Anda di halaman 1dari 43

 

UNTAD

TUMOR RECTUM 
REFERAT

Ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako  –  RSU
 RSU Anutapura

Oleh :
Nurul Muthiah, S.Ked
N 111 17 005
Pembimbing Klinik :
1.  dr. Dafriana Darwis, Sp.Rad, M.Kes
2.  dr. Masyita, Sp. Rad, M.Kes

DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA
2018

0
 

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :


 Nama : Nurul Muthiah
 No. Stambuk : N 111 17 005
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Judul Referat : Tumor Rectum
Bagian : Radiologi

Bagian Radiologi
RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

Palu, April 2018

Pembimbing Klinik I Pembimbing Klinik II

dr. Dafriana Darwis, M.Kes, Sp.Rad, dr. Masyita, M.Kes, Sp.Rad,

1
 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN 1

DAFTAR ISI  2

BAB I. PENDAHULUAN 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4

A.  DEFINISI 4

B.  ANATOMI 5

C.  EPIDEMIOLOGI 7

D.  ETIOLOGI 7

E. PATOMEKANISME 8

F. GEJALA KLINIS 9

G. GAMBARAN RADIOLOGI 11

H. TATALAKSANA 23
I. DIAGNOSIS BANDING 27

J. KOMPLIKASI 28

K. PROGNOSIS 29

BAB III. LAPORAN KASUS 26

DAFTAR PUSTAKA 41

2
 

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor Rectum terdiri dari dua jenis yakni tumor jinak dan tumor ganas.
Karsinoma rekti merupakan tumor ganas terbanyak di antara tumor ganas saluran
cerna, lebih 60% tumor kolorektal berasal dari rektum. Salah satu pemicu kanker
rektal adalah masalah nutrisi dan kurang berolah raga. Kanker rektal merupakan salah
satu jenis kanker yang tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia.
Kanker rektal adalah kanker yang menyerang kolon dan rektum. Namun, penyakit ini
 bukannya tidak dapat disembuhkan. Jika penderita telah terdeteksi secara dini, maka
kemungkinan untuk sembuh bisa mencapai 50 persen. 1
Keganasan anal yang merupakan 1/10 dari keganasan rekti dan kolon
kejadiannya banyak dihubungkan dengan berbagai faktor resiko, antara lain adalah
kelainan jinak yang terjadi misalnya fistula, infeksi genital, perokok, hubungan seks
yang tidak wajar yang
yang dihubungkan dengan infeksi HPV, HSV HIV, dan juga usia1
HSV
Tumor rektal adalah penyakit yang umum dengan tingkat mortalitas yang
tinggi di negara-negara Barat. Banyak perbaikan telah dilakukan selama 20 tahun
terakhir dalam perawatan bedah, radiologis, dan onkologi kanker rektal. Namun,

neoplasma ini tetap terkait dengan prognosis yang buruk karena risiko tinggi
metastasis dan kekambuhan lokal. Setelah perawatan bedah, tingkat kekambuhan
lokal untuk kanker rektum dapat bervariasi dari 3% hingga 32% 1 

3
 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  DEFINISI

Tumor atau Carsinoma Rekti adalah pertumbuhan jaringan abnormal yang


terjadi pada rektum. Rektum terletak di anterior sakrum dan coccygeus
 panjangnya kira kira 15 cm.  Rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir
mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh
 peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah
ektraperitoneal.1,2

Karsinoma merupakan suatu proses pembelahan sel-sel (proliferasi) yang


tidak mengikuti aturan baku proliferasi yang terdapat dalam tubuh (proliferasi
abnormal). Proliferasi ini di bagi atas non-neoplastik dan neoplastik, non-
neoplastik dibagi atas : 2
a.  Hiperplasia adalah proliferasi sel yang berlebihan. Hal ini dapat normal
karena bertujuan untuk perbaikan dalam kondisi fisiologis tertentu
misalnya kehamilan.
 b.  Hipertrofi adalah peningkatan ukuran sel yang menghasilkan pembesaran
organ tanpa ada pertambahan jumlah sel.
c.  Metaplasia adalah perubahan dari satu jenis tipe sel yang membelah
menjadi tipe yang lain, biasanya dalam kelas yang sama tapi kurang
terspesialisasi.
d.  Displasia adalah kelainan perkembangan selular, produksi dari sel
abnormal yang mengiringi hiperplasia dan metaplasia.Perubahan yang
termasuk dalam hal ini terdiri dari bertambahnya mitosis, produksi dari sel

abnormal pada jumlah besar dan tendensi untuk tidak teratur.

4
 

B.  ANATOMI DAN FISIOLOGI

Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai


garis anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi
 bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus
hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia
supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum ke-3 ke difragma pelvis
 pada insersi muskulus levator ani. Panjang rektum berkisar 10-15 cm, dengan
keliling 15 cm pada rectosigmoid   junction dan 35 cm pada bagian ampula
yang terluas. Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan :
mukosa, submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan
serosa.3,4

Gambar 1 : Anatomi Colon dan Rektum,4,5 

5
 

Gambar 2: Lapisan dinding rektum5

Gambar 3 : Pembuluh darah Arteri dan Vena pada rectum 5

Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang


mengalirkan isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya mengalir ke
kelenjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah anorektal dapat
mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh rekrum di atas garis anorektum
 berjalan seiring dengan v. hemoroidalis seuperior dan melanjut ke kelenjar limfe
mesenterika inferior dan aorta. 4,5

6
 

Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut


simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior yang berasal dari lumbal 2, 3, dan
4, serabut ini mengatur fungsi emisi air mani dan ejakulasi. Serabut parasimpatis
 berasal dari sakral 2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi ereksi penis, klitoris
dengan mengatur aliran darah ke dalam jaringan4,5

C.  EPIDEMIOLOGI

Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling


sering  terjadi dan nomor dua  sebagai penyebab kematian di negara berkembang.
Tahun 2005, diperkirakan ada 145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA,

104,950 kasus terjadi di kolon dan 40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus
dilaporkan berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus Ca kolon dan 8,600
kasus Ca rectal. Ca kolorektal merupakan 11 % dari kejadian kematian dari semua
4
 jenis kanker.
D.  ETIOLOGI

Price dan Wilson (1994) mengemukakan bahwa etiologi karsinoma


rektum sama seperti kanker lainnya yang masih belum diketahui penyebabnya.
Faktor predisposisi munculnya karsinoma rektum adalah polyposis familial,

defisiensi Imunologi, Kolitis Ulseratifa, dan Granulomatosis. Faktor predisposisi


 penting lainnya yang mungkin berkaitan adalah kebiasaan makan. Masyarakat
yang dietnya rendah selulosa tapi tinggi protein hewani dan lemak, memiliki
insiden yang cukup tinggi.
Burkitt (1971) yang dikutip oleh Price dan Wilson mengemukakan bahwa
diet rendah serat, tinggi karbohidrat refined, mengakibatkan perubahan pada flora
feces dan perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan
 protein dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet
rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik

7
 

dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, masa transisi feses meningkat.
Akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus
 bertambah lama.

E.  PATOMEKANISME

Pada mukosa rektum yang normal, sel-sel epitelnya akan mengalami


regenerasi setiap 6 hari. Pada keadaan patologis seperti adenoma terjadi perubahan
genetik yang mengganggu proses diferensiasi dan maturasi dari sel-sel tersebut yang
dimulai dengan inaktivasi gen adenomatous polyposis coli 
coli  (APC)
(APC) yang
 yang menyebabkan
terjadinya replikasi tak terkontrol. Peningkatan jumlah sel akibat replikasi tak
terkontrol tersebut akan menyebabkan terjadinya mutasi yang akan mengaktivasi K-
ras onkogen dan mutasi gen p53, hal ini akan mencegah terjadinya apoptosis dan
memperpanjang hidup sel.2

Gambar 4 Patofisiologi Karsinoma Rektu m2

F.  GEJALA KLINIS dan KLASIFIKASI

Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :

8
 

  Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah

segar maupun yang berwarna hitam.


  Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat

BAB
  Feses yang lebih kecil dari biasanya

  Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh

 pada perut atau nyeri


  Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya

  Mual dan muntah,


  Rasa letih dan lesu


  Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada

daerah gluteus.6 

Tumor atau keganasan pada rectum dapat diklasifikasikan menurut Duke’s


 berdasarkan surgical
 berdasarkan surgical pathology (Mp Wiliam) :
Wiliam) :
Dukes A Tumor berbatas tegas hanya di dinding usus
Dukes B Tumor menluas menembus dinding usus
Dukes C Tampak adanya tanda metastasis tumor sampai melibatkan
lymph nodes

Dukes D metastasis luas

Astler dan Coller (1954) adaptasi system dukes dalam


 pengklasifikasian tumor colorectal yaitu:
Stage A : terbatas di mukosa
Stage B1 : menyebar ke lapisan muscularis propria namun belumm penetrasi
dan belum melibatkan lymph nodes
Stage B2 : Penetrasi ke muscularis prorpia, tapi belum melibatkan lymph nodes

9
 

Stage C1 : menyebar
menyebar ke dalam muscularis propria tp belum
belum penetrasi
kedalamnya , namun melibatkan nodes lymph
Sa

(AJCC)   memperkenalkan TNM


The American Joint Committee on Cancer (AJCC)
 staging system,
system, yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-
IV). 1,2,5 
1. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker
0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rektum.yaitu pada
mukosa saja. Disebut juga 
juga carcinoma in situ. 
situ. 
2. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis
dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar
dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga
juga Dukes
 Dukes A rectal cancer.

3. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun
tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes
juga  Dukes B rectal cancer .
4. Stadium III
Pada Stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar
kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes
juga Dukes C rectal cancer .
5. Stadium IV
Pada stadium IV tumor telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau
ovarium. Disebut juga Dukes
juga Dukes D rectal cancer

10
 

Gambar 5 Staging Tumor Rectum


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) klasifikasi, sejumlah varian histologis

karsinoma kolorektal terdaftar, seperti musinosum, sel cincin meterai, meduler,


mikropapiler, bergerigi, comico-jenis cribriform, adenosquamous, sel spindle, dan
tidak terdiferensiasi. Namun 3 varian tersering yakni, Mucinous, Signet ring cell,
dan medular. 7 

G.  GAMBARAN RADIOLOGI


a.  Barium enema

Barium enema dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan

lain. Pada pemeriksaan ini akan tampak  filling defect   biasanya sepanjang 5  –   6 cm
 berbentuk anular  atau
  atau apple core.
core. Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa
rusak. Pemeriksaan barium enema telah terbukti aman dan akurat untuk mendeteksi
tumor kolorektal. Karsinoma awal biasanya muncul sebagai lesi polipoid. Polip
tampak sebagai  Filling Defect  pada pengisian barium di lumen colorectal atau
kepadatan jaringan lunak yang dilapisi dengan barium dalam lumen yang berisi
udara. Lesi polypoid yang lebih besar umumnya menunjukkan permukaan mukosa
yang tidak teratur dan / atau ulserasi 

11
 

Position : AP Position : Oblique

Gambar 616 
Gambaran Barium Enema pasien 60 tahun, dengan perdarah perrectal. tampak penyempitan
segmen rectum, filling
rectum, filling defect 
defect , dan permukaan mucosa yang irreguler
irregul er

Gambar 7 17
Gambaran Barium Enema double Contrast pasien 59 th, dengan BAB berdarah (A) Posisi
AP pada rectum ; tampakan Filling defect Flat Discoid ukuran 3.5 cm (Panah) (B) Posisi
Lateral

12
 

Gambar 8 18
Gambaran Barium Enema pasien 76 th, dengan perdarahan perectal (A) Posisi Oblique pada
rectum tampak Lesi polyposis dengan mukosa yang ireguler. Pada aspek posterior dari
rectum (B) Posisi Lateral
 b.  Ultrasonografi
USG adalah pemeriksaan non-invasif dalam diagnosis penyakit kolon.
 Namun belakangan telah digantikan telah diganti oleh MRI yang jauh lebih mahal
serta computed tomography (CT), meskipun faktanya sebagai pemeriksaan
 pertama, USG dapat berguna melengkapi proses diagnostik. USG transabdominal
dapat memberikan informasi cepat tentang status usus dan membantu dalam
Belakangan  AS
 pilihan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut yang memadai. Belakangan 
mengembangkan seperti elastography,
elastography, ultrasound dengan kontras , US resolusi
tinggi dan pengembangan USG rektal (RUS) dan ultrasound transperineal (TPUS)
 berkontribusi pada perluasan area indikasi dan peningkatan akurasi diagnostik.8
Pada pemeriksaan USG, Penebalan dinding usus hypoechoic dengan
kontur tidak teratur, hilangnya stratifikasi lapisan dinding, dan ketiadaan gerakan
 peristaltik normal semuanya dapat mengarah pada keganasan colorectal.
Metastasis hati dari keganasan kolorektal dapat dideteksi dengan TAUS (trans
abdominal Ultrasonografi) sebagai teknik pencitraan pertama. Bahkan, TAUS

13
 

sering menjadi pilihan pertama untuk pasien dengan dugaan keganasan karena
sifatnya yang tidak invasif, biaya rendah, dan ketersediaan yang luas, meskipun
kinerja CT scan dan MRI yang lebih baik 8

Gambar 919
Pasien laki laki usia 69 tahun, dengan nyeri perut postprandial, dilakukan
ultrasonografi di area pelvis didapatkan adanya penebalan dinding rectum yang
irregular, segmental, dan sirkumferential. P = Prostate

14
 

Gambar 1019
USG pasien laki laki 63 tahun, dengan perdarahan per-rectal dengan feses
kecil dan sedikit, didapatkan pada area retrosigmoid didapatkan penebalan
dinding anterior rectum
rectum yang asimetrik (panah Putih) dan perhatikan
perhatikan juga
luminal echo complex (panah
complex (panah hitam).

c.  CT scan
CT Scan direkomendasikan untuk staging local Tumor primer rectum.
Pemeriksaan CT thorax serta abdomen maupun pelvis juga dapat mendeteksi
metastasis di tempat ain selain pada tumor primernya9 
Ketika CT menunjukkan adanya penebalan dan penonjolan dinding usus yang
konsentris, terutama di rektum atau pada pasien muda, tumor rectum yang jenis
signet ring cell carcinoma dapat dipertimbangkan. Tetapi ketika penebalan
dinding usus eksentrik lebih dari 2 cm, dan kalsifikasi intratumoral dan
 penyangatan yang heterogen terlihat bersama dengan area luas hypoattenuation,
terutama di hemi-kolon kanan, ada kemungkinan tinggi mucinous
adenocarcinoma.10
10  

15
 

CT Scan/MRI Kasus

CT Scan abdomen potongan axial


laki laki usia 50 th dengan nyeri
 perut kanan bawah, didiagnosis
apendisitis dan saat dilakukan
apendectomy ditemukan massa
 pada rectum secara insidental

Gambar1111 

CT Scan abdomen potongan axial


laki-laki dengan nyeri bagian anus
dan BAB berdarah , didapatkan
 penebalan dinding rectum

Gambar 1211

CT scan abdomen laki laki usia 52

16
 

tahun dengan mucinous carcinoma


di rectum, tampak penebalan
didinding rectum yang severe
dengan area redaman rendah yang
 besar

Gambar 1310

CT scan wanita 29 tahun dengan

karsinoma Signet Ring Cell


Carcinoma, dengan kontras yang
ditingkatkan menunjukkan
 penebalan dinding rektum
konsentris dengan target sign. Juga
infiltrasi perirectal difus
difus  
(arrowhead). at surgery, tumor had

Gambar 1410 invaded to seminal vesicle

CT scan pria 55 tahun dengan


karsinoma nonmucinous di rektum.
, menunjukkan penebalan dinding
dubur secara massal dengan
 penyangatan heterogen (panah) 
(panah)  

Gambar 1510

17
 

CT scan wanita berusia 59 tahun


dengan Signet Ring Cell Carcinoma
 pada rectum , pemindaian
tomografi terkomputasi kontras
menunjukkan penebalan dinding
rektum konsentris dengan tanda
target (panah). 
(panah). 

Gambar 1610

STAGING DUKE’S
DUKE’S  

Dukes A Tumor pada posterior


dextra dinding rectum tanpa
adanya penyebaran menembus
dinding rectum.

Gambar 1720

18
 

Dukes B Tumor pada posterior


dinding rectum dengan adanya
 penyebaran hingga perirectal kiri.

Gambar 1820

Dukes C

Tumor adenocarcinoma pada


rectum are sfingter
sfingter pada CT scan
tampak penebalan circumferential
dan penyebaran hingga ke
 pararectal space bagian kanan .
 pada CT belum jelas keterlibatan

Gambar 1920 lymph nodes, tapi saat dilakukan


 prosedur bedah didapatkan bukan
hanya penyebaran hingga ke
 pararectal fat tapi juga metastasis
ke 6-8 lymph nodes regional

MRI pasien laki laki 50 tahun


dengan Ca Rectum staging T3 N2
(Dukes C)

Gambar 2020

19
 

DUKES D

CT Scan abdomen laki laki dengan


nyeri perut kanan atas, dan perut
 bagian bawah disertai BAB darah,
didapatkan masssa pada rectum dan
distal sigmoid yang tidak

menyebabkan obstruksi terlihat


Gambar 2111 
 penebalan pada dinding rectum
yang irregular.
irregular. Dan didapatkan
didapatkan lesi
hipodens pada lobus kanan hepar,
dengan ukuran 30-20 mm. kesan :
Tumor rectum dengan metastasis
hepar. (Dukes D)

Gambar 2211 

d.  MRI
MRI merupakan salah satu pemeriksaan diagnostic radiologi, yang
menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan
magnet tanpa menggunakan sinar x. 12

20
 

Keuntungan MRI;
-  Tidak memakai sinar x
-  Tidak merusak kesehatan pada penggunaan yang tepat
-  Banyak pemeriksaan yang dapat dikerjaan tanpa memerlukan zat kontras.
Kekurangan MRI;
-  Alat mahal
-  Waktu pemriksaan cukup lama
-  Pasien yang mengandung metal tidak dapat diperiksa terutama alat pacu
 jantung, sedangkan pasien dengan wire dan sten maupun pen boleh diperiksa.
d iperiksa.
-  Pasien claustrofobi ( takut ruang sempit ), perlu anestesi umum.
MRI pelvis dengan resolusi tinggi dengan distensi rektum oleh agen
kontras positif merupakan pemeriksaan pilihan untuk penentuan stadium lokal
tumor rektum karena resolusi kontras jaringan lunaknya yang baik. MRI pasti
lebih unggul daripada CT dalam pementasan lokal kecuali pada tahap T1 & T2 di
mana keduanya memiliki akurasi yang sebanding (Gambar 23 dan 24). Meskipun
gambar T2W dalam bidang aksial memainkan peran kunci namun gambar sagital
 juga sama pentingnya dalam penentuan infiltrasi tumor dan gambaran rectum
yang berliku-liku. Gambaran Coronal juga sangat berguna dalam mendeteksi
levator ani & keterlibatan kompleks sphincteric. Kanker rektal serta nodus yang

terlibat tampak hyperintense pada gambar DW dengan sedikit hipointensitas pada


 peta ADC meskipun tidak spesifik untuk nodus metastatik. Keterlibatan
mesorektum dan CRM sangat baik diprediksi oleh MRI dengan spesifisitas
hingga 95%. Untuk keterlibatan nodal ukuran kriteria 5 mm dalam mesorektum
dan 10 mm di nodus regional & jauh tidak menawarkan keuntungan besar dari
MRI atas CT tetapi deteksi yang lebih akurat dari temuan tambahan seperti node
tidak teratur, sinyal abnormal atau pola peningkatan node membuat MRI sedikit
lebih unggul daripada CT 12 

21
 

Untuk keterlibatan nodal ukuran kriteria 5 mm dalam mesorektum dan 10 mm


di nodus regional & jauh tidak menawarkan keuntungan besar dari MRI atas CT
tetapi deteksi yang lebih akurat dari temuan tambahan seperti node tidak teratur,
sinyal abnormal atau pola peningkatan node membuat MRI sedikit lebih unggul
daripada CT 12 
MRI lebih unggul daripada CT pada stadium lokal kanker rektum yang
membantu ahli bedah dalam perencanaan pra operasi untuk mencapai margin bedah
negatif. Untuk pementasan nodal dan penyebaran jauh, CT & MRI menunjukkan
kinerja yang serupa kecuali di metastasis paru kecil di mana CT lebih unggul dari
MRI dan metastasis hati kecil di mana MRI sangat baik. 12
12  

Gambar 2312 Gambar 2412 


Gambar MRI Transaksial tumor (A) Gambar postkontras, resolusi tinggi,
menunjukkan hiperintens mewakili  potongan transaksial, T1W (panah dalam
infiltrasi tumor (panah) di mesorektum A1 & B1) menunjukkan beberapa nodus
 pada kedua sisi midline, sepanjang mesorektal dengan hiperintens pada
dinding anterior (panah). dalam gambar gambar DW yang sesuai (panah dalam
midsagittal - gambar B) menyerang A2 & B2).

22
 

levator ani di sisi kanan (panah - gambar


C). 

H.  PENATALAKSANAAN

Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal. Beberapa adalah
terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga terapi
standar untuk kanker rektal yang digunakan antara lain ialah :
1)  Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama

untuk stadium I dan II tumor rektal, bahkan pada pasien suspek dalam
stadium III juga dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan
ilmu dalam metode penentuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektal
dilakukan pre-surgical
dilakukan  pre-surgical treatment  dengan
  dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan
kemoterapi sebelum pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy,
chemotherapy,
dan pada kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy digunakan
chemotherapy digunakan terutama pada
stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan,
meskipun sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat operasi,
 beberapa pasien masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah
 pembedahan untuk membunuh sel kanker yang tertinggal. 2 
2,13
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :  
  Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat

dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker


ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.
dinamakan polypectomy.  
   Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan

anastomosis. Jiga dilakukan pengambilan limfonodi disekitan rektum lalu


diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.
kank er.

23
 

14
Gambar 25. Reseksi dan Anastomosis  Gambar 26. Reseksi dan Kolostomi
Pengangkatan kanker rektum biasanya dilakukan dengan reseksi
abdominoperianal, termasuk pengangkatan seluruh rectum, mesorektum dan
 bagian dari otot levator ani dan dubur. Prosedur ini merupakan pengobatan
yang efektif namun mengharuskan pembuatan kolostomi permanen. 11

Rektum terbagi atas 3 bagian yaitu 1/3 atas, tengah dan bawah.
Kanker yang berada di lokasi 1/3 atas dan tengah ( 5 s/d 15 cm dari garis
dentate ) dapat dilakukan ” restorative anterior resection” kanker 1/3 distal
rectum merupakan masalah pelik. Jarak antara pinggir bawah tumor dan garis
dentate merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan jenis
operasi.11

Goligher dkk berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa


kegagalan operasi ”Low anterior resection ” akan terjadi pada kanker rectum
dengan jarak bawah rectum normal 2 cm. Angka 5 cm telah diterima sebagai
 jarak keberhasilan terapi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh venara dkk
 pada 243 kasus menyimpulkan
men yimpulkan bahwa jarak lebih dari 3 cm dari garis dentate
aman untuk dilakukan operasi ” Restorative resection”. ”Colonal
anastomosis” diilhami oleh hasil operasi Ravitch dan Sabiston yang dilakukan
 pada kasus kolitis ulseratif. Operasi ini dapat diterapkan pada kanker rectum

24
 

letak bawah, dimana teknik stapler tidak dapat dipergunakan. Local excision
dapat diterapkan untuk mengobati kanker rectum dini yang terbukti belum
memperlihatkan tanda-tanda metastasis ke kelenjar getah bening. Operasi ini
dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yaitu transanal, transpinchteric
atau transsacral. Pendekatan transpinshter dan transacral memungkinkan
untuk dapat mengamati kelenjar mesorectal untuk mendeteksi kemungkinan
telah terjadi metastasis. Sedang pendekatan transanal memiliki kekurangan
untuk mengamati keterlibatan kelenjar pararektal. 14 

Pada tumor rektum sepertiga tengah dilakukan reseksi dengan


mempertahankan sfingter anus, sedangkan pada tumor sepertiga distal
dilakukan amputasi rektum melalui reseksi abdominoperineal Quenu-Miles.
Pada operasi ini anus turut dikeluarkan. Pada pembedahan abdominoperineal
menurut Quenu-Miles, rektum dan sigmoid dengan mesosigmoid dilepaskan,
termasuk kelenjar limf pararektum dan retroperitoneal sampai kelenjar limf
retroperitoneal. Kemudian melalui insisi perineal anus dieksisi dan
dikeluarkan seluruhnya dengan rektum melalui abdomen.14

Reseksi anterior rendah pada rektum dilakukan melalui laparotomi


dengan menggunakan alat stapler untuk membuat anastomosis kolorektal atau
koloanal rendah. Eksisi lokal melalui rektoskop dapat dilakukan pada
karsinoma terbatas. Seleksi penderita harus dilakukan dengan teliti, antara lain
dengan menggunakan endoskopi ultrasonografik untuk menentukan tingkat
 penyebaran di dalam dinding rektum clan adanya kelenjar ganas pararektal.

Indikasi dan kontra indikasi eksisi lokal kanker rectum 11,14

1.  Indikasi
   Tumor bebas, berada 8 cm dari garis dentate
   T1 atau T2 yang dipastikan dengan pemeriksaan ultrasound

25
 

   Termasuk well-diffrentiated atau moderately well diffrentiated


secara histologi
   Ukuran kurang dari 3-4 cm
2.  Kontraindikasi
   Tumor tidak jelas
   Termasuk T3 yang dipastikan dengan ultrasound
   Termasuk Poorly diffrentiated secara histologi
2)  Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III
lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan
 pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai terapi tambahan
untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat melaui
 pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama
ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang
digunakan setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko
kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%.
Pada penanganan metastasis jauh, radiasi telah berguna mengurangi efek lokal
dari metastasis tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan
sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki tumor lokal yang
 15
unresectable.  

3)  Kemoterapi
 Adjuvant chemotherapy,
chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti
memiliki penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan),
dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam atau
tumor lokal yang bergerombol ( Stadium II lanjut dan Stadium III). Terapi
standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan dengan
leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan. 5-FU

26
 

merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki respon. Agen lainnya,


levamisole, (meningkatkan sistem imun, dapat menjadi substitusi bagi
leucovorin. Protopkol ini menurunkan angka kekambuhan kira – 
kira –  kira
 kira 15% dan
menurunkan angka kematian kira –  kira sebesar 10%. 15
kira –  kira
I.  DIAGNOSIS BANDING
-  Thrombosed Haemorrhoid

Gambar 2721 
CTscan lower pelvic dengan kontras, tampak rectum yang eksentrik dan
terdorong kea rah kiri akibat massa soft tissue yang mulanya diduga sebaga tumor
rectum, tampak pembuluh darah yang besar, myang kemudia mengarahkan ke

diagnosis submucosal thrombosed hemorrhoids21

27
 

-  Endometriosis

Gambar 2823

CT Scan abdomen dan pelvis menunjukkan massa 2 × 3 cm pada rektum


 bagian media dengan bidang perirectal yang jelas dan tidak ada metastasis
 jauh maupun kterlibatan limfonodi, Meskipun gambaran klinis dan
radiologinya bersifat sugestif tumor dubur rektum mid rectal, saat dilakukan
 pemeriksaan histopatologi fitur menunjukkan beberapa fokus kelenjar
endometrium dan stroma pada lapisan submukosa dan intramuskular dengan
hiperplasia dari lapisan otot polos, yang menegakkan diagnosis endometriosis

J.  KOMPLIKASI
Selain obstruksi, perforasi dan penetrasi ke struktur yang berdekatan
merupakan komplikasi kanker kolon dan rektum yang terkenal, pembentukan

fistula ke bagian lain dari saluran pencernaan dianggap sebagai komplikasi berat,
namun jarang terjadi ,komplikasi ini dapat didiagnosis dengan mudah dengan
 pencitraan radiografi, kolonoskopi juga 24

Fistula vesikovaginal ditandai oleh kebocoran urin melalui vagina, dan


rektovagina fistula ditandai dengan kebocoran flatus dan tinja melalui vagina.
Pembentukan fistula pada tumor ganas gastrointestinal saluran dianggap terjadi
dalam dua cara berbeda. Dala satu jenis formasi
formasi tumor tumbuh berdekatan
dengan organ lain. Di tipe lain, tumor primer mengembangkan ulserasi yang

dalam yang kemudian menyebabkan pembentukan eksudat25

28
 

Gambar 28. barium enema menampakkan apple core di rektum bawah dan
saluran fistula yang mengarah ke ileum (panah; ileum,
il eum, panah; rektum sisi oral
lumen) Rectoileal Fistula25

K.  PROGNOSIS

Secara keseluruhan 5-year survival rates 


rates  untuk kanker rektal adalah
sebagai berikut :
a.  Stadium I - 72%
 b.  Stadium II - 54%
c.  Stadium III - 39%
d.  Stadium IV - 7%
Lima puluh persen dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang
dapat berupa kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih

sering terjadi pada. Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahu

29
 

 pertama setelah operasi. Faktor  –   faktor yang mempengaruhi terbentuknya


rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor, lokasi, dan kemapuan
untuk memperoleh batas - batas negatif tumor. 2 

30
 

BAB III
LAPORAN KASUS

I.  IDENTITAS
 Nama : Tn. B 
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : laki laki 
Pekerjaan : Petani 
Alamat : kel. Kamonji 
Agama : Islam 
Ruangan : Garuda 

II.  ANAMNESIS
Keluhan Utama:
 Nyeri pada Anus

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien masuk RS dengan keluhan nyeri pada bagian anus yang
dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, nyeri hilang timbul, makin dirasakan saat
akan buang air besar. Pasien juga mengeluhkan BAB berdarah, darah berwarna

merah segar (+). Pasien juga mengeluhkan BAB sering tertahan , dan hanya
keluar sedikit sedikit.
sedikit. Nyeri perut (-) nafsu makan baik. BAK lancar. Menurut
Pasien, pasien mengalami penurunan berat badan yang drastis sejak 2 bulan
 belakangan

Riwayat Penyakit Dahulu:


-  Riwayat OAT (-)
-  DM (-)
-  HT (-)

31
 

III.  PEMERIKSAAN FISIK   :: 


Keadaan Umum :
●  Kondisi : Sakit sedang
●  Gizi : Baik
●  Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)

Tanda Vital 
●  Tekanan Darah : 120/80 mmHg
●   Nadi : 95 kali/menit

●  Suhu : 36,8oC
●  Pernapasan : 24 kali/menit

IV.  PEMERIKSAAN LABORATORIUM


-  Darah lengkap
WBC 7,4 109/L (4,8 –  10,8)
(4,8 –  10,8)

RBC 4 1012/L (4,7 –  6,1)


(4,7 –  6,1)

HGB 13,4 g/dl (14 – 


(14 –  18)
 18)

HCT 37,1 % (42 – 


(42 –  52)
 52)

PLT 122 109/L (150 –  450)


(150 –  450)

-  Pemerikaan GDS 111 mg / dl (Normal Range : 80-199 mg/dl)


 
- Pemeriksaan masa Perdarahan : 3 menit 30 detik (Normal range : 1-4 menit)

32
 

-  Pemeriksaan Masa Pembekuan : 8 menit 30 detik (Normal range : 4-12 menit)


-  Pemeriksaan enzim hati dan fungsi ginjal
Pemeriksaan Hasil Normal Range
SGOT 30 U/L 0-35
SGPT 24 U/L 0-45
Ureum 34 mg/dL 18-55
Creatinin 0,91 mg/dL 0,50-1,20
-  Pemeriksaan HbSAg : Reaktif
-  Anti HCV : Non reaktif
-  Kadar CEA 5,40 ng/dl (Normal Range : 0- 5,0)
ii. 
V.  PEMERIKSAAN RADIOLOGI

33
 

a)  USG Abdomen


Hepar : ukuran normal echo parenkim heterogen, tidak tampak dilatasi
vaskuler maupun bile duct, SOL (-)
GB : Dinding dalam batas normal , tidak tampak echo batu
Lien : bentuk, ukuran dan echotekstur dalam batas normal, tidak tampak
echo mass.
Pankreas : bentuk, ukuran dan echotekstur dalam batas normal, tidak tampak
echo mass maupun cyst.
Ginjal Kanan: bentuk, ukuran dan echotekstur dalam batas normal, tidak
tampak dilatasi PCS, echo batu maupun cyst
Ginjal Kiri : bentuk, ukuran dan echotekstur dalam batas normal, tidak
tampak dilatasi PCS, echo batu maupun cyst
VU : Dinding menebal, mukosa irregular, tidak tampak bayangan batu
Tampak penebalan pada rectum

Kesan :
-  Cystitis

-  Susp. Massa Rectum

34
 

Usul :
-  Colon in Loop
-  CT Scan abdomen dengan kontras

 b)  CT Scan abdomen

35
 

Tampak penebalan pada area colon rectum densitas 30 HU yang menyangat


 post kontras 76 HU
Tampak infiltrasi hingga ke Perirectal fat
Tidak tampak pembesaran KGB
Hepar : membesar, permukaan regular , densitas parenkim normal. Tidak
tampak dilatasi vaskuler maupun bile duct intra dan
extrahepatik, nodul metastasis (-)

36
 

GB : dinding tidak menebal, densitas batu (-)


Lien : Ukuran dan densitas normal
Pankreas : ukuran dan densitas normal, tidakk rampak dilatasi ductus
Kedua ginjal : fungsi sekresi dan eksresi
e ksresi kedua ginjal normal. Bentuk,
ukuran dan densitas kortex normal, tidka tampak dilatasi PCS maupun
densitas batu
Buli-buli : dinding tidak menebal, mukosa regular, densitas batu maupun
mass (-)
Tulang- tulang intak

Kesan : Tu Recti (Duke’s B)


B)

VI.  DIAGNOSIS
-  Susp CA Rectum

VII.  TERAPI 
-  IVFD RL 20 tpm
-  Ceftriaxone 1 gr/12 jam

-  Ketorolac 1 amp / 8 jam


-  Ranitidin 1 Amp/12 jam
-  Asam Traneksamat 1 amp/8 jam
Pasien di Rujuk ke Makassar pada tanggal 21 April 2018

VIII.   ANALISA KASUS


Seorang pasien laki laki berusia 58 tahun masuk RS dengan keluhan nyeri
 pada bagian anus yang dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, nyeri hilang timbul,
makin dirasakan saat akan buang air besar. Pasien juga mengeluhkan BAB

37
 

 berdarah, darah berwarna merah segar (+). Pasien juga mengeluhkan BAB sering
tertahan , dan hanya keluar sedikit sedikit. Nyeri perut (-) nafsu makan baik.
BAK lancar.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum Sakit sedang,
esadaran compos mentis E4M6V5, Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 95
kali/menit, Suhu 36,8oC, Pernapasan 24 kali/menit.
Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan penurunan, RBC 4 x 10^6/dL
,HCT 37%. Pada pemeriksaan HbSAg : Reaktif serta Kadar CEA yang didaptkan
meningkat 5,40 ng/dl.
Pada pemeriksaan Radiologi USG didapatkan penebalan dinding rectum
dengan kesan massa Rectum. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan CT scan

,didapatkan adanya Tampak penebalan pada area colon rectum densitas 30 HU


yang menyangat post kontras 76 HU kesan susp. Tu Recti.
Penanganan pada pasien ini yaitu hanya dengan bersifat suportif dengan tujuan
memperbaiki Kondisi umum pasien : IVFD RL 20 tpm, Ceftriaxone 1 gr/12
 jam, Ketorolac 1 amp / 8 jam, Ranitidin 1 Amp/12 jam,
jam , dan Asam Traneksamat 1
amp/8 jam.
Penatalaksanaan yang dapat di lakukan untuk pasien ini adalah Pembedahan:
 jika penyakit belum menunjukan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah
 pembedahan. Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahan masih
dilakukan sebagai tindakan paliatif. Reseksi kuratif akan berhasil bila tidak ada
tanda metastasis ditempat lain, tidak ada sisa kanker pada irisan lambung, reseksi
 jaringan sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar limpa secukupnya.
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk
stadium I dan II tumor   rektal,
rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga
dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode
 penentuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan  pre-surgical
treatment   dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum

38
 

 pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy,


chemotherapy, dan pada kanker rektal,
neoadjuvant chemotherapy digunakan
chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III.
Pada penanganan metastasis jauh, radiasi telah berguna mengurangi efek lokal
dari metastasis tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan
sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki tumor lokal yang unresectable
unresectable  

39
 

BAB IV
KESIMPULAN

1.  Tumor atau Carsinoma Rekti adalah pertumbuhan jaringan abnormal yang
terjadi pada rektum. Rektum terletak di anterior sakrum dan coccygeus
 panjangnya kira kira 15 cm
2.  Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis
anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian
ampula dan sfingter.

3.  Etiologi karsinoma rektum sama seperti kanker lainnya yang masih belum
diketahui penyebabnya. Faktor predisposisi munculnya karsinoma rektum
adalah polyposis familial, defisiensi Imunologi, mungkin berkaitan adalah
kebiasaan maka, dietnya rendah selulosa tapi tinggi protein hewani dan
lemak, memiliki insiden yang cukup tinggi.
4.  Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada tumor rectal antara lain
Perubahan pada kebiasaan BAB , Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi
 perut tidak benar benar kosong saat BAB, Feses yang lebih kecil dari
 biasanya, keluhan tidak nyaman pada perut, Penurunan berat badan yang
tidak diketahui sebabnya,dan mual dan muntah,
5.  CT Scan direkomendasikan untuk penentuan lokasi Tumor primer rectum,
namun MRI lebih unggul daripada CT pada penentuan stadium lokal kanker
rektum yang melibatkan keterlibatan lymph nodes dan jaringan mesorectal. 
mesorectal.  

40
 

DAFTAR PUSTAKA

1.  Iafrare, F., Laghi, A., Rengo, M., 2016.  Preoperative Staging of Rectal
Cancer with MR Imaging: Correlation with Surgical and Histopathologic
 Findings.. Radiographics teaching center. Volume 26, Number 3. Accessed in
 Findings
26 April 2018.
2.  Cirincione, Elizabeth., 2005.  Rectal Cancer . Accessed in 24 April Available from
www.emedicine.com  

3.  De Jong Wim, Samsuhidajat R. 2004.  Buku Ajar Ilmu Bedah.


Bedah. Edisi 2.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


4.  Putz,R., Pabst, R. Sobotta : Atlas of Human Anatomy. 2018. Vol. 2. 14 th 
Edition. Elsevier :Munich.
5.  Mescher, AL., Junqueir’s Basic Histology Text and Atlas. 2012. ElSevier
6.  Azamris, Nawawir Bustani, Misbach Jalins., 2004. Karsinoma Rekti di RSUP Dr.
Jamil Padang, Cermin dunia Kedokteran No.120. Available from
http://www.kalbe.co.id  
7.  Fleming, M., Ravula, S., Tatishchev,S.F. 2012. Colorectal Carcinoma : Pathologic
Aspect. Journal of Gastrointestinal Oncology. Vol. 3. Number 3. Pg. 153-173 

8.  Bor, R., Fabian, A., Szepes, Z., Role of Ultrasound in colorectal disease.
World Journal of Gastroenterology. 2016. From <
http://www.wignet.com/esps/helpdesk.Aspx
http://www.wignet.com/esps/helpdesk.Aspx  >
9.  Faculty of Clinical Radiology. 2017. Racommendation for cross sectional
imaging cancer in cancer management. Second Edition. Royal college of
< http://www.rcr.ac.uk  
Radiologist. From < 
10. Huili, Z., You,D.Y., Gao, D.P., 2017. Role of CT scan in differentiating the
type of colored cancer. OncoTargets and Therapy. Vol. 10.

41
 

11. Gaillard , F. 2018. Tubulovillous adenoma of the rectum. Cases of Tumour


rectum. From < https://radiopaedia.org/cases/tubulovillous-adenoma-of-the-
rectum>
rectum>
12. Rastogi, R., Meena, GL., Gupta., Y., Sinha, P., 2016. CT or MRI, Which is
 better for rectal cancer imaging ?.
? . ImedPub Journals. Vo. 2. No. 3:21. From :
<http://imedpub.com 
http://imedpub.com >
13. Anonim, 2005. Rectal Cancer Treatment. Available from
www.nationalcancerinstitute.htm.  
14. Schroen AT, Cress RD. Use of Surgical Prosedures and Adjuvant in Rectal
Cancer Treatment: A Population-Based Study.Annals of Surgery 2001; 234:
641-651.

15. Glimelius, B., NeoAdjuvant Radiotherapy in rectal cancer. World Journal of


gastroenterology. Vol 19 Number 46. From : < 
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3870494/pdf/WJG-19-
8489.pdf >

42

Anda mungkin juga menyukai