Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

TEKNIK PEMERIKSAAN USG KANTUNG EMPEDU DENGAN


KASUS CHOLELITIASIS

RSUD KOJA JAKARTA UTARA

DISUSUN OLEH

MUHAMMAD IRWAN SYAMPUTRA P23130114059

PROGRAM DIPLOMA IV

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

JAKARTA II

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dua dasawarsa terakhir penggunaan ultrasonografi mengalami
peningkatan dengan cepat di seluruh dunia. Ultrasonografi tidak dapat dipisahkan
dari praktek sehari-hari para dokter karena sangat bermanfaat dalam pelayanan &
mempunyai ketepatan diagnostik yang dapat diandalkan serta mampu
dioperasikan dengan mudah, murah dan cepat, tanpa efek samping yang dapat
menimbulkan pengaruh terhadap organ yang diperiksa (non radiasi) serta tidak
menimbulkan rasa sakit (non traumatik) selama melakukan persiapan
pemeriksaan sampai selesai pemeriksaan. Selain itu utrasonografi merupakan
salah satu modalitas imaging untuk pemeriksaan organ-organ tubuh, dimana kita
dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan dan hubungan dengan
jaringan di sekitarnya. Berbagai kompleksitas pemeriksaan bisa dilakukan, antara
lain abdomen, small part, jantung, thorax, obstetri dan ginekologi.
Ultrasonografi Kantung Empedu (Gallblader Ultrasound) termasuk dalam
kategori pemeriksaan abdomen part- sering digunakan untuk mengevaluasi
ketidaknormalan pada Kantung Empedu. Kelainan yang sering ditemukan berupa
Cholesistitis, Cholelitiasis dan Polip.

B. Tujuan Penelitian
 Untuk mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan pemeriksaan
ultrasonografi kantung empedu di RSUD Koja Jakarta Utara.
 Untuk memenuhi tugas akhir praktek kerja lapangan di RSUD Koja Jakarta
Utara.

C. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ultrasonografi kantung empedu ?

2
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi pemeriksaan ultrasonografi kantung empedu
?
3. Apa saja indikasi dari pemeriksaan ultrasonografi kantung empedu ?
4. Apa yang dimaksud dengan klinis cholelitiasis pada kantung empedu ?
5. Bagaimana teknik pemeriksaan ultrasonografi kantung empedu pada RSUD
Koja Jakarta Utara ?

D. Durasi dan Lokasi PKL


Durasi PKL : 4 September 2017 – 23 September 2017
Lokasi PKL : RSUD Koja, Jakarta Utara

E. Tema
Pemeriksaan ultrasonografi pada Kantung Empedu dengan klinis Cholelitiasis.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Ultrasonografi (USG)


Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang diagnostik
yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang tinggi dalam
menghasilkan gambaran, tanpa menggunakan radiasi, tidak menimbulkan rasa
sakit (non traumatic), tidak menimbulkan efek samping (non invasif). Selain
itu ultrasonografi relatif murah, pemeriksaannya relatif cepat, dan persiapan
pasien serta peralatannya relatif mudah. Gelombang suara ultrasonik memiliki
frekuensi lebih dari 20.000 Hz, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama
sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20 Hz –
20.000 Hz , tetapi yang dimanfaatkan dalam teknik ultrasonografi (kedokteran)
gelombang suara dengan frekuensi 1-10 MHz.
Ultrasonografi dalam bidang kesehatan bertujuan untuk pemeriksaan organ-
organ tubuh yang dapat diketahui bentuk, ukuran anatomis, gerakan, serta
hubungannya dengan jaringan lain disekitarnya.

B. Komponen Pesawat Ultrasonografi (USG)


Pesawat USG tersusun dari beberapa komponen, yaitu:
1. Transducer
Adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa, di dalam transducer terdapat kristal yang digunakan untuk
menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transducer tersebut.
2. Monitor atau Display Gambar USG

4
3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah
data yang diterima dalam bentuk gelombang.
4. Pulser
Adalah alat yang berfungsi sebagai penghasil tegangan untuk merangsang
kristal pada transducer dan membangkitkan pulsa ultrasonik.
5. Tabung sinar katoda
Adalah alat untuk menampilkan gambaran ultrasound. Pada tabung ini
terdapat tabung hampa udara yg memiliki beda potensial yang tinggi antara
anoda dan katoda.
6. Printer
Adalah alat yang digunakan untuk mendokumentasikan gambaran yang
ditampilkan oleh tabung sinar katoda.

C. Prinsip Kerja Ultrasonografi (USG)

Transducer bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang


suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi
akustik oleh transducer yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian
tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan
merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam
pantulan sesuai dengan jaringan yang dilaluinya. Pantulan gema yang berasal
dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur transducer dan akan ditangkap
oleh transducer, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan
selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar monitor. Gelombang

5
ini kemudian diteruskan ke tabung sinar katoda melalui recevier seterusnya
ditampilkan sebagai gambar di layar monitor.

D. Anatomi

Kandung empedu merupakan kantong otot kecil yang berfungsi untuk menyimpan
cairan empedu (cairan pencernaan berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh
hati). Kandung empedu memiliki bentuk seperti buah pir dengan panjang 7-10 cm
dan merupakan membran berotot. Terletak didalam fossa dari permukaan visceral
hati. Kandung empedu terbagi kedalam sebuah fundus, badan dan leher.

Nama lain dari kandung empedu adalah Gallbladder, yakni tempat cairan empedu
dikumpulkan sebelum disekresikan kedalam usus halus.

Bagian-bagian dari kandung empedu, terdiri atas:

 Fundus vesikafelea, merupakan bagian kandung empedu yang paling akhir


setelah korpus vesikafelea.
 Korpus vesikafelea, bagian dari kandung empedu yang didalamnya berisi
getah empedu. Getah empedu adalah suatu cairan yang disekeresi oleh sel hati
sebanyak 500-1000 cc setiap harinya, sekresinya berjalan terus menerus,
jumlah produksi cairan empedu dapat meningkat pada saat mencerna lemak.
 Leher kandung empedu. Merupakan saluran pertama tempat masuknya getah
empedu ke badan kandung empedu lalu berkumpul dan dipekatkan dalam
kandung empedu.
 Duktus sistikus. Panjangnya kurang lebih 3 ¾ cm. berjalan dari leher kandung
empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus membentuk saluran
empedu ke duodenum.
 Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.
 Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke duodenum.

6
Kandung empedu tidak memiliki submukosa. Pembungkus pada kandung empedu
terdiri dari tiga lapis, yakni permukaan luar dari kandung empedu adalah Visceral
peritoneum, pada bagian tengah, otot dari dindingnya terdiri dari serat otot halus
(sel), dan disebelah dalam merupakan membran mukosa yang tersambung dengan
lapisan saluran empedu. Membran mukosanya terdiri atas sel-sel epitel sederhana
yang berbentuk sel tiang (silinder), disusun menyerupai epitel pada permukaan
lambung yang mengeluarkan sekret musin dan cepat mengabsorpsi air dan
elektrolit, tetapi tidak mensekresikan garam-garam empedu dan pigmen, karena itu,
cairan empedu menjadi pekat.
Kontraksi dari otot tersebut dipengaruhi oleh sistem hormonal yang menyebabkan
isi dari kandung empedu (cairan empedu) masuk ke pembuluh cystic.

E. Fisiologi

Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan
memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan
elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel
hati.Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat
katup Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan
mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi
zat-zat padat. Cairan empedu yang dihasilkan oleh hati mengandung 97% air,
sedangkan kadar rata-rata air yang terkandung dalam cairan empedu yang telah
tersimpan didalam kandung empedu adalah 89%. Bila saluran empedu dan duktus
sistikus dijepit, maka tekanan dalam saluran empedu akan naik sampai kira-kira 30
mm cairan empedu dalam 30 menit dan sekresi empedu berhenti. Akan tetapi bila
saluran empedu dijepit dan duktus sistikus dibiarkan terbuka, air akan diabsorspi
dalam kandung empedu dan tekanan intrafilier naik hanya kira-kira 100 mm cairan
empedu selama beberapa jam. Cairan yang disekresikan oleh sel-sel hepatosit dalam
organ hati adalah cairan yang berwarna kekuningan atau kecoklatan atau kuning

7
kehijauan yang disekresikan oleh sel-sel hati. Setiap hari sel-sel hati mensekresikan
800-1000 ml cairan empedu dengan pH sekitar 7,6-8,6. Cairan empedu sebagian
besar terdiri atas air, garam-garam empedu, kolesterol, dan sebuah fosfolipid (lesitin),
pigmen-pigmen empedu dan beberapa ion-ion, serta zat-zat lain yang ada dalam
larutan elektrolit alkali yang mirip dengan getah pankreas. Fungsi empedu adalah
untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah
merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin
yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin
yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah menjadi bilirubin (pigmen
utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang
memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu.

Proses Pembentukan Empedu

Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah sekresi dari
pencernaan. Garam-garam empedu termasuk kedalam kelompok garam natrium dan
kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu
derifat/turunan dari sistin, mempunyai peranan sebagai pengemulsi, penghancuran
dari molekul-molekul besar lemak menjadi suspensi dari lemak dengan diameter ± 1
mm dan absorpsi dari lemak, tergantung dari system pencernaannya. Terutama
setelah garam-garam empedu bergabung dengan lemak dan membentuk Micelles,
kompleks yang larut dalam air sehingga lemak dapat lebih mudah terserap dalam
system pencernaan (efek hidrotrofik). Ukuran lemak yang sangat kecil sehingga
mempunyai luas permukaan yang lebar sehingga kerja enzim lipase dari pancreas
yang penting dalam pencernaan lemak dapat berjalan dengan baik. Kolesterol larut
dalam empedu karena danmya garam-garam empedu dan lesitin.

8
Komposisi Getah Empedu
Getah empedu adalah suatu cairan yang disekresi setiap hari oleh sel hati yang
dihasilkan setiap hari 5000-1000 cc, sekresinya berjalan terus menerus, jumlah
prouksi meningkat sewaktu mencerna lemak. Empedu berwarna kuning kehijauan
yang terdiri dari 97 % air, pigmen empedu dan garam-garam empedu.
a. Pigmen empedu, terdiri dari biliverdin. Pigmen ini merupakan hasil penguraian
hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah terdisintegrasi. Pigmen utamanya
adalah bilirubin yang memberikan warna kuning pada urine dan feses. Warna
kekuningan pada jaringan (jaundice) merupakan akibat dari peningkatan kadar
bilirubin darah dan ini merupakan indikasi kerusakan fungsi hati, peningkatan
destruksi sel darah merah, atau obstruksi duktus empedu oleh batu empedu.
b. Garam-garam empedu, yang terbentuk dari asam empedu yang berkaitan
dengan kolesterol dan asam amino. Setelah diekskresi kedalam usus garam tersebut
direabsorbsi dari ileum bagian bawah kembali kehati dan didaur ulang kembali,
peristiwa ini disebut sebagai sirkulasi enterohepatika garam empedu.

Fungsi dari garam empedu dalam usus halus adalah :

· Emulsikan lemak, garam empedu mengemulsi globules lemak besar dalam


usus halus g kemudian dijadikan globules lemak lebih kecil dan area permukaan yang
lebih luas untuk kerja enzim.
· Absorbsi lemak, garam empedu juga membantu mengabsorbsi zat terlarut
lemak dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel.
· Pengeluaran kolesterol dari tubuh, garam empedu berikatan dengan kolesterol
dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil yang disebut micelle yang akan dibuang
melalui feses.

9
F. Indikasi Pemeriksaan

a. Cholelitiasis

Batu Empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam
saluran empedu. Komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol, sebagian
kecil lainnya terbentuk dari garam kalsium. Cairan empedu mengandung sejumlah
besar kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi
jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk
endapan diluar empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut
Cholelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut Chledokolitiasis.Batu
empedu berbentuk seperti kristal, dengan variasi ukuran dari butiran pasir sampai
lebih besar dari bola golf. Jika dianalisa lebih lanjut batu kandung empedu terdiri dari
batu kolesterol dan batu pigmen.Batu kandung empedu ada tiga tipe, yaitu batu
kolesterol, batu pigmen dan batu campuran.Batu terlihat sebagai struktur hiperechoic
dalam kandung empedu.Batasannya tegas kadang rata, kadang tidak beraturan dan
dapat berpindah jika posisi pasien di berubah posisi.Batu memiliki bayangan akuistik
di belakangnya. Batu kecil terkadang tidak memberikan gambaranbayanganakuistik
bilatidak di periksa dengan transduser yang berfrekuensi tinggi. Batu yang terapung
dalam kandung empedu dikarenakan ada cairan pekat pada kandung empedu.

10
a. Cholesistitis

Pada peradangan ini, kandung empedu akan terlihat normal atau membesar. Dinding
menebal dan dapat mencapai 8-10 mm dan berlapis.Penebalan dinding dapat
mengakibatkan rasa nyeri di ulu hati.

1) Cholesistitis kronis

Peradangan ini dikarenakan Cholesistitis akut yang berulang, kandung empedu akan
terlihat normal atau lebih kecil, bahkan begitu kecil sehingga tak terlihat lumennya
dan mempersulit pemeriksaan. Dinding menebal tidak merata, kadang membentuk
tonjolan-tonjolan kedalam.Seringkali di jumpai batu atau lumpur empedu.

2) Cholesistitis emfisematosa

Adalah suatu varian peradangan yang jarang dengan di jumpainya gas dalam dinding
kandung empedu akibat adanya bakteri yang memproduksi gas.

3) Cholesistitis gangrenosa

11
Suatu keadaan dimana Cholesistitis yang penebalan dinding tidak merata akibat
nekrose dalam dindingnya.

4) Endapan empedu

Terbentuk dari cairan empedu yang pekat.Terlihat sebagai suatu struktur dalam
kandung empedu tanpa bentuk tertentu.Endapan dapat berubah posisi jika ada
perubahan posisi dari pasien.Lumpur empedu terdiri dari kristal-kristal empedu yang
terbentuk akibat adanya statis empedu.Kristal-kristal itu sendiri terbentuk dari
kalsium bilirubinat dan kolesterol.

5) Polip

Adalah sebuah tumor jinak yang tumbuh dari dinding kandung empedu, berkomposisi
kolesterol.Terlihat sebagai bangunan hiperechoic, batas tegas, tidak tampak bayangan
akuistik di belakangnya kecuali jika mengandung kalsifikasi.

6) Adenomionatosis

Suatu keadaan dimana adanya kandungan kolesterol empedu atau batu pada sinus
rokitansy-aschof dan terlihat sebagai partikel hiperechoic, dalam lumen kandung
empedu, seringkali menimbulkan bayangan akuistik di belakangnya, dikenal sebagai
ekor comet.

7) Keganasan

Terlihat penebalan setempat dinding kandung empedu dalam kandung empedu yang
hiperechoic, homogen.Bangunan ini dapat menutupi seluruh lumen bahkan dapat
menembus keluar.Menempel di hati dan kadang sulit di bedakan dengan tumor hati.

8) Kebocoran

Adalah kebocoran dinding kandung empedu.Dalam pemeriksaan USG, terlihat


kumpulan struktur anechoic di sekitar kandung empedu terutama pada bagian
fundus.

12
G. Teknik Pemeriksaan

Lakukan skening transversalsubcostal pada midclavicularline.Kemudian kita


sweeping sampai menemukan kandung empedu.Jika sudah di dapat, selanjutnya putar
tranduser 90° ke arah kiri sehingga menjadi skening longitudinal (sumber, Manual
book Ultrasound).Lakukan sweeping untuk mencari gambaran kandung empedu.Cari
gambar kandung empedu yang paling panjang.Jika sudah mendapatkan gambar
kandung empedu, kemudian freeze.

Gambar 2.13 Posisi tranduser skening subcostal


(Sumber : Color Atlas of Ultrasound Anatomy)

13
Gambar 2.14 Gambar sonografi kandung empedu,
(Sumber : Color Atlas of Ultrasound Anatomy)

Terkadang, skening subcostal tidak mampu menampilkan gambar kandung


empedu. Maka dilakukan skening alternatif, yaitu intercostal. Skening ini dilakukan
dengan cara menempelkan tranduser pada sela-sela iga. Selanjutnya lakukan
pengukuran pada dinding kandung empedu dan batu.

14
Gambar 2.15 Posisi probe skening subcostal,
(Sumber : Color Atlas of Ultrasound Anatomy)

Gambar 2.15 Posisi probe skening subcostal,


(Sumber : Color Atlas of Ultrasound Anatomy)

H. Gambaran USG Kantung Empedu

Gambaran hasil pemeriksaan kandung empedu sangat khas. Kandung empedu

tergambar sebagai suatu struktur unechoic lonjong. Kandung empedu dikelilingi

15
dinding hiperechoic yang nantinya akan diukur ketebalannya. Jika skening

dilakukan dengan cara subcostal, maka kandung empedu seolah-olah di dalam

struktur hipoechoic, yaitu hati. Kandung empedu mempunyai batas yang tegas.

Dinding kandung empedu tergambar sebagai struktur hiperechoic yang

menhelilingi kandung empedu. Pada pemeriksaan USG kandung empedu, salah

satu bagian yang nantinya di ukur adalah tebalnya dinding kandung empedu. Pada

skening intercostal, kandung empedu terlihat diluar hati. Karakteristik kandung

empedu sama dengan posisi skening subcostal. Dalam skening intercostal,

mungkin lapangan gambar tidak terlalu luas karena tertutup bayangan akuistik

dari tulang iga.

16
BAB III

HASIL

A. Identitas Pasien

Nama pasien : Tn.Syahrul

No. Identitas : 111***

Pemeriksaan : USG Abdomen

Umur : 59 tahun

B. Tujuan Pemeriksaan

Untuk melihat dan menilai apakah terdapat batu pada daerah Kantung Empedu.

C. Teknik Pemeriksaan

a. Alat dan Bahan

1. Pesawat USG & Tranduser dengan frekuensi 3 – 5 MHz, tipe real-time

convex scanner.

2. Jelly

3. Tissue

b. Prosedur Pemeriksaan USG Kantung Empedu


 Persiapan Pasien
Puasa Makan minimal 12 jam sebelum pemeriksaan.
 Persiapan Alat dan Bahan
1) Set Up Machine atau pesawat USG.
2) Siapkan jelly

17
3) Siapkan handuk kecil atau tissue

c. Teknik Scanning
Lakukan skening transversalsubcostal pada midclavicularline.Kemudian kita
sweeping sampai menemukan kandung empedu.Jika sudah di dapat,
selanjutnya putar tranduser 90° ke arah kiri sehingga menjadi skening
longitudinal (sumber, Manual book Ultrasound).Lakukan sweeping untuk
mencari gambaran kandung empedu.Cari gambar kandung empedu yang
paling panjang.Jika sudah mendapatkan gambar kandung empedu, kemudian
freeze.

Gambar 2.13 Posisi tranduser skening subcostal


(Sumber : Color Atlas of Ultrasound Anatomy)

18
d. Hasil Gambaran

e. Hasil Ekspertisi

19
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Pengembangan metode penerapan gelombang ultrasound


(ultrasonografi/USG) telah pasti belum mencapai jalan buntu lagi, karena
semakin banyak teknik berbasis pada teknologi USG masih sedang
dimasukkan ke dalam praktik dunia kedokteran. Bahkan evaluasi USG
kantung empedu terus memiliki dampak yang besar pada diagnosis dan
keputusan pengobatan selanjutnya. Namun, kecakapan USG tidak pernah
dapat menggantikan pendekatan holistik, atau tanpa mengambil sejarah pasien
dan data klinis dalam pertimbangan. Selain itu, dalam metode USG
diperlukan peralatan yang memadai untuk pemeriksaan, serta pengalaman dan
pelatihan sonogram diperlukan sebagai penentu kehandalan metode pencitraan
tersebut.Oleh sebab itu, diperlukan perbandingan hasil pemeriksaan USG
dengan hasil anamnesis dan pemeriksaan klinis/laboratorium dalam
mendiagnosis kelainan, khususnya kelainan pada kantung empedu. Bahkan
terkadang kesimpulan akhir suatu hasil pencitraan USG harus dibandingkan
dengan menggunakan metode pencitraan lainnya, seperti CT-scan dan MRI.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Enil T Ahuja, Imaging anatomi ultrasound, 2007


2. Lange Q & A,Gallblader Examination,
3. Makes Daniel, dr. Atlas Ultrasonografi dan mamografi, Jakarta
4. Sari Gando, Dra Silabus matkul USG, 2010
5. http://dharmais.co.id/tentang-kami/sejarahrumahsakit/
6. https://id.wikipedia.org/wiki/Kantung_empedu/
7. http://mencegahpenyakit.com/definisi-dan-pengertian-kantung-empedu-
yang-perlu-anda-ketahui/
8. https://radiologitop.wordpress.com/2013/12/27/penatalaksanaan-usg-
kantung-empedu-ultrasound/

21

Anda mungkin juga menyukai