Oleh :
Nurvithasari Abdul Hafid
C014222147
Residen Pembimbing :
dr. Hardiyanti
dr. Nita Anugerawati
Supervisor Pembimbing :
Dr. dr. Idham Jaya Ganda, Sp.A(K)
NIM : C014222147
Pembimbing I Pembimbing II
Superviso
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ I
DAFTAR ISI ......................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1. DEFINISI ..................................................................................................... 3
2.2. EPIDEMIOLOGI ......................................................................................... 3
2.3. ETIOLOGI ................................................................................................... 4
2.4. PATOFISIOLOGI ........................................................................................ 5
2.4.1. Innate Immunity .................................................................................... 5
2.4.2. Inflamasi Sistemik ................................................................................. 5
2.5. MANIFESTASI KLINIS .............................................................................. 6
2.6. DIAGNOSIS................................................................................................. 7
2.7. PENATALAKSANAAN ............................................................................. 9
2.7.1. Tatalaksana Infeksi ................................................................................ 9
2.7.2. Tatalaksana Disfungsi Organ .............................................................. 10
2.7.3. Resusitasi Cairan dan Tatalaksana Hemodinamik .............................. 11
2.8. KOMPLIKASI ........................................................................................... 12
2.9. PROGNOSIS .............................................................................................. 13
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Syok merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada populasi
anak. Syok didefinisikan sebagai suatu sindrom klinis yang terjadi akibat
gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem
sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital
tubuh1. Keadaan klinis syok didiagnosis berdasarkan tanda tanda vital,
pemeriksaan fisik, dan data laboratorium, walaupun pengenalannya pada pasien
anak mungkin sulit 1.
Sepsis merupakan kondisi terjadinya infeksi sistemik dimana terjadinya
ekstravasasi cairan sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan sekitar yang
ditandai dengan hipotensi dan akral perifer dingin. Definisi syok sepsis yaitu
disfungsi organ yang mengancam jiwa yang diakibatkan oleh respons tubuh
terhadap infeksi. Syok sepsis yang tidak segera ditangani maka dapat terjadi
disfungsi organ-organ vital 2.
Sepsis dan syok septik masih menjadi masalah di dunia, di mana satu dari
empat orang yang dalam keadaan sepsis akan meninggal. Identifikasi keadaan
sepsis dini dan penatalaksanaan yang cepat dapat memperbaiki prognosis
pasien. Pada pasien anak, sepsis dan syok septik merupakan diagnosis utama
untuk infeksi yang tidak terkompensasi. Kurang lebih 29.000 anak berusia
kurang dari lima tahun meninggal setiap harinya karena infeksi dan pada
akhirnya terdiagnosis sepsis 2.
Sampai saat ini sepsis dan syok septik masih merupakan tantangan besar
bagi dunia kedokteran. Seiring penjalanan sepsis menjadi syok septik, risiko
kematian meningkat secara signifikan. Setiap jam keterlambatan pemberian
antibiotik telah terbukti meningkatkan angka kematian syok septik sebesar
7,6%. Sebaliknya, pasien dengan systemic inflammatory response syndrome
(SIRS) non-infeksi yang salah didiagnosis sebagai sepsis, dapat secara tidak
tepat diobati dengan antibiotik spektrum luas, sehingga menunda pengobatan
1
inflamasi sistemik yang mendasari dan memberikan kontribusi untuk
munculnya resistensi antibiotik 3.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam kehidupan (life-
threatening organ dysfungction) yang disebabkan oleh disregulasi imun
terhadap infeksi. Sepsis adalah keadaan darurat medis yang dideskripsikan
sebagai respon imunologis sistemik tubuh terhadap proses infeksi yang
dapat menyebabkan disfungsi organ stadium akhir dan kematian. Beberapa
studi membuktikan sepsis merupakan penyebab utama kematian pasien
kritis di dunia. Sepsis berkembang menjadi syok sepsis, yakni hipotensi
menetap disebabkan sepsis meski telah mendapat resusitasi cairan adekuat
4. Berikut definisi sepsis berdasarkan Third International Consensus
Definition For Sepsis atau dikenal dengan sepsis-3 yakni :
2.2. EPIDEMIOLOGI
Kejadian sepsis secara signifikan lebih tinggi pada kelompok umur yang
lebih muda dan anak dengan komorbiditas yang mengakibatkan keadaan
defisiensi imunitas, seperti keganasan, transplantasi, penyakit kronis, dan
kelainan jantung bawaan. Penyebab infeksi tersering sepsis pada anak, yaitu
infeksi saluran pernapasan, diikuti dengan infeksi non-spesifik, bakteremia,
infeksi saluran kemih, infeksi saluran pencernaan, infeksi sistem saraf pusat,
dan lainnya. Infeksi luka operasi dan jaringan lunak juga dapat menyebabkan
sepsis pada anak 5.
3
epidemiologis menggunakan data klinis telah menemukan kejadian sepsis
pediatrik hingga 8% dari semua rawat inap unit perawatan intensif anak
(PICU), berkontribusi terhadap 1 dari 4 kematian di PICU. Rata-rata infeksi
terbanyak terdapat pada sistem respirasi (40%). Sebagian besar sumber infeksi
berasal dari infeksi saluran pernapasan (36% - 42%) dengan insiden sepsis
lebih tinggi pada kelompok neonatus dan bayi <1 tahun dibandingkan dengan
usia 1- 18 tahun (9,7 : 0,23 kasus per 1000 anak).5.
2.3. ETIOLOGI
Sepsis disebabkan oleh respon imun yang dipicu oleh infeksi. Bakteri
merupakan penyebab infeksi yang paling sering, tetapi dapat pula berasal dari
jamur, virus, atau parasite. Mikroorganisme patogen penyebab sepsis, sangat
tergantung pada usia dan respons tubuh terhadap infeksi itu sendiri 6.
4
2.4. PATOFISIOLOGI
2.4.1. Innate Immunity
Secara imunologis, tubuh manusia telah dipersiapkan untuk
menghadapi berbagai bahaya, baik fisis, kimiawi maupun biologis.
Tubuh yang menghadapi ancaman akan mengenali bahaya tersebut
melalui pattern recognition receptors (PRR) yang selanjutnya
mengaktifkan sistem pertahanan awal yang dikenal sebagai innate
immunity. Patogen yang terdapat di alam, seperti bakteri gram negatif,
gram positif, virus, parasit dan jamur, mempunyai molekul unik yang
tidak dimiliki vertebrata yang dikenal sebagai pathogen associated
molecular patterns (PAMP). Molekul ini mengaktifkan innate immunity
melalui PRR. Innate immunity yang teraktifasi akan mengeliminasi
patogen melalui kerjasama berbagai sel dan molekul imun yang
teraktifasi oleh mediator inflamasi. Setelah mengeliminasi patogen,
terjadi mekanisme umpan balik yang dengan sendirinya menghentikan
proses ini sekaligus mengembangkan sistim imun adaptif. Sistim imun
adaptif bertujuan agar tubuh dapat bereaksi lebih efektif terhadap invasi
patogen yang sama di kemudian hari 7.
5
ekspresi molekul adhesi, seperti e-selectin, intracellular adhesion
molecules (ICAM) dan vascular adhesion molecules (VCAM). Molekul
adhesi penting untuk mengarahkan sel inflamasi ke lokasi infeksi.
Stimulasi sistem koagulasi meningkatkan ekspresi tissue factor (TF),
menurunkan ekspresi thrombomodulin dan meningkatkan ekspresi
plasminogen activator inhibitor (PAI) yang pada akhirnya akan
mengakibatkan kondisi prokoagulasi dan antifibrinolitik. Kondisi ini
penting untuk proses remodeling setelah proses inflamasi reda 7.
6
Keadaan ini dapat berkembang menjadi Syok Septik jika tidak ditangani
dengan baik. Peralihan dari sepsis menjadi Syok Septik akan memberikan
gejala yang sama seperti sepsis disertai dengan Hipotensi. Perlu diingat
bahwa pada awal “kompensasi” Syok, tekanan darah dapat normal, dan
tanda- tanda syok distributif mungkin dapat muncul seperti Akral Hangat,
CRT (<1detik), dan peningkatan denyut nadi. Jika tidak ditangani dengan
baik, maka proses syok ini akan berlanjut menjadi Syok “tidak
terkompensasi”. Gejala dan tandanya seperti Hipotensi, Akral dingin, CRT
memanjang (> 3 detik), dan denyut nadi melemah 8.
2.6. DIAGNOSIS
Diagnosis sepsis ditegakkan berdasarkan adanya:
7
Skrining awal dan cepat dapat dilakukan di setiap unit gawat darurat.
Kriteria baru sepsis menggunakan Sequential Organ Failure Assessment
(SOFA). SOFA melakukan evaluasi terhadap fungsi fisiologis, respirasi,
koagulasi, hepatik, sistem saraf pusat, dan ginjal. Makin tinggi skor SOFA akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas sepsis. Kriteria simpel menggunakan
qSOFA dinyatakan positif apabila terdapat 2 dari 3 kriteria. Skoring tersebut
cepat dan sederhana serta tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium 9.
Kriteria qSOFA
8
untuk sistem kardiovaskular dan renal sesuai usia, diadaptasi dari skor PELOD-
2. 6
2.7. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana sepsis ditujukan pada penanggulangan infeksi dan disfungsi organ
6 :
9
- Berikan antibiorik tunggal, spektrum luas dengan durasi sesingkat
mungkin, dan
- Sesuaikan atau hentikan terapi antibiotic sedini mungkin untuk
mengurangi kemungkinan resistensi.
10
2.7.3. Resusitasi Cairan dan Tatalaksana Hemodinamik
Resusitasi cairan dilakukan dengan bolus kristaloid
sebanyak 20 hingga 60 mL/kg dalam 10 menit sambil
mengevaluasi ada tidaknya kelebihan cairan (fluid overload)
dengan cara melakukan perabaan hati atau mendengar ronkhi
secara berulang-ulang. Bila ditemukan tanda kelebihan cairan,
pemberian cairan resusitasi dihentikan. Pemberian koloid dapat
dipertimbangkan bila kebutuhan cairan resusitasi sangat besar.
Pemeriksaan gula darah harus rutin dikerjakan dan jika terdapat
hipoglikemia harus segera dikoreksi 6.
11
sistemik tetap tinggi, maka dapat ditambahkan vasodilator. Jika
curah jantung belum cukup namun tekanan darah masih normal
dapat dipertimbangkan pemberian epinefrin, vasodilator dan
inhibitor fosfodiesterase. Bila terjadi hipotensi setelah
pemberian dobutamin dan vasodilator maka selanjutnya dapat
diberikan epinefrin dan bila perlu penambahan volume.
Resistensi vaskuler sistemik yang rendah ditandai dengan akral
yang hangat, tidak terdapat sianosis perifer, dan waktu isian
kapiler yang pendek. Jika kondisi ini terjadi setelah resusitasi
cairan yang adekuat maka epinefrin merupakan pilihan utama.
Pada kasus yang resisten nor-epinephrine, dilaporkan juga
penggunaan vasopressin 3.
2.8. KOMPLIKASI
2.8.1. Disfungsi Miokard
12
2.8.2. Multiple Organ Failure
Pasien sepsis sebagian besar datang ke pusat pelayanan / rumah sakit
disertai dengan kegagalan satu sistem organ, misalnya, Acute Kidney
Injury yang dimana kondisinya sudah sangat parah dan membutuhkan
terapi renal replacement. Terdapat keterkaitan yang kuat antara jumlah
sistem organ yang gagal dengan prognosis pada pasien. Banyaknya
disfungsi organ / kegagalan organ yang terjadi maka makin tinggi pula
resiko mortalitas pasien 10.
2.8.2. Kematian
Kematian tergantung pada banyak faktor termasuk jenis organisme,
sensitivitas antibiotik, jumlah organ yang terkena dan usia pasien.
Semakin banyak faktor yang cocok dengan SIRS, semakin tinggi
mortalitas. Ditambah dengan adanya Komplikasi seperti kegagalan
beberapa organ didalam tubuh, hal ini membuat resiko terjadinya
kematian pada pasien juga meningkat 10.
2.9. PROGNOSIS
Syok septik adalah penyakit yang serius dan terlepas dari semua
kemajuan di bidang kedokteran, tingkat kematian pada kematian ini cukup
tinggi yang bisa melebihi 40%. Kematian tergantung pada banyak faktor
termasuk jenis organisme, sensitivitas antibiotik, jumlah organ yang terkena
dan usia pasien. Semakin banyak faktor yang cocok dengan SIRS, semakin
tinggi mortalitas. Data menunjukkan bahwa takipnea dan perubahan status
13
mental merupakan prediktor yang sangat baik untuk hasil yang buruk.
Akhirnya, penggunaan inotrop yang berkepanjangan untuk menjaga
tekanan darah juga terkait dengan hasil yang buruk. Bahkan mereka yang
bertahan hidup dibiarkan dengan defisit fungsional dan kognitif yang
signifikan 10.
14
BAB III
KESIMPULAN
Sepsis dan syok septik adalah keadaan yang masih menjadi masalah di
dunia, di mana hal ini merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas bayi dan anak. Sepsis adalah keadaan darurat medis yang dideskripsikan
sebagai respon imunologis sistemik tubuh terhadap proses infeksi yang dapat
menyebabkan disfungsi organ stadium akhir dan kematian. Sepsis disebabkan oleh
respon imun tubuh terhadap infeksi seperti bakteri gram positif maupun gram
negatif, virus, jamur, dan atau protozoa. Sepsis yang tidak ditangani dapat
menyebabkan keadaan syok septik. syok septik adalah bagian dari sepsis dimana
terjadi abnormalitas sirkulasi dan metabolisme seluler yang dapat meningkatkan
mortalitas Syok Septik merupakan kondisi dimana gejala septik + Hipotensi yang
berlanjut. Oleh karena itu Keadaan ini membutuhkan pengenalan yang cepat,
antibiotik yang tepat, dukungan hemodinamik yang cermat, dan kontrol terhadap
sumber infeksi.
Hingga saat ini belum ada definisi dan sistem diagnosis standar untuk sepsis
pada anak secara global. Konferensi internasional sepsis ketiga, menilai disfungsi
organ pada sepsis dengan sistem SOFA, yang selanjutnya dilakukan adaptasi dan
validasi sistem SOFA untuk pasien anak dengan pediatric SOFA (pSOFA)
memperlihatkan hasil yang menjanjikan. Di Indonesia sesuai rekomendasi yang
menjanjikan. Di Indonesia sesuai rekomendasi IDAI, penilaian disfungsi organ
dalam mendiagnosis sepsis dilakukan dengan sistem PELOD-2.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Fachrurrazi F, Nashirah A, Awaludin LRP. Pengelolaan Pasien Syok
karena Perdarahan. Galen J Kedokt dan Kesehat Mhs Malikussaleh.
2022;1(3):42. doi:10.29103/jkkmm.v1i3.8923
2. Prasetya YG, Ihsan I, Izzah AZ. Profil Klinis dan Luaran Syok Sepsis
pada Pasien Anak yang Dirawat di PICU RSUP Dr. M. Djamil Padang.
J Ilmu Kesehat Indones. 2021;1(3):234-238.
doi:10.25077/jikesi.v1i3.39
3. Lee EP, Wu HP, Chan OW, Lin JJ, Hsia SH. Hemodynamic monitoring
and management of pediatric septic shock. Biomed J. 2022;45(1):63-73.
doi:10.1016/j.bj.2021.10.004
4. Garcia PCR, Tonial CT, Piva JP. Septic shock in pediatrics: the state-
of-the-art. J Pediatr (Rio J). 2020;96:87-98.
doi:10.1016/j.jped.2019.10.007
5. Wulandari A, Martuti S, Kaswadi P. Perkembangan diagnosis sepsis
pada anak. Sari Pediatr. 2018;19(4):237.
doi:10.14238/sp19.4.2017.237-44
6. Hadinegoro SRS, Chairulfatah A, Latief A, H.Pudjiadi A, Malisie RF,
Alam A. Diagnosis dan tatalaksana sepsis pada anak. Pedoman Nas
pelayanan Kedokt Ikat Dr Anak Indones. Published online 2016:1-47.
7. Pardede SO, Djer MM, Cahyani FS, et al. FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS INDONESIA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN
ANAK Penyunting: Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat
Pada Anak.
8. Gyawali B, Ramakrishna K, Dhamoon AS. Sepsis: The evolution in
definition, pathophysiology, and management. SAGE Open Med.
2019;7. doi:10.1177/2050312119835043
9. Aristo Suprapto Putra I. Tatalaksana Sepsis. Cdk-280. 2019;46(11):681-
685.
10. Dhainaut JF, Cariou A, Laurent I. Myocardial dysfunction in sepsis.
Sepsis. 2018;4(2):89-97. doi:10.1023/A:1011446602717
16