Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M
DENGAN DIAGNOSA STEMI DI RUANGAN TULIP RUMAH SAKIT
DR H ABDULMOLOEK

Disusun Oleh:
KELOMPOK
1. Agung Volta 2021205201034
2. Dini Wahyuni 2021205201036
3. Helga Novica Saputri 2021205201035
4. Tinoko Abela 2021205201033

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya
yang telah memberikan kami kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “asuhan keperawatan pada Tn.m dengan diagnose
stemi di ruang tulip rumahsakit Dr.H Abdul moloek“ tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia
sampai akhir jaman.
Pembahasan di dalam makalah ini adalah asuhan keperawatan pada Tn.m
dengan diagnose stemi di ruang tulip rumahsakit Dr.H Abdul moloek“. Makalah
ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada para
pembaca tentang asuhan keperawatan dengan diagnose stemi sehingga
kedepannya akan menjadi lebih baik lagi.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangan. Akhir kata,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun akan selalu
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhai segala urusan kita. Amin.

Bandar lampung, 21 juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Definisi....................................................................................................1
B. Etiologi....................................................................................................1
C. Manifestasi Klinis....................................................................................3
D. Pathway...................................................................................................4
E. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................5
F. Komplikasi..............................................................................................6
G. Penatalaksanaan Medis............................................................................6
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Data Dasar...............................................................................................9
B. Riwayat Kesehatan................................................................................10
C. Pengkajian Fisik....................................................................................14
D. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................17
E. Penatalaksanaan.....................................................................................19
F. Resume Kondisi Klien (Saat Di Igd Dan Sebelum Pengkajian)...........19
G. Data Fokus:............................................................................................19
H. Analisa Data..........................................................................................21
I. Diagnosa Keperawatan Sesuai Dengan Prioritas..................................22
J. Rencana Tindakan Keperawatan...........................................................23
K. Catatan Perkembangan..........................................................................28
Bab III Penutup
A. Kesimpulan………………………………………………………………41
B. Saran……………………………………………………………………..41

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infark miyokard akut adalah kerusakan jaringan miokard akibat iskemia
hebat yang terjadi secara tiba-tiba.keadan ini biasaya disebapkan oleh
rupture plek layng di ikuti pembentukan thrombus(hastuti dkk, 2003).

ST Elepasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusakya bagian otot jantung


secara permanen akibat insufisiensi aliran darah coroner oleh peroses
degenerative maupun dipengaruhi berbagai factor yang ditandai keluhan
nyeri dada peningkatan enzim jantung dan STelevasi pada pemeriksaan EKG
(donges 2003).

Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2008 , infark miokar merupakan


peyebab kematian utama di dunia . Terhitung sebayak 7,25 juta (12,8%)
kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia menurut data statistic
national health and nutrition examination survey (NHANES) 2007-2010,
preferensi infark miokard lebih banyak diderita laki laki dibandingkan
perempuan. Kejadian ini mulai meningkat pada laki laki pada usia kurang
lebih 45 tahun dan perempuan kurang lebih 55 tahun(astute dkk, 2013).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan miokard infark dengan
elepasi pada segment ST (Stemi) di ruang Tulip RSUD Dr.H Abdoel Moloek?
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Mengembangkan pola pikir ilmiah tentang asuhan keperawatan Tn.M D
dengan stemi menggunakan pendekatan keperawatan di ruang Tulip RSUD Dr.H
Abdoel Moeloek.
b. Tujuan studi kasus
1) Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.M dengan Diagnosa Medik
Stemi di ruang Tulip RSUD Dr.H Abdoel Moeloek.
2) Merumuskan diagnose keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa medik
stemi di ruang Tulip RSUD Dr.H Abdoel Moeloek.
3) Membuat perencanaan keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa medik
stemi di ruang Tulip RSUD Dr.H Abdoel Moeloek
4) Melakukan tindakan keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa medik
stemi di ruang Tulip RSUD Dr.H Abdoel Moeloek.
5) Melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada Tn.M dengan
diagnosa medik stemi di ruang Tulip RSUD Dr.H Abdoel Moeloek.
D. Manfaat Studi Kasus

iv
1. Manfaat teoritis
Meningkatkan pengetahuan pada pembaca agar dapat melakukan
pencegahan untuk diri sendiri dan orang di sekitarya agar tidak terkena infark
miokard (serangan jantung) serta mengetahui tanda gejala serangan jantung.
2. Manfaat fraktis
a. Bagi perawat
Memperkaya pengetahuan bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pasien dengan stemi diruang tulip.
b. Bagi keluarga klien
Meningkatkan pengetahuan tentang ST Elevasi Miokard Infark (STEMI)
Sehingga dapat memberikan penanganan awal di rumah.

v
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. KONSEP PEYAKIT
A. Definisi
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung
secara permanen akibat insufisiensi
aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhioleh banyak
faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan
STelevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh
darah koroner tertentuyang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-
benar terhenti, otot jantung yangdipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan
mati. STEMI merupakan bagian dari Sindrom Koroner Akut (SKA) yang
pada umumnya diakibatkan oleh rupturnya plak aterosklerosis yang
mengakibatkan oklusi total pada arteri koroner dan disertai dengan tanda
dan gejala klinis iskemia miokard seperti munculnya nyeri dada, adanya J
point yang persistent, adanya elevasi segmen ST serta meningkatnya
biomarker kematian sel miokardium yaitu troponin (Chandra, 2019).

B. Etiologi
Infark miokard disebabkan oleh oklusi arteri koroner setelah terjadinya
rupture vulnerable atherosclerotic plaque. Pada sebagian besar kasus,
terdapat beberapa faktor presipitasi yang muncul sebelum terjadinya
STEMI, antara lain aktivitas fisik yang berlebihan, stress emosional dan
penyakit dalam lainnya. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya IMA pada individu. Faktor-faktor resiko
ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu faktor resiko yang tidak
dapat diubah dan faktor resiko yang dapat diubah menurut yakni:
a. Faktor yang tidak dapat diubah
1. Usia
Walaupun akumulasi plak atherosclerotic merupakan proses yang
progresif, biasanya tidak akan muncul manifestasi klinis sampai
lesi mencapai ambang kritis dan mulai menimbulkan kerusakan

vi
organ pada usia menengah maupun usia lanjut. Oleh karena itu,
pada usia antara 40 dan 60 tahun, insiden infark miokard pada pria
meningkat lima kali lipat.
2. Jenis kelamin
Infark miokard jarang ditemukan pada wanita pre-
menopause kecuali jika terdapat diabetes, hiperlipidemia dan
hipertensi berat. Setelah menopause, insiden penyakit yang
berhubungan dengan atherosclerosis meningkat bahkan lebih besar
jika dibandingkan dengan pria. Hal ini diperkirakan merupakan
pengaruh dari hormone estrogen.
3. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner
(saudara, orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50
tahun) meningkatkan kemungkinan timbulnya IMA.
b. Faktor risiko yang dapat diubah:
1. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia merupakan tingginya kolesterol dengan kejadian
penyakit arteri koroner memiliki hubungan yang erat. Lemak yang
tidak larut dalam air terikat dengan lipoprotein yang larut dengan
air yang memungkinkannya dapat diangkut dalam sistem
peredaran darah. Tiga komponen metabolisme lemak, kolesterol
total, lipoprotein densitas renah (low density lipoprotein) dan
lipoprotein densitas tinggi (high density 5 lipoprotein).
Peningkatan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL)
dihubungkan dengan meningkatnya risiko koronaria dan
mempercepat proses arterosklerosis. Sedangkan kadar kolesterol
High Density Lipoprotein (HDL) yang tinggi berperan sebagai
faktor pelindung terhadap penyakit arteri koronaria dengan cara
mengangkut LDL ke hati, mengalami biodegradasi dan kemudian
diekskresi.
2. Hipertensi
Hipertensi juga merupakan faktor risiko yang menyebabkan

vii
penyakit arteri koroner. Tekanan darah yang tinggi akan dapat
meningkatkan gradien tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel
kiri saat memompa darah. Tekanan darah yang tinggi terus
menerus dapat mengakibatkan suplai kebutuhan oksigen di jantung
meningkat.
3. Merokok
Merokok dapat membuat penyakit koroner semakin memburuk di
akibatkan karena karbondioksida yang terkandung dalam asap
rokok akan lebih mudah mengikat hemoglobin daripada oksigen,
sehingga oksigen yang dikirim ke jantung menjadi berkurang.
Nikotin pada tembakau dapat memicu pelepasan katekolamin yang
mengakibatkan konstriksi pada arteri dan membuat aliran darah
serta oksigen ke jaringan menjadi terganggu.

C. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang dirasakan pada pasien STEMI menurut (Muttaqin,
2018):
a. Nyeri dada sentral yang berat terjadi secara mendadak dan terus
menerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal bawah
dan abdomen bagian atas, seperti rasa terbakar, ditindih benda berat,
seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang berlangsung
lebih dari 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat. Nyeri
dapat menjalar ke arah rahang dan leher. Gejala yang menyertai yaitu
berkeringat, pucat, mual, sulit bernapas, cemas dan lemas
b. Ekstremitas yang teraba dingin, perspirasi, rasa cemas dan gelisah
akibat pelepasan katekolamin
c. Tekanan darah dan denyut nadi pada mulanya meninggi sebagai akibat
aktivasi sistem saraf simpatik. Jika curah jantung berkurang, tekanan
darah mungkin turun. Bradikardi dapat disertai gangguan hantaran,
khususnya pada kerusakan yang mengenai dinding inferior ventrikel kiri
d. Keletihan dan rasa lemah akibat penurunan perfusi darah ke otot rangka

viii
e. Nausea dan vomitus akibat stimulasi yang bersifat refleks pada pusat
muntah oleh serabut saraf nyeri atau akibat refleks vasovagal
f. Sesak napas dan bunyi krekels yang mencerminkan gagal jantung
g. Suhu tubuh yang rendah selama beberapa hari setelah serangan infark
miokard akut akibat respon inflamasi
h. Distensi vena jugularis yang mencerminkan disfungsi ventrikel kanan
dan kongesti paru
i. Bunyi jantung S3 dan S4 yang mencerminkan disfungsi ventrikel

D. Pathway
Terbentuk plak pada pembuluh
darah dan arteri koroner

Aterosklerosis, thrombosis,
kontraksi arteri koronari

Penurunan aliran darah ke jantung

Kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskemik pada jaringan miokard

Suplay dan kebutuhan oksigen


kejantung tidak seimbang

Perubahan situasi STEMI


Kecemasan takut akan
kegagalan
Metabolism Curah jantung MK:
penurunan
tergangguan
curah jantung
kekurang oksigen
MK: ansietas Timbunan asam laktat
Penyempitan pembuluh
darah MK:
intoleransi jantung
aktivitas
nyeri dada

MK: Nyeri akut

ix
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penderita STEMI menurut yaitu:
a. elektrotrokardiogram (EKG)
EKG memberi informasi mengenai elektrofisiologi jantung. Lokasi
dan ukuran relative infark juga dapat ditentukan dengan EKG.
Pemeriksaan EKG harus dilakukan segera dalam waktu 10 menit sejak
kedatangan di IGD sebagai landasan dalam menentukan keputusan
terapi reperfusi. Jika pemeriksaan EKG awal tidak diagnostik untuk
STEMI tetapi pasien tetap simptomatik dan terdapat kecurigaan kuat
STEMI, EKG dengan interval 5-10 menit atau pemantauan EKG 12
lead secara lanjutan harus dilakukan untuk mendeteksi potensi
perkembangan elevasi segmen ST. EKG 10 sisi kanan harus diambil
pada pasien dengan STEMI inferior, untuk mendeteksi kemungkinan
infark ventrikel kanan.
b. Angiografi coroner.
Angiografi koroner adalah pemeriksaan diagnostik invasif yang
dilakukan untuk mengamati pembuluh darah jantung dengan
menggunakan teknologi pencitraan sinar X. Angiografi koroner
memberikan informasi mengenai keberadaan dan tingkat keparahan
PJK.
c. polos dada
Tujuan pemeriksaan adalah untuk menentukan
diagnosis banding, identifikasi komplikasi dan penyakit penyerta.
d. Pemeriksaan laboratorium
1. Creatinine Kinase-MB (CK-MB) meningkatkan setelah 2-4 jam
bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 12-20 jam
dan kembali normal dalam 2-3 hari.
2. Creatinine Kinase (CK) meningkat setelah 3-6 jam bila ada infark
miokard dan mencapai puncak dalam 12-24 jam dan kembali
normal 3-5 hari.
3. cTn ada dua jenis yaitu cTn T dan cTn I. Enzi mini meningkat
setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam

x
10-24 jam dan cTn T masaih dapat di deteksi setelah 5- 14 hari
sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.

F. Komplikasi
a. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik pada pasien denga STEMI dapat disebabkan oeh left
ventricle infark luas atau dengan komplikasi mekanik, termasuk pecah
papiler otot, septum ventrikel pecah, bebas dinding pecah denga
tamponade dan righ ventricle infark. Timbulnya syok kardiogenik
akibat komplikasi mekanik setelah STEMI. Kebanyakan kasus terjadi
dalam waktu 24 jam. Bagi mereka dengan kegagalan pompa, 15%
kasus terjadi saat STEMI sedang berlangsung dan 85% berkembang
selama di rumah sakit (Chandra, 2019).
b. Gagal jantung berat
Perkembangan gagal jantung atau heart failure setelah STEMI
merupakan indikasi untuk melakukan angiografi denga maksud untuk
melanjutkan dengan revaskularisasi jika tidak dilakukan sebelumnya. Left
ventricle miokardium mungkin iskemik, tertegun, hibernasi atau
injuri yang tidak dapat diperbaiki serta penilaian kelayakan mungkin
diperlukan tergantung pada waktu revaskularisasi
c. Infark ventrikel kanan
Infark right ventricle paling sering disebabkan
oleh oklusi proksimal arteri koroner kanan dan berkaitan dengan risiko
kematian yang lebih tinggi. Triase klinis hipotensi, bidang paruparu
yang jelas dan tekanan vena jugularis yang meningkat

G. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologi
a. Nitrogliserin
Nitrogliserin (NTG) seblingual dapat diberikan dengan dosis 0,4
mg dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit.
NTG selain untuk mengurangi nyeri dada juga untuk menurunkan

xi
kebutuhan oksigen miokard dengan 11 menurunkan preload dan
meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi
pembuluh koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral.
NTG harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <
90 mmHg atau pasien yang dicurigai mengalami infark ventrikel
Kanan.
b. Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan
analgesik pilihan dalam tata laksana nyeri dada pada STEMI.
Morfin diberikan dengan dosis 2 - 4 mg dapat tingkatkan 2 - 8 mg
IV serta dapat di ulang dengan interval 5 - 15 menit. Efek samping
yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksi
vena dan arteriol melalui penurunan simpatis, sehingga terjadi
pooling vena yang akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri
c. Aspirin
Aspirin merupakan tata laksana dasar pada pasien yang dicurigai
STEMI. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan
dengan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi
aspirin bukal dengan dosis 162 mg - 325 mg di ruang emergensi
dengan daily dosis 75-162 mg
Beta blocker Beta blocker mulai diberikan segera setelah keadaan‐
pasien stabil. Jika tidak ada kontraindikasi, pasien diberi beta‐
blocker kardioselektif misalnya metoprolol atau atenolol. Heart
rate dan tekanan darah harus terus rutin di.monitor setelah keluar
dari rumah sakit. Kontraindikasi terapi beta blocker adalah:‐
hipotensi dengan tekanan darah sistolik.
2. Nonfarmakologis
a. Aktivitas
Faktor-faktor yang meningkatkan kerja jantung selama masa-masa
awal infark dapat meningkatkan ukuran infark. Oleh karena itu,
pasien dengan STEMI harus tetap berada pada tempat tidur selama
12 jam pertama. Kemudian, jika tidak terdapat komplikasi, pasien

xii
harus didukung untuk untuk melanjutkan postur tegak dengan
menggantung kaki mereka ke sisi tempat tidur dan duduk di kursi
dalam 24 jam pertama. Latihan ini bermanfaat secara psikologis
dan biasanya menurunkan tekanan kapiler paru. Jika tidak terdapat
hipotensi dan komplikasi lain, pasien dapat berjalan-jalan di
ruangan dengan durasi dan frekuensi yang ditingkatkan secara
bertahap pada hari kedua atau ketiga. Pada hari ketiga, pasien
harus sudah dapat berjalan 185 m minimal tiga kali sehari
b. Istirahat fisik
Bedrest dengan posisi semifowler atau menggunakan cardiac chair
dapat mengurangi nyeri dada dan dispnea. Posisi kepala yang lebih
tinggi sangat bermanfaat bagi pasien karena:
- Volume tidal dapat diperbaiki karena tekanan isi abdomen
terhadap diafragma berkurang sehinngga pertukaran gas dapat
lebih baik,
- Drainase lobus atas paru lebih baik serta
- Aliran balik vena ke jantung (preload) berkurang sehingga
mengurangi kerja jantung
c. Diet
Karena adanya risiko emesis dan aspirasi segera setelah STEMI,
pasien hanya diberikan air peroral atau tidak diberikan apapun
pada 4-12 jam pertama. Asupan nutrisi yang diberikan harus
mengandung kolesterol ± 300 mg/hari. Kompleks karbohidrat
harus mencapai 50-55% dari kalori total. Diet yang diberikan harus
tinggi kalium, magnesium, dan serat tetapi rendah natrium
2. Konsep askep
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data dasar tentang informasi status
terkini pasien, sehingga setiap perubahan bisa diketahui sesegera mungkin.
Pengkajian keperawatan harus sistematis dan ditujukan untk mengidentifikasi
kebutuhan jantung pasien untuk menentukan prioritas kebutuhan.
Pengkajian sistematis pasien mencakup riwayat yang cermat khususnya
yang berhubungan dengan gambaran gejala: nyeri dada, sulit bernapas, atau
keringat dingin. Masing-masing gejala harus dievaluasi waktu dan durasinya., serta

xiii
faktor yang menvcetuskan dan yang meringankannya. Pengkajian fisik yang lengkap
dan tepat juga sangat penting untuk mendeteksi adanya komplikasi. Setiap
perubahan pada status pasien harus dilaporkan segera. Metode sistematis yang
digunakan dalam pengkajian harus meliputi parameter berikut:
1. Tingkat Kesadaran
orientasi pasien terhadap waktu, tempat, dan orang dipantau dengan
ketat.terkadang terjadi perubahan status penginderaan mental akibat terapi medis
atau syok kardiogenik yang mengancam. Perubahan penginderaan berarti bahwa
jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk oksigenasi otak. Fungsi
motorik dan tingkat kesadaran dapat diuji secara bersamaan melalui kemampuan
berespon perintah sederhana. Misalnya, respons pasien untuk “menggenggam
tangan saya” memumgkinkan perawat mengkaji status mental maupun kekuatan
genggaman masing-masing tangan.
2. Nyeri Dada
ada atau tidaknya nyeri dada adalah satu-satunya temuan terpenting pada
pasien dengan miokard infark akut. Pada setiap episode nyeri dada, harus dicatat
EKG dengan 12 lead. Pasien bisa juga ditanya mengenai beratnya nyeri dengan skala
angka 0 sampai 10, dimana 0 tidak nyeri dan 10 terasa nyeri paling berat.
3. Frekuensi dan Irama Jantung
frekuensi dan irama jantung dipantau terus-menerus ditempat tidur dengan
monitor. Frekuensi dipantau akan adanya kenaikan dan penurunan yang tidak dapat
dijelaskan; irama dipantau akan adanya deviasi terhadap irama sinus. Bila terjadi
disritmia tanpa nyeri dada, maka parameter klinis lain selain oksigenasi yang
adekuat harus dicari, seperti kadar kalium serum terakhir. Pada beberapa kasus
mungkin diperlakukan terapi medis antidisritmia.
4. Bunyi Jantung
bunyi jantung harus diauskultasi dengan stetoskop yang baik. Bagian bell
stetoskop digunakan untuk mendengarkan nada rendah. Sedangkan diafragma
untuk mendengarkan suara bernada tingggi. Bell stetoskop diletakkan diatas kulit
dada dengan ringan, sebaliknya diafragma ditekan dengan mantap.
5. Catat Bunyi yang Tidak Normal
mencakup bunyi jantung tiga (S3) yang dikenal sebagai gallop ventrikel dan
bunyi jantung empat (S4), yang dikenal sebagai gallop atrial atau presistolik.
Biasanya setelah terjadi miokard infark akan timbul bunyi S3 dihasilkan saat darah
dalam ventrikel menghantam dinding yang tidak lentur dari jantung yang rusak.
Bunyi S3 merupakan tanda awal gagal ventrikel kiri yang mengancam. Deteksi dini
S3 yang diikuti penatalaksanaan medis yang agresif dapat mencegah edema paru
yang mengancam jiwa.
6. Mur-mur jantungatau friction rub
perikardium dapat didengar dengan mudah sebagai bunyi tambahan. Bunyi ini lebih
kompleks untuk didiagnosa namun dapat terdengar dengan mudah dan harus
dilaporkan segera. Adanya murmur yang sebelumnya tidak ada dapat menunjukkan

xiv
perubahan fungsi otot miokard, sedangkan friction rub menunjukkan adanya
perikarditis.
7. Tekanan Darah
tekanan darah diukur untuk menentukan respon terhadap nyeri dan
keberhasilan terapi, khususnya terapi vasodilator, yang dikenal dapat menurunkan
tekanan darah. Pengukuran tekanan nadi perlu diperhatikan dengan cermat.
Tekanan nadi adalah perbedaan angka antara tekanan sistole dan diastole.
Penurunan tekanan nadi biasa terjadi setelah miokard infark.
8. Denyut Nadi Perifer
denyut nadi perifer dievaluasi frekuensi dan volumenya. Perbedaan frekuensi
denyut nadi perifer dan frekuensi denyut jantung menegaskan adanya disritmia
seperti fibrilasi atrium. Denyut nadi perifer paling sering dievaluasi untuk
menentukan kecukupan aliran darah ke ekstremitas. Denyut nadi perifer yang
melemah bisa merupakan petunjuk bahwa sedang terjadi penyumbatan aliran
darah.
9. Tempat Infus Intravena
sering diperiksa kelancarannya dan akan adanya tanda-tanda radang.
Berbagai obat diberikan secara intravena untuk mencegah perubahan kadar enzim
serum yang dapat terjadi bila obat diinjeksikan secara intramuscular. Maka penting
sekali dipasang satu atau dua infuse intravena pada pasien yang mengalami nyeri
dada agar selalu tersedia akses untuk pemberian obat darurat.
10. Warna Kulit dan Suhu
kulit dievaluasi untuk mengetahui apakah warnanya merah muda, hangat
dan kering, yang menunjukkan sirkulasi perifer yang baik. Karna warna kulit setiap
orang berbeda, maka tempat terbaik untuk memeriksa warna kulit adalah pada
kuku, selaput mukosa mulut, dan cuping telinga. Pada gtempat tersebut akan
tampak biru atau ungu pada pasien yang mengalami kesulitan untuk
mempertahankan kebutuhan oksigen. Pasien yang kulitnya dingin, lembab, atau
berkeringat dingin (diaforesis) mungkin merupakan respon terhadap terapi medis
atau kolaps kardiovaskuler yang berlanjut seperti pada syok kardiogenik
11. Paru
setiap peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan harus diawasi,
seiring dengan adanya kesulitan napas. Gerakan napas harus teratur dan tanpa
hambatan aliran udara.
12. Napas Pendek
dengan atau tanpa sesak dan batuk adalah kunci tanda klinis yang harus
diperhatikan. Batuk kering pendek sering merupakan tanda gagal jantung. Dada
diauskultasi adanya wheezing atau krekel. Wheezing diakibatkan oleh udara yang
melintasi jalan sempit, krekel terjadi apabila udara bergerak melalui air dan bila
terjadi miokard infark akut, biasanya menunjukkan gagal jantung.
13. Fungsi Gastrointestinal
mual dan muntah dapat terjadi. Jumlah yang dimuntahkan harus dicatat,
dan muntahan diperiksa akan adanya darah. Pembatasan asupan makanan hanya
berupa makanan cair, dapat meringankan kerja jantung dengan cara mengurangi

xv
aliran darah yang diperlukan untuk mencerna makanan padat. Jika diperlukan
prosedur invasive, maka kemungkinan aspirasi isi lambung ke paru dapat dikurangi
bila pasien hanya menelan makanan cair. Abdomen dipalpasi adanya nyeri tekan
keempat kuadran. Setiap kuadran diauskultasi adanya bising usus. Dicatat juga ada
atau tidaknya flatus.
Setiap feses yang dikeluarkan diperiksa adanya darah, khususnya pada pasien yang
mendapat obat-obatan yang mempengaruhi pembekuan darah.
14. Status Volume Cairan
pengukuran haluaran urin sangat penting, terutama dalam hubungannya
dengan asupan cairan. Pada sebagian besar kasus, cairan yang seimbang atau yang
cenderung negatif akan lebih baik karena pasien dengan miokard infark harus
menghindari kelebihan cairan dan kemungkinan terjadinya gagal jantung. Pasien
harus diperiksa adanya edema. Perawat harus waspada terhadap berkurangnya
haluaran urin (oliguria), suatu tanda awal syok kardiogenik adalah hipotensi yang
disertai oliguria. (Suddarth, 2014).

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada manifestasi klinis, riwayat keperawatan dan pengkajian
diagnostik, maka diagnosa keperawatan utama pasien mencakup yang berikut
(Suddarth, 2014) :
1. Nyeri dada berhubungan dengan berkurangnya aliran darah coroner.
2. Potensial pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan cairan berlebih.
3. Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan turunnya curah jantung.
4. Cemas berhubungan dengan takut akan kematian.
5. Potensial tidak menjalankan program perawatan diri berhubungan dengan.
mengingkari diagnosa gangguan miokard akut.

C. Intervensi Keperawatan
1. Penghilangan nyeri dada.
penghilangan nyeri dada adalah prioritas utama pada pasien dengan
miokard infark, dan terapi medis diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut,
sehingga penatalaksanaan nyeri dada merupakan usaha kolaborasi antara dokter
dan perawat. Metode yang dipakai untuk menghilangkan nyeri dada sehubungan
dengan miokard infark adalah pemberian terapi Vasodilator dan obat anti koagulan
intravena. Nitrogliserin dan heparin adalah obat pilihan.
2. Oksigen
harus diberikan bersama dengan terapi medis untuk menjamin
penghilang nyeri secara maksimal. Menghirup oksigen meskipun dengan dosis
rendah mampu meningkatkan kadar oksigen dalam sirkulasi dan mengurangi
nyeriberhubungan dengan rendahnya kadar oksigen dalam sirkulasi. Cara
pemberian biasanya melalui kanula hidung dan kecepatan aliran oksigen ini harus
dicatat. Apabila tidak terjadi proses penyakit lain yang menyertai, kecepatan
aliran 2 sampai 4 liter permenit biasanya dapat mempertahankan kadar saturasi
oksigen 96% sampai 100% secara adekuat.

xvi
harus diberikan bersama dengan terapi medis untuk menjamin penghilang nyeri
secara maksimal. Menghirup oksigen meskipun dengan dosis rendah mampu
meningkatkan kadar oksigen dalam sirkulasi dan mengurangi nyeriberhubungan
dengan rendahnya kadar oksigen dalam sirkulasi. Cara pemberian biasanya
melalui kanula hidung dan kecepatan aliran oksigen ini harus dicatat. Apabila
tidak terjadi proses penyakit lain yang menyertai, kecepatan aliran 2 sampai 4
liter permenit biasanya dapat mempertahankan kadar saturasi oksigen 96%
sampai 100% secara adekuat.
3. Tanda Vital, dikaji lebih sering selama pasien merasakan nyeri.
4. Istirahat Fisik
ditempat tidur dengan bahu dan kepala dinaikkan atau kursi jantung
(cardiac chair) dapat membantu mengurangi nyeri dada dan dispnea. Posisi
kepala yang lebih tinggi akan menguntungkan berdasar alasan berikut; volume
tidal dapat diperbaiki karena tekanan isi perut terhadap diafragma berkurang
sehingga pertukaran gas akan lebih baik,drainase lobus atas paru lebih baik, dan
aliran balik vena ke jantung (preload) berkurang, sehingga mengurangi kerja
jantung.
5. Memperbaiki Fungsi Respirasi
pengkajian fungsi pernapasan yang teratur dan teliti dan membantu
perawal mendeteksi tanda-tanda awal komplikasi yang berhubungan dengan
paru. Menganjurkan pasien untuk bernapas dalam dan merubah posisi sesering
mungkin akan mencegah pengumpoulan cairan didasar paru.
6. Meningkatkan Perfusi Jaringan yang Adekuat
menjaga agar pasien tetap ditempat tidur atau kursi sangat membantu
mengurangi konsumsi oksigen jantung. Memeriksa suhu kulit dan denyut nadi
perifer sesering mungkin perlu dilakukan untuk mengetahui bahwa perfusi
jaringan adekuat. Oksigen dapat diberikan untuk meningkatkan suplai oksigen
dalam sirkulasi.
7. Pengurangan Kecemasan
membina hubungan saling percaya dalam perawatan pasien sangat
penting untuk mengurangi kecemasan. Beri kesempatan pada pasien sesering
mungkin untuk berbagi rasa mengenai keprihatinan dan ketakutan. Rasa diterima
akan membantu pasien mengetahui bahwa perasaan seperti itu masuk akal dan
normal
8. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
cara paling efektif untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap
program perawatan diri setelah pulang dari rumah sakit adalah dengan
memberikan pendidikan mengenai proses penyakitnya. Bekerja sama dengan
pasien dalam mengembangkan perencanaan yang dirancang untuik memenuhi
kebutuhan khusus, akan meningkatkan potensial kepatuhan.
9. Pemantauan dan Pelaksanaan Komplikasi Potensial
komplikasi yang dapat terjadi setelah infark miokardium disebabkan oleh
kerusakan pada jantung dan sistem hantaran akibatnya menurunnya aliran darah
koroner. Pasien dipantau dengan ketat bila terdapat perubahan frekuensi, irama,

xvii
serta bunyi jantung, tekanan darah, nyeri dada, status pernapasan, haluaran urin,
suhu , warna kulit, perubahan penginderaan, dan perubahan nilai laboratorium.
(Suddarth, 2014).

D. Evaluasi Hasil yang diharapkan


1. Pasien menunjukkan pengurangan nyeri.
2. Tidak menunjukkan kesulitan dalam bernapas.
3. Perfusi jaringan terpelihara secara adekuat.
4. Memperlihatkan berkurangnya kecemasan
5. Mematuhi program perawatan diri.
6. Tidak menunjukkan adanya komplikasi

xviii
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Ruang :TULIP

No. Medical Record :00-70-97-50

Tgl Pengkajian :14-05-2023

Pukul : 08: 15

A. Data Dasar
A. Identitas Pasien
1. Nama ( inisial klien ) : Tn M (Misgiono)
2. Usia :64 Tahun
3. Status Perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : Petani
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SD
7. Suku :Jawa
8. Bahasa yang digunakan :Indoesia
9. Alamat rumah :Suka maju.Kc.Teluk
betung timur
10. Sumber Biaya :BPJS kesehatan
11. Tanggal Masuk RS :12 mei 2023
12. Diagnosa Medis Saat Pengkajian :Stemi

B. Sumber informasi ( penanggung jawab ) :

1. Nama : Nima

2. Umur : 56 Tahun

3. Hubungan dengan klien : Saudara

4. Pendidikan : SLTA

5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

xix
6. Alamat : teluk betung timur

B. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan masuk RS (UGD/Poliklinik) :
Klien Tn.M dating ke UGD diantar keluarganya pada tanggal 12
mei 2023 pukul 20:40 dengan keluhan nyeri dada dan ditambah
sesak yang terjadi secara tiba-tiba.Nyeri yang di rasakan klien seperti
tertekan di bagian kiri dada menjalar ke punggung kiri dengan sekala
nyeri 7
 Riwayat kesehatan saat pengkajian/Riwayat Penyakit Sekarang:
1. Keluhan Utama :klien mengatakan nyeri pada dada secara
tiba-tiba,nyeri bertambah saat beraktivitas tidak berkurang ketika
beristirahat nyeri terasa seperti tertekan, nyeri dirasakan pada dada
bagian kiri menjalar kepunggung dan lengan kiri,klien meyatakan
sekala nyeri 5
2. Keluhan penyerta : klien mengatakan sulit tidur dan cemas
terhadap kondisi kesehatanya saat ini
 Riwayat Kesehatan Lalu:
 Riwayat alergi :klien mengatakan tidak memiliki
alergi obat dan makanan apapun.
 Riwayat kecelakaan : klien mengatakan tidak
pernah kecelakaan
 Riwayat perawatan di RS : klien mengatakan tidak pernah
dirawar di RS
 Riwayat penyakit berat/kronis:klien mengatakan tidak memiliki
penyakit berat
 Riwayat pengobatan :klien mengatakan tidak memiliki
pengobatan khusus
 Riwayat operasi :klien mengatakan tidak memiliki
riwayat operasi

xx
 Riwayat Kesehatan Keluarga: oleh anggota keluarga yang menjadi
factor resiko, 3 generasi ) dan analisa dari genogram Riwayat penyakit
keluarga: ayah pasien memiliki riwayat hipertensi.

 Riwayat Psikososial – spiritual


1. Psikologis :
Konsep diri :klien acuh tak acuh terhadap diriya sendiri
Kecemasan :klien tampak cemas dan gelisah karena
khawatir terhadap penyakit yang diderita saat ini
Fase kehilangan :klien merasa takut peyakitya
bertambah parah dan meyebapkan kematian

2. Sosial
 Support System : keluarga klien mengetakan selalu
men suport agar klien cepat sembuh dari kondisi sakitya saat ini
 Komunikasi : klien tampak acuh tak acuh
terhadap lingkungan sekitarya dan lebih berfokus pada diri sendiri
3. Spiritual

xxi
 System nilai kepercayaan : klien tampak tidak pernah
beribadah saat di rumah sakit

 Pendidikan dan Pengajaran


 Keluarga klien mengatakan belum mengerti perjalanan peyakit dan
peroses pengobatan yang akan di jalani klien

 Lingkungan
1. Rumah
- Kebersihan : istri klien mengatakan selalu
membersihkan rumahya
- Polusi : klien mengatakan rumah berada
dekat dengan jalan raya sehingga kemungkinan terpapar
polusi
- Bahaya : pasien mengatakan lingkungannya aman
2. Pekerjaan
- Kebersihhan :lingkungan
- Polusi : klien mengatakan polusi sedikit
karena bekerja dikebun yang jauh dari jalan raya
- Bahaya : terjatuh

H. Pola Kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit:


1. Pola Nutrisi dan Cairan (sebelum dan saat sakit) :
Sebelum sakit :
Klien makan sebanyak 3kali sehari dan minum sebanyak 5-6 sehari
nafsu makan klien baik,pasien mengatakan sering makan buah-
buahan yang terdapat dipasaran seperti : pisang dan jeruk .klien
mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan apapun .
Saat sakit :
klien makan sebanyak makan 3kali dalam sehari porsi yang
diberikan Rumah Sakit.

xxii
Dan minum sebanyak 3-4 gelas dalam sehari .Tampak terpasang
cairan RL 20tpm .
Input :

2. Pola Eliminasi (sebelum dan saat sakit) :


a. BAK
Sebelum sakit :
klien BAK 2-4kali sehari dengan warna dan bau uerine pada
umumnya.
Saat sakit
Klien BAK sebanyak 4-5 kali per24jam dengan frekuensi
2500CC dengan warna kuning dan bau khas urine bercampur
obat-obatan .
Output :2500CC

b. BAB
Sebelum sakit ;
klien mengatakan sebelum sakit BAB sebanyak 1-2kali dalam
sehari pada waktu pagi dan sore dan tidak ada keluhan yang
menyertai .
Saat sakit :
klien BAB sebanyak 1-2kali dalam sehari berwarna kuning
kecoklatan berbau khas pada umumnya berkonsistensi lembek
dan tidak ada keluhan yang menyertai.

3. Pola Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


klien mengatakan sesak nafas, dan badan terasa panas dingin, pasien
tampak berkeringat dengan suhu 36,7

4. Pola Personal Hygiene (sebelum dan saat sakit) :


Saat sebelum sakit :

xxiii
Saat sebelum sakit klien mengatakan mandi sebayak 2 kali dalam
sehari pagi dan sore klien menggosok gigi setiap kali mandi dan
mencucu rambut 2 kali dalam sehari.
Pada saat sakit :
klien mengatakna kesulitan untuk mandi terkadang membersihkan
diri menggunakan lap saja

5. Pola Istirahat dan Tidur (sebelum dan saat sakit) :


Saat sebelum sakit
klien mengatakan tidak ada gangguan terhadap peroses tidur klien
mengatakan tidur 8jam di malam hari 1 jam di siang hari.
Saat sakit
klien mengatakan kesulitan tidur karena merasa cemas dan gelisah
dan terkadang nyeri timbul di saat tidur
6. Pola aktivitas dan latihan (sebelum dan saat sakit) :
Saat sebelum sakit
saat sebelum sakit pasien bekerja sebagai petani kebun makan
waktu bekerja tidak menentu kegiatan waktu luang klien silaturahmi
kepada tetangganya klien tidak pernah berolahraga dan tidak
memiliki keterbatasan aktivitas.
Saat sakit
saat sakit klien tidak berkerja dan berolahraga klien mengatakan
merasa lemah dan nyeri saat beraktivitas klien beraktivitas dibantu
keluarga seperti mandi dan sebagaiya.
7. pola yang mempengaruhi kesehatan
Saat sebelum sakit
klien mengatakan saat sebelum sakit merokok bahkan
1bungkus/hari klien mengkonsumsi obat hanya di resep dokter

Saat sakit
saat sakit pasien tidak merokok dan mengkonsumsi obat yang di
berikan dari rumah sakit

xxiv
C. Pengkajian Fisik
1. Pemeriksaan umum
- Kesadaran :compass mentis GCS : 15 E4
M5 V6
- Tekanan Darah :130/90 mmHg
- Nadi : 84x/Menit
- Pernafasan : 25x/Menit
- Suhu :37,5oC
- TB/BB : 165cm/51kg

2. Pemeriksaan fisik per system


 Sistem Penglihatan
posisi mata tampak simetris, kelopak mata tampak normal
tidak ada pembengkakan pergerakan bola mata normal kiri atas
bawah konjungtiva terlihat normal berwarna merah muda
kornea dan seklera mata pasien tampak normal kanan kiri pun
beraksi terhadap cahaya pasien mengatakan rabun ketika
melihat benda dengan jarak 3 meter ketajaman penglihatan
klien tidak ada tanda tanda peradangan pasien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan pasien mengeluhkan
kabur ketika melihat benda dengan jarak 2 meter

 Sistem Pendengaran
pasien mengatakan dapat mendengar dengan baik telingan
tampak simetris terdapat serum pada telinga yang
berkarakteristik pada umumnya telinga tampak tidak ada
peradangan pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran

 Sistem Wicara

xxv
klien tampak tidak kesulitan dalam berbicara pasien berbicara
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan klien tidak memiliki
gangguan dalam bicara

 Sistem Pernafasan
klien merasa sesak sesak yang dirasakan klien saat
beraktipitas ,sesak yang dirasakan klien disertai nyeri dada
dengan frekueansi nafas 24 x per menit pernapasan klien dalam
suara napas tampak bersih klien tidak batuk.Palpasi dinding
dada simetris pernapasan klien cuping hidung klien tampak
meng gunakan oksigen nasal kanul 3ml

 Sistem Kardiovaskuler
 Sirkulasi Perifer
Deyut nadi klien 84 kali per menit deangan irama
teratur dengan deyut teraba kuat klien tampak terdapat
distensi vena jugularis temperature kulit dinging
Warnakulit pucat kebruan

 Sirkulasi Jantung
Kecepatan deyut apical 84 kali permenit dengan irama
teratur. Klien mengeluh lemah dan jantung berdebar
debar disertai yeri dada,sesak dan berkeringat dingin
nyeri dirasakan pada dada kiri klien meyebar ke
pungung kiri dan lengan kiRi atas dengan waktu 15
menit deyut jantung terlihat kuat
 Sistem Neurologi
Glaslow Coma Scale (GCS) 15:E4M5V6 . klien mengeluh
pusing dan klien tampak lemah replek patologis pasien baik
reflek fisiologis baikn tidak ada tanda iritasi maningen
 Sistem Pencernaan
Keadaan mulut klien tampak kotor bising usus 8 kali permenit

xxvi
 Palpasi 4 kuadran : tidak ada nyeri atau benjolan
 Perkusi 4 kuadran : Suara timpani (-)
Suara pekak( -)
Suara tambahan (-)

 Sistem Immunology
 Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening tidak ada
nyeri tekan

 Sistem Endokrin
Nafas berbau keton tidak ada luka tidak ada tidak ada
expotalamus tidak ada tremor tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid tanda peningkatan kadar gula darah klien merasa haus
terus menerus meski sudah minum yang cukup
 Sistem Urogenital
Tidak ada distensi kandung kemih tidak ada gangguan pada
saluran urin keadaan genetalia pasien baik
 Sistem Integumen
Keadan kulit pasien teraba dingin dan lembap dengan warna
abu-abu kebiruan keadaan kuku datar dan Nampak kebiruan
tidak terdapat tanda radang dan luka pada kulit
 Sistem Muskuloskeletal
Fungsi ekstrimitas pasien baik tidak terdapat radang sendi tidak
ada fraktur ataupun kelainan pada tulang tonus otot kuat

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan ekg

xxvii
 Hasil pemeriksaaan laboratorium

 Hasil lab tanggal 12


No. parameter Hasil Nilai Metode
rujukan
Kimia
1.gula darah 221* <140 GDO-PAP
sewaktu 79* 18-55 Urease/GLDH
2.ureum 2,87* <1,2 Enzymatic
3.creatinine

● hasil pemeriksaan tanggal 13


No.parameter Hasil Nilai rujukan Metode
1.Natrium 119** 135-147 Ion selektif
2. cholirada 92* 95-105 elektrode
Ion selektif
elektrode

●hasil pemeriksaan tanggal 14


No.parameter Hasil Nilai rujukan Metode
Kimia
1.gula darah 2jam 154* <154* Electro kimia
pp

xxviii
●hasil pemeriksaan tanggal 15
No.parameter Hasil Nilai rujukan Metode
Koagulasi
1.Aptt 43,2* 28,6-42,2 Electromechanical
Kimia
1.gula darah 246* <140 God-pap
sewaktu

E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis (Therapi obat, Operatif dan lain-lain)
 TERAPI OBAT
1. Trombolitik(di igd)
2. Heparin 700 unit/jam
3. Furosemide 20mg/8 jam
4. Ceptriaxone 2x 1gram
5. Drip nacl 3% 8tpm(24 jam)
6. Lantus-00(10 unit)
7. Bicnat 3x1 tablet
8. Aspilet 1x 80mg
9. Cpg 1x 75mg

2. Penatalaksanaan Keperawatan (Saat pengkajian)


1. Memonitor ttv
2. Menejemen tekhnik relaksasi
3. Posisikan semi fowler
4. Menciptkan lingkungan yang nyaman bagi klien
F. Resume Kondisi Klien (Saat Di Igd Dan Sebelum Pengkajian)
Klien Tn.M dating ke UGD diantar keluarganya pada tanggal 12
mei 2023 pukul 20:40 dengan keluhan nyeri dada dan ditambah
sesak yang terjadi secara tiba-tiba.Nyeri yang di rasakan klien seperti
tertekan di bagian kiri dada menjalar ke punggung kiri dengan sekala
nyeri 7

xxix
G. Data Fokus:
 Data Subjektif :
- Klien mengatakan nyeri dada di sebelah kiri menjalar
ke punggung belakang
- Klien mengatakan sulit tidur dan
- Klien mengatakan sesak napas
- Klien mengeluh pusing
- Klien mengatakan badan terasa panas dingin
- Klien mengatakan merasa lemah dan nyeri dada saat
beraktivitas
- Klien cemas terhadap kondisi kesehatanya saat ini
- Klien merasa takut peyakitnya bertambah parah dan
meyebabkan kematian
- Klien mengeluh lemah dan jantung berdebar debar saat
beraktivtas
- Klien merasa haus terus menerus meskipun telah
minum dengan cukup
- Pasien mengatakan sekala nyeri 5

 Data Objektif :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak kesulitan untuk tidur
- Klien tampak gelisah
- Kulit klien teraba dingin dan lembap
- Kulit tampak kebiruan dan berwarna abu-abu
- Klien tampak acuh taacuh terhadap aktivitas di sekitar
dan berfokus terhadap di ri sendiri
- Tekanan darah :130/90 mmHg
- Nadi:84 x/menit
- Nafas 25x/ menit
- Spo2 93%
- Suhu :37,5
- Kecepatan deyut apical 102 x/menit
- Irama teratur
- Bising usus menurun 8x per menit
- Irama jantung sinus pada EKG
- Segmen ST elevasi pada EKG
- HB 9,7g/Dl
- HbA1C 8,90
- APTT 43,5sec
- PT 20,6 sec
- Natrium 119 mmol/L

xxx
- Clorida 92 mmol/L
- Cratinin 2,87 mg/dL
- Urium 79 mg/dL
- GDS 221 mg/dl
- GD 2 Jam pp 154 mg/Dl

xxxi
H. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
Ds : Nyeri akut
 Klien mengatakan nyeri dada di D.0077
sebelah kiri menjalar ke punggung
belakang
 Klien mengatakan sulit tidur dan
 Kelien mengatakan sekala nyeri 5
DO:
Agen pencedraan
 Klien tampak meringis
1  Klien tampak kesulitan untuk tidur fisiologis
 Klien tampak gelisah iskemia

No Data Masalah Etiologi


DS: Ansietas
 Klien mengeluh pusing D.0080
 Klien cemas terhadap kondisi
kesehatanya saat ini
 Klien merasa takut peyakitya
bertambah parah dan
meyebapkan kematian

Ancaman terhadap
2 DO:
kematian
 Klien tampak kesulitan untuk
tidur
 Klien tampak gelisah
 Kulit tampak kebiruan dan
berwarna abu-abu
 Klien tampak acuh taacuh
terhadap aktivitas di sekitar dan
berfokus terhadap diri sendiri

xxxii
No Data Masalah Etiologi
DS: Intoleransi
 mengatakan merasa lemah dan aktivitas D.0056
nyeri dada saat beraktivitas
 Klien mengeluh lemah dan
jantung berdebar debar saat
beraktivtas
DO:
 Kecepatan deyut apical 102
3 Kelemahan
x/menit
 Irama jantung tidak terattur

I. Diagnosa Keperawatan Sesuai Dengan Prioritas


1. Nyeri akut b.d agen pencedraan fisiologis iskemia
2. Ansietas b.d ancaman teadap kematian.
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

xxxiii
J. Rencana Tindakan Keperawatan
Nama Klien : Tn.M
Dx. Medis : Stemi
Ruang : Tulip
No. MR : 00.70.97.50

No Tanggal Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan


Keperawatan (SMART )
dan Data
Penunjang
1 Setelah Manajemen nyeri
dilakukan Observasi:
Nyeri akut b.d tindakan -identifikasi lokasi,karakteristik
agen keperawatan ,durasi,frekuensi,kualitas,intesitas nyeri
pencedraan selama 2x24 -identifikasi skla nyeri
fisiologis jam -identifikasi respon nyeri non verbal
iskemia diharapkan -identifakasi faktor yang memperberat
tingkat dan memperingan nyeri
nyeri -identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
dengan -identifikasi pengaruh budaya terhadap
kriteria hasil respons nyeri
–keluhan -identifikasi pengaruh nyeri pada
nyeri kualitas hidup
menurun -monitor keberhasilan terapi
-meringis komplementer yang sudah di berikan
menurun -monitor efek samping penggunaan
-kesulitan analgetik
tidur Traupetik
menurun -bersihkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri(mis,tens,hipnosis,akupresur,terapi

xxxiv
,musik,biofeedback,terapi
pijat,aromaterapi,tekhnik imajinasi
terbimbing kompres
hangat/dingin,terapi bermain)
-kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri misalnya(suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan)
-fasilitasi istirahat dan tidur
-pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi:
-jelaskan penyebab,periode,dan pemicu
nyeri
-jelaskan strategi meredakan nyeri
-ajurkan memonitor nyeri seacara
mandiri
-ajurkan menggunakan analgetik secara
tepat
-ajarkan teknik nonfarmokologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
-kolaborasi pemberian analgetik,jika
perlu.

Setelah Reduksi ansietas(i.09314)

xxxv
dilakukan Observasi:
tindakan -identifikasi saat tingkat ansietas
2. Ansietas b.d keperawatan berubah(mis,kondisi,waktu,stresor)
ancaman selama 2x24 -identifikasi kemampuan mengambil
teadap jam keputusan
kematian. diharapkan -monitor tanda-tanda anisietas(verbal
tingkat dan non verbal)
ansietas Traupetik:
menurun -ciptakan suasana traupetik untuk
dengan menumbuhkan kepercayaan
kriteria hasil -temani pasien untuk mengurangi
-perilaku kecemasan(jika memungkinkan)
gelisah -pahami situasi yang membuat ansietas
menurun -dengarkan dengan penuh perhatian
-prilaku -gunakan pendekatan yang tenang dan
tegang meyakinkan
menurun -tempatkan barang pribadi yang
-keluhan memberikan kenyamanan
pusing -motivasi mengidentifikasikan situasi
menurun yang memicu kecemasan
-diskusikan perencanaan realitis
tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi:
-jelaskan prosedur,termasuk sensasi
yang mungkin dialami
-informasikan secara faktual mengenai
diagnosis,pengobatan,dan proknosis,
-anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien jika perlu.
-anjurkan untuk melakukan kegiatan
yang tidak kompotitif,sesuai kebutuhan
-anjurkan mengungkapkan perasaan

xxxvi
dan presepsi
-latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
-latih pengunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
-latih teknik relaksasi
Kolaborasi:
-kolaborasi pemberian obat anti
ansietas,jika perlu.

3 Intoleransi Setelah Menejemen energi


aktivitas b.d dilakukan Obeservasi:
kelemahan tindakan -identifkasi gangguan fungsi tubuh
dan ketidak keperawatan yang mengakibatkan kelelahan
seimbangan selama 2x24 -monitor kelelahan fisik dan emosional
suplai oksigen jam -monitor gangguan pola tidur
diharapkan -monitor lokasi dan ketidak nyamanan
-frekuensi selama melakukan aktivitas
nadi Traupetik
meningkat -sediakan lingkungan yang nyaman dan
-saturasi rendah
oksigen stimulus(cahaya,suara,kunjungan)
meningkat Edukasi
-kemudahan -ajarkan strategi untuk mengurangi
dalam kelelahan
melakukan Kolaborasi
aktifitas -kolaborasi dengan ahli giji untuk
sehari hari meningkatkan asupan makanan

Pringsewu, 2023

xxxvii
TT
( Nama Perawat

K. Catatan Perkembangan
Nama Klien : Tn.M

xxxviii
Dx. Medis : Stemi
Ruang : Tulip
No. MR :00.70.9750

No. Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi


Dx. /Jam ( Respon dan atau Hasil ) ( SOAP )
Kep Tanggal/Jam
D.007 16 mei Observasi: S:
7 2023 1. mengidentifikasi • pasien
lokasi,karakteristik mengeluh nyeri
,durasi,frekuensi,kualitas,intes dan sesak nafas
itas nyeri. pada pada dada
(DS:pasien mengatakan nyeri kiri.
pada dada bagian kiri hilang • -Klien
timbul secara tiba-tiba) mengatakan
2. mengidentifikasi skla nyeri sulit
(DS:pasien mengatakan tidur,sering
sekala nyeri 5) terbangun
3. meidentifikasi respon nyeri dimalam hari.
non verbal • Klien
(DO:pasien tampak gelisah mengatakan
08:30 danmeringis) sudah mengerti
4. mengidentifakasi faktor menggunakan
yang memperberat dan terapi relaksasi
memperingan nyeri. napas dalam.
(DS:pasieb mengatakan O:
nyeri bertambah saat • klien tampak
beraktivitas dan tidak lemah
berkurang saat beristirahat) • klien tampak
Trapeutik: meringis
1. mengontrol lingkungan menahan sakit
yang memperberat rasa didada

xxxix
nyeri misalnya(suhu Hasil ttv:
ruangan,pencahayaan,kebis Td:124/84
ingan) Rr:25
N:100x/m
2. memfasilitasi istirahat dan Spo:98%
tidur A:nyeri belum
teratasi
(DO:pasien mengatakan P: -intervensi
sering terbangun di saat idur dilanjutkan :
karena yeri dada di rasakan • kaji sekala
secara tiba-tiba) nyeri
3. mempertimbangkan jenis • Moniror ttv
dan sumber nyeri dalam • anjurkan
pemilihan strategi menggunakan
meredakan nyeri. teknik
(nyeri yang di rasakan nonfarmakolog
pasien akibat dari serangan is untuk
jantung sehinga tehnik yang mengurangi
efektif untuk di gunakan nyeri.
yaitu relaksasi nafas dalam)
Edukasi:
1. menjelaskan
penyebab,periode,dan
pemicu nyeri.
(DO: Pasien mengangguk
dan meyatakan sudah
mengerti apa yang
meyebapkan nyeri nya.)
2. mengajarkan teknik
nonfarmokologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
(DS:pasien mengatakan

xl
sudah pernah menggunakan
terapi relaksasi sebelumya)

Observasi:
1. memonitor tanda-tanda
anisietas(verbal dan non
verbal)
DS:pasien mengatakan
merasa khawatir
DO:Pasien tampak gelisah
Traupetik:
D.008 15-05- 1. menciptakan suasana S:
0 2023 traupetik untuk • Pasien
menumbuhkan kepercayaan mengataka
2. menemani pasien untuk khawatir
mengurangi kecemasan terhadap nyeri
3. memahami situasi yang dada yang terus
membuat ansietas menerus
4. mendengarkan dengan
10:30 penuh perhatian O:k/u gelisah
5. menggunakan pendekatan • pasien tampak
yang tenang dan berfokus pada
meyakinkan diri sendiri.
6. menempatkan barang pribadi • tidak
yang memberikan menghiraukan
kenyamanan lingkungan
7. memotivasi sekitar.
mengidentifikasikan situasi
yang memicu kecemasan A:Ansietas belum
8. mendiskusikan perencanaan teratasi

xli
realitis tentang peristiwa
yang akan datang P:intervensi
Edukasi: dilanjutkan :
1. menjelaskan 1. Menemani
prosedur,termasuk sensasi pasien untuk
yang mungkin dialami mengurangi
2. menginformasikan secara kecemasan.
faktual mengenai 2. Mengedukasi
diagnosis,pengobatan,dan tentang realita
proknosis, yang akan
3. menganjurkan keluarga datang
untuk tetap bersama pasien 3. Menganjurkan
jika perlu. keluarga untuk
4. menganjurkan untuk selalu
melakukan kegiatan yang menemani
tidak kompotitif,sesuai pasien.
kebutuhan
5. menganjurkan
mengungkapkan perasaan
dan presepsi
6. latih pengunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
7. latih teknik relaksasi
Kolaborasi:
1. kolaborasi pemberian obat
anti ansietas,jika perlu.

Menejemen energi
Obeservasi:
1. memonitor kelelahan fisik

xlii
dan emosional
DS:Pasien mengatakan
badan terasa lemah dan nyeri
saat beraktivitas S:
D.005 15-05- DO: pasien tampak lemah  Pasien
6 2023 dan berbaring di tempat tidur mengatakan
2. memonitor gangguan pola lemah dan
tidur sering merasa
16.40 DS:Pasien mengatakan nyeri dada dan
sering terbengun di malam sesaksaat
hari karena stimulus nyeri beraktivitas
yang di rasakan  Pasien
3. memonitor lokasi dan mengatakan
ketidak nyamanan selama sering
melakukan aktivitas terbangun di
DS:pasien mengatakan malam hari
sering merasa nyeri dada karena stimulus
saat beraktipitas nyeri yang di
Traupetik rasakan
1. menyediakan lingkungan yang O:k/u
nyaman dan rendah  Pasien tampak
stimulus(cahaya,suara,kunjunga lemah dan
n) berbaring di
DO:pasien tampak lebih tempat tidur
tenang dan dapat beristirahat A:masalah belum
dengan baik teratasi
Edukasi P:intervensi
1. mengajarkan strategi untuk dilanjutkan
mengurangi kelelahan.  Pertahankan
DO:pasien mengengguk saat lingkungan
di ajarkan nyamanrendah
Kolaborasi stimulus

xliii
1. berkolaborasi dengan ahli  Berkolaborasi
giji untuk meningkatkan dengan ahli
asupan makanan gizi untuk
meningkatkan
asupan
makanan

CATATAN PERKEMBANGAn hari ke 2


Nama Klien : Misgiyono

xliv
Dx. Medis : Stemi
Ruang : Tulip
No. MR :00.70.9750
No. Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi
Dx. /Jam ( Respon dan atau Hasil ) ( SOAP )
Kep Tanggal/Jam
D.007 16 mei Observasi: S:
7 2023 1. mengidentifikasi skla Pasien mengatakan
nyeri nyeri menurun
(DS:pasien mengatakan dengan sekqla
nyeri berkurang dengan nyeri 3
sekala nyeri 3) O:k/u lemah
2. Memonitor ttv Meringis dan
Td :135/92mmHg gelisah tampak
Hr :106x/menit menurun
S :36,6’c Ttv:
Rr :22x/menit Td :
3. memonitor keberhasilan 135/92mmHtg
terapi komplementer Hr :106x/menit
yang sudah di berikan S :36,6
DS:pasien mengatakan Rr :22x/menit
nyeri sedikit berkurang
sejak menggunakan A:Masalah teratasi
teknik relaksasi napas sebagian
dalam P: intervensi
08:30 Trapeutik: dilanjutkan
1. Berikan terapi relaksasi • kaji sekala
nafas dalam nyeri
DO: meringis dan gelisah • Moniror ttv
tampak menurun
D.008 16-05- Traupetik: S:pasien
0 2023 1. menemani pasien untuk mengatakan sudah

xlv
mengurangi kecemasan. dapat tidur nyeyak
2. mendengarkan dengan O:k/u lemah
penuh perhatian . • Ketegangan
3. menggunakan pendekatan pasien tampak
yang tenang dan menurun
meyakinkan • Gelisah tampak
14:30 Edukasi: menurun
1. menganjurkan keluarga
untuk tetap bersama pasien A: masalah teratasi
jika perlu. sebagian
2. latih pengunaan P:intervensi
mekanisme pertahanan diri dilanjutkan :
yang tepat 4. menemani
latih teknik relaksasi. pasien untuk
mengurangi
kecemasan.
5. menggunakan
pendekatan
yang tenang
dan
meyakinkan
3. menganjurka
n keluarga
untuk tetap
bersama
pasien jika
perlu.

D.005 16-05- Menejemen energi S:


6 2023 Obeservasi:  Pasien

xlvi
Traupetik mengatakan
2. menyediakan lingkungan yang merasa lemah
nyaman dan rendah dan sering
stimulus(cahaya,suara,kunjunga merasa nyeri
n) dada dan
DO:pasien tampak lebih sesaksaat
tenang dan dapat beristirahat beraktivitas
dengan baik  Pasien
16.40 Kolaborasi mengatakan
2. berkolaborasi dengan ahli sudah bisa tidur
giji untuk meningkatkan dimalam hari
asupan makanan O:k/u
 Pasien tampak
lemah dan
berbaring di
tempat tidur
A:masalah teratasi
sebagian
P:intervensi
dilanjutkan
 Pertahankan
lingkungan
nyamanrendah
stimulus
 Berkolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
meningkatkan
asupan
makanan

xlvii
- S:pasien di
laporkan henti
napas
23.20 O:k/u buruk
Gcs 0
• Nadi tidak
teraba
• Td tak terukur
• Respon pupil
tidakada
A:pasien di
yatakan dokter
meninggal
P;intervensi
dihentikan

BAB IV

xlviii
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.m dengan diagnose stemi
selama 2x24 jam dari tanggal 14 mei sampai 15 mei 2023. Penulis
memperoleh pengalaman yata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
Tn.m dengan menerapkan peroses keperawatan meliputi pengkajian,diagnosa
intervensi,implementasi dan evaluasi serta mendokumentasikanya dan
mengidentipikasi paktor pendukung dan penghambat dalam peroses
keperawatan adapun kesimpulanya sebagai berikut:
1. Pengkajian
Metode yang di gunakan dalam pengkajian adalah wawancara observasi
pemeriksan fisik.pada saat pengkajian penulis memperoleh beberapa
permasalahan diantaraya nyeri akut,ansietasdan intoleranssi aktivitas.data
tersebut muncul berdasarkan kondisi pasien dan mempuyai kesamaan dari
data dan teori
2. Diagnosa keperawatan
Pada Tn.m dengan diagnosa stemi di dapat tiga diagnosa utama diantaraya
nyeri akut b.d agen pencedraan fisiologis iskemia,ansietas b.d ketakutan
akan kematian,intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan sesuai dengan teori memperhatikan situasi dan
kondisi pasien serta saran pra sarana di rumah sakit prioritas masalah
berdasarkan teori SDKI sedangkan tujuan keriteria waktu dan hasil dan
rencana tindakan keperawatan berdasarkan teori SLKI dan SIKI dengan
meyesuaikan kondisi pasien.dalam peyusunan perencanaan keperawatan
melibatkan pasien keluarga dan angota tim lainya yang mencakup
observasi,terapeutik,edukasi serta kolaborasi
4. Pelaksanaan keperawatan
Pelaksaan dari tiga diagnosa tersebut berdasarkan SIKI diantaraya
manajemen nyeri,reduksi ansietas dan manajemen energy
5. Evaluasi
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang dilaksanakan tersebut
dilaksanakan selama 1x24 jam dari tiga diag nosa keperawatan tersebut
masalah tidak dapat teratasi karena kondisi stemi yang dialami pasien
memburuk sehingga meyebapkan Tn.m meninggal dunia.
6. Pendokumentasian
Pendokumentasian telah dilakukan sesuai dengan keronologis waktu dan
kereteria dalam poemat asuhan keperawatan yang terdiri dari perencanaan
pelaksanaan dan pada tahap epeluasi penulis mrnggunakan metode
SOAP.pendokumentasian dengan menggunakan metode soap dilaksanak

xlix
setelah melaksanakan tindakan mencantumkan tanggal jam dan tindakan
serta evaluasi soap.

B. Saran
Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan penulis ingin memberikan
saran antara lain
1. Bagi institusi

Menambah inpentaris laboratorium untuk meningkatkan peroses


belajarMenambah literature litelatur baru untuk mempermudah dalam
peroses belajar maupun peyelesaian tugas

2. Bagi penulis

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan lebih cermat dalam


menentukan diag nosa dan lebih cermat mencari literature dalam
membuat karya ilmiah

l
DAFTAR PUSTAKA

https://www.stodocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu -kesehatan-
bayuwangi/sekolah-tinggi-ilmu-kesehatan-banyuwangi/laporan-pendahuluan-
stemi/43433889

Anda mungkin juga menyukai