Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK RADIOGRAFI III Hari Tgl/Bln/Thn Jam

13.00 -
 Selasa 04/12/2018
selesai

Petunjuk Kerja: WI-TRDI-00 …. Nomor Revisi 0 1 2 3 4 5

Pokok bahasan: OMD (Oesophagus Maag Duodenum)

Nama Anggota Kelompok:

1. Hendi Prasetyo 6. Pramuwardani Nur A. Kelompok 2


2. Saras Mukti S. 7. Adil Fathun Saifudin

3. Evi Rama Dheni

4. Wahyu Herna K.
8. Nurul Latifatil H.

9. Veny Kartika Zahro


2D
5. Andini Kartika C. 10. Naufalino Mirza Mulya

A. TUJUAN

 Untuk mengetahui pemeriksaan, anatomi, indikasi, kontra indikasi, prosedur persiapan,


langkah-langkah, kriteria, dan studi kasus pada pemeriksaan OMD.
 Untuk mengetahui fungsi dari oesophagus, gaster, dan duodenum menggunakan kontras positif
yang dimasukkan melalui oral.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan untuk pemeriksaan uretrografi retrograde yang harus dipersiapkan antara
lain :
a. Pesawat sinar x,
b. Kaset dan film (ukuran 24x30 cm dan 30x40 cm,
c. Grid,
d. Marker,

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
e. Tensi meter,
f. Tabung oksigen,
g. Baju pasien.
Pada pemeriksaan OMD perlu dipersiapkan alat untuk memasukkan media kontras,
terdiri alat bantu steril dan non steril. Alat steril yang diperlukan antara lain :
a. Peralatan Steril
 Handscoon
 Masker
 Barium
 Air hangat
 Sedotan atau sendok
b. Peralatan Un-Steril
 Plester dan Marker R/L
 Obat-obatan emergency
 Gelas bening
 Tissue

C. ANATOMI FISIOLOGI
1. Oesophagus
Esofagus adalah tuba muskular dengan panjang 9 sampai 10 inci (25 cm) dan berdiameter 1 inci

(2,54 cm) (Sloane, 2003). Esofagus adalah tuba muskular yang menghubungkan faring dengan

lambung (Paulsen dan Waschke, 2012). Esofagus berawal pada area laringofaring, melewati

diafragma dan hiatus esofagus pada area sekitar vertebra toraks kesepuluh dan membuka ke arah

lambung (Sloane, 2003).

Esofagus menyempit pada tiga tempat, yaitu :

a. Ujung atasnya (Cervical constriction,Pharyngoesofageal junction)

b. Persilangan dg bronchus (Thoracic constriction)

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
c. Saat menembus diafragma (Diafragma constriction)

Esofagus memiliki panjang 25 cm dan tersusun atas tiga bagian yaitu:

 Pars cervicalis (5-8 cm)

 Pars thoracics (16 cm)

 Pars abdominalis (1-4 cm)

Struktur dinding esofagus sama halnya seperti keseluruhan usus yang terdiri dari membran mukosa

luminal (Tunika mukosa) yang dipisahkan dari lapisan muskular (Tunika muskularis) oleh lapisan

jaringan ikat longgar (Tela submukosa). Partes cervicalis dan thoracica dilapisi oleh tunika adventitia

sedangkan permukaan bagian luar pars abdominalis intraperitoneal dilapisi oleh peritoneum visceral

yang membentuk tunika serosa (Paulsen dan Washchke, 2012). Bagian esofagus yang pendek

terdapat di rongga abdomen sebelum berakhir di lambung. Esofagus dilapisi epitel berlapis gepeng

tanpa lapisan tanduk dengan sel-sel punca yang tersebar di seluruh lapisan basal (Mescher,2011).

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
Sfingter gastroesofagus tetap kontraksi untuk mempertahankan sawar antara lambung dan esodagus,

mengurangi kemungkinan refluks isi lambung yang asam ke dalam esofagus. Heartburn terjadi jika

isi lambung mengalir balik ke esofagus, menyebabkan iritasi dari bronkus dan menyebabkan rasa tak

nyaman di esofagus. Sekresi esofagus seluruhnya terdiri dari mucus yang disekresikan di sepanjang

saluran cerna oleh sel kelenjar penghasil mucus di mukosa. Mukus esofagus berperan dalam

menghasilkan pelumasan yang berfungsi mengurangi kemungkinan kerusakan esofagus oleh tepi-

tepi tajam makanan yang baru masuk serta melindungi dinding esofagus dari asam dan enzim jika

terjadi refluks asam lambung. Waktu yang dibutuhkan makanan atau bolus di faring dan esofagus

hanya sekitar 6 sampai 10 detik sehingga tidak memungkinkan terjadinya penyerapan

mengakibatkan esofagus tidak memproduksi enzim pencernaan (Sloane, 2003).

2. Gaster
Gaster adalah sebuah organ yang berbentuk huruf J yang terletak dalam traktus gastrointestinal yang
berfungsi untuk mencerna makanan oleh enzim dan cairan gaster lalu akhirnya makanan dari gaster
akan dikeluarkan ke duodenum
(Flochet al.,2010).

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
Letak gaster di antara traktus esofagus dan duodenum, pada region hipokondrium sinistra. Volume
isi gaster kurang lebih 1500 mL pada orang dewasa. Gaster terdiri dari beberapa bagian besar, antara
lain fundus, corpus, pilorus antrum dan antrum (Standring
,
2008).Gaster memiliki dua permukaan yaitu permukaan ventral dan permukaan dorsal.Gaster juga
memiliki dua batas yaitu curvature mayor yang ada pada batas kiri dan curvature minor yang ada
pada batas kanan (Floch et al.,2010).11Seluruh permukaan gaster ditutupi oleh lapisan peritoneum
(Russo,2006).

3. Duodenum

4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang terdiri dari mukosa membrane dengan muskulus
yang berbentuk spinkter pada bagian bawah dari kandung kemih. Pada vesikouretra junction
terdapat penebalan dari muskulus detrusor yang disebut internal urethral sphincter (involuntary).
Sedangkan eksternal urethral sphincter (voluntary) dibentuk oleh muskulus skeletal yang
mengelilingi uretra melalui diafragma urogenital. Dindingnya terdiri dari tiga lapisan yaitu:
epitel transional, columnair pseudostratified dan squamous stratified. Letak uretra di atas dari
orivisium internal uretra pada kandung kemih dan terbentang sepanjang 1,5 inchi ( 3,75 cm)
pada wanita dan 7-8 inchi (18,75 cm) pada pria.
 Uretra pria dibagi atas :
1) Uretra Posterior, dibagi menjadi:
 Pars prostatika: dengan panjang sekitar 2,5cm, berjalan melalui kelenjar prostate.

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
 Pars membranacea : dengan panjang sekitar 2 cm, berjalan melalui diafragma
urogenital antara prostate dan penis
2) Uretra Anterior, dibagi menjadi:
 Pars bulbaris: terletak di proksimal,merupakan bagian uretra yang melewati
bulbus penis.
 Pars pendulum /cavernosa/spongiosa: dengan panjang sekitar 15 cm, berjalan
melalui penis (berfungsi juga sebagai transport semen).
 Pars glandis: bagian uretra di gland penis. Uretra ini sangat pendek dan epitelnya
sangat berupa squamosa ( squamous compleks noncornificatum)
Uretra berfungsi untuk transport urine dari kandungkemih ke meatus eksterna, uretra
merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kemih hingga lubang air. (Pearce,
1999).

D. INDIKASI & KONTRA INDIKASI


1) Indikasi Pemeriksaan Retrograde Pyelografi
1. Stricture uretra
2. Batu uretra
3. Renal pelvic neoplasma
4. Uretris injury

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
5. Renal calculi
6. Paraphimosis
2) Kontra Indikasi
1. Alergi terhadap media kontras
2. Urethritis
3. Perforasi ureter
4. Hematuria

E. PROTEKSI RADIASI
 Proteksi bagi pasien
o Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan dokter
o Mengatur luas lapangan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan
o Waktu penyinaran sesingkat mungkin
 Proteksi bagi petugas
o Tidak menggunakan berkas sinar-x yang mengarah ke petugas
o Berlindung dibalik tabir saat melakukan eksposi
o Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue selama bertugas
 Proteksi bagi masyarakat umum
o Pintu pemeriksaan tertutup rapat
o Tidak mengarahkan sinar sumber sinar-x keruangan umum
o Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruang pemeriksaan
 Proteksi bagi masyarakat umum
o Pintu pemeriksaan tertutup rapat
o Tidak mengarahkan sinar sumber sinar-x keruangan umum
o Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruang pemeriksaan

F. LANGKAH-LANGKAH PRAKTEK
1. Persiapan Pasien
Pada dasarnya pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan jika pemeriksaan IVP
tidak bisa menampakkan anatomi dan fungsi dari pelviocaliceal. Jadi persiapan pasien pada
pemeriksaan RPG sama dengan pemeriksaan IVP.
a. Makan makanan lunak misal bubur kecap.
b. Makan terakhir pukul 18.00 kemudian puasa sampai dengan pemeriksaan selesai.

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
c. Pukul 20.00 minum garam inggris dicampur dengan satu gelas air hangat.
d. Puasa, selain puasa makan, juga disarankan mengurangi bicara, dan tidak merokok.
e. Daftar ke loket radiologi pokul 07.30 dalam keadaan masih puasa.
f. Seluruh obat selain garam inggris dibawa saat pemeriksaan.
g. Hasil laboratorium ureum dan kreatinin normal.
2. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan untuk pemeriksaan retrograde pyelografi yang harus dipersiapkan antara
lain :
a. Pesawat sinar x + Fluoroscopy,
b. Kaset dan film,
c. Grid,
d. Marker,
e. Tensi meter,
f. Tabung oksigen,
g. Baju pasien.
Pada pemeriksaan retrograde pyelografi perlu dipersiapkan alat untuk memasukkan
media kontras, terdiri alat bantu steril dan non steril. Alat steril yang diperlukan antara lain :
a. Spuit 20 cc,
b. Kassa,
c. Kapas alkohol,
d. Anti histamine,
e. Kateter dengan bantuan cystocopy,
f. Gliserin.
Sedangkan alat bantu non steril antara lain :
a. Bengkok,
b. Plester dan
c. Sarung tangan.
Media kontras yang digunakan adalah media kontras positif iodine water souluble. Media
kontras dicampur larutan fisiologis dengan perbandingan 1:1.
3. Teknik Pemeriksaan Retrograde Pyelografi
Menurut Bontrager, (2003) teknik pemeriksaan retrograde pyelografi adalah sebagai
berikut :
1) Foto Pendahuluan (Polos)
Dilakukan sebelum media kontras dimasukkan dengan tujuan untuk mengetahui

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
persiapan pasien, mengetahui struktur keseluruhan organ sebelum dimasukkan media kontras,
mengetahui ketepatan posisi dan menentukan faktor eksposi selanjutnya.
 Posisi Pasien :
a. Tidur telentang (supine) di atas meja pemeriksaan dengan MSP diatur tepat diatas
pada garis tengah meja pemeriksaan,
b. Dua kaki lurus dan kedua tangan disamping tubuh.
 Posisi Objek :
a. Batas atas kaset krista iliaka dan
b. Batas bawah kaset sympisis pubis.
 Pengaturan sinar dan eksposi
a. Arah sinar/central ray (CR) : vertikal tegak lurus kaset
b. Titik bidik/central pint (CP) : diantara kedua krista illiaca pada MSP
c. Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
d. Film dan kaset khusus fluoroscopy dengan ukuran 24 x 30 cm
e. Eksposi : ekspirasi tahan napas
f. Kriteria :
- Tampak organ abdomen secara keseluruhan dan tidak terpotong.
- Processus spinosus membentuk satu garis pada pertengahan corpus vertebrae.

2) Fase Nefrogram
Tujuan dari fase nefrogram untuk melihat fungsi dari pelviocalceal. Media kontras
dimasukkan melalui kateter sebanyak 3-5cc dengan menarik kateter secara pelahan

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
 Posisi Pasien
a. Supine diatas meja pemeriksaan,
b. MSP diatur tetap diatas garis tengah pemeriksaan.
 Posisi Objek
a. MSP tubuh di tengah meja pemeriksaan
b. Kedua tangan diletakkan di samping tubuh
 Pengaturan sinar dan eksposi
a. Arah sinar/central ray (CR) : vertical tegak lurus
b. Titik bidik/central pint (CP) : pertengahan antara processus xypoideus dan
krista illiaca.
c. Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
d. Film dan kaset khusus fluoroscopy dengan ukuran 24 x 30 cm melintang dengan
batas atas processus xypoideus dan batas bawah krista illiaca.
e. Eksposi : ekspirasi tahan napas
f. Kriteria :
- Tampak gambaran pelvis renal kiri terisi dengan media kontras.

3) Fase Uretrogram
Tujuan dari fase uretrogram untuk melihat fungsi dari ureter. Media kontras
dimasukkan melalui kateter sebanyak 5cc dengan menarik kateter secara pelahan
 Posisi Pasien
a. Supine diatas meja pemeriksaan,

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
b. MSP diatur tetap diatas garis tengah pemeriksaan.
 Posisi Objek
a. MSP tubuh di tengah meja pemeriksaan
b. Kedua tangan diletakkan di samping tubuh
 Pengaturan sinar dan eksposi
a. Arah sinar/central ray (CR) : vertical tegak lurus
b. Titik bidik/central pint (CP) : pertengahan kedua krista illiaca pada MSP.
c. Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
d. Film dan kaset khusus fluoroscopy dengan ukuran 30 x 40 cm.
e. Eksposi : ekspirasi tahan napas
f. Kriteria :
- Tampak gambaran ureter kiri terisi dengan media kontras.

4) Fase Melihat Vesica Urinaria


Tujuan dari fase ini untuk melihat fungsi dari vesica urinaria. Media kontras yang
tersisa dimasukkan melalui kateter dengan menarik kateter secara pelahan
 Posisi Pasien
a. Supine diatas meja pemeriksaan,
b. MSP diatur tetap diatas garis tengah pemeriksaan.

 Posisi Objek
a. MSP tubuh di tengah meja pemeriksaan
b. Kedua tangan diletakkan di samping tubuh
 Pengaturan sinar dan eksposi

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
a. Arah sinar/central ray (CR) : vertical tegak lurus
b. Titik bidik/central pint (CP) : pertengahan kedua krista illiaca pada MSP.
c. Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
d. Film dan kaset khusus fluoroscopy dengan ukuran 30 x 40 cm.
e. Eksposi : ekspirasi tahan napas
f. Kriteria :
- Tampak gambaran vesical urinaria terisi dengan media kontras.

F. STUDY KASUS
1. Paparan Kasus
Seorang pasien dibawa sanak keluarganya ke instalasi radiologi di RS. Panti Wilasa Dr.
Cipto pada tanggal 4 Mei 2014. Data pasien sebagai berikut:
- Nama : Ny. E
- Jenis kelamin : Perempuan
- Umur : 74 tahun
- No. foto : 2621
- Klinis : Hidronefrosis
- Permintaan foto : Retrograde Pyelography
2. Riwayat Pasien
Pasien adalah pasien rawat inap di RS. Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang. Pasien dirawat
di ruang Gamma dengan keluhan nyeri di bagian pinggang dan sakit jika buang air kecil.
Kemudian pasien dirujuk untuk melakukan pemeriksaan IVP di instalasi radiologi RS. Panti

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
Wilasa Dr. Cipto Semarang. Pasien datang ke instalasi radiologi dengan diantarkan perawat dan
dibuat foto polos abdomen. Hasil radiograf tidak menunjukan adanya opak di daerah ginjal
kanan maupun kiri. Diagnosa sementara adalah batu ginjal. Setelah itu dilakukan pemeriksaan
IVP untuk menegakan diagnosa. Setelah pembuatan foto 5, 20, 45 dan 70 menit post injeksi
media kontras, ternyata media kontras tidak disekresi dengan baik oleh ginjal kanan. Kemudian
pasien dikembalikan ke dokter pengirim dan dilakukan operasi pemasangan kateter ureter di
bagian bedah. Karena pemeriksaan IVP tidak dapat memberikan informasi yang memadai
tentang anatomi dan fisiologi ginjal, maka dianjurkan dengan pemeriksaan RPG setelah
pemasangan kateter ureter. Pada hari Minggu tanggal 4 Mei pasien kembali datang untuk
melaksanakan pemeriksaan RPG
3. Pelaksanaan Pemeriksaan
1) Persiapan pasien
 Pasien sudah melakukan persiapan khusus di ruang bedah sehingga tidak dilakukan
persiapan khusus di Instalasi Radiologi.
 Keluarga pasien diberikan penjelasan tentang jalannya pemeriksaan
dan mengisi inform consent.
2) Persiapan Alat dan Bahan
 Steril :
 Aquades
 Klem
 Media kontras, omnipaque konsentrasi 350mg I/ml sebanyak 20 cc
 Wing needle
 Spuit 18cc
 Kapas alkohol
 Non-steril :
 Pesawat sinar-x
 Kaset dan film ukuran 35x40 Cm
 Marker
 Baju pasien
 Plester
Media kontras yang digunakan adalah media kontras positif iodine
water souluble merek omnipaque 350mg I/ml sebanyak 20 cc. Media kontras
dicampur larutan fisiologis dengan perbandingan 1:1.

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
3) Teknik Pemeriksaan
 Plain foto Abdomen Polos
 Posisi pasien : tidur telentang di atas meja pemeriksaan dengan bahu
sejajar dan kedua tangan di samping tubuh.
 Posisi obyek : MSP tubuh di pertengahan meja pemeriksaan.
 Central ray : vertikal tegak lurus meja pemeriksaan
 Central point : pada MSP diantara kedua crista iliaca
 FFD : 100cm
 Proyeksi AP abdomen (Uretrogram)
Selanjutnya dimasukan media kontras omipaque sebanyak 10 cc atau sampai
dorongan injeksi media kontras terasa berat.
 Posisi pasien : tidur telentang di atas meja pemeriksaan dengan bahu sejajar
dan kedua tangan di samping tubuh.
 Posisi obyek : MSP tubuh di pertengahan meja pemeriksaan.
 Central ray : vertikal tegak lurus kaset
 Central point : pada MSP diantara kedua crista iliaca
 FFD : 100 cm
 Proyeksi AP abdomen (Pyelogram)
Kemuadian dilanjutkan media kontras omipaque sebanyak 10 cc dimasukkan
lagi.
 Posisi pasien : tidur telentang di atas meja pemeriksaan dengan bahu sejajar
dan kedua tangan di samping tubuh.
 Posisi obyek : MSP tubuh di pertengahan meja pemeriksaan.
 Central ray : vertikal tegak lurus kaset
 Central point : pada MSP diantara kedua crista iliaca
 FFD : 100 cm
4) Proteksi Radiasi
 Terhadap petugas yaitu menggunakan apron pada saat pemeriksaan dan petugas
yang melakukan ekspos berdiri di belakang tabir pelindung.
 Terhadap pasien, kolimasi dibatasi diarea obyek yang akan difoto dan tidak
melakukan pengulangan foto.
 Terhadap masyarakat umum pintu ditutup.

G. KESIMPULAN

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
 Retrograde Pyelography (RPG) adalah pemeriksaan radiografi dengan menggunakan media
kontras positif untuk memperlihatkan tractus urinarius bagian proximal beserta lesi-lesinya.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memasukan media kontras positif secara langsung ke
pelviocalical system melalui kateter ureter yang biasanya sudah terpasang dari bagian urolog.
Biasanya pemeriksaan ini dilakukan ketika cara intravena telah gagal atau tidak informative.
 Tujuannya : Untuk mengetahui fungsi dari pelvicocaliceal dan ureter menggunakan kontras
positif yang dimasukkan melalui kateter dengan bantuan cystoscopy dengan cara retrograde.

 Persiapan Alat dan Bahan


 Steril :
 Aquades
 Klem
 Media kontras, omnipaque konsentrasi 350mg I/ml sebanyak 20 cc
 Wing needle
 Spuit 18cc
 Kapas alkohol
 Non-steril :
 Pesawat sinar-x
 Kaset dan film ukuran 35x40 Cm
 Marker
 Baju pasien
 Plester
Media kontras yang digunakan adalah media kontras positif iodine
water souluble merek omnipaque 350mg I/ml sebanyak 20 cc. Media kontras
dicampur larutan fisiologis dengan perbandingan 1:1.
 Indikasi & Kontra Indikasi:
1) Indikasi Pemeriksaan Retrograde Pyelografi
1. Stricture uretra
2. Batu uretra
3. Renal pelvic neoplasma
4. Uretris injury
5. Renal calculi
6. Paraphimosis
2) Kontra Indikasi
1. Alergi terhadap media kontras

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang
2. Urethritis
3. Perforasi ureter
4. Hematuria
 Proyeksi yang digunakan
1) Foto Polos abdomen
2) Proyeksi AP abdomen (Uretrogram)
3) Proyeksi AP abdomen (Pyelogram)

E. REFERENSI

- Bontrager, Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Mosby


- Vinita Merril, Atlas Rontgenographic Positioning and Standart Radiotion Procedure,
- http://vidyaristu14.blogspot.com/2014/07/laporan-kasus-retrograde-pyelography.html

Format Laporan Praktekum TR - 302


Labatorium Teknik Radiografi JTRR Poltekes Kemenkes Semarang

Anda mungkin juga menyukai