Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

CA MAMMAE SINISTRA

Oleh

Margaretha Yumte

12014101082

Residen Pembimbing

dr. Erick S. Corputty

Supervisor Pembimbing

Dr. dr. Victor Pontoh, SpB (K) Onk

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus yang berjudul “CA MAMMAE SINISTRA” telah dibacakan,

disetujui dan dikoreksi pada tanggal, Februari 2018

Residen Pembimbing

dr. Erick S. Corputty

Supervisor Pembimbing

Dr. dr. Victor Pontoh, SpB (K) Onk

2
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Neoplasma secara harafiah berarti pertumbuhan baru. Suatu neoplasma
menurut definisi Willis, adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta
terus demikian walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah
berhenti. Hal mendasar tentang asal neoplasma adalah hilangnya responsivitas
terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal.1
Karsinoma mammae merupakan neoplasma ganas yang berasal dari jaringan
epitel mammae. Penyakit ini adalah penyebab terpenting kematian akibat kanker
di Amerika Serikat sampai tahun 1986, saat posisinya digantikan oleh kanker
paru. Menurut American cancer society, pada tahun 2001 ditemukan 192.200
kanker payudara invasif baru pada perempuan dan menyebabkan sekitas 40.860
kematian sehingga penyakit ini hanya dikalahkan oleh kanker paru sebagai
penyebab kematian utama akibat kanker. Data ini menegaskan bahwa walaupun
terdapat kemajuan dalam aspek diagnostik dan penatalaksanaan, hampir
seperempat perempuan yang mengidap penyakit ini akan meninggal akibat
penyakit tersebut.1,2

Epidemiologi
Insiden kanker payudara pada dekade terakhir ini memperlihatkan
kecenderungan meningkat, terutama di Eropa barat dan Amerika Utara. Di
Amerika pada tahun 1999 sekitar 176.000 kasus kanker payudara yang
terdiagnosis dan sekitar 44.000 diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut.
Sedangkan di Eropa sendiri ditemukan sekitar 200.000 kasus pertahun kasus
tumor payudara dan 20 % diantaranya bersifat ganas dan insidennya meningkat 1
% per tahun.3,4,5
Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker solid yang mempunyai
insiden tertinggi no. 2 setelah kanker leher rahim dan diperkirakan dalam waktu
singkat akan merupakan kanker dengan insiden tertinggi pada perempuan.

3
Ketidaktersediaaan registrasi berbasis populasi, maka angka kejadian kanker
payudara dibuat berdasarkan registrasi berbasis patologi dengan insiden relatif
11,5 % ( artinya 11-12 kasus baru per 100.000 penduduk berisiko). Di Indonesia
skrining terhadap kanker payudara masih bersifat individual dan sporadik,
sehingga program deteksi dini masih belum efisien dan efektif. Sebagai akibatnya,
pasien dengan kanker payudara stadium lanjut masih cukup tinggi, yaitu lebih dari
50 % ( data didapatkan dari berbagai pusat pendidikan konsutan bedah onkologi
di Indonesia). 6

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Payudara terletak di bagian anterior dan sedikit ke arah lateral dinding dada.
Kedua payudara meluas ke arah superior setinggi kosta ke-2, ke arah inferior
sampai ke kartilago kosta ke-6, ke arah medial sampai ke sternum dan lateral
sampai ke garis aksila madia.7

Gambar 1. Gambaran anatomi lokasi payudara

Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral


atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, yang disebut
penonjolan spence atau ekor payudara. Setiap payudara memiliki 12 sampai 20
lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mammae,
yang disebut duktus laktiferus. Di antara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang
disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara. 7,8
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri perforantes anterior
dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateral yang bercabang dari arteri
aksilaris dan beberapa arteri interkostalis. 8
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.
interkostalis. Jaringan payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. N.
interkostobrakialis dan n. kutaneus brakius medial yang mengurus sensibilitas
daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Saraf n. pektoralis yang mengurus m.

5
pektoralis mayor dan minor, n. torakodorsalis yang mengurus m. latisimus dorsi,
dan n. torakalis longus yang mengurus m. serratus anterior yang sedapat mungkin
dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksilla. 8
Aliran limfa payudara 75% mengalir ke aksilla, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian sentral dan medial dan ada pula pengaliran ke
kelenjar interpektoralis. Jalur limfa lainnya berasal dari daerah sentral dan medial
selain menuju kelenjar sepanjang mammaria interna, juga menuju aksilla
kontralateral, ke m. rektus abdominalis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke
hati, pleura dan payudara kontralateral.8

Gambar 2. Kelenjar limfe mammae dextra

Etiopatogenesis
Seperti kanker lainnya, penyebab kanker payudara masih belum diketahui,
tetapi terdapat 3 faktor yang cukup penting yang bertanggung jawab terhadap
kasus timbulnya penyakit ini, yaitu: 2,9

6
1. Perubahan genetik
Seperti pada sebagian besar kanker lainnya, mutasi yang mempengaruhi
protoonkogen dan gen penekan tumor di epitel payudara ikut serta dalam
transformasi onkogenik. Di antara berbagai mutasi tersebut, yang paling
banyak dipelajari adalah ekspresi berlebihan protoonkogen ERBB2
(HER2/NEU), yang diketahui mengalami amplifikasi pada hampir 30% kanker
payudara. Gen ini adalah anggota dari famili reseptor faktor pertumbuhan
epidermis, dan ekspresi berlebihannya berkaitan dengan proggnosis yang
buruk.
2. Pengaruh hormonal
Kelebihan estrogen endogen, atau yang lebih tepat disebut ketidakseimbangan
hormonal, jelas berperan penting. Estrogen merangsang pembentukan faktor
pemtumbuhan oleh sel epitel payudara normal dan oleh sel kanker.
Dihipotesikan bahwa reseptor estrogen dan progesteron yang secara normal
terdapat di epitel payudara, mungkin berinteraksi dengan promotor
pertumbuhan, seperti transforming growth factor α, platelet-derived growth
factor, dan faktor pertumbuhan fibroblas yang dikeluarkan oleh sel kanker
payudara, untuk menciptakan suatu mekanisme autokrin perkembangan
tumor.
3. Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan diisyaratkan oleh insiden kanker payudara yang
berbedah-bedah dalam kelompok yang secara genetik homogen dan perbedaan
geografik dalam prevelensi. Faktor lingkungan lain yang penting adalah
iradiasi dan estrogen eksogen.

Faktor risiko
Faktor risiko terpenting untuk perkembangan suatu kanker payudara adalah
jenis kelamin. Angka kejadian kanker payudara pada perempuan dan laki-laki
adalah 100:1. Selain itu beberapa ada beberapa faktor risiko lain yang juga ikut
berperan dalam perkembangan penyaki ini seperti: usia, genetika dan riwayat
keluarga, radiasi pengion, kontrasepsi oral, pemakaian estrogen endogen dalam
jangka waktu yang lama, menarche prekok, menopause yang terlambat serta

7
beberapa faktor risiko lain yang belum bisa dipastikan, misalnya kegemukan,
konsumsi alkohol dan diet timggi lemak.2,10

Klasifikasi
1. Klasifikasi histopatologi
Klasifikasi histopatopatologi kanker payudara menurut WHO dan Japanese
Breast Cancer Society (1984) dibedakan atas:6
a. Non invasive carcinoma
1) Non invasive ductal carcinoma
2) Lobular carcinoma in situ
b. Invasive carcinoma
1) Invasive ductal carcinoma
 Papillobular carcinoma
 Solid-tubular carcinoma
 Scirrhous carcinoma
2) Special type
 Mucinous carcinoma
 Medullary carcinoma
 Invasive lobullar carcinoma
 Adenoid cystic carcinoma
 Squamous cell carcinoma
 Spindle cell carcinoma
 Apocrine carcinoma
 Carcinoma with cartilagenous and or asseous metaplasi
 Tubular carcinoma
 Secretory carcinoma

2. Klasifikasi stadium TNM ( UICC/AJCC)

8
Klasifikasi stadium berdasarkan UICC (Union Internationale Contra La
Cancer) ataupun AJCC (American Joint Committee on Cancer Staging and
Resulls reporting dari tahun 2002 telah mendapat revisi beberapa kali.
Klasifikasi stadium berdasarkan TNM berdasar pada:11
T= ukuran Tumor
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : Tumor primer tidak dapat ditemukan
Tis : Karsinoma is situ
T1 : Tumor dengan ukuran terpanjang 2 cm atau kurang
T1a : Tumor dengan ukuran panjang lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm
T2 : Tumor dengan ukuran terpanjang lebih dari 2 cm sampai 5 cm
T3 : Tumor ukuran terpanjang lebih dari 5 cm
T4 : Tumor dengan ukuran berapa pun dengan infiltrasi / ekstensi pada
dinding dada atau kulit

N= nodes (kelenjar getah bening/KGB)


Nx : Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 : Tidak terdapat metastasis pada KGB
N1 : Metastasis ke KGB aksila ipsilateral , masih mobil
N2 : Metastasis ke KGB aksila ipsilateral terfiksasi dan konglomerasi
N2a : Metastasis ke KGB aksila ipsilateral terfiksasi atau konglomerasi
ataupun melekat pada struktur lain/jaringan sekitar
N2b : Klinis metastasis hanya pada KGB mamaria interna ipsilateral dan
tidak terdapat metastasi pada KGB aksila
N3 : Klinis ada metastase pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan
atau tanpa metastasis pada KGB aksila, atau klinis terdapat
metastases pada KGB mamaria interna dan metastasis KGB aksila
N3a : Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral
N3b : Metastasis ke KGB mamaria interna dan KGb aksila
N3c : Metastasis ke KGB supraklavikula

M= Matastasis jauh

9
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh
Tabel 1. Grup stadium (TNM) (11)

Stadium T N M

0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
IIa T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIb T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIa T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
IIIb T4 N0 M0
T4 N1 M0
IIIc Tiap T N3 M0
T4 N2 M0
IV Tiap T Tiap N M1

Diagnosis
Diagnosis kanker payudara dibuat berdasarkan pada tripple diagnostic
prosedures (Clinical, imaging pathology/cytologi or histopatologi). Ketiga hal
tersebut dijabarkan lebih detail menjadi pemeriksaa-pemeriksaan:6,12

1. Pemeriksaan klinis
a. Anamnesis
1) Keluhan payudara dan aksila
 Adanya benjolan padat
 Ada tidaknya rasa nyeri (awal pertumbuhan kenker payudara sering
tidak nyeri)
 Kecepatan tumbuh (agresif)

10
 Nipple discharge (satu sisi, satu muara, warna merah/ darah/
serosanguinous, disertai massa tumor
 Retraksi papil mamme
 Krusta dan aksim yang tidak sembuh pada areola dan papil mamme
dengan atau tanpa massa tumor
 Kelainan kulit diatas tumor
 Perubahan warna kulit
 Adanya benjolan di daera aksil atau dileher
 Edema lengan disertai adanya benjolan di payudara atau aksila
ipsilateral
2) Keluhan di tempat lain (berhubungan dengan metastasis)
 Nyeri tulang yang terus-menerus dan semakin berat di daerah
vetebra, femur dan pelvis)
 Rasa sakit dan penuh di ulu hati
 Batuk yang kronis dan sesak napas
 Sakit kepala hebat, muntah dan gangguan sensorium
3) Faktor-faktor risiko
 Usia penderita
 Usia melahirkan anak pertama aterm (> 35 tahun semakin tinggi
risiko)
 Paritas
 Riwayat laktasi (tidak laktasi “sedikit” meningkatkan risiko)
 Riwayat menstruasi ( menarche yang awal dan menopause yang
lambat)
 Pemakaian obat-obat hormonal
 Riwayat keluarga
 Riwayat operasi tumor payudara yang jinak
 Riwayat radiasi di daerah dada/payudara
b. Pemeriksaan fisik
1) Status generalis dihubungkan dengan performance status Karnofsky
2) Status lokalis

11
 Pemeriksaan payudara kanan dan kiri (ipsilateral dan kontralateral)
 Massa tumor (lokasi, ukuran, konsistensi, permukaan tumor, bentuk
dan batas tumor jumlah tumor, fiksasi tumor.
 Perubahan warna kulit (kemerahan, edematous, gambaran kulit jeruk
 Papil mamme (retraksi, erosi, krusta, eksim, discharge)
 KGB regional
 Pemeriksaan organ yang dicurigai terjadi metastasis.
2. Pemeriksaan radio-diagnostik (imaging)
a. Diharuskan
1) Mamografi dan USG
2) Foto toraks
3) USG abdomen (hati)
b. Optional (atas indikasi)
1) Bone scanning
2) Bone survey
3) CT-Scan
4) MRI (penting untuk evaluasi volume tumor)
3. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi FNAB dilakukan pada lesi/ tumor payudara yang secara
klinis dan imaging dicurigai ganas.
4. Pemeriksaan histopatologis (Gold Standart)
5. Pemeriksaan laboratorium

Terapi 6,17
Modalitas terapi
1. Pembedahan
Terapi pembedahan dilakukan terutama untuk kanker payudara stadium awal.
Tiga tipe pembedahan:
a. Mastrektomi radikal
b. Modified radical mastrectomy

12
c. Mastrektomi simpel
d. BCS ( Breast conserving surgery)
2. Radioterapi
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :13,16

a. Radioterapi murni kuratif : Radioterapi murni terhadap kanker mammae


hasilnya kurang ideal, survival 5 tahun 10-37%. Terutama digunakan
untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak operasi.
b. Radioterapi adjuvant : menjadi bagian integral penting dari terapi
kombinasi. Menurut pengaturan waktu radioterapi dapat dibagi menjadi
radioterapi pra-operasi dan pasca operasi. Radioterapi pra-operasi terutama
untuk pasien stadium lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker
mammae non operable menjadi kanker mammae yang operable.
Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae (bila perlu
ditambah radioterapi kelenjar limfe regional) pasca operasi konservasi
mammae (operasi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar atau
biopsi) dan radioterapi adjuvan pasca mastektomi. Dewasa ini indikasi
radioterapi pasca mastektomi adalah: Diameter tumor primer ≥ 5 cm, fasia
pektoral terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar metastatik lebih dari 4
buah dan tepi irisan positif. Area target iradiasi harus mencakup dinding
toraks dan regio supraklavikular. Regio mammae interna jarang terjadi
rekurensi klinis, sehingga perlu tidaknya radioterapi rutin masih
controversial.
c. Radioterapi paliatif : Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut
dengan rekurensi, metastasis. Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat
baik.
3. Kemoterapi
Obat-obat kemoterapi bekerja pada DNA yang merupakan komponen utama
gen yang mengatur pertumbuhan dan differensiasi sel, dengan cara
menghambat pembelahan dan proliferasi sel, dengan tujuan meningkatkan
apoptosis sel. Kebanyakan obat-obat kemoterapi mempengaruhi satu atau
beberapa komponen pada siklus sel.
Mekanisme kerjanya adalah sebagai berikut :

13
a. Menghambat atau mengganggu sintesa DNA atau RNA dengan cara
menghambat ketersediaan purin dan pirimidin.
b. Merusak replikasi DNA dengan adanya grup alkil yang tidak stabil.
c. Mengganggu transkripsi DNA dengan cara ikatan langsung obat dengan
DNA.
d. Mencegah mitosis dengan cara mengikat tubulin dan mencegah
pembentukan spindle mitosis.Obat-obat kemoterapi ini ada yang bekerja
secara spesifik non siklus sel dan spesifik siklus sel (fase M,S,G1,G2).
Kombinasi kemoterapi yang telah menjadi standar adalah:
a. CMF ( Cyclophospamide-Methoxetate-5flouro uracil)
b. CAF; CEF (Cyclophospamide- Adriamycin/Epirubicin-5flouro uracil)
c. T-A ( Taxanes/ Paclitaxel/Doxetacel- Adriamycin)
d. Gapacitabine (Xeloda-oral).

Tabel 2: Regimen kemoterapi adjuvant yang sering dipakai (14)

Regimen Obat Dosis Hari Siklus


CMF C:CTX 600mg/m2 D1
(regimen 3 minggu) M:MTX 40mg/m2 D1 21 hari per
F:5FU 600mg/m2 D1 siklus
X6
CMF C:CTX 600mg/m2
D1
(regimen 4 minggu) M;MTX 30-40mg/m2.d
D1,d8 28 hari per
F:5FU 400-600mg/ m2.d
D1,d8 siklus
X6
CAF C:CTX 600mg/m2
(regimen 3 minggu) A:ADR 50mg/ m2 D1 21 hari per
F:5FU 600mg/m2 D1 siklus
D1 X6
CAF C:CTX 100 mg/m2 (po)
(regimen 4 minggu) A:ADR 30 mg/m2 D1-14 28 hari per
F:5FU 500 mg/m2 D1,d8 siklus
D1,d8 X6
AC A:ADR 60 mg/m2
F:5FU 600mg/m2
D1 21 hari per
FEC F:5FU 500 mg/m2 D1 siklus
E:Epirubisin 75 mg/m2 D1 X6
C:CTX 500 mg/m2
D1 21 hari per
TAC T:Taksotere 75 mg/m2 D1 siklus
A:ADR 50mg/ m2 D1 X6

14
C:CTX 500 mg/m2 D1 21 hari per
D1 siklus
AC→T A:ADR 60 mg/m2 D1 X6
C:CTX 600mg/m2
T:Taksol 175 mg/m2
D1 21 hari per
D1 siklus
D1 X4;
Selesai AC,
21 hari per
siklus
X4;

4. Terapi hormonal
Terapi hormon adalah terapi kanker yang umum digunakan bagi pasien
yang memiliki reseptor hormon positif. Tidak efektif digunakan sebagai
pengobatan sel-sel kanker yang memiliki reseptor hormon negatif.
Penggunaan obat pada terapi hormon ditujukan untuk menggangu aktivitas
hormon atau menghentikan produksi hormon. terapi hormon juga dapat
melibatkan pengangkatan kelenjar yang menghasilkan hormon.
Terapi hormon dapat diberikan sebelum atau setelah pengobatan
primer. Terapi hormon yang diberikan sebelum pengobatan primer bertujuan
untuk membunuh sel-sel kaker dan membantu efektivitas terapi primer.
Sementara terapi hormon yang diberikan setelah pengobatan primer bertujuan
untuk meningkatkan kemungkinan sembuh. Pada dasarnya ada tiga jenis
golongan obat-obatan terapi hormon yang umum digunakan untuk mengobati
kanker payudara, antaralain: Aromatase Inhibitor yaitu obat-obatan yang
berfungsi mencegah tubuh menghasilkan hormon estrogen; SERMs (Selective
Estrogen Receptor Modulators) yaitu obat-obatan yang menghambat aktivitas
hormon estrogen di dalam tubuh; dan ERDs (Estrogen Receptor
Downregulators).

Prognosis
Prognosis kanker payudara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 2
1. Ukuran karsinoma primer
Pasien dengan karsinoma invasif yang lebih kecil dari 1 cm memiliki harapan
hidup yang sangat baik jika tidak ada keterlibatan kelenjar getah bening.
2. Keterlibatan kelenjar getah bening dan jumlah kenjar getah bening yang

15
terkena metastasis.Jika tidak ada keterlibatan kelenjar getah bening (aksila),
angka harapan hidup 5 tahun pasien dapat mendekati 90% .
3. Tipe histologik karsinoma
Semua karsinoma tipe khusus memiliki prognosis yang sedikit lebih baik
dibanding dengan karsinoma tanpa tipe khusus.
4. Invasi limfivaskuler
Adanya tumor di dalam rongga vaskuler disekitar tumor primer, merupakan
faktor prognosis yang buruk.
5. Ada tidaknya reseptor estrogen dan progesteron
Adanya reseptor hormon menyebabkan prognosis sedikit membaik. Namun,
alasan untuk menentukan keberadaan reseptor tersebut adalah untuk
memperkirakan respon terhadap terapi. Pada pasien yang mempunyai raseptor
estrogen dan progesteron, angka tertinggi respon mencapai 80%, pada pasien
yang hanya mempunyai salah satu reseptor angka respon terhadap terapi 25-
45% dan pada pasien yang tidak mempunyai kedua-duanya angka respon
kurang dari 10% atau bahkan tidak ada.
6. Laju proliferasi kanker
Proliferasi dapat dihitung dari hiting mitotik,Flow Cytometry, atau dengan
penanda histokimia untuk protein siklus sel. Laju proliferasi yang tinggi
berhubungan dengan prognosis yang buruk.

7. Stadium kanker
Angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan derajat/stadium kanker 15

Stadium T

0 93%
I 88%
IIa 81%
IIb 74%
IIIa 67%
IIIB 41%
16
IIIC 49%
IV 15%
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. DT
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kelurahan makatara beo utara kepulauan talaud

17
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SD
Status : Kawin
MRS : 22 Januari 2018

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan pada daerah payudara kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Benjolan pada daerah payudara kiri dialami penderita sejak ± 2 tahun yang
lalu sebelum masuk rumah sakit.Awalnya benjolan kecil seperti kelereng dibawah
puting susu, luka(-), perdarahan(-), nanah(-), nyeri(-),demam(-), pusing(-), mual(-)
dan muntah(-).Riwayat haid (+), menarche umur 13 tahun siklus haid tidak teratur
tiap 2 bulan selama empat sampai enam hari. Pasien menikah ketika berumur 20
tahun dan baru memiliki seorang anak umur 30 tahun, anaknya diberikan ASI
sampai umur 3 bulan saja selanjutnya tidak diberikan.Pasien pernah menggunakan
KB suntik 2 bulan dan pil 3 bulan sesudah melahirkan anaknya.. Buang air besar
dan buang air kecil biasa.Pasien lalu berobat ke RS Prof dr R.D Kandou.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit hipertensi (+) sejak ± 1 tahun lalu tidak teratur minum
obat, Riwayat Penyakit ginjal, jantung, diabetes, paru, disangkal penderita.
penderita tidak memiliki riwayat pembedahan sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini
Riwayat Sosial :
Merokok (-), Alkohol (-) disangkal oleh penderita.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Keadaan Umum
Tampak Sakit
2. Kesadaran
Compos mentis
3. Tanda vital

18
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu badan : 36,50C
4. Kepala
Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor kiri=kanan Ø
3mm-3mm, refleks cahaya +/+ normal.
5. Thoraks
Pulmo:
Inspeksi : pergerakan dada simetris kiri=kanan
Auskultasi : suara napas vesikuler kiri=kanan
Palpasi : stem fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor kiri=kanan
Cor:
Bunyi Jantung normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
6. Abdomen
Tidak ada kelainan
7. Ekstremitas (Superior & Inferior)
Tidak ada kelainan
8. Status Urologis
CVA : nyeri ketok (-), Ballotement (-), Bulging (-)
Suprapubik : Buli-buli penuh, massa (-)
OUE : darah (-), lendir (-)
9. Genitalia
Tidak ada kelainan
Status Lokalis
Regio Mammae Sinistra
Inspeksi :
Pada inspeksi regio mammae tampak asimetri mammae sinistra > dextra, tampak
benjolan di inferior papila mammae kuadran kiri atas, kemerahan (+), peau
d’orange (-) ulkus (-), darah (-), sekret (-), pus (-).
Palpasi :

19
benjolan ukuran ± 10 x 8 cm, permukaan berbenjol-benjol, konsistensi keras,
batas tegas, mobile (+), nyeri tekan (-), tidak ditemukan pembesaran kelenjar
getah bening aksila maupun supra clavicula

Foto Klinis

3.1 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan Laboratium
Rabu, 24 Januari 2018
Leukosit : 6.200/mm3
Eritrosit : 5,18 10’6/uL MCH : 20,1 pg
Hemoglobin : 10,4 g/dL MCHC : 29,8 g/dL
Hematokrit : 34,9 % m MCV : 67,4 fL
Trombosit : 406 x 103/uL SGOT : 15 U/L
Ureum : 28 mg/dL SGPT : 11 U/L

20
Creatinin : 0,9 mg/dL GDS : 91 mg/dL
Albumin : 4,22 g/dL
EKG
Kesan : dalam batas normal

b. X-foto thoraks
Kesan : normal

c. Pemeriksaan patologi anatomi


(23/01/2018)
Makroskopik : Keluar cairan serous bercampur darah
Mikroskopik : Hapusan terdiri dari sel-sel epitel duktus anaplastik ruang
berkelompok dan tersebar, sel pleomorfik dengan inti
besar hiperkromatik.
Latar belakang sel eritrosit dan sel mammae.
Kesimpulan : Invasive Ductal Carcinoma Mammae

DIAGNOSA
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien di
diagnosis dengan karsinoma mammae sinistra ( T3N0Mx) grade 2B.

TERAPI
Pro MRM Ca Mammae Sinistra (29/01/2018)

LAPORAN OPERASI
- Penderita terlentang dalam general anestesi
- A dan antiseptik lapangan operasi
- Insisi halsted kemudian dibuat flap
- Mastektomi dimulai dari bagian medial ke lateral sambil kontrol
perdarahan

21
- Lanjutkan dengan diseksi KGB axila level I, II dan III A hingga jaringan
mammae dan KGB terlepas
- Lapangan operasi dicuci dengan NaCl 0,9 %
- Operator, asisten dan instrumen mengganti handscoen dengan handscoen
steril
- Kontrol ulang perdarahan
- Pasang drain 2 buah dibawah vasa aksilaris dan medial
- Luka operasi di jahit dan ditutup dengan kasa steril
- Operasi selesai

Instruksi post operasi : - IVFD NaCl 0,9 % 20 gtt/m


- Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
- Ketorolac 3 x 1 amp IV
- Ranitidin 2 x 1 amp IV

22
- Observasi vital sign
- Cek Hb, leukosit, trombsit.Bila Hb < 10gr/dL,
transfusi PRC
- Diet : puasa sampai peristaltik dan pasase usus
lancar

3.2 FOLLOW UP
22/01/2018
S : kelemahan tubuh
O : TD : 170/100 mmHg R : 20 x/m
N : 84 x/m S : 36,5oc
® mammae (S) : massa (+) ukuran ± 10x8cm, konsistensi keras,batas
tegas,mobile,ulkus(-)
A : General weakness ec Ca mammae sinistra
P : -MRS
-Perbaiki KU
23/01/2018
S : kelemahan tubuh
O : TD : 160/100 mmHg R : 20 x/m
N : 80 x/m S : 36,4oc
® mammae (S) : massa (+) ukuran ± 10x8cm, konsistensi keras,batas
tegas,mobile,ulkus(-)
A : General weakness ec Ca mammae sinistra
P : -Perbaiki KU
24/01/2018
S : benjolan di payudara kiri
O : TD : 170/100 mmHg R : 20 x/m
N : 84 x/m S : 36,5oc
Thorax
® mammae (S) : massa (+) ukuran ± 10x8cm, konsistensi keras,batas
tegas,mobile,ulkus(-)
A : Tumor mammae sinistra ec susp malignan

23
P : -Perbaiki KU
-Cek Lab: Darah Lengkap: Hb, Leukosit, Trombosit, CT, BT, SGOT,
SGPT, GDP/GDS, HbSAg
-Foto thorax
-USG abdomen (liver, KGB)
-USG mammae
-Konsul Interna (T : 170/100)
25/01/2018
S : benjolan di payudara kiri
O : TD : 160/100 mmHg R : 20 x/m
N : 80 x/m S : 36,5oc
Thorax
® mammae (S) : massa (+) ukuran ± 10x8cm, konsistensi keras,batas
tegas,mobile,ulkus(-)
A : Tumor mammae sinistra ec susp malignan
P : -Perbaiki KU
-Terapi lanjut
26/01/2018
S : benjolan di payudara kiri
O : TD : 150/100 mmHg R : 20 x/m
N : 84 x/m S : 36,5oc
Thorax
® mammae (S) : massa (+) ukuran ± 10x8cm, konsistensi keras,batas
tegas,mobile,ulkus(-),pus(-)
A : Ca mammae sinistra
P : - R/ MRM senin 29/01/2018
- Konsul pre operasi hari ini
29/01/2018
S : benjolan di payudara kiri
O : TD : 140/90 mmHg R : 20 x/m
N : 84 x/m S : 36,5oc
Thorax

24
® mammae (S) : massa (+) ukuran ± 10x8cm, konsistensi keras,batas
tegas,mobile,ulkus(-),pus(-)
A : Ca mammae sinistra
P : - R/ MRM hari ini (29/01/2018)
- IVFD NaCl 0,9 % → 20 gtt/m
- Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
30/01/2018
S : Nyeri luka operasi
O : TD : 130/80 mmHg R : 20 x/m
N : 84 x/m S : 36,7oc
Thorax
® mammae (S) : luka terawat, perdarahan aktif (-) ,
drain bilateral/bawah : 15 cc
drain medial : 10 cc
A : Post MRM ec Ca mammae sinistra(T3N0MX) hari I
P : - Atasi nyeri luka
- Cegah infeksi
- Perbaiki kebutuhan cairan,elektrolit dan nutrisi

31/01/2018
S : Nyeri luka operasi ↓
O : TD : 130/80 mmHg R : 20 x/m
N : 80 x/m S : 36,5oc
Thorax
® mammae (S) : luka terawat, perdarahan aktif (-)
A : Post MRM ec Ca mammae sinistra(T3N0MX) hari ke-2
P : - Atasi nyeri luka
- Cegah infeksi
- Persiapan untuk kemoterapi
01/02/2018
S : Nyeri luka operasi ↓↓

25
O : TD : 120/80 mmHg R : 20 x/m
N : 84 x/m S : 36,7oc
Thorax
® mammae (S) : luka terawat, darah (-) , pus (-)
drain : ± 10 cc
A : Post MRM ec Ca mammae sinistra(T3N0MX) hari ke-3
P : - Atasi nyeri
- Rawat luka / hari
- Terapi lanjut
02/02/2018
S : Nyeri luka operasi (-)
O : TD : 130/80 mmHg R : 20 x/m
N : 80 x/m S : 36,7oc
Thorax
® mammae (S) : luka terawat, darah (-)
drain : ± 5 cc
A : Post MRM ec Ca mammae sinistra(T3N0MX) hari ke-4
P : - Rawat luka
- Terapi lanjut

PEMBAHASAN

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan keluhan Benjolan di
payudara kiri dialami pasien ± 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Awalnya
timbul benjolan sebesar kelereng dibawah puting susu, benjolan dirasakan
semakin besar sebelum masuk rumah sakit, luka tidak ada, perdarahan aktif tidak
ada, pus tidak ada, nyeri tidak ada. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana
dikatakan pasien karsinoma mammae sering datang dengan keluhan adanya
benjolan padat di daerah mamme yang pada stadium awal tidak nyeri, dan
cenderung pertumbuhan bersifat agresif.6,12

26
Sedangkan pada pemeriksaan fisik status lokalis ditemukan pada regio
mammae sinitra tampak benjolan ukuran 10 x 8 cm, permukaan berbenjol-benjol,
konsistensi keras, batas tegas, mobile, tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening aksila sinistra. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana pada
pemeriksaan fisik kanker payudara ditemukan ada massa yang padat, perubahan
warna kulit sekitar massa serta bisa ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
di daerah sekitar benjolan, sering kelenjar getah bening aksila. 6,12
Diagnosis pada kasus ini di dukung dengan hasil dari pemeriksaan
penunjang patologi anatomi pada penilaian fisik / Aspirat FNAB tumor (R)
mammae (S), padat, berbenjol-benjol. Ditemukan Aspirat : cairan serous
bercampur darah. Mikroskopik : hapusan terdiri dari sel-sel epitel duktus
anaplastik ruang berkelompok dan tersebar, sel pleomorfik dengan inti besar
hiperkromatik.Latar belakang sel eritrosit dan sel radang. Kesimpulan dari
pemeriksaan ini ialah massa merupakan suatu karsinoma mammae yang
cenderung jenis invasive ductal carscinoma mammae.
Berdasarkan klasifikasi stadium TNM kanker yang di derita oleh pasien
masuk dalam grade 2B (T3N0Mx). Hal ini didasarkan pada penemuan massa
dengan ukuran 10 x 8 cm (T3), tidak terdapat metastasis pada KGB (N0), dan
kemungkinan metastasis jauh belum dapat di nilai (MX).
Pada penatalaksanaan kasus ini direncanakan akan dilakukan operasi
Modified Radical Mastrectomy (MRM). Tindakan operasi merupakan pilihan
terapi yang efektif untuk kanker payudara, dan untuk pasien-pasien dangan kanker
stadium awal (I dan II) tindakan operasi yang di lakukan biasanya breast-
conservation therapy (BCT) dengan adjuvant terapi radiation and modified radical
mastectomy (MRM) dengan atau tanpa rekonstruksi payudara.16
Prognosis pada kasus ini buruk karena berdasarkan kepustakaan pasien dengan
karsinoma insitu mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan
karsinoma yang sudah invasif. Karsinoma invasif yang lebih kecil dari 1 cm
memiliki harapan hidup yang sangat baik jika tidak ada keterlibatan kelenjar getah
bening, pada pasien ini ukuran tumor lebih dari 1 cm tidak ditemukan adanya
keterlibatan kelenjar getah bening. Semua karsinoma tipe khusus memiliki
prognosis yang sedikit lebih baik dibanding dengan karsinoma tanpa tipe khusus,

27
pada pasien ini merupakan karsinoma tanpa tipe khusus.6,12 Berdasarkan stadium,
angka harapan hidup 5 tahun adalah 74 %.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar V, Cortan R, Robbins SL. Neoplasma. Dalam: Buku ajar patologi


Robbins II. Edisi ke-7. Vol-1. Alih bahasa: Pendit BU. Editor bahasa
Indonesia; Hartanto H, Darmaniah N, Wulandari N. Jakarta:EGC;2007. Hal
405185-6
2. Crum CP, Lester SC, Cotran RS. Sistem genetalia perempuan dan payudara.
Dalam: Kumar V, Cortan R, Robbins SL, editor. Buku ajar patologi Robbins.
Edisi ke-7. Vol-2.Alih bahasa: Pendit BU. Editor bahasa Indonesia; Hartanto
H, Darmaniah N, Wulandari N. Jakarta:EGC;2007. Hal 788-802

28
3. Rutgers EJT. Screen detected breast cancer. In: Poston GJ, Beauchamp RD,
Ruers TJM. Textbook of surgical onkology. London: Informa Heathcare;
2007. P. 105-12
4. Witt TR. Early invasive breast cancer. In: Saclarides TJ, Millikan KW,
Godellas CV, editor. Sugical onkology an algorithmic approach. New York:
Springer;2003. P. 204-17
5. Cassidy J, Bissett D, Obe RAJS. Oxford handbook of oncology. New York:
Oxford University Press;2002. P. 298-302
6. Manuaba IBTW. Panduan penatalaksanaan kanker solid PERABOI 2010.
Jakarta: Segung Seto;2010
7. Jatoi I, Kaufmann M, Petit JY. Atlas of breast surgery. Germany:
Springer;2006. P. 7-11
8. Sjamsuhidajat R, De Jong W. buku ajar ilmu badah. Jakarta:EGC;2005. Hal.
534-55
9. Ramli HM. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: FK-UI;2010.
10. Zager J, Solorzano CC, Thomas E, Feig BW, Babiera BV. Invasive breast
cancer. In: Feig BW, Berger, David H, Furhman, George M, editor. MD
Anderson. Surgical Oncology Handbook, The, 4th edition. 2006.
11. Iglehart JD, Smith BL. Disease of Breast. In: Sabiston Textbook of Surgery,
18th edition. 2008.
12. Copeland EM. The breast. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn
DL, Hunter JG, Pallock RE. Schwartz's principles of surgery. The McGraw-
Hill Companies;2004
13. Fujin C, Wei F, Jinhua H, dkk. Dalam : Buku ajar onkologi klinis. Edisi 2.
Alih bahasa : Japaries W. Editor ; Desen W. Jakarta : FKUI ;2011. Hal 379-
381
14. Utama HS. 2015. Diagnosis and management of breast cancer. Available from
: www.harry yudha.com/2018/26 kanker-payudara-diagnosa-dan
penanganan.htm.
15. American Cancer Society .Breast cancer survival rate by stage ..Available
from : http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/detailedguide/breast-
cancer-survival-by-stage.[Accessed : 24 Januari 2018].

29
16. Borgen PI, Bruce M. Breast Cancer Treatment—Surgery. In: Borgen PI, Hill
ADK. Breast Deseases. Landes Bioscience. Georgetown Texas U.S.A; 2014. p
117-36.
17. Devita. Breast Cancer. In DevitaVT, Lawrence TS, Rosenberg SA, eds.
Devita, Hellman, and Rosenberg’s. Cancer : Priciple and pratice of oncology
vol 2. 8 th ed. Lippicott williams & wilkins.

30

Anda mungkin juga menyukai