MULTISITEM
(Syok Septik)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Oleh
Zein Al Syurfah (701190008)
Penyusun,
DAFTAR ISI
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada klien
Septik.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan
pengetahuan kesehatan khususnya ilmu kesehatan yang berkaitan
dengan syok septik.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Berdasarkan Bone et al, SIRS adalah pasien yang memiliki dua atau lebih
criteria :
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas
yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok
septik dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit.
Syok septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen
dan kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.
Syok Septik adalah suatu keadaan dimana tekanan darah turun sampai
tingkat yang membahayakan nyawa sebagai akibat dari Septik, disertai adanya
infeksi (sumber infeksi). Syok septik terjadi akibat racun yang dihasilkan oleh
bakteri tertentu dan akibat sitokinesis (zat yang dibuat oleh sistem kekebalan
untuk melawan suatu infeksi).Racun yang dilepaskan oleh bakteri bisa
menyebabkan kerusakan jaringan dan gangguan peredaran darah.
b. Derajat syok menurut Kegawatannya
1. Syok Ringan
a. Kehilangan volume darah <20%
b. Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti
kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup
lebih lamadengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan
yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin
normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau
ringan.
c. Tanda klinis: rasa dingin, hipotensi postural, takikardi, kulit lembab,
urine pekat, diuresis kurang, kesadaran masih normal
2. Syok Sedang
a. Kehilangan cairan 20%-40% dari volume darah total
b. Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus,
ginjal). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih
lama seperti pada lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat
oliguri (urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan
tetapi kesadaran relatif masih baik.
c. Tanda klinis: penurunan kesadaran, delirium/agitasi, hipotensi,
takikardi, nafas cepat dan dalam, oliguri, asidosis metabolik.
3. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok
beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok
lanjut terjadi vasokontriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oliguri
dan asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia jantung
(EKG abnormal, curah jantung menurun).
c. Etiologi
Septik biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat
disebabkan oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur).
Mikroorganisme kausal yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumonia. Spesies
Enterococcus, Klebsiella, dan Pseudomonas juga sering ditemukan. Umumnya,
sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik langsung dari
mikroorganisme penyebab infeksi dan gangguan responsinflamasi normal dari
host terhadap infeksi.
Kultur darah positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada 40-70% kasus syok
septik. Dari kasus-kasus dengan kultur darah yang positif, terdapat hingga 70%
isolat yang ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram positif atau gram negatif
saja; sisanya ditumbuhi fungus atau mikroorganisme campuran lainnya. Kultur
lain seperti sputum, urin, cairan serebrospinal, atau cairan pleura dapat
mengungkapkan etiologi spesifik, tetapi daerah infeksi lokal yang memicu
proses tersebut mungkin tidak dapat diakses oleh kultur.
Insidensi sepsis yang lebih tinggi disebabkan oleh bertambah tuanya
populasi dunia, pasien-pasien yang menderita penyakit kronis dapat bertahan
hidup lebih lama, terdapat frekuensi sepsis yang relatif tinggi di antara pasien-
pasien AIDS, terapi medis (misalnya dengan glukokortikoid atau antibiotika),
prosedur invasif (misalnya pemasangan kateter), dan ventilasi mekanis. Sepsis
dapat dipicu oleh infeksi di bagian manapun dari tubuh. Daerah infeksi yang
paling sering menyebabkan sepsis adalah paru-paru, saluran kemih, perut, dan
panggul. Jenis infeksi yang sering dihubungkan dengan sepsis yaitu:
1) Infeksi paru-paru (pneumonia)
2) Flu (influenza)
3) Appendiksitis
4) Infeksi lapisan saluran pencernaan (peritonitis)
5) Infeksi kandung kemih, uretra, atau ginjal (infeksi traktus urinarius)
6) Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus atau kateter
telah dimasukkan ke dalam tubuh melalui kulit
7) Infeksi pasca operasi
8) Infeksi sistem saraf, seperti meningitis atau encephalitis.
Sekitar pada satu dari lima kasus, infeksi dan sumber sepsis tidak dapat
terdeteksi.
d. Patofisiologi
Endotoksin yang dilepaskan oleh mikroba akan menyebabkan proses inflamasi
yang melibatkan berbagai mediator inflamasi, yaitu sitokin, neutrofil, komplemen,
NO, dan berbagai mediator lain.
e. Gejala Klinis
Tidak spesifik, biasanya didahului demam, menggigil, dan gejala konsitutif
seperti lemah, malaise, gelisah atau kebingungan. Tempat infeksi yang paling
sering paru, tractus digestivus, tractus urinarius, kulit, jaringan lunak, dan saraf
pusat. Gejala sepsis akan menjadi lebih berat pada penderita usia lanjut,
penderita diabetes, kanker, gagal organ utama, dan pasien dengan
granulositopenia.
a. Koagulasi intravascular
b. Gagal ginjal akut
c. Perdarahan usus
d. Gagal hati
e. Disfungsi sistem saraf pusat
f. Gagal jantung
g. Kematian. (Hermawan, 2007).
f. Manifestasi Klinis
1. Perubahan sirkulasi
Karakteristik hemodinamik utama dari syok septik adalah rendahnya
tahanan vaskuler sistemik (TVS), sebagian besar karena vasodilasi yang
terjadi sekunder terhadap efek-efek berbagai mediator (spt, prostaglandin,
kinin, histamin, dan endofrin). Mediator mediator yang sama terebut juga
dapat menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler, mengakibatkan
berkurangnya volume intravaskuler menembus membran yang bocor,
dengan demikian mengurangi volume sirkulasi yang efektif.
Dalam hubunganya dengan vasodilatasi dan TVS yang rendah,
terjadi maldistribusi aliran darah. Meditor-meditor vasoaktif yang
dilepaskan oleh sistemetik menyebabkan vasodilatasi tertentu dan
vasokontriksi dari jaringan vaskuler tertentu. Mengarah pada aliran yang
tidak mencukupi ke beberapa jaringan sedangkan jaringan lainya
menerima aliran yang berlebihan. Selain itu, terjadi reaksi respon inflamasi
masif pada jaringan. Mengakibatkan sumbatan kapiler karena adanya
agregasi leukosit dan penimbunan fibrin, dan berakibat kerusakan organ
dan endotel yang tidakdapat pulih.
2. Perubahan-perubahan miokardial
Meskipun maldistribusi aliran darah adalah salah satu abnormalitas utama
yang berkaitan dengan syok septik, ditemui juga bukti-bukti bahwa
kinerja miokardial tertekan, dalam bentuk penurunan fraksi ejeksi
ventrikular dan kerusakan kontraktilitas juga terkena.
Penjelasan terakhir tentang tergangunya fungsi jantung adalah keadaan
metabolik abnormal yang diakibatkan oleh syok, yaitu adanya asidosis
laktat, yang menurunkan responsivitas terhadap katekolamin. Apapun
mekanismenya, jantung menunjukkan gangguan kontraktilitas dan betuk
kinerja ventikular pada keadaan timbulnya syok septik. meringkaskan
peristiwa patofisiologi yang diketahui akan terjadi dengan adanya syok
septik.
Dua bentuk pola disfungsi jantung yang berbeda terdapat pada syok septic.
Bentuk pertama dicirikan dengan CJ yang tinggi dan TVS yang rendah,
dan disebut sebagai syok hiperdinamik. Bentuk kedua ditandai dengan CJ
yang rendah dan peningkat TVS, disebut sebagai syok hipodinamik.
Adalah tepat untuk melihat proses ini sebagai suatu rangakaian kesatuan
daripada bentuk tersendirinya, dengan respons hiperdinamik menunjukkan
syok dini dan fase hipodinamik menunjukkan syok kahir atau syok
preterminal.
b. Manisfestasi-manisfestasi pulmonal
Endotoksin mempengaruhi paru-paru baik langsung maupun tidak
langsung. Respons pulmonal awal adalah bronkokonstriksi, mengakibatkan
pada hipertensi pulmonal dan peningkatan kerja pernafasan. Neurofil
teraktivassi dan menginfiltrasi jaringan pulmonal dan vaskulatur,
menyebabkan akumulasi air ekstravaskular paru-paru. Neutrifil yang
teraktivitas diketahui menghasilkan bahan-bahan lain yang mengubah
integritas sel-sel parankim pulmonal, mengakibatkan peningkatan
permeabilitas. Dengan terkumpulnya cairan pada interstisium. Komplians
pulmonal berkurang, terjadi kerusakan pertukaran gas dan terjadi hipoksemia.
Sindrom distres pernafasan orang dewasa (ARDS) sering kali berkaitan
dengans syok septik, dengan resiko timbulnya ARDS akibat syok septik
adalah 40% sampai 60%. Berbagai mediator vasoaktif yang dibahas
sebelumnya, semuanya mempunyai kaitan dengan timbulnya ARDS
sekunder terhadap peningkatan permeabilitas kapiler, mengakibatkan edema
pulmonal.
c. Manisfestasi-manisfestasi Hematologi
Bakteri atau toksidanya menyebabkan aktivasi komplemen. Karena
Septik melibatkan respons inflamasi global, aktivasi komplomen dapat
menunjang respon-respons yang akhirnya menjadi keadaan lebih buruk
ketimbang melindungi.
Komlemen menyebabkan sel-sel mast melepaskan histamin. Histamin
merangsang vasodilatasi dan meningkatan permeabilitas kapiler. Aksi-aksi
3. Gas-gas darah arteri: alkalosis respiratorik terjadi pada Septik (PH > 7,45,
PCO2 < 35) dengan hipoksemia ringan (PO2 < 80)
4. CT Scan : mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi kemungkinan lokasi
abses
h. Penatalaksanaan
1. Terapi-terapi definiktif
a. Identifikasi dan tindakan terhadap infeksi
Mengidentifikasi dan membasmi sumber infeksi merupakan suatu hal yang
paling penting. Adalah penting untuk mulai melaksakan terapi antibiotik
empiris sebelum sumber atau tipe organisme diketahui dengan pasti. Pasien
akan memerlukan sebagai antibiotik untuk memberikan cakupan spektrum luas
terhadap bakteri gram-negatif dan gram-positif dan bakteri anaerob. Banyak
dokter secara empiris akan menggunakan antibiotik spektrum luas, seperti
sepotaksin dan suatu aminoglikosiden seperti gentamisin atau amikasin.
Tindakan-tindakan lainya untuk mengisolasi dan menyingkirkan penyebab
Septik.
b. Terapi suportif
1. Pemulihan volume intravaskuler
Penggantian volume yang cukup adalah penting untuk memulihkan hipotensi,
dan pasien akan memerlukan beberapa liter cairan atau lebih. Penggantian zat
cair harus dipandu dengan parameter-parameter hemodinamik: oleh karena itu
pasien akan memerlukan kateterisasi arteri dan arterial pulmonal untuk
pemantauan yang ketat. Ada bebrapa perdebatan apakah sebaiknya
menggunakan cairan kristaloid atau koloid untuk penggantian volume, kondisi
dan respon pasien yang mendasari akan memandu pengambilan keputusan ini.
2. Pemeliharaan curah jantung
Pada fase hiperdinamik dari syok septik, curah jantung bisa normal atau
meninggi, namun karena penurunan TVS dan vasodilatasi perifer, keadaan ini
tidak mencukupi untuk mempertahankan oksigenasi dan perfusi jaringan. Pada
fase hipodinamik akhir, curah jantung mulai
Obat-obatan ini ditujukan langsung pada toksin bakteri dan mediator- mediator
yang terlibat dalam resppon imunologik yang tampak pada keadaan Septik
Nama : Tn.MS
Umur : 80 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Hindu
Tanggal Masuk RS : 8 Desember 2015
Alasan Masuk : sesak nafas, badan panas, lemas, tidak mau makan minum
Diagnosa Medis : Syok septik + Susp. Pneumonia
Initial Survey
A (alertness) :+
V (verbal) :-
P (pain) :-
U (unrespons) :-
B. Primary Survey (Airway, Breathing, Circulation, Disability/ Drug/
Defibrilation, Exposure, Folley Chateter, Gastric Tube, Heart Monitor)
Tabel 2 Primary Survey
Hasil Laboratorium
Jumlah lekosit : H 17,85 10^3/UL (4,0-10,0)
Jumlah eritrosit : L 4,32 10^6/UL (4,5-6,2)
Hemoglobin : L 12,4 g/dL (13-18)
Hematokrit : L 36,3 % (40-54)
RDW-CV : H 16,6 % (11-16)
Neutrofil : H 95,5 % (50-70)
Limfosit : L 1,7 % (20-40)
SGOT : H 45 U/L (0-37)
Glukosa sewaktu: H 261 mg/dL (80-200)
pH : H 7,55 (7,35-7,45)
PO2 : LL 77 mmHg (80-100)
D. Farmakotherapy
Tabel 4 Farmakotherapy
Keluarga pasien
1 mengatakan pasien sesak Hipoperfusi/kekurangan
nafas dan badannya lemas. oksigen
Hipoksia
Data Obyektif :
107
pagi Sepsis
Data Obyektif :
Suhu: 38˚C
Hipertermi
F. Asuhan Keperawatan
Tabel 6 Asuhan Keperawatan
108
Diagnosa Keperawatan :
1. Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Kode : D.0003 Gangguan Pertukaran Gas b.d Perubahan
membrane alveolus-kapiler d.d sesak nafas dengan RR 25x/menit,
tampak menggunakan retraksi otot dada, takikardi N 105x/menit,
kesadaran somnolen, pH darah tinggi 7,55.
2. Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D..0130 Hipertermi b.d Proses penyakit (Infeksi) d.d
Suhu tubuh diatas nilai normal
Definisi :
1. Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi
karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler
2. Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Standar Standar
Rasional/
Standar Luaran/ Intervensi/ Prosedur
No Evidence Based
Nursing Outcome Nursing Operasional
Nursing
Intervention (SPO)
1 Setelah dilakukan Terapi Oksigen - Agar posisi *SPO
tindakan (1.01026) alat oksigen Pemasangan
keperawatan 1x24 Observasi : tetap sesuai Oksigen
jam diharapkan - Monitor posisi posisi dirumah
Luaran Utama : alat oksigen - Agar aliran terlampir
Pertukaran Gas - Monitor aliran oksigen secara
(L.01003) oksigen secara periodic dapat
Kriteria Hasil : periodic dan terpantau
- Nafas cuping pastikan fraksi - Agar mukosa
hidung yang diberikan hidung tetap
menurun cukup terpantau
- Takikardia - Monitor - Agar hidung
membaik integritas dan trachea
- PH arteri mukosa bebas dari
membaik hidung akibat secret
pemasangan - Agar jalan
oksigen nafas tetap
paten
Terapeutik : - Agar keluarga
- Bersihkan pasien dapat
secret pada mengetahui
mulut, hidung, cara
dan trachea pemasangan
- Pertahankan oksigen
kepatenan dirumah
jalan nafas - Agar klien
Edukasi : mendapat
- Ajarkan pasien oksigen sesuai
dan keluarga dengan
cara kebutuhan
menggunakan
oksigen
dirumah
109
Kolaborasi :
- Kolaborasi
penentuan
dosis oksigen
2 Setelah dilakukan Regulasi - Agar suhu *SPO
tindakan Temperatur tubuh tetap Pengukur
keperawatan 1x24 (1.14578) terpantau Suhu Tubuh
jam diharapkan - Untuk
Luaran Utama : Observasi : mencegah
Termoregulasi - Monitor suhu terjadinya
(L.14134) tubuh sampai hipotermia dan
- Suhu Tubuh stabil (36,5oC- hipertermia
membaik 37,5oC) - Untuk
- Monitor dan memantau
catat tanda dan suhu tubuh
gejala - Agar suhu
hipotermia tubuh cepat
atau stabil
hipertermia - Untuk
menurunkan
Terapeutik : suhu tubuh
- Pasang alat
pemantau suhu
kontinu
- Tingkatkan
asupan cairan
dan nutrisi
yang adekuat
Edukasi :
- Jelaskan cara
pencegahan
heat
exhaustion dan
heat stroke
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
antipiretik
IV. ANALISA KASUS
A. Analisa Kasus
Identitas Pasien
Nama : Tn.MS
Umur : 80 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Hindu
110
Data Subyektif :
Keluarga pasien
mengatakan pasien sesak
nafas dan badannya lemas. Syok septik
pagi Sepsis
Data Obyektif :
Suhu: 38˚C
Hipertermi
Diagnosa Keperawatan :
1. Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Kode : D.0003 Gangguan Pertukaran Gas b.d Perubahan membrane alveolus-
kapiler d.d sesak nafas dengan RR 25x/menit, tampak menggunakan retraksi otot dada,
takikardi N 105x/menit, kesadaran somnolen, pH darah tinggi 7,55.
2. Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D..0130 Hipertermi b.d Proses penyakit (Infeksi) d.d Suhu tubuh diatas
nilai normal
Definisi :
3. Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada
membrane alveolus-kapiler
4. Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Standar
Rasional/
Standar Luaran/ Intervensi/ Standar Prosedur
No Evidence Based
Nursing Outcome Nursing Operasional (SPO)
Nursing
Intervention
1 Setelah dilakukan Terapi Oksigen - Agar posisi *SPO Pemasangan
tindakan (1.01026) alat oksigen Oksigen dirumah
keperawatan Observasi : tetap sesuai terlampir
1x24 jam - Monitor posisi posisi
diharapkan alat oksigen - Agar aliran
Luaran Utama : - Monitor aliran oksigen secara
Pertukaran Gas oksigen secara periodic dapat
(L.01003) periodic dan terpantau
Kriteria Hasil : pastikan fraksi - Agar mukosa
- Nafas cuping yang diberikan hidung tetap
hidung cukup terpantau
menurun - Monitor - Agar hidung
- Takikardia integritas dan trachea
membaik mukosa bebas dari
- PH arteri hidung akibat secret
membaik pemasangan - Agar jalan
oksigen nafas tetap
paten
Terapeutik : - Agar keluarga
- Bersihkan pasien dapat
secret pada mengetahui
mulut, hidung, cara
dan trachea pemasangan
- Pertahankan oksigen
kepatenan dirumah
jalan nafas - Agar klien
Edukasi : mendapat
- Ajarkan pasien oksigen sesuai
dan keluarga dengan
cara kebutuhan
menggunakan
oksigen
dirumah
112
Kolaborasi :
- Kolaborasi
penentuan
dosis oksigen
2 Setelah dilakukan Regulasi - Agar suhu *SPO Pengukur Suhu
tindakan Temperatur tubuh tetap Tubuh
keperawatan (1.14578) terpantau
1x24 jam - Untuk
diharapkan Observasi : mencegah
Luaran Utama : - Monitor suhu terjadinya
Termoregulasi tubuh sampai hipotermia
(L.14134) stabil (36,5oC- dan
- Suhu Tubuh 37,5oC) hipertermia
membaik - Monitor dan - Untuk
catat tanda dan memantau
gejala suhu tubuh
hipotermia - Agar suhu
atau tubuh cepat
hipertermia stabil
- Untuk
Terapeutik : menurunkan
- Pasang alat suhu tubuh
pemantau suhu
kontinu
- Tingkatkan
asupan cairan
dan nutrisi
yang adekuat
Edukasi :
- Jelaskan cara
pencegahan
heat
exhaustion dan
heat stroke
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
antipiretik
Hipertermi b.d Proses penyakit (Infeksi) d.d Suhu tubuh diatas nilai
normal.
dan memantau suhu tubuh dengan mengukur suhu tubuh secara berkala
tubuh klien dan juga menambah cairan dan nutrisi pada klien untuk
mengatasi lemas dan menambah asupan nutrisi pada klien selama 1x24
jam
dan diberikan obat antipiretik selama 1x24 jam, sesak nafas, demam,
B. Saran
keperawatan pada pasien atas indikasi Syok Septik sebagai acuan, tambahan
DAFTAR PUSTAKA
120
LAMPIRAN
TUJUAN
Mengetahui penurunan/peningkatan suhu tubuh
DILAKUKAN KEPADA
• Setiap orang sakit yang baru dirawat
• Setiap pasien secara rutin
• Pasien tertentu sesuai kebutuhan
PERSIAPAN
Persiapan Pasien
1. Melakukan pendekatan kepada pasien dengan memberikan penjelasan
tentang hal-hal yang dilakukan, sesuai tingkat perkembangan dan
kemampuan berkomunikasi.
2. Mengatur posisi pasien
3. Melibatkan keluarga dalam restrain
Persiapan Alat
1. Thermometer axilla/digital siap pakai
2. Kertas tissue 2 lembar/waslap
3. Jam tangan dengan detik
4. Bengkok
5. Lembar catatan keperawatan dan ballpoint
6. Kapas alcohol
PELAKSANAAN
1. Mendekatkan alat-alat pada pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan thermometer dan memperhatikan kesiapannya
4. Mengeringkan ketiak dengan tissue/waslap
5. Memastikan thermometer berada dibawah suhu 35,60C
6. Memasang reservoir thermometer, jepitkan tepat ditengah ketiak dan
lengan dilipat, sikut anak dipegang (3-4 menit)/terdengar bunyi alarm.
7. Mengangkat thermometer, membaca dan mencatat hasilnya
8. Thermometer dilap dengan kapas alcohol dan keringkan dengan kertas
tissue
9. Thermometer diletakkan pada tempatnya, serta siap dipakai untuk pasien
berikutnya
10. Memuji pasien atas kerjasamanya
11. Merapihkan pasien kembali
121
5. Cotton budd
3. Persiapan Pasien :