pasien diposisikan semisupine di atas meja pemeriksaan.
- Atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 45°terhadap meja pemeriksaan.
- Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat
dengan meja pemeriksaan, tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan
digunakan sebagai ganjalan kepala, tangan yang jauh dari meja pemeriksaan
diletakkan di depan tubuh.
- CRnya tegak lurus terhadap kaset.
- CP berada pada 2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1½ inci (3,8 cm) di atas
Crista Illiaca.
- FFD=100 cm.
Hasil Gambaran Radiografi

Terlihat gambaran ginjal yang tidak terpotong dan gambaran dimulai dari nefron
sampai blass tetapi tidak ada rentang waktu seperti pemeriksaan BNP-IVP.
2. Pencitraan traktus digestivus
a. OMD (Oesophagus Maag Duodenum)
Definisi
Pemeriksaan secara radiografi dengan menggunakan media kontras (positif dan negatif)
untuk menampakkan kelainan pada lambung.
Indikasi
a. Disfagia
b. Suspek refluks gastroesophagus
c. Post operasi esophagus
d. Dispepsia
e. Suspek neoplasma esophagus, gaster dan duodenum
f. Hernia hiatal
g. Stenosis pylorus
h. Tukak lambung

Kontraindikasi
a. Suspek perforasi tidak boleh menggunakan BaSO4 tetapi menggunakan water
soluble kontras (urografin, iopamiro )
b. Obstruksi usus besar

Persiapan Pemeriksaan
a. Persiapan Pasien
 Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan (kooperatif).
Dua hari sebelum pemeriksaan pasien diet rendah serat untuk mencegah
pembentukan gas akibat fermentasi
 Lambung harus dalam kondisi kosong dari makanan dan air, pasien puasa 8-9 jam
sebelum pemeriksaan
 Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat - obatan yang mengandung
substansi radioopaque seperti steroid, pil kontrasepsi,dll.
 Sebaiknya colon bebas dari fecal material dan udara bila perlu diberikan zat
laksatif.
 Tidak boleh merokok (nikotin merangsang sekresi saliva)

Prosedur Pemeriksaan
a. Single Kontras
Pada pemeriksaan kontras tunggal (Single Contras), pasien diminta minum suspensi
barium sulfat kental. Dengan fluoroskopi, kontras tersebut diikuti sewaktu melewati
esophagus sampai tercapai persambungan esofagogastrik kemudian dibuat potret isi
penuh. Pada foto isi penuh ini terdapat dua indentasi, yaitu oleh arkus aorta dan oleh
cabang-cabang bronkus besar.

Esophagus isi penuh


Setelah menunggu kontras sudah hampir habis, dibuat potret lagi dan akan
memberikan gambaran selaput lendir esophagus yang normalnya sejajar. Jika terdapat
tumor pada lumen esophagus akan terdapat gambaran SOL (space occupying lesion).
Pinggir SOL yang rata menandakan benignitas sedangkan pinggir yang tidak rata
menandakan malignitas.
Selaput lendir sejajar bila normal

b. Double Kontras
Foto kontras ganda baik digunakan untuk memperlihatkan ulkus atau tumor yang
kecil. Pasien diminta minum suspensi yang lebih encer. Foto harus dibuat dalam
berbagai posisi agar sesedikit mungkin membuat kesalahan diagnosis, yaitu dalam
keadaan tegak (erect), terlentang (supine) agak miring, telungkup (prone) agak
miring.

Posisi tegak (erect)


Posisi telentang

Posisi telungkup

Sketsa foto lambung


A. Colon in Loop

Definisi
Teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus besar dengan menggunakan media kontras.
Tujuan Pemeriksaan
Untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan
diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada colon.
Indikasi
1. Colitis, adalah penyakit-penyakit inflamasi pada colon, termasuk didalamnya colitis
ulseratif dan colitis crohn.
2. Carsinoma atau keganasan.
3. Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas lapisan
mukosa dan muskularis mukosa.
4. Mega colon adalah suatu kelainan kongenital yang terjadi karena tidak adanya sel
ganglion dipleksus mienterik dan sub mukosa pada segmen colon distal.
5. Obstruksi atau Ileus adalah penyumbatan pada daerah usus besar.
6. Invaginasi adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri.
7. Stenosis adalah penyempitan saluran usus besar.
8. Volvulus adalah penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus ke bagian usus
yang lain.
9. Atresia adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.
10. Intussusepsi adalah gangguan mekanis pada bayi yang sering disebabkan oleh cacat
kelahiran dimana adanya pembesaran saluran usus didaerah distal.
Kontra Indikasi
1. Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak dan dengan tekanan
tinggi, juga terjadi karena pengembangan yang berlebihan.
2. Obstruksi akut atau penyumbatan.
Persiapan Pasien
Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Colon in Loop adalah untuk
membersihkan colon dari feases, karena bayangan dari feases dapat mengganggu gambaran
dan menghilangkan anatomi normal sehingga dapat memberikan kesalahan informasi dengan
adanya filling defect.
Menurut Rasad (1999), prinsip dasar pemeriksaan Colon in Loop memerlukan beberapa
persiapan pasien, yaitu :
1. Mengubah pola makanan pasien
Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak
untuk menghindari terbentuknya bongkahan-bongkahan tinja yang keras (48 jam
sebelum pemeriksaan)
2. Minum sebanyak-banyaknya
Absorbi air terbanyak terjadi pada kolon, dengan pemberian air minum yang banyak
dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek
3. Pemberian obat pencahar
Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat pencahar
hanya sebagai pelengkap saja. Pencahar mutlak diberikan pada pasien dengan keadaan
: rawat baring yang lama, sambelit kronis, orang tua (18 jam sebelum pemeriksaan dan
4 jam sebelum pemeriksaan)
4. Seterusnya puasa sampai pemeriksaan agar kolon kosong sehingga gambaran anatomi
dari kolon terlihat dengan jelas
5. 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25–1mg/oral untuk
mengurangi pembentukan lendir
6. 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi injeksi obat yang menurunkan peristaltic
usus sehingga saat memasukan barium tidak dikeluarkan kembali.

Persiapan bahan
1. Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara
12-25% W/V untuk kontras tunggal dan 70 – 80 % W/V (Weight /Volume) untuk
kontras ganda. Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya colon,
kurang lebih 600 – 800 ml
2. Air hangat untuk membuat larutan barium
3. Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan
kedalam anus.
Proyeksi Radiograf
Pemeriksaan Colon in Loop untuk proyeksi awal cukup dilakukan degan posisi full
filling AP-PA, seteah itu bila ditemukan kelainan atau kejanggalan baru dilakukan
positioning sesuai dengan letak kelainan yang ditemukan.
1. Proyeksi Antero posterior (AP)/postero inferior (PA)
Posisi pasien : Pasien diposisikan supine/prone di atas meja
pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada
tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan
lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah.
Posisi objek : Objek diatur dengan menentukan batas atas
processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis.

2. Proyeksi Right Anterior Obliq (RAO)


Posisi pasien : Posisi pasien telungkup di atas meja
pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35˚-
45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan kanan lurus di
samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh
berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan
kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi.
Posisi objek : MSP pada petengahan meja
3. Proyeksi LAO
Posisi pasien : Pasien ditidurkan telungkup di atas meja
pemeriksaan kemudian dirotasikan kurang lebih 35˚ - 45˚
terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri di samping tubuh dan
tangan di depan tubuh berpegangan pada meja pemeriksaan,
kaki kanan ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus.
Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.

4. Proyeksi LPO
Posisi pasien : Pasien diposisikan supine kemudian
dirotasikan kurang lebih 35 - 45 terhadap meja pemeriksaan.
Tangan kiri digunakan untuk bantalan dan tangan kanan di
depan tubuh berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Kaki
kiri lurus sedangkan kaki kanan ditekuk untuk fiksasi.
Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.
5. Proyeksi RPO.
Posisi pasien : Posisi pasien supine di atas meja
pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35
45 terhadap meja pemeriksaan.Tangan kanan lurus di
samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh
berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan
kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi.
Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.

6. Proyeksi Lateral.
Posisi pasien : Pasien diposisikan lateral atau tidur miring
Posisi Objek : Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada
pertengahan grid, genu sedikit fleksi untuk fiksasi.
7. Proyeksi Left Lateral Dicubitus (LLD)
Posisi pasien : Pasien diposisikan ke arah lateral atau tidur
miring ke kiri dengan bagian abdomen belakang menempel
dan sejajar dengan kaset.
Posisi objek : MSP tubuh berada tepat pada garis tengah grid.

8. Proyeksi Antero Posterior Aksial.


Posisi pasien : Posisi pasien supine di atas meja
pemeriksaan
Posisi objek : MSP tepat pada garis tengah meja
pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua
kaki lurus ke bawah. Atur pertengahan kaset dengan
menentukan batas atas pada puncak illium dan batas bawah
symphisis pubis.
.

9. Proyeksi Postero Anterior Aksial.


Posisi pasien : Pasien tidur telungkup di atas meja
pemeriksaan
Posisi objek : MSP tubuh berada tepat pada garis tengah
meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus disamping tubuh dan
kaki lurus kebawah. MSP objek sejajar dengan garis tengah
grid, pertengahan kaset pada puncak illium.
BAB III
KESIMPULAN

Jenis pemeriksaan dengan sinar roentgen (sinar X) terdiri dari dua macam yaitu
pemeriksaan sinar tembus (fluoroskopi;doorlitchting) dan pemeriksaan foto roentgen
(radiografi). Pada pemeriksaan roentgen dibagi menjadi dua bagian yaitu pemeriksaan rontgen
dasar yang meliputi pemeriksaan rontgen tanpa kontras dan dengan bahan kontras serta
pemeriksaan rontgen khusus. Media kontras yang di pergunakan untuk keperluan radiografi
adalah suatu bahan yang sangat radioopaq atau radiolusen apabila berinteraksi dengan sinar X,
sehingga dapat membedakan antara organ dan jaringan sekitarnya.
Berbagai teknik pencitraan organ tubuh dapat dilakukan dengan menggunakan kontras
dengan memperhatikan indikasinya sehingga pemeriksaan radiologi yang bertindak sebagai
pemeriksaan penunjang ini dapat membantu menegakan diagnosis suatu kelainan.
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager., 2001. Tex Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy Edisi ke-5.
St. Louis, Amerika:Mosby Inc.
Gammil SL., 1977. A programmed introduction to upper gastrointestinal radiology.
Boston: Little Brown and Coy.
Kartoleksono, S., 1979. Pemeriksaan lambung kontras ganda (double contrast
examination) disesuaikan dengan keadaan kita.
Rassad, S., 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta : FK UI.
Sutton , D., 1980. A textbook of radiology and imaging Third edition. Churchill
livingstone, Edinburg, London, Melbourne and New York.

Anda mungkin juga menyukai