Anda di halaman 1dari 9

ANATOMI MARMUT (Cavia porcellus)

Oleh :
Nama : Iqbal Auni Rahman
NIM : B1A018105
Rombongan :I
Kelompok :1
Asisten : Balqist Nadia Rahmah

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Marmut (Cavia porcellus) merupakan hewan dari kelas Mammalia yang
berdarah panas (homoioterm). Marmut mempunyai suhu tubuh tetap, tidak
terpengaruh terhadap lingkungan luar dimana mereka dapat mempertahankan
suhu tubuhnya karena didukung oleh rambut yang tumbuh di seluruh tubuhnya.
Marmut merupakan anggota Mammalia yang berordo Rodentia, yaitu ordo hewan
pengerat seperti tikus dan kelinci yang mempunyai gigi pemotong seperti pahat
dan berguna untuk memotong dan mengerat (Brotowidjoyo, 1993).
Marmut (Cavia porcellus) termasuk dalam binatang pengerat (Ordo
Rodentia. Ciri paling utama semua Rodentia adalah kemampuannya mengerat
benda-benda dengan sepasang gigi seri yang besar, tidak memiliki gigi taring dan
gigi geraham depan, sehingga terdapat bagian yang kosong antara gigi seri dan
geraham belakang. Lapisan luar pada gigi seri terdapat email yang amat keras,
sedangkan bagian dalamnya tanpa lapisan email sehingga mudah aus. Selisih
kecepatan ausnya ini membuat gigi itu selalu tajam. Gigi seri tersebut tumbuh
terus menerus dan untuk mengurangi pertumbuhan gigi seri yang dapat
membahayakan dirinya sendiri, maka tikus selalu mengerat benda apapun yang ia
jumpai (Sholichah, 2007).
Cavia porcellus memiliki mantel (rambut) dapat bervariasi dalam warna,
panjang, dan tekstur. Beberapa warna yang umum adalah putih, hitam, merah,
krem, nila, dan coklat, atau beberapa kombinasi dari warna-warna tersebut.
Karakter badan pendek gemuk dengan kaki pendek. Hewan dewasa panjangnya
antara 200 sampai 500 mm. Marmut tidak memunyai ekor eksternal, mempunyai
empat jari pada kaki depan dan tiga jari belakang serta memunyai kuku yang
tajam pada setiap jarinya. Pengamatan terhadap morfologi dan anatomi Mammalia
dalam praktikum adalah marmut. Pertimbangan ini dipilih untuk dapat mewakili
kelas Mammalia antara lain, marmut mudah didapatkan, ukuran cukup besar dan
tubuhnya mudah dipelajari, serta organ-organ lengkap untuk mewakili kelas
Mammalia (Sachser, 1998).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui anatomi dan
morfologi marmut (Cavia porcellus).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah marmut (Cavia
porcellus).
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah chloroform, kapas,
baki preparat, pinset dan gunting.

B. Cara Kerja

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Marmut dibius dengan menutup bagian hidung, menggunakan kapas yang telah
dibasi chloroform sampai mati lemas.
2. Pembedahan dilakukan, rambut pada bagian ventral dibasahi dulu supaya pada
waktu dibedah rambut-rambut tidak beterbangan dan mengotori.
3. Kulit dipotong dengan gunting mulai dari posterior di muka penis atau clitoris
menuju anterior mengikuti garis medio ventral badan diujung medulla.
4. Kulit dibuka, otot bagian abdomen dan thorax akan terlihat.
5. Pembedahan pada daerah thorax, dilakukan dengan dipotngnya rusuk-rusuk di
kiri sternum, pada bagian anterior dekat pangkal leher.
6. Bagian otot abdomen dibuka agar organ-organ didalamnya terlihat.
7. Semua organ yang terlihat diamati.
B. Pembahasan
Klasifikasi dari marmut (Cavia porcellus) menurut Radiopoetro (1991),
adalah sebagai berikut,
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Familia : Caviidae
Genus : Cavia
Spesies : Cavia porcellus
Hasil pengamatan morfologi marmut (Cavia porcellus) didapatkan bahwa
secara umum tubuh marmut dibagi menjadi beberapa bagian yaitu kepala (caput),
badan (truncus), sepasang kaki depan (extremitas anterior), dan sepasang kaki
belakang (extremitas posterior). Bagian caput terdapat mulut (rima oris), yang
dibatasi oleh bibir atas (labium superior) dan bibir bawah (labium inferior) yang
bercelah sehingga nampak gigi seri (incisivi). Bagian selanjutnya dari caput
adalah lubang hidung (nares externa), letaknya dorsal dari rima oris. Lubang
hidung (nares externa) dan rima oris di sekitarnya terdapat rambut-rambut peraba
(vibrissae), yang juga terdapat pada mata (organon visus). Organon visus terdapat
kelopak mata atas (palpebra superior) dan kelopak mata bawah (palpebra
inferior), serta membrana nictitans di sudut mata sebelah anterior. Marmut
mempunyai daun telinga (pina auricula), di dalamnya terdapat selaput gendang
telinga pada rongga tengah dan tidak terlihat. Caput dihubungkan dengan truncus
oleh leher (cervix) (Radiopoetro, 1991).
Badan marmut berbentuk bilateral simetri dengan tulang berbeda. Truncus
dibagi menjadi thorax dan abdomen, bagian thorax terdapat kaki depan
(extrimitas anterior) dengan empat digiti, sedangkan bagian abdomen terdapat
kaki belakang (extrimitas posterior) dengan tiga digiti, namun cauda tumbuh
rudiment (Djuhanda, 1982). Daerah diantara kaki belakang (inguinal) terdapat
sepasang puting susu (papilla mammae). Selanjutnya ke arah posterior ditemui
adanya penis yang hanya terdapat pada hewan jantan. Ujungnya mempunyai
kepala penis (glans penis) yang diselubungi oleh kulit lepas yang disebut
praeputium, praeputium ini adalah kulit penutup alat kelamin. Terdapat bagian
yang berlubang di ujung penis yang disebut orificium urethra yang berfungi untuk
mengeluarkan urin dan spermatozoa. Marmut betina mempunyai organ yang
homolog dengan penis yaitu clitoris, yang terdapat vulva sebagai lubang
peranakan saat terjadi kopulasi. Lekuk pirenium terdapat pada jantan dan betina
yang terletak di anterior dari penis atau vulva. Lekuk ini merupakan tempat
bermuaranya kelenjar bau yang diduga sebagai tanda pengenal spesies dan
berfungsi untuk memikat lawan jenis (hedonic). Paling ujung dari posterior
marmut terdapat anus merupakan lubang untuk mengeluarkan feses (Jasin, 1989).
Viscera in-situ marmut (cavia porcellus) terdiri dari esofagus mulai dari
pars tendinum, diafragma, dan berakhir pada lambung (gastrum). Gastrum
mencampur makanan dengan sekresi gastrik, memecahkannya secara mekanis dan
kimiawi menjadi substansi semi cair yang disebut kime (Junquiera et al., 1995).
Terdapat bagian cembung pada gastrum yang disebut curvatura mayor, sedangkan
yang cekung disebut curvatora minor. Gastrum dapat dibagi menjadi tiga bagian
yaitu pars cardia yang terletak dekat dengan muara esofagus, fundus bagian
terbesar dari gastrum yang terletak di tengah, dan pars pylorica bagian gastrum
yang paling posterior dekat dengan pylorus. Dinding muskuler ventrikulus di atas
bagian tengah badan gastrum tidak berkontraksi secara peristaltik. Ujung pilorik
berkontraksi untuk mencampur isi ventrikulus. Gerak peristaltik muncul di dekat
badan gastrum dan melalui ujung pilorik menahan isi ventrikulus ke intestinum.
Kecepatan peristaltik dan kekuatan kontraksi bervariasi sesuai dengan macam dan
jumlah makanan (Muliani & Kasiyati, 2014).
Usus (intestine) marmut dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum bagian
usus paling anterior yang terhubung dengan gastrum dibatasi oleh pylorus.
Bagian selanjutnya adalah jejunum dan ileum. Usus buntu (caecum) pada marmut
tumbuh secara sempurna yang berfungsi untuk pecernaan bakteri. Bagian dari
caecum antara lain adalah haustrae yang berupa kantung-kantung, incisura yang
berupa sekat-sekat yang membatasi haustrae, dan taenia yaitu bagian yang
nampak seperti urat yang berbentuk pita yang terdapat pada kanan kiri caecum.
Serat otot pada lapisan longitudinal berakhir dengan berputar pada sudut kanan
untuk bergabung dengan serat melingkar yang terhubung untuk kontraksi. Pangkal
colon kelur dari caecum dan berdekatan dengan muara dari ileum. Colon dibagi
menjadi empat bagian yaitu colon ascenden, colon transversum, colon descenden,
dan colon sigmoideum. Usus akhir dari marmut yaitu rectum yang mengeluarkan
feses dari anus (Atkinson et al., 2017).
Proses pencernaan pada marmut (cavia porcellus) dibantu oleh beberapa
kelenjar antara lain hati (hepar) dan pankreas (pancreas). Hepar marmut terbagi
atas 7 lobus, menghasilkan cairan empedu yang melalui ductus hepaticus dan
disimpan dalam kantung empedu (vesica felea). Cairan dari vesica felea dialirkan
melalui ductus cysticus dan ductus choledhocus ke duodenum. Letak pancreas
berada diantara duodenum yang berbentuk huruf U. Saluran pelepasannya disebut
ductus pancreaticus yang juga bermuara pada duodenum. Beberapa limfa perifer
tampak membesar yang terletak di dekat lambung, berwarna merah seperti kacang
merah, serta tidak termasuk dalam sistem pencernaan melainkan sistem peredaran
darah (Nagata et al., 2019). Larynx berfungsi untuk mencegah masuknya cairan
atau benda padat ke dalam jalan napas (trachea). Trachea tersusun oleh cincin-
cincin rawan sebagai lanjutan dari larynk, yang akan bercabang menjadi bronchi,
dan bronchi akan bercabang lagi menjadi bronchioli yang pada ujung-ujungnya
terdapat alveoli yang merupakan tempat pertukaran antara oksigen dan karbon
dioksida. Bronchioli dan alveoli berkumpul menyusun pulmo dan dibungkus oleh
selaput yang disebut pleura (Djuhanda, 1982).
Jantung marmut (Cavia porcellus) terdiri dari dua athrium dan dua
ventricle. Dinding pemisah ventricle sudah sempurna. Athrium terbagi menjadi
dua bagian yaitu athrium dextra dan dan athrium sinistra. Athrium dextra adalah
tempat muara vena cava anterior dan vena cava posterior. Athrium sinistra adalah
tempat muara vena pulmonalis. Ventricle terbagi menjadi dua bagian yaitu
ventricle dextra dan ventricle sinistra. Ventricle dextra adalah tempat keluarnya
truncus aorticus (Sukarno, 1972).
Sperma mammalia diproduksi di testis sebagai prekursor yang belum
matang yang mengalami modifikasi kompleks dan memperoleh motilitas maju
selama transit berikutnya melalui organ epitel duktular yang berdekatan,
epididimis. Sistem genitalia jantan terdiri dari sepasang testis yang berbentuk
bulat terdapat dalam scrotum, dan epididymis yang melekat pada testis terbagi
menjadi caput epididymis, corpus epididymis, cauda epididymis, dan ductus
defferens yang berpasangan dari vesica urinaria dan bermuara pada urethra.
Urethra ini berlanjut ke dalam penis (Zhou et al., 2019). Glandula accecoris dari
sistem genitalia jantan terdiri glandula vesiculosa, glandula prostata, dan
glandula bulbo urethra (Djuhanda, 1982). Sistem genitalia betina yaitu berupa
ovarium, ovarium pada marmut berjumlah sepasang, merupakan organ yang
kompak, dan terletak di dalam rongga pelvis. Mammalia yang lain terdapat ductus
muller yang membentuk oviduct, uterus, dan vagina. Bagian anterior oviduct
(tuba falopii) membentuk infundibulum yang terbuka ke arah rongga selom
(Pratiwi, 1996).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


marmut (Cavia porcellus) memiliki morfologi yang terdiri dari kepala (caput),
leher (cervix), badan (truncus), dan ekor (cauda). Anatomi pada merpati marmut
(Cavia porcellus) terdiri dari sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem eksresi
dan sistem genitalia.
DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, N. S. S., Bryant, R. V., Dong, Y. & Maaser, C., 2017. How to perform
Gastrointestinal Ultrasound: Anatomy and Normal Findings. World Journal of
Gastroenterology , 23(38), pp. 6931-6941.

Brotowidjoyo, D. M., 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Djuhanda, T., 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata. Bandung:


Armico.

Jasin, M., 1989. Sistematika Hewan Invertebrata & Vertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya.

Junquiera, C. L., Carnerro, J. & Kelley, V. R., 1995. Histologi Dasar. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Muliani, H. & Kasiyati., 2014. Perubahan Tinggi Sel Epitelium Villi Ventrikulus
Marmut (Cavia porcellus L.) Setelah Pemberian Teh Hijau. Perubahan Tinggi
Sel Epitelium Villi Ventrikulus, 22(1), pp. 30-45.

Nagata, K., McHale, B., Sladakovic, I. & Mayer, J., 2019. Total Body Treatment
Irradiation for the Treatment of Lymphoma in a Guinea Pig (Cavia porcellus).
Journal of Exotic Pet Medicine, 28(1), pp. 132-136.

Pratiwi, D. A., 1996. Biologi 2. Jakarta: Erlangga.

Radiopoetro, 1991. Zoologi. Jakarta: Erlangga.

Sachser, N., 1998. Of Domestic and Wild Guinea Pigs: Studies in Sociophysiology,
Domestication, and Social Evolution. Naturwissenschaften, 85(7), pp. 307-317.

Sholichah, Z., 2007. Mengenal Jenis Tikus. Balaba, 5(2), pp. 18-19.

Sukarno, 1972. Makhluk Hidup 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Zhou, D., Suzuki, T., Asami, M. & Perry, A. C. F., 2019. Caput Epididymidal Mouse
Sperm Support Full Development. Developmental Cell, 50(1), pp. 5-6.

Anda mungkin juga menyukai