Referat
Pneumoperitoneum
OLEH
Gita Rosalina
1610029031
PEMBIMBING
Dr. Dompak S Hutapea, Sp.Rad
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pneumoperitoneum merupakan keadaan adanya udara bebas dalam cavum
peritoneum. Hal ini bisa disebabkan perforasi organ berongga abdomen akibat
trauma tumpul abdomen. Namun tidak semua peumoperitoneum disebabkan oleh
karna perforasi, pneumoperitonium juga biasa muncul setelah operasi abdomen
dan akan sembuh dalam 3-6 hari post operasi dann dapat bertahan selama 24 hari
setelah operasi2. Pada suatu penelitian yang dilakukan tahun 2012, di antara
pasien dengan udara bebas, kausa predominannya adalah perforasi viskus (41%)
dan udara residual postoperatif (<8 hari) (37%)8. Pneumoperitoneum pada voleme
15mmHg dapat menimbulkan gangguan hemodinamis yang berbahaya. Maka itu
perlu dilakukan diagnosis segera untuk menemukan sumber dari udara bebas dan
untuk menentukan planing tindakan dan terapi selanjutnya selanjutnya.
Pencitraan
radiologi
yang
digunakan
untuk
mendeteksi
pneumoperitoneum meliputi foto polos abdomen dan thorax, USG, CT scan dan
MRI yang dapat juga dilakukan dengan kontras. Foto polos abdomen menjadi
pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada perforasi viskus abdomen.
Gambaran radiologi foto polos tergantung posisi, di mana posisi terbaik adalah
posisi lateral dekubitus kiri yang menunjukkan gambaran radiolusen antara batas
lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum.1
Pemeriksaan
CT
Scan
merupakan
gold
standar
pencitraan
kontraindikasi yang tepat pada setiap pasien. Selain itu juga penting untuk
menyesuaikan dengan keadaan pasien dan ekonomi pasien. Sehingga dokter pelu
mengetahui pencitraan yang tepat guna untuk pasien.
1.2
Batasan Masalah
Referat ini akan membahas tentang Pneumoperitoneum khususnya dari
segi gambaran radiologis.
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang Pneumoperitoneum dari definisi, etiologi, manifestasi
klinis dan penegakan diagnosa
1.3.2. Tujuan Khusus
Mengetahui imaging yang dapat digunakan Pneumoperitoneum dan
interpretasi hasilnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Cavum Peritoneum
Peritoneum ialah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh.
Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial. Pada
permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelom. Di
antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding enteron. Enteron
didaerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal dan ventral
2
2.2 Pneumoperitoneum
2.2.1 Definisi
Pneumoperitoneum merupakan keadaan dimana terdapat udara bebas
terperangkap di rongga peritoneum. Hal ini disebabkan oleh perforasi organ
berongga akibat trauma tumpul abdomen. Namun, setiap viskus berlubang
dapat menyebabkan terjadinya pneumoperitoneum. Penyebab paling umum
dari pneumoperitoneum adalah perforasi viskus, perferosi ulcer, penyebab
lain juga dapat berupa ulkus jinak, tumor dan trauma. Pengecualian dari
penyebab pneumoperitoneum adalah perforasi dari appendicitis, karena
jarang menyebabkan pneumoperitoneum2. Ini biasanya muncul dengan tandatanda dan gejala peritonitis. Tanda dan gejala berbagai penyebab perforasi
peritoneum mungkin seperti kaku perut, tidak ada bising usus, nyeri
epigastrium atau jatuh pada kondisi shock yang parah 6. Adanya gas
subphrenic pad foto PA thorax merupakan temuan radiologis yang paling
umum1. Namun tidak semua peumoperitoneum disebabkan oleh karna
perforasi, pneumoperitonium juga biasa muncul setelah operasi abdomen dan
akan sembuh dalam 3-6 hari post operasi dann dapat bertahan selama 24 haru
setelah operasi2.
Gambaran radiologi dari pneumoperitoneum penting karena kadang
kadang jumlah udara bebas dalam rongga peritoneal yang sedikit sering
terlewatkan dan bisa menyebabkan kematian 2. Imagin yang paling mudah
untuk menemukan adanya penumoperitoneum adalah foto rosen dada tegak
atau posisi PA. dengan cara ini, sesedikitnya 3-4 cc udara dapat
divisualisasikan.
2.2.2 Etiologi
Ada banyak penyebab untuk pneumoperitoneum dan bervariasi
tergantung pada usia. Pada neonatus, penyebab yang paling mungkin adalah
perforasi lambung sekunder necrotizing enterocolitis (NEC) atau obstruksi
usus.. Selain itu, mungkin ada penyebab iatrogenik, seperti perforasi dari
tabung nasogastrik atau dari ventilasi mekanis.5,6
Pada suatu penelitian yang dilakukan tahun 2012, di antara pasien
dengan udara bebas, kausa predominannya adalah perforasi viskus (41%) dan
udara residual postoperatif (<8 hari) (37%). Untuk pasien dengan perforasi
viseral, hanya 45% didapati udara bebas pada studi pencitraan, dan pada
pasien-pasien ini, kausa predominannya adalah ulkus peptikum (16%),
diverticulitis (16%), trauma (14%), keganasan (14%), iskemia usus (10%),
apendisitis (6%), dan endoskopi (4%). Kemungkinan bahwa udara bebas
teridentifikasi pada studi pencitraan adalah 72% untuk perforasi ulkus
peptikum, 57% untuk perforasi divertikulitis, namun hanya 8% untuk
perforasi apendisitis. Sumber udara bebas masif kemungkinan besar berasal
dari perforasi gastroduodenal, usus halus, atau kolon.d Berikut ini penyebabpenyebab dari pneumoperitoneum: 8
1.
-
gaster idiopatik)
Melalui permukaan peritoneum
Manipulasi transperitoneal
Pemasangan kateter/biopsi abdomen
Kesalahan torakosentesis/pemasangan chest tube
Biopsi endoskopi
3. Perluasan dari toraks
Diseksi dari pneumomediastinum
Fistula bronchopleural
Ruptur vesika urinaria
Cedera penetrasi abdomen
4. Melalui traktus genitalis wanita
2.
Iatrogenic
Perforasi uterus/vagina
Culdocentesis
Rubin test (uji patensi tuba)
Pemeriksaan pelvis
Spontan
Intercourse, insuflasi orogenital
5. Intraperitoneal
Peritonitis penghasil gas
Ruptur abses
Udara di lesser peritoneal sac di skrotum (melalui prosesus
vaginalis yang terbuka)
ultrasonografi
real-time
sebagai
gas
gelembung
mikro
kebanyakan
organ
lain,
gas
intraparenkimal
biasanya
yaitu
gambaran
radiolusen
seperti
udara
dibawah
hemidiaphragma.
10
Gambar 2.1 Foto Thorax PA. Tampak gambaran radiolusen di inferior diaphragma
11
radiografi abdomen posisi supine dan foto dada posisi erect atau left
lateral dekubitus. Udara bebas walaupun dalam jumlah yang sedikit
dapat terdeteksi pada foto polos. Pasien tetap berada pada posisi
tersebut selama 5-10 menit sebelum foto diambil15.
Pada posisi lateral dekubitus kiri, didapatkan radiolusen antara
batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum. Pada posisi
lateral dekubitus kanan, tampak triangular sign seperti segitiga
(triangular) yang kecil-kecil dan berjumlah banyak karena pada posisi
miring, udara cenderung bergerak ke atas sehingga udara mengisi
ruang-ruang di antara incisura dan dinding abdomen lateral. Pada
proyeksi abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat terlihat
yang meliputi falciform ligament sign dan Rigler`s sign13.
Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri dimana
udara bebas dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hati dan
permukaan peritoneum dan dapat digunakan untuk setiap pasien yang
sangat sakit13.
Gambar 2.2 Foto abdomen posisi supine, foto dada posisi erect dan left lateral dekubitus (LLD)
Sumber gambar dari http://www.wikiradiography.com
12
Gambar 2.3 Football sign. Tampak udara masif mengisi ruang abdomen hingga tampak seperti
bola rugby
13
Gambar 2.4 Riglers sign. Tampak rambaran raqioopaque pada permukaan luminal dinding usus
(panah hijau) dan permukaan peritonealnya (panah putih)
yang
sama
dengan
struktur
jaringan
lunak
14
Tanda
obstruksi
usus
besar
parsial
dengan
perforasi
16
2.3.2 Ultrasonography
Pemeriksaan USG juga dapat dilakukan jika ada kontraindikasi pada
pemeriksan foto polos pasien suspek pneumoperitoneum, seperti pada ibu
hamil. USG juga lebih direkomendasikan pada pasien neonatus dan anakanak. Pada hasil pemeriksaan, pneumoperitoneum tampak sebagai area
dimana terjadi peningkatan echogenitas dengan dengung artefak. Koleksi
udara bebas yang terlokalisasi karena perforasi usus juga bisa tampak bila ada
abnormalitas lain yang tampak seperti penebalan dinding usus.10
Pada pencitraan USG, pneumoperitoneum tampak sebagai daerah
linier peningkatan ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau distal ring
down. Pengumpulan udara terlokalisir berkaitan dengan perforasi usus dapat
dideteksi, terutama jika berdekatan dengan abnormalitas lainnya, seperti
penebalan dinding usus. Dibandingkan dengan foto polos abdomen,
ultrasonografi memiliki keuntungan dalam mendeteksi kelainan lain, seperti
cairan bebas intraabdomen dan massa inflamasi16.
Persiapan USG abdomen:
i.
ii.
Tahan miksi
Gambar 2.6 Tampak artefak berbentuk komet karena udara bebas di ruang subphrenic anterior dan
menyebabkan muncul bayangan (Tanda panah, gambar kiri). Tampak dilatasi usus halus dengan adanya
sedikit cairan antar usus.
17
18
Gambar 2.5 Bagian sonografi melintang pada hipokondrium kanan menunjukkan area
kecil hiperdense echogenic (tanda panah) yang bergerak sesuai cairan.
2.3.3 CT Scan
CT
Scan
merupakan
gold
standard
dalam
mendeteksi
19
Gambar 2.5 Tampak udara bebas diatas hepar dan usus (tanda panah merah)
Ligamen falciform tampak dikelilingi udara disekitarnya (tanda panah putih).
Gambar 2.6 CT Scan dengan kontras melalui liver menunjukkan kumpulan udara
bebas di anterior liver.
dapat secara tidak sengaja ditemukan dengan MRI, karena MRI bukan
modalitas pencitraan pertama. Adanya peristaltis usus dapat
mengaburkan dinding abdomen13.
21
22
gambaran
udara
pada
abses
subphrenik
dan
23
BAB III
KESIMPULAN
25
foto
DAFTAR PUSTAKA
26
The
Peritoneal
Cavity.
al.
Pneumoperitoneum.
Diunduh dari:
http://radiopaedia.org/articles/pneumoperitoneum
17. Muradali D, Wilson S, Burns PN, Shapiro H, Hope-Simpson D. A specific sign
of pneumoperitoneum on sonography: enhancement of the peritoneal stripe.
AJR Am J Roentgenol. 1999 Nov; 173(5):1257-62.
18. Lee DH, Lim JH, Ko YT, Yoon Y. Sonographic detection of pneumoperitoneum
in patients with acute abdomen. AJR Am J Roentgenol. 1990 Jan;
154(1):107-9.
27
28