PNEUMOPERITONEUM
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung
Disusun oleh:
20184010049
Pembimbing :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumoperitoneum adalah istilah yang menggambarkan adanya udara bebas pada
intraperitoneal. Pneumoperitoneum ini bisa menjadi tanda keadaan yang tidak
berbahaya, namun seringkali menggambarkan situasi kegawatdaruratan. Diagnosis dan
penanganan yang cepat adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa. Pemeriksaan X-
foto polos abdomen maupun thorax merupakan modalitas imaging pilihan pertama
untuk mendiagnosis adanya pneumoperitoneum. 8
Penyebab paling umum pneumoperitoneum adalah perforasi organ berongga
abdomen yang dapat disebabkan karena trauma, perforasi ulkus peptikum, divertikulitis
maupun tumor maligna. 1 Sekitar 70% perforasi dari ulkus akan memperlihatkan adanya
free air. Pemeriksaan X-foto polos konvensional yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi adanya pneumoperitoneum adalah X-foto thorax posisi tegak, X-foto polos
abdomen 3 posisi tegak (erect), supine, left lateral decubitus (LLD).6
Pneumoperitoneum dalam jumlah sedikit dapat dengan mudah terlihat dibawah
dome diafragma pada X-foto polos posisi tegak. Namun seringkali pasien dalam
kondisi emergency hanya memungkinkan untuk menjalani foto abdomen posisi supine,
sehingga perlu perhatian dalam interpretasi tanda-tanda pneumoperitoneum.8
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumoperitoneum adalah adanya udara bebas dalam ruang peritoneum yang
biasanya terkait dengan perforasi dari usus. Namun, setiap viskus berongga dapat
menyebabkan terjadinya pneumoperitoneum. 9 Persentase perforasi saluran pencernaan
sebagai penyebab paling umum adalah > 90%. Perforasi dari lambung atau duodenum
yang disebabkan oleh ulkus peptikum dianggap sebagai penyebab tersering. 5
B. Anatomi
Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial. Pada
permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelom. Di antara
kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding enteron. Enteron didaerah
abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal dan ventral usus saling mendekat,
sehingga mesoderm tersebut kemudian menjadi peritoneum.2
Lapisan peritoneum dibagi menjadi 2, yaitu:
3
Pada beberapa tempat peritoneum visceral dan mesenterium dorsal mendekati
peritoneum dorsal dan terjadi perlekatan. Akibat perlekatan ini, ada bagian-bagian usus
yang tidak mempunyai alat-alat penggantung, dan akhirnya berada disebelah dorsal
peritonium sehingga disebut retroperitoneal. Bagian-bagian yang masih mempunyai
alat penggantung terletak di dalam rongga yang dindingnya dibentuk oleh peritoneum
parietal.9 Rongga tersebut disebut cavum peritonei, dengan demikian:
a) Duodenum terletak retroperitoneal;
b) Jejenum dan ileum terletak intraperitoneal dengan alat penggantung
mesenterium;
c) Colon ascendens dan colon descendens terletak retroperitoneal;
d) Colon transversum terletak intraperitoneal dan mempunyai alat penggantung
disebut mesocolon transversum;
e) Colon sigmoideum terletak intraperitoneal dengan alat penggatung
mesosigmoideum, cecum terletak intraperitoneal;
f) Processus vermiformis terletak intraperitoneal dengan alat penggantung
mesenterium.
C. Etiologi
4
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tergantung pada penyebab pneumoperitoneum. Penyebab yang
ringan biasanya asimptomatik, tetapi pasien mungkin mengalami nyeri perut samar
akibat perforasi viskus perut, tergantung pada perkembangan selanjutnya bisa berupa
peritonitis. Tanda dan gejala berbagai penyebab perforasi peritoneum mungkin seperti
kaku perut, tidak ada bising usus, nyeri epigastrium atau jatuh pada kondisi syok yang
parah.3,10
E. Penegakan Diagnosis
1) Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan secara menyeluruh. Umumnya pasien datang dengan
keluhan nyeri perut, tanyakan keluhan terkait onset, karakteristik nyeri, penyebaran
nyeri, buang angin, pola BAB dan BAK. Keluhan lain seperti demam, mual,
muntah, dll. Riwayat sakit sebelumnya, riwayat keluhan serupa, riwayat trauma,
riwayat pembedahan. Riwayat konsumsi obat rutin atau makanan yang terkait
dengan penyebab.
2) Pemeriksaan Fisik
- Vital Sign
- Head to toe
- Status lokalis abdomen
Inspeksi : Tampak distensi
Auskultasi : Bising usus menurun/hilang
Palpasi : Nyeri tekan, defanse muskular
Perkusi : Hipertimpani
3) Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran USG
5
Gambaran USG pada pneumoperitoneum antara lain bayangan sebuah costa,
artefak Ring Down dari paru yang terisi udara, dan udara kolon anterior yang
berhimpitan dengan hepar. Udara di kuadran kanan atas dapat keliru dengan
Kolesistitis Emfisematosa, kalsifikasi Mural, kalsifikasi Vesika Fellea, Vesika
Fellea porselen, Adenomiosis, udara di dalam abses, tumor, udara bilier, atau udara
di dalam vena porta. Udara intraperitoneal sering sulit dideteksi. Namun, udara
bebas dalam jumlah kecil dapat dideteksi dengan pemeriksaan dari anterior atau
anterolateral diantara dinding abdomen dan dekat hepar, dimana lingkaran usus
biasanya tidak ditemukan. Sulit untuk membedakan udara ekstralumen dengan
udara intramural atau intraluminal.7,10
6
Gambar 3. Foto abdomen posisi supine, foto dada posisi erect dan left lateral dekubitus
(LLD)
Sumber gambar dari http://www.wikiradiography.com
Pada foto polos abdomen atau foto thorax posisi erect, terdapat gambaran
udara (radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar Shadow) diantara
diafragma kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien. Juga bisa tampak area lusen
bentuk oval (perihepatik) di anterior hepar. Pada posisi lateral dekubitus kiri,
didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan
peritoneum. Pada posisi lateral dekubitus kanan, tampak Triangular Sign seperti
segitiga yang kecil-kecil dan berjumlah banyak karena pada posisi miring udara
cenderung bergerak ke atas sehingga udara mengisi ruang-ruang di antara incisura
dan dinding abdomen lateral. Pada proyeksi abdomen supine, berbagai gambaran
radiologi dapat terlihat yang meliputi Falciform Ligament Sign dan Rigler`S Sign.6,11
Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri, lihat gambar 4,
dimana udara bebas dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan
peritoneum. Posisi ini dapat digunakan untuk setiap pasien yang sangat kesakitan. 6
7
Gambar 4. Posisi Lateral dekubitus kiri. Terdapat udara bebas diantara dinding
abdomen dengan hepar (panah putih). Ada cairan bebas di rongga peritoneum (panah
hitam).
8
Gambar 6. Foto posterior subhepatic space air (Morrison’s pouch, gambaran
triangular)
Sumber gambar dari http://emedicine.medscape.com
9
Gambar 8. Football sign
Sumber http://www.wikiradiography.com
2) Gas-Relief Sign, Rigler Sign, dan Double Wall Sign yang memvisualisasikan
dinding terluar lingkaran usus disebabkan udara di luar lingkaran usus dan udara
normal intralumen.
Sumber http://www.wikiradiography.com
10
3) Urachus memiliki opasitas yang sama dengan struktur jaringan lunak
intraabdomen lainnya, tapi ketika terjadi pneumoperitoneum, udara tampak
melapisi urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah bagian
bawah abdomen yang berjalan dari kubah vesika urinaria ke arah kepala. Dasar
urachus tampak sedikit lebih tebal daripada apeks.
Sumber http://www.wikiradiography.com
11
Gambar 11. Telltale Triangle Sign
Sumber http://www.wikiradiography.com
Sumber http://www.wikiradiography.com
8) Udara di dalam sakus kecil dapat terlihat, terutama jika perforasi dinding
posterior abdomen.
12
Gambar 13. Cupola Sign (panah putih) dan Lesser Sac Gas Sign (panah hitam).
Sumber http://www.wikiradiography.com
9) Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum sigmoid dapat
terjadi yang berkaitan dengan tanda pneumoperitoneum.
Udara bebas intraperitoneal tidak terlihat pada sekitar 20-30% yang lebih
disebabkan karena standardisasi yang rendah dan teknik yang tidak adekuat. Foto
polos abdomen menjadi pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada
perforasi viskus abdomen.6
13
Pada posisi supine, dengan CT-Scan udara yang terletak di anterior dapat
dibedakan dengan udara di dalam usus. Jika ada perforasi, cairan inflamasi yang
bocor juga dapat diamati di dalam peritoneum. Penyebab perforasi kadang dapat
didiagnosis dengan CT-Scan. 4
Sumber http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/pneumoperitoneum.htm
Sumber http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/pneumoperitoneum.htm
14
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas
No. RM : 237861
Nama : Ny. M
Usia/Jenis Kelamin : 53 tahun/Perempuan
Alamat : Puntuksari 3/8, Temanggung
Masuk RS : 9 Februari 2019
2. Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri seluruh lapang perut
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan nyeri di seluruh lapang
perut, tidak bisa BAB dan tidak bisa kentut sejak 3
hari sebelum masuk RS. Mual (+), muntah 1x
kemarin. BAK sedikit dan terasa panas.
3. Pemeriksaan Fisik
KU : Tampak kesakitan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 114 x/menit
- Respirasi : 22 x/menit
15
- Suhu : 36,5 oC
- SpO2 : 96 %
Kepala : CA -/- SI -/-
Leher : PKGB (-), PKT (-)
Thoraks
- COR : Inspeksi = Ictus cordis tidak tampak
Auskultasi = BJ1-BJ2 reguler, suara tambahan (-)
- Pulmo : Inspeksi = Simetris, tidak ada retraksi
Palpasi = Nyeri tekan (-), hepar & lien tak teraba
Perkusi = Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi = SDV +/+, Rhonki -/-
Abdomen
- Inspeksi : Distensi (+), jejas (-), scar (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) menurun
- Palpasi : Defanse muskular (+), NT (+) seluruh lapang perut
Ekstremitas : Akral dingin (-), oedem ekstremitas (-)
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium 9/02/19
16
Basofil 0.4 0–1
Netrofil 87.5 50 – 70
Limfosit 7.0 25 – 40
Monosit 4.6 2–8
Kimia klinik
Ureum 70.4 10 – 50
Kreatinin 0.96 0.6 – 1.2
SGOT 27.1 0 – 35
SGPT 21.0 0.0 – 35.0
Elektrolit Darah
pH 7.4 7.35 – 7.45
Natrium 129.7 135.0 – 145.0
Kalium 4.14 3.50 – 5.50
Chlorida 88 96.0 – 106.0
Ion Calcium 0.9 1.1 – 1.35
Lain-Lain
WIDAL S Typhi O = (+) 1/80
S Typhi H = (+) 1/80
17
b. Radiologi
Abdomen 3 Posisi 9/02/19
18
Gambar 2. Posisi Supine
19
Gambar 3. Posisi Left Lateral Decubitus
Kesan
- Gambaran pneumoperitoneum
- Paru dalam batas normal
- Cardiomegali
- Sistem tulang intake
5. Diagnosis
Peritonitis Generalisata et causa Perforasi Colon Sigmoid
20
6. Tatalaksana
- Post operatif rawat di ICU, pasien dipuasakan selama 3 hari
- Terapi definitif
1. Laparotomi ekplorasi
2. Release adhesi
3. Sigmoidostomi
4. Pasang 2 drainage
5. Pasang NGT
6. Pasang DC
- Medikamentosa
1. Infus Asering 30 tpm : Futrolit 1x/hari : Aminofluid
2. Injeksi Ceftriaxone 1x1 gr
3. Injeksi Metronidazole 3x500 mg
4. Injeksi Antrain 3x1 amp
5. Injeksi Furamin 3x1
6. Nucral Syrup 3x1C (via NGT)
7. Laxadin Syrup 3x1C (via NGT)
21
BAB IV
PEMBAHASAN
22
BAB V
KESIMPULAN
Pada pasien ini telah dilakukan foto polos abdomen 3 posisi (LLD, Supine dan ½
duduk) dan ditemukan beberapa tanda-tanda adanya pneumoperitoneum.
Foto Keterangan
Airfluid level (garis kuning) dengan
gambaran lusensi antara dinding abdomen
dan hepar
23
Doges Cap Sign / Morrison Free Space
Air. Gambaran radiolusen berbentuk
segitiga, mengarah ke gambaran udara
bebas pada ruang potensial antara hepar dan
ginjal kanan
Rigler Sign
Gambaran pada dinding usus yang diperjelas
dengan udara intralumen dan udara
ekstralumen
24
DAFTAR PUSTAKA
2. Netter Fh. 2006. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders. Page 563-622
4. Churchill , James D Begg . 2006. Abdominal X-rays Made Easy 2nd Edition. Elsevier
Med. 2010;362:2410.
10. Menuck L, Siemers PI. (1996). Pneumoperitoneum: Importance of right Upper Quadrant
Features. Am J Roentgeno
11. Lee CH. (2010) Radiologic Signs of Pneumoperitoneum. N Engl J Med 2010
25
LAMPIRAN
Tanggal S O A P
11 februari Nyeri perut KU : Tampak kesakitan Peritonitis - Infus RL 30 tpm
2019 post operasi GCS : E4V5M6 ec - Infus Futrolit
(ICU) skala 5, Vital sign: perforasi 1x/hari
kentut (-) - TD : 140/90 mg/dl colon - Infus aminofluid
- HR : 96x/menit sigmoid 1x/hari
- RR : 24x/ menit - Inj.Ceftriaxone
- SpO2 : 98% 1x2 gr
Pemeriksaan Abdomen - Inj.Metronidazole
Inspeksi: distensi (-), 3x500 mg
sigmoidostomi (+), - Inj.Antrain 3x1
produksi (-) - Inj.Furamin 2x1
Auskultasi : BU (+) - Sukralfat syrup
menurun 3x1C (via NGT)
Perkusi : timpani - Laxadin syrup
Palpasi : supel 3x1C (via NGT)
Drainage : tidak
produksi
12 Januari Nyeri perut KU : Tampak kesakitan Peritonitis - Infus RL 30 tpm
2019 post operasi GCS : E4V5M6 ec - Infus Futrolit
(Cempaka 1) skala 4, Vital sign: perforasi 1x/hari
kentut (-) - TD : 110/80mg/dl colon - Infus aminofluid
- HR : 89x/menit sigmoid 1x/hari
- RR : 21x/ menit - Inj.Ceftriaxone
- SpO2 : 99% 1x2 gr
Pemeriksaan Abdomen - Inj.Metronidazole
Inspeksi: distensi (-), 3x500 mg
sigmoidostomi (+), - Inj.Antrain 3x1
produksi (-) - Inj.Furamin 2x1
Auskultasi : BU (+) - Sukralfat syrup
8x/menit 3x1C (via NGT)
Perkusi : timpani - Laxadin syrup
Palpasi : supel 3x1C (via NGT)
Drainage : tidak
produksi
26
- RR : 20x/ menit - Inj.Ceftriaxone
- SpO2 : 99% 1x2 gr
Pemeriksaan Abdomen - Inj.Metronidazole
Inspeksi: distensi (-), 3x500 mg
sigmoidostomi (+), - Inj.Antrain 3x1
produksi (+) minimal - Inj.Furamin 2x1
Auskultasi : BU (+) - Sukralfat syrup
10x/menit 3x1C (via NGT)
Perkusi : timpani - Laxadin syrup
Palpasi : supel 3x1C (via NGT)
Drainage : tidak
produksi
27