Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK

REFERAT

HALAMAN JUDUL

EPIDIDIMITIS

PENYUSUN

Nanda Meida, S.Ked J510195035

PEMBIMBING

dr. Abdul Aziz, Sp.Rad

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SEPTEMBER 2020
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS REFERAT


Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : EPIDIDIMITIS

Penyusun : Nanda Meida, S.Ked; J510195035

Pembimbing : dr. Abdul Aziz, Sp.Rad

Sukoharjo, 14 September 2020


Penyusun

Nanda Meida, S.Ked

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Abdul Aziz, Sp.Rad

Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran UMS

Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iv
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
BAB II................................................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 2
A. Anatomi Fisiologi Alat Reproduksi Pria................................................................ 2
B. Definisi Epididimitis .............................................................................................. 2
C. Epidemiologi .......................................................................................................... 3
D. Etiologi................................................................................................................... 3
E. Patogenesis & Patofisiologis.................................................................................. 4
F. Gambaran Klinis .................................................................................................... 5
G. Diagnosis ............................................................................................................... 5
H. Diagnosis Banding ................................................................................................. 8
I. Tatalaksana ............................................................................................................ 8
J. Komplikasi ........................................................................................................... 10
K. Pencegahan .......................................................................................................... 10
L. Prognosis.............................................................................................................. 10
BAB III ............................................................................................................................. 11
KESIMPULAN ................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi reproduksi pria .................................................................................. 2
Gambar 2. Patogenesis & Patofisiologis Epididimitis ........................................................ 4
Gambar 3. Color Doppler Ultrasonography Epididimitisi Akut ........................................ 6
Gambar 4. Ultrasonogram color-flow ................................................................................ 7
Gambar 5. Diagnosis Banding Skrotum akut...................................................................... 8
Gambar 6. Scrotal exploration ............................................................................................ 9
Gambar 7. Epididymectomy .............................................................................................. 10

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Sistem reproduksi merupakan hal utama yang diperlukan untuk memiliki


keturunan dan memenuhi kebutuhan seksual manusia dewasa. Tetapi pengetahuan
tentang reproduksi seharusnya didapat sejak dini untuk pengetahuan agar tidak
menjadi topik yang tabu dikalangan masyarakat sebab dari reproduksi itu sendiri
banyak sekali masalah yang ditimbulkan jika terjadi ketidaktahuan terutama
tentang hal-hal berbahaya seperti penularan penyakit. 1
Kelainan anatomi serta penyakit infeksi pada sistem reproduksi terutama pada
pria yang belum banyak diketahui dimasyarakat ternyata telah banyak terjadi di
kalangan masyarakat kelas manapun. 1
Penyakit infeksi pada system reproduksi mempunyai penyebaran yang sangat
cepat. Karena setiap manusia pasti memiliki kebutuhan masing-masing mengenai
reproduksi.Salah satu penyakit pada sistem reproduksi terutama pada pria adalah
penyakit infeksi epididimitis yaitu peradangan pada epididimis yang bias bersifat
akut dan kronik. Hal ini bisa menimbulkan berbagai masalah seperti timbulnya
nyeri dan bengkak disertai dengan timbulnya indurasi pada skrotum. Apabila tidak
segera dilakukan intervensi maka akan menimbulkan komplikasi yang
membahayakan nyawa. Untuk mencegah agar komplikasi ini tidak terjadi pada
pasien yaitu adanya penatalaksanaan yang cepat dan tepat. 2
Adapun yang berperan dalam menangani pasien dengan epididimitis ini yaitu
dokter bedah, perawat, serta tenaga medis yang lain. 3

1
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Alat Reproduksi Pria 4

Gambar 1. Anatomi reproduksi pria 4

Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ
reproduksi luar.
1. Organ Reproduksi Dalam
Organ reproduksi dalam pria terdiri atas testis, epididimis, vas deferens,
vesikula seminalis (kantung mani), saluran ejakulasi, uretra, kelenjar
prostat, kelenjar bulbouretral.
2. Organ Reproduksi Luar
Organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum.
B. Definisi Epididimitis 3
Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi
pada epididimis. Epididimis merupakan suatu struktur berbentuk kurva (koil)
yang menempel di belakang testis dan berfungsi sebagaitempat penyimpanan
sperma yang matur.
3

Berdasarkan timbulnya nyeri, epididimitis dibedakan menjadi epididimitis


akut dan kronik. Epididimitis akut memiliki waktu timbulnya nyeri dan bengkak
hanya dalam beberapa hari sedangkan pada epididimitis kronik, timbulnya nyeri
dan peradangan pada epididimis telah berlangsung sedikitnya selama enam
minggu disertai dengan timbulnya indurasi pada skrotum.
C. Epidemiologi 5
Perkiraan insiden epididimitis di Amerika Serikat mencapai sekitar 600.000
kasus epididimitis pada laki-laki (0,69%). Insiden infeksi tertinggi dilaporkan
pada laki-lakiumur 16-30 tahun, disertai oleh mereka yang berumur 51-70 tahun.
Hal itu terkait dengan penyebab epididimitis yang dapat terjadi karena faktor
riwayat aktivitas seksual, hygiene dan penyakit degenerative seperti prostat.
Epididimitis yang terjadi pada golongan usia muda sebagian besar juga
merupakan penjalaran dari uretritis (infeksi uretra). Oleh karena itu perlu
diketahui riwayat aktivitas seksual yang berhubungan dengan terjadinya
epididimitis.
D. Etiologi 4
Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia pasien,
sehingga penyebab dari timbulnya epididimitis dibedakan menjadi :
1. Infeksi Bakteri non Spesifik
Escherichia coli, Pseudomonas sp.,Proteus vulgaris, Klebsiella sp.,
Urea plasma ureyticum, Corynebacterium sp., Mycoplasma sp.
2. Infeksi Menular Seksual
Clamydia, Neisseria gonorrheae, Treponema Pallidum, Trichomonas,
Gardnerella vaginalis.
3. Virus
Coxackie virus A, Varisella, Cytomegalovirus, Human
immunodeficiency virus.
4. Penyebab lain
Obstruksi (BPH), Vaskulitis, sarkoidesis, tindakan bedah, kateterisasi,
trauma, blood borne infection, penggunaan obat Amiodarone dosisi
tinggi.
4

E. Patogenesis & Patofisiologis 6


Patofisiologi terjadinya epididimitis masih belum jelas, diperkirakan terjadi
epididimitis disebabkan oleh aliran balik dari urin yang mengandung bakteri dari
uretra pars prostatiakm menuju epididimis melalui duktus ejakulatorius vesika
seminalis, ampula dan vas deferens. Oleh karena itu, penyumbatan yang terjadi
di prostat dan uretra serta adanya anomali kongenital pada bagian genito-urinaria
sering menyebabkan timbulnya epididimitis karena tekanan tinggi sewaktu
miksi. Setiap kateterisasi maupun instrumentasi seperti sistoskopi merupakan
faktor resiko yang sering menimbulkan epididimitis bakterial.
Infeksi berawal di kauda epididimis dan biasanya meluas ke tubuh dan hulu
epididimis. Kemudian mungkin terjadi orkitis melalui radang kolateral. Tidak
jarang berkembang abses yang dapat menembus kulit dorsal skrotum.

Infeksi bakteri nonspesifik Virus ( mumps, Bakteri PMS (Clamidia,


(E.Coli, pseudomonas,dll) varisella, dll) N.Gonorhea, dll)

Vaskulitis, Prostatitis, Kateterisasi tidak steril


Prostatektomi

Refluk dari vas Deferens ke Menyerang epididimis Infeksi menyerang ke


epididimis uretra

EPIDIDIMITIS

Merangsang thermosial di Inflamasi Pembengkakan pada


hipotalamus epididimis

Peningkatan suhu Merangsang ujung saraf


Agregasi sel limfosit
eferen

Hipotermi nyeri Duh uretra

Gambar 2. Patogenesis & Patofisiologis Epididimitis 6


5

F. Gambaran Klinis 3
Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi local namun juga berasal
dari sumber infeksi yang asli. Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli
seperti duh uretra dan nyeri atau itching pada uretra (akibat uretritis), nyeri
panggul dan frekuensi miksi yang meningkat, dan rasa terbakar saat miksi
(akibat infeksi pada vesika urinaria yang disebut Cystitis), demam, nyeri pada
daerah perineum, frekuensi miksi yang meningkat, urgensi, dan rasa perih dan
terbakar saat miksi (akibat infeksi pada prostat yang disebut prostatitis), demam
dan nyeri pada regio flank (akibat infeksi pada ginjal yang disebut pielonefritis).5
Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai
timbul dari bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat akan menyebar
ke seluruh testis, skrotum dan kadang kala ke daerah inguinal disertai
peningkatan suhu badan yang tinggi. Biasanya hanya mengenai salah satu
skrotum saja dan tidak disertai dengan mual dan muntah.
G. Diagnosis 7
1. Anamnesis
nyeri dan bengkak pada skrotum unilateral
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : Skrotum merah dan bengkak, urethral discharge
b. Palpasi : Teraba pembesaran atau penebalan dari epididimis, Nyeri
(Phernsign), Kulit skrotum teraba panas, kenyal, bengkak
c. Reflek cremaster : normal
d. Pembesaran KGB inguinal
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium 7
Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mengetahui
adanya suatu infeksi adalah:
1) Pemeriksaan darah dimana ditemukan leukosit meningkat dengan
shift to the left (10.000-30.000/µl)
2) Kultur urin dan pengecatan gram untuk kuman penyebab infeksi
3) Analisa urin (urinalisis) untuk melihat apakah disertai
6

pyuria atau tidak


4) Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada
penderita
b. Pemeriksaan Radiologis 8
Sampai saat ini, pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan adalah :
1) Color Doppler Ultrasonography
Pemeriksaan ini memiliki rentang kegunaan yang luas
dimana pemeriksaan ini lebih banyak digunakan untuk membedakan
epididimitis dengan penyebab akut skrotum lainnya. Keefektifan
pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi pasien
(seperti ukuran bayi berbeda dengan dewasa). Pemeriksaan
menggunakan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran darah
pada arteri testikularis. Pada epididimitis, aliran darah pada arteri
testikularis cenderung meningkat. Ultrasonografi juga dapat dipakai
untuk mengetahui adanya abses skrotum sebagai komplikasi
dari epididimitis.Kronik epididimitis dapat diketahui melalui pemb
esaran testis dan epididimis yang disertai penebalan tunika vaginalis
dimana hal ini akan menimbulkan gambaran echo yang heterogen
pada ultrasonografi.

Gambar 3. Color Doppler Ultrasonography Epididimitis akut pada anak laki-laki


berusia 9 tahun dengan nyeri skrotum dan kemerahan. Pemindaian US longitudinal
7

menunjukan bahwa kepala dan tubuh epididimis (tanda panah) membesar dan
relatif hipoecoic terhadap testis normal (T). Penebalan dinding (*) dan reaktif
hidrokel (h) juga terlihat. Pencitraan Power Doppler menunjukan peningkatan
perfusi epididimis. 8

Gambar 4. Ultrasonogram color-flow menunjukan peningkatan vaskularisasi


di epididimis. Epididimis yang membesar dengan vaskularisasi yang
meningkat dalam pengaturan klinis yang sesuai merupakan diagnostik
epididimitis akut. 8

2) Nuclear Scintigraphy
Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan
dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah
yang meragukan dengan memakai ultrasonografi. Pada epididimitis
akut, akan terlihat gambaran peningkatan penangkapan kontras.
Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan
daerah iskemia akibat infeksi. Pada keadaan skrotum yang hiperemis
akan timbul diagnosis negatif palsu. Keterbatasan dari pemeriksaan
ini adalah harga yang mahal dan sulit dalam melakukan interpretasi
3) Vesicouretrogram, cystourethroscopy, dan USG abdomen (VCUG)
8

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui suatu anomaly


congenital pada pasien anak-anak dengan bakteriuria dan
epididimitis.
H. Diagnosis Banding 9

Kondisi Presentasi yang khas Temuan pemeriksaan Temuan USG

Epididimitis Onset nyeri secara Nyeri epididimis lokal yang Epididimis yang

bertahap yang terkadang berkembang menjadi membesar dan menebal

menjalar ke perut bagian pembengkakan dan nyeri testis; dengan peningkatan

bawah; gejala infeksi refleks kremaster normal; pereda aliran darah pada color

saluran kemih bagian nyeri dengan elevasi testis (tanda Doppler

bawah Prehn)

Orchitis Nyeri testis muncul tiba- Pembengkakan dan nyeri testis; Massa testis atau testis

tiba refleks kremaster normal yang bengkak dengan

area hipoekoik dan

hipervaskular

Testicular Nyeri akut, biasanya parah High-riding testis dengan orientasi Testis yang tampak

torsion transversal; refleks kremaster normal dengan

abnormal; nyeri dengan elevasi penurunan aliran darah

testis pada Color Doppler

Gambar 5. Diagnosis Banding Skrotum akut 9

I. Tatalaksana
1. Non Medikamentosa 10
a. Pengurangan aktivitas
b. Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah baring total selama
9

dua sampai tiga hari untuk mencegah regangan berlebihan pada


skrotum.
c. Kompres es
d. Mencegah penggunaan instrumentasi pada urethrae.
10
2. Medikamentosa
a. Fluorokuinolon, namun penggunaannya telah dibatas karena terbukti
resisten terhadap kuman gonorhoeae
b. Sefalosforin (Ceftriaxon)
c. Levofloxacin atau ofloxacin untuk mengatasi infeksi klamidia dan
digunakan pada pasien yang alergi penisilin
d. Doksisiklin, azithromycin, dan tetrasiklin digunakan untuk mengatasi
infeksi bakteri non gonokokal lainnya
11
3. Pembedahan
a. Scrotal exploration

Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari


epididimitis dan orchitis seperti abses, pyocele, maupun terjadinya
infark pada testis. Diagnosis tentang gangguan intrascrotal baru dapat
ditegakkan saat dilakukan orchiectomy.

11
Gambar 6. Scrotal exploration

b. Epididymectomy

Tindakan ini dilaporkan telah berhasil mengurangi nyeri disebabkan


oleh kronik epididimitis pada 50% kasus. Tindakan ini dilakukan pada
10

epididimitis kronik yang tidak membaik dengan terapi umu.

11
Gambar 7. Epididymectomy

J. Komplikasi 8
1. Abses dan pyocele pada skrotum
2. Infark pada testis
3. Epididimitis kronis dan orchalgia
4. Atrofi testis yang diikuti hipogonadotropik hipogonadism
5. Fistula kutaneus
K. Pencegahan 9
1. Pemberian profilaksis
2. Menjaga hygiene alat kelamin
3. Menggunakan alat pelindung
4. Tidak mlakukan hubungan seksual
L. Prognosis 9
Epididimitis akan sembuh total bila menggunakan antibiotik yang tepat dan
adekuat serta melakukan hubungan seksual yang aman dan mengobati partner
seksualnya. Kekambuhan epididimitis pada seorang pasien adalah hal yang biasa
terjadi. Jika epididimitis tidak diobati maka akan memperparah kondisi dan
dapat berlangsung dalam waktu lama (kronis).
BAB III

KESIMPULAN

Epididimitis akut dapat dianggap sebagai infeksi asendens saluran kemih.


Epididimitis sering ditemukan sebagai penyulit infeksi saluran kemih. Oleh
karena itu, obstruksi uretra distal dari prostat sering menyebabkan timbulnya
epididimitis karena tekanan tinggi sewaktu miksi. Setiap kateterisasi atau
instrumentasi, seperti sistoskopi pada pasien dengan uretrisis, beresiko
terjadinya epididimitis bacterial.
Beragam masalah penyakit infeksi pada system reproduksi pria yang telah
dibahas dalam makalah ini diantaranya penyakit epididimitis yang menimbulkan
masalah dengan manifestasi klinis yang berbeda-beda sesuai dengan faktor
penyebab timbulnya penyakit.
Penatalaksanaan yang harus dilakukan pun menyesuaikan dengan tingkat
keparahan penyakit bahkan dibutuhkan tindakan pembedahan. Epididimitis
dimana penyakit infeksi tersebut merupakan penyakit yang mudah penularannya
tetapi mengakibatkan efek masalah yang mempengaruhi nyawa karena
komplikasi yang ditimbulkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Shiel, W.C. Medical Definition of Reproductive System. MedicineNet.


Tanggal 12 September 2020.
2. Gurung, P., Yetiskul, E., & Jiala, I. Physiology, Male Reproductive System.
NCBI Bookshelf. Tanggal 12 September 2020.
3. Taylor SN. Epididymitis. Clin Infect Dis. 2015;61:S770–3.
4. Daili, S.F. Anatomi Alat Kelamin. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
ke-3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1999.
5. Trojian TH, Lishnak TS, Heiman D. Epididymitis and orchitis: An
overview. American Family Physician. 2009;79(7):583–7.
6. McConaghy JR, Panchal B. Epididymitis: An overview. Am Fam Physician.
2016;94(9):723–6.
7. Asgari S, Mokhtari G, Falahatkar S, Mansour-Ghanaei M, Roshani A, Zare
A, et al. Diagnostic accuracy of C-reactive protein and erythrocyte
sedimentation rate in patients with acute scrotum. Urol J. 2006;3(2):104–
8.
8. Bandarkar AN, Blask AR. Testicular torsion with preserved flow: key sonographic
features and value-added approach to diagnosis. Pediatr Radiol. 2018;48(5):735-
744.
9. https://radiopaedia.org/articles/epididymitis. Tanggal 12 September 2020.
10. Street EJ, Justice ED, Kopa Z, Portman MD, Ross JD, Skerlev M, et al. The
2016 European guideline on the management of epididymo-orchitis. Int J
STD AIDS. 2017;28(8):744–9.
11. R.Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid 2. Jakarta :
EGC. 2002

12

Anda mungkin juga menyukai