PNEUMOPERITONEUM
Disusun Oleh
Putri kusuma Wardhani 1920221115
Fakhri Haidar Anis 1920221170
Pembimbing
dr. Rosiana Anneke Sjahruddin, Sp. Rad
dr. Mira Fitriningsih Sp. Rad
Penulis
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
(UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA)
Jl. RS. FATMAWATI RAYA, PD. LABU, JAKARTA SELATAN
KEPANITERAAN KLINIK
RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
Hari/Tanggal Ujian/Referat:
Kamis/21 Oktober 2021/ ReferatPneumoperitoneum
II.3 Etiologi
Penyebab pneumoperitoneum multifactorial, berikut adalah sebagian etiologi
pneumoperitoneum: Penyakit tukak lambung, keganasan, penyakit radang usus, perforasi
mekanis, trauma, kolonoskopi, benda asing, gas intraperitoneal bebas pasca operasi (4).
II.4 Patofisiologi
Prinsip terjadinya respon patofisiologis ini adalah peningkatan resistensivaskular
sistemik (SVR), tekanan pengisian miokardium, dengan perubahan yang kecil dari
frekuensi denyut jantung (HR). Pneumoperitoneum menyebabkan perubahan
hemodinamik yang lebih besar karena meningkatnya SVR sehingga meningkatkan
afterload, akhirnya akan menurunkan cardiac output (5).
Pneumoperitoneum juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen
yang berhubungan dengan penekanan pembuluh darah vena yang awalnya menyebabkan
peningkatan preload sesaat diikuti secara perlahan dengan penurunan preload. Penekanan
pembuluh darah arteri meningkatkan afterload dan biasanya secara nyata mengakibatkan
peningkatan SVR.
Pneumoperitoneum dapat menyebabkan stimulasi sistem syaraf simpatis dan
menstimulasi pengeluaran katekolamin yang akan menstimulasi fungsi renin dan
aldosteron. Peningkatan 4kali lipat pada konsentrasi rennin dan aldosteron berhubungan
dengan peningkatan MAP. Katekolamin, sistem renin angiotensin dan khususnya
vasopressin semuadikeluarkan selama pneumoperitoneum dan mempunyai andil dalam
meningkatkanafterload (Adnyana & Priyambodo, 2008).
Pada pneumoperitoneum, fungsi dan komplians paru menurun dan dapat
menyebabkan hipoksemia(6).
II.5 Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala umum adalah sakit perut, muntah, perut kembung, sembelit,
demam, diare, takikardia (nadi> 110 / menit), hipotensi (tekanan darah sistolik
<100 mmHg), pengeluaran urin (<30 mL / jam), dan takipnea (frekuensi
pernapasan> 20 / menit).
2. Gambaran klinis pasien bervariasi sesuai dengan tempat perforasi. Pasien
perforasi ulkus duodenum biasanya memiliki riwayat singkat nyeri epigastrium
disertai dengan nyeri tekan dan pelindung umum. Riwayat terkait konsumsi obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID) mungkin ada. Pasien dengan perforasi usus
halus mungkin datang dengan riwayat demam yang berkepanjangan diikuti
dengan munculnya nyeri di perut bagian bawah. Perforasi apendikuler biasanya
memiliki riwayat nyeri klasik yang dimulai di daerah periumbilikalis atau fosa
iliaka kanan, bersamaan dengan muntah dan demam. Perforasi saluran
gastrointestinal proksimal lebih sering terjadi di India, sangat berbeda dengan
temuan dari penelitian di negara maju, seperti Amerika Serikat, Yunani, dan
Jepang, di mana perforasi saluran gastrointestinal distal lebih umum terjadi (3).
II.6 Radiologis
Gambaran foto polos radiologis
Teknik radiografi yang optimal penting untuk dugaan perforasi abdomen.
Setidaknya 2 foto radiografi harus diperoleh, termasuk foto abdomen posisi
telentang dan foto dada tegak atau gambar dekubitus lateral kiri. Pasien harus
tetap dalam posisi selama 5-10 menit sebelum radiografi berkas horizontal
diperoleh. Rontgen dada lateral terbukti lebih sensitif untuk diagnosis
pneumoperitoneum daripada rontgen dada saat ereksi. Gambar di bawah ini
menggambarkan teknik radiografi. (7).
Gambar 2. Udara pada subdiafragma Gambar 3. Tanda coupula
Pada foto polos abdomen atau foto toraks posisi erect, terdapat
gambaranudara (radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar
Shadow) diantara diafragma kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien. Juga
bisatampak area lusen bentuk oval (perihepatik) di anterior hepar. Pada posisi
lateraldekubitus kiri, didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar
dan permukaan peritoneum. Pada posisi lateral dekubitus kanan, tampak
Triangular Sign seperti segitiga yang kecil-kecil dan berjumlah banyak karena
pada posisi miring udara cenderung bergerak ke atas sehingga udara mengisi
ruang-ruang diantara incisura dan dinding abdomen lateral. Pada proyeksi
abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat terlihat yang meliputi
Falciform Ligament Sign dan Rigler`S Sign(8).
Gambar 7. Kiri: Foto posterior subhepatic space air (Morrison’s pouch, gambaran
triangular). Kanan: Foto anterior ke permukaan ventral dari hepar
CT Scan
CT scan merupakan pemeriksaan standar untuk mendeteksi
pneumoperitoneum dikarenakan lebih sensitif dibanding foto polos
abdomen,tetapi CT scan tidak selalu dibutuhkan jika dicurigai
pneumoperitoneum karena lebih mahal dan memiliki efek radiasi yang besar. CT
scan berguna untuk mengidentifikasi udara intraluminal meskipun terdapat dalam
jumlah yang minimal, terutama ketika temuan foto polos abdomen tidak spesifik.
CT scantidak terlalu dipengaruhi oleh posisi pasien pada pemeriksaan dan teknik
yangdigunakan.
Pada posisi supine, dengan CT Scan udara yang terletak di anterior
dapatdibedakan dengan udara di dalam usus. Jika ada perforasi, cairan inflamasi
yang bocor juga dapat diamati di dalam peritoneum. Penyebab perforasi kadang
dapatdidiagnosis dengan CT scan. Pada CT scan, kontras oral digunakan untuk
mengopasitaskan lumen saluran pencernaan dan memperlihatkan adanya
perforasi. Pemeriksaan kontrasdapat mendeteksi adanya ekstravasasi kontras
melalui dinding usus yangmengalami perforasi. Tetapi dengan kondisi adanya
ulkus duodenum perforasi dengan cepat ditutupi oleh omentum sehingga bisa
tidak terjadi ekstravasasi kontras.
MRI
Pneumoperitoneum dapat terlihat sebagai area dengan gambaran hipointens pada
semua potongan. Pneumoperitoneum dapat secara tidak sengajaditemukan
dengan MRI, karena MRI bukan modalitas pencitraan pertama.Adanya gerakan
peristaltis usus dapat mengaburkan gambaran abdomen
USG
Pada pencitraan USG, pneumoperitoneum tampak sebagai daerah linier
peningkatan ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau Distal Ring Down.
Pengumpulan udara terlokalisir akibat perforasi usus dapat dideteksi, terutama
jika berdekatan dengan abnormalitas lainnya, seperti penebalan dinding usus.
Dibandingkan dengan foto polos abdomen, ultrasonografi memiliki
keuntungandalam mendeteksi kelainan lain, seperti cairan bebas intraabdomen
dan massa inflamasi
Gambaran USG pada pneumoperitoneum antara lain bayangan sebuah costa,
artifak Ring Down dari paru yang terisi udara dan udara kolon anterior yang
berhimpitan dengan hepar. Udara di kuadran kanan atas dapat keliru dengan
Kolesistitis Emfisematosa, kalsifikasi Mural, kalsifikasi Vesika Fellea,
VesikaFellea porselen, Adenomiosis, udara di dalam abses, tumor, udara bilier,
atauudara di dalam vena porta. Udara intraperitoneal sering sulit dideteksi.
Namun,udara bebas dalam jumlah kecil dapat dideteksi dengan pemeriksaan dari
anterioratau anterolateral diantara dinding abdomen dan dekat hepar, dimana
lingkaranusus biasanya tidak ditemukan. Sulit untuk membedakan udara
ekstralumen dengan udara intramural atau intraluminal