TINJAUAN PUSTAKA
Oleh:
dr.
NIM
Disusun Oleh
dr.
NIM
Telah disetujui
Semarang, Juni 2022
Pembimbing
Dr. dr.
NIP.
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
2.1 Definisi..................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
DAFTAR GAMBAR
Pada praktek anestesi, prosedur bedah urologi mencakup 10-20%. Pasien yang
menjalani prosedur genitourinari berasal dari segala usia, tetapi kebanyakan
berasal dari kalangan lansia yang memiliki riwayat medis seperti gangguan
ginjal. Beberapa posisi operasi seperti litotomi, Trendelenburg, pendekatan
transurethral, dan litotripsi mempersulit tak hanya anestesi tapi juga teknik
bedah.
Kanker prostat adalah neoplasma ganas kedua yang paling umum pada pria
setelah kanker kulit. Kanker prostat menyumbang 28% dari semua kanker pada pria.
Meskipun pengenalan tes antigen spesifik prostat (PSA) pada tahun 1960 telah
memfasilitasi dalam melakukan diagnosis kanker prostat, tetapi 510% dari pasien
kanker prostat didiagnosis sudah dengan metastasis jauh.
2.1 Definisi
Serabut aferen untuk isi internal skrotum berjalan di dalam korda spermatika.
Di lokasi inilah blokade saraf anestesi paling baik dilakukan, karena saraf relatif
superfisial terhadap kulit saat berjalan melalui korda spermatika.
Keganasan pada testis merupakan kasus yang jarang dimana insiden dari
penyakit ini 9 kasus per 100.000 pria dalam satu tahun. 90-95% tumor testis primer
merupakan germ cell tumor (seminoma dan non seminoma).
2.4 Etiologi
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhirnya mengenai
seluruh parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rete testis, epididimis,
funikulus spermatikus, atau bahkan ke kulit skrotum. Tunika albuginea merupakan
barier yang sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga
kerusakan
tunika albuginea oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar
keluar testis. Kecuali korio karsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe
menuju ke kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama,
kemudian menuju ke kelenjar limfe mediastinal dan
supraklavikula, sedangkan korio karsinoma menyebar secara hematogen ke
paru, hepar, dan otak.
Pasien yang tidak respon terhadap blok korda spermatika dapat mengambil
manfaat dari anestesi blok berikut:
1. Blok saraf periprostatik (pleksus pelvic): Pleksus terletak di anterior
rektum pada sambungan prostatovesikal. Panduan ultrasonografi
transrektal membantu dalam lokalisasi saraf. Input eferen simpatis dan
parasimpatis utama ke testis disediakan oleh pleksus pelvic.
2. Blok pleksus hipogastrik superior: Pereda nyeri jangka panjang diperoleh
dengan neurolisis pleksus ini pada pasien dengan nyeri kanker testis.
Peralatan
Prosedur ini relatif mudah dan membutuhkan sedikit peralatan untuk
dilakukan.
- Jarum suntik 10 mL steril
- Jarum pengukur kecil (25 ga) yang panjangnya 1,5 hingga 2 inci
- Larutan untuk sediaan steril (misalnya, klorheksidin [Hibiclens], povidone-
iodine [Betadine])
- Sepasang sarung tangan steril
- Doek steril untuk menyiapkan lapangan
- Anestesi lokal pilihan, 10 mL
Pemosisian
Pasien harus diposisikan dengan nyaman dalam posisi terlentang.
Menempatkan papan atau penyangga yang kokoh di bawah bokong selama
periode blok dapat membantu. Ini menonjolkan area dan memfasilitasi palpasi
korda spermatika, terutama pada pasien yang mengalami obesitas.
Teknik
Blok korda spermatika
Persiapkan dan gantung pasien dalam keadaan steril.
Palpasi tuberkulum pubis pada sisi yang akan diblokir.
Pada titik yang terletak 1 cm di bawah dan 1 cm medial dari tuberkulum
pubis, buat tusukan jarum dengan spuit yang terpasang dan larutan anestesi
lokal. (Sementara benjolan kulit di atasnya dari anestesi lokal dapat dinaikkan,
dengan jarum pengukur kecil dan injeksi infiltrat yang lambat, injeksi yang
relatif bebas rasa sakit dapat dilakukan.
Pada kebanyakan pasien, korda spermatika dapat dipalpasi. Imobilisasi tali
pusat selama blok dengan tangan yang tidak dominan, di antara ibu jari dan
jari telunjuk, dapat bermanfaat.
Masukkan jarum langsung ke bawah secara vertikal, yang membawanya ke
dalam korda spermatika.
Setelah aspirasi darah negatif, injeksikan kira-kira 3 mL larutan ke dalam tali
pusat. Ulangi langkah ini dengan beberapa sudut kranial dan kemudian caudal
dari jarum untuk menyebarkan obat di dalam tali pusat itu sendiri. Aspirasi
sebelum setiap injeksi berturut-turut.
d. Komplikasi
- Berdarah
- Infeksi
- Injeksi intravascular
- Kegagalan blok
- Reaksi vasovagal selama blok atau prosedur itu sendiri: Ini
mengharuskan akses intravena sebelumnya sebelum prosedur
dilakukan.
- Tusukan struktur sekitarnya mungkin terjadi, termasuk duktus
deferens dan pembuluh darah di korda spermatika dan kemungkinan
tusukan kandung kemih, usus, dan pembuluh femoralis.
- Sebuah neurapraksia sementara atau berkelanjutan adalah suatu
kemungkinan, seperti hampir semua prosedur yang melibatkan teknik
anestesi regional.
Menurut Schmittner dkk, anestesi spinal dengan dosis rendah anestetik lokal
hiperbarik lebih baik daripada anestesi umum untuk prosedur kolorektal
dalam hal konsumsi analgesik pascaoperasi, waktu pemulihan, tingkat
komplikasi pasca operasi dan kepuasan pasien.4 Meskipun demikian terdapat
beberapa efek samping dari penggunaan anestesi spinal, yaitu:
a. Efek kardiovaskular
Blok simpatis mengakibatkan vasodilatasi arteri dan vena sehingga terjadi
hipotensi. Pencegahan dilakukan dengan pemberian cairan (preloading)
untuk mengurangi hipovolemi relatif akibat vasodilatasi sebelum
dilakukan spinal/epidural anastesi.
b. Efek respirasi
Pusat nafas di batang otak mengalami hipoperfusi sehingga dapat terjadi
respiratory arrest. Bisa juga terjadi blok pada nervus Phrenicus sehingga
mengganggu gerakan diafragma dan otot perut yang dibutuhkan untuk
inspirasi dan ekspirasi.
c. Efek gastrointestinal
Mual dan muntah akibat blok neuroaksial sebesar 20% terjadi karena
hiperperistaltik gastrointestinal oleh aktivitas parasimpatik vagal.
d. PDPH (Post Dural Puncture Headache)
Disebabkan karena kebocoran cairan serebrospinal akibat tindakan
perusakan jaringan spinal yang menyebabkan penurunan tekanan LCS
(Liquor Cerebrospinalis) . Kondisi ini akan menyebabkan tarikan pada
struktur intrakranial yang sangat peka terhadap nyeri yaitu pembuluh
darah, saraf, falk serebri, dan meninges, dimana nyeri akan timbul setelah
kehilangan LCS 20ml. PDPH ditandai dengan nyeri kepala yang hebat,
pandangan kabur dan diplopia,mual dan penurunan tekanan darah.4,5,6
Sebuah anestesi spinal selektif standar dengan dosis rendah dari
bupivakain hiperbarik untuk operasi organ genital eksterna dan anorektal
menghasilkan tingkat sensorik dan motoric pulih dengan baik lebih cepat
dengan durasi yang lebih pendek daripada anestesi umum atau anestesi
spinal konvensional.7
2.8 Tatalaksana
2.8 Evaluasi
d. Abdomen, untuk melihat adanya distensi, massa, asites, hernia, atau tanda
regurgitasi.
2.3 Premedikasi
1. Kontraindikasi
Absolut
Pasien menolak
2. Kontraindikasi Relatif
Infeksi sistemik
Kelainan neurologis
Kelainan psikis
Bedah lama
Penyakit jantung
Hipovolemia ringan
Operasi rawat jalan dilakukan dengan asumsi bahwa pasien dapat pulih
dengan cepat. Faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihaan pasien untuk
prosedur operasi rawat jalan meliputi : penyakit sistemik dan terapinya saat
ini, masalah manajemen jalan napas, sleep
Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan harus mendekati
jumlah dan komposisi cairan yang hilang. Terapi cairan perioperatif bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit dan darah yang hilang selama
operasi. Selain itu, mengatasi syok dan kelainan yang ditimbulkan karena
terapi yang diberikan.6,9,10
Pemberian cairan operasi dibagi : 10
a. Preoperative
2) Sedang = 4- 6 ml/kgBB/jam.
Aktivitas
Gerak ke 4 extremitas atas perintah 2
Tidak respon 0
Respirasi
Dispnoe, hipoventilasi 1
Apnoe 0
Sirkulasi
Kesadaran
Sadar Penuh 2
Dapat dibangunkan 1
Tidak respon 0
Warna kulit
Merah 2
Pucat 1
Sianotik 0
Bila nilai skor Aldrete >7, maka pasien diperbolehkan pindah ke ruang
perawatan.
Masalah yang timbul pada operasi orchidectomy paling sering disebabkan karena
faktor usia dan gangguan fungsi ginjal akibat obstruksi serta masalah khusus berupa
masalah-masalah yang dihadapi oleh dokter bedah maupun anestesi saat operasi.
Kebanyakan pasien yang akan menerima operasi reseksi hipertropi kelenjar prostat
adalah pasien geriatri yang disertai dengan berbagai penyakit penyerta. Insiden-
insiden penyakit seperti gangguan jantung dan penyakit kardiovaskular,
kardiovaskular, elektrokardiogram abnormal (EKG), penyakit paru obstruktif kronik,
dan diabetes mellitus. Kemungkinan pasien juga memiliki riwayat gangguan ginjal
secondary karena uropati obstruktif. Pasien pasien ini terkadang mengalami dehidrasi
karena terapi diuretik jangka panjang dan pembatasan asupan cairan sehingga
menyebabkan kehilangan elektrolit.3 Perhatian lebih harus diberikan pada pasien
dengan gangguang sirkulasi seperti sindrom koroner tidak stabil, gagal jantung
kongestif, aritmia, atau penyakit katup jantung.14,17
Pasien tua berada pada resiko lebih tinggi dari efek samping untuk obat-obatan
karena berbagai alasan farmakokinetik. Seseorang yang berumur 40 tahun yang sehat
memiliki kadar air tubuh total sebesar 55% pada wanita dan 60% pada laki-laki.
Semakin tua, kadar air akan semakin menurun bahkan sampai 50%. Akibatnya, dosis
yang sama dari obat yang diberikan untuk orang dewasa yang sehat apabila diberikan
pada orang yang tua konsentrasinya berbeda. Konsentrasi yang lebih tinggi
meningkatkan risiko efek samping dan metabolisme pada pembuangan obat larut air
melalui ginjal lebih besar. Faktor yang berpengaruh pada pembuangan di pasien
geriatri adalah penurunan massa ginjal, aliran darah kortikal dan laju filtrasi
glomerulus.
Persiapan preoperasi menjadi sangat penting untuk dikerjakan dengan sangat detail
agar kejadian-kejadian yang tidak diinginkan selama durante operasi dapat
diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA