Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH RADIOLOGI KRITIS

BRAIN ABSES/ACUTE CNS INFECTION

DISUSUN
OLEH :

1. Siti Muthii’ah Kilo : P121057


2. Nurul Fitra Rahayu : P121051
3. Putri Fardayana Azzahra : P121056
4. Isra Asywatullah Al-ghazali Mukhlis : P121073

Kelas D Radiologi

POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR

PRODI DIII RADIOLOGI

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah. .

Makassar,12 oktober 2022


DAFTAR ISI

SAMPUL..........................................................................................................1

KATA PENGANTAR......................................................................................2

DAFTAR ISI ....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian.......................................................................................6
2. Prevalensi Kejadian........................................................................6
3. Etiologi...........................................................................................7
4. Gejala Klinis...................................................................................8
5. Prosedur Pemeriksaan.....................................................................8
6. Gambar Anatomi............................................................................9
7. Gambar Radiografi.........................................................................9
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Abses serebri merupakan infeksi intraserebral fokal yang dimulai sebagai
serebritis yang lokalisatorik dan berkembang menjadi kumpulan pus yang
dikelilingi oleh kapsul otak disebabkan oleh berbagai macam variasi
bakteri, fungus dan protozoa.. Abses serebri/ abses otak pada anak jarang
ditemukan dan di Indonesia juga belum banyak dilaporkan. Morgagni
(1682-1771) pertama kali melaporkan AO yang disebabkan oleh
peradangan telinga. Pada beberapa penderita dihubungkan dengan
kelainan jantung bawaan sianotik. Mikroorganisme penyebab abses otak
meliputi bakteri, jamur dan parasit tertentu. Mikroorganisme tersebut
mencapai substansia otak melalui aliran darah, perluasan infeksi sekitar
otak, luka tembus trauma kepala dan kelainan kardiopulmoner. Pada
beberapa kasus tidak diketahui sumber infeksinya.

Walaupun teknologi kedokteran diagnostik dan perkembangan antibiotika


saat ini telah mengalami kemajuan, namun rate kematian penyakit abses
otak tetap masih tinggi yaitu sekitar 10-60% atau rata-rata 40%. Penyakit
ini sudah jarang dijumpai terutama di negara-negara maju, namun karena
resiko kematiiannya tinggi, abses otak termasuk golongan penyakit infeksi
yang mengancam kehidupan masyarakat (‘’life threatening infection’’).
Abses serebri dapat terjadi di dua hemisfer, dan kira-kira 80% kasus dapat
terjadi di lobus frontal, parietal, dan temporal. Abses serebri di lobus
occipital, serebelum dan batang otak terjadi pada sekitar 20% kasus.
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus
infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh,
atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses
yang terjadi oleh penyebaran
hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering pada
pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum
biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu.
Abses otak bersifat soliter atau multipel. Yang multipel biasanya
ditemukan pada penyakit jantung bawaan sianotik; adanya shunt kanan ke
kiri akan menyebabkan darah sistemik selalu tidak jenuh sehingga
sekunder terjadi polisitemia. Polisitemia ini memudahkan terjadinya
trombo-emboli.3

Gejala klinik AO berupa tanda-tanda infeksi yaitu demam, anoreksi dan


malaise, peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal sesuai
lokalisasi abses. Terapi AO terdiri dari pemberian antibiotik dan
pembedahan. Tanpa pengobatan, prognosis AO dapat menjadi jelek.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Brain Abses ?
2. Apa prevalensi kejadian Brain Abses?
3. Apa etiologi Brain Abses ?
4. Bagaimana gejala klinis Brain Abses ?
5. Apa prosedur pemeriksaan dari Brain Abses ?
6. Bagaimana gambaran anatomi ?
7. Bagaimana gambaran radiografi dari Brain abses ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Brain Abses
2. Untuk mengetahui prevalensi kejadian Brain Abses
3. Untuk mengetahui etiologi Brain Abses
4. Untuk mengetahui gejala klinis Brain Abses
5. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan dari Brain Abses
6. Untuk mengetahui gambaran anatomi Brain Abses
7. Untuk mengetahui gambaran radiografi dari Brain Abses

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Abses otak atau abses serebri adalah penumpukan nanah di dalam


otak akibat infeksi. Abses otak sering disebabkan oleh infeksi bakteri atau
jamur di otak yang dipicu oleh cedera kepala, atau infeksi di area tubuh
lain yang menyebar ke otak.  Abses serebri merupakan infeksi
intraserebral fokal yang dimulai sebagai serebritis yang lokalisatorik dan
berkembang menjadi kumpulan pus yang dikelilingi oleh kapsul otak
disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus dan protozoa.

2. Prevalensi Kejadian
Abses otak dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, namun
paling sering terjadi pada anak berusia 4 sampai 8 tahun. Penyebab abses
otak yaitu, embolisasi oleh penyakit jantung kongenital dengan pintas
atrioventrikuler (terutama tetralogi fallot), meningitis, otitis media kronis
dan mastoiditis, sinusitis, infeksi jaringan lunak pada wajah ataupun scalp,
status imunodefisiensi dan infeksi pada pintas ventrikuloperitonial.
Patogenesis abses otak tidak begitu dimengerti pada 10-15% kasus.
Walaupun teknologi kedokteran diagnostik dan perkembangan antibiotika
saat ini telah mengalami kemajuan, namun rate kematian penyakit abses
otak masih tetap tinggi, yaitu sekitar 10-60% atau rata-rata 40%. Penyakit
ini sudah jarang dijumpai terutama di negara-negara maju, namun karena
resiko kematiannya sangat tinggi, abses otak termasuk golongan penyakit
infeksi yang mengancam kehidupan masyarakat (life threatening
infection).
Di Indonesia belum ada data pasti, namun Amerika Serikat dilaporkan
sekitar 1500-2500 kasus abses serebri per tahun. Prevalensi diperkirakan
0,3-1,3 per 100.000 orang/tahun. Jumlah penderita pria lebih banyak
daripada wanita, yaitu dengan perbandinagan 2-3:1.

Menurut Britt, Richard et al., penderita abses otak lebih banyak


dijumpai pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 3:1
yang umumnya masih usia produktif yaitu sekitar 20-50 tahun.
Yang SY menyatakan bahwa kondisi pasien sewaktu masuk rumah sakit
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi rate kemtian. Jika kondisi
pasien buruk, rate kematian akan tinggi.
Hasil penelitian Xiang Y Han (The University of Texas MD.
Anderson Cancer Center Houston Texas) terhadap 9 penderita abses otak
yang diperolehnya selama 14 tahun (1989-2002), menunjukkan bahwa
jumlah penderita laki-laki > perempuan dengan perbandingan 7:2, berusia
sekitar 38-78 tahun dengan rate kematian 55%.
Demikian juga dengan hasil penelitian Hakim AA. Terhadap 20
pasien abses otak yang terkumpul selama 2 tahun (1984-1986) dari RSUD
Dr Soetomo Surabaya, menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda,
dimana jumlah penderita abses otak pada laki-laki > perempuan dengan
perbandingan 11:9, berusia sekitar 5 bulan-50 tahun dengan angka
kematian 35% (dari 20 penderita, 7 meninggal). Dengan perkembangan
pelayanan vaksinasi, pengobatan pada infeksi pediatri, serta pandemic
AIDS, terjadi pergeseran prevalensi ke usia dekade 3-5 kehidupan.
3. Etiologi

Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus

infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh,

atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses

yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak,

tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan

yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan

otak pada lobus tertentu.

Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak

dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti jaringan

otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Setelah beberapa hari

sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi

sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan

makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotikan. Mula-mula abses tidak

berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan fibrosis yang progresif

terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul antara

beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Beberapa ahli membagi

perubahan patologi AO dalam 4 stadium yaitu :

1) Stadium serebritis dini (Early Cerebritis)

Terjadi reaksi radang local dengan infiltrasi polymofonuklear leukosit,

limfosit dan plasma sel dengan pergeseran aliran darah tepi, yang dimulai
pada hari pertama dan meningkat pada hari ke 3. Sel-sel radang terdapat

pada tunika adventisia dari pembuluh darah dan mengelilingi daerah

nekrosis infeksi. Peradangan perivaskular ini disebut cerebritis. Saat ini

terjadi edema di sekita otak dan peningkatan efek massa karena

pembesaran abses.

4. Gejala Klinis
 Sakit kepala parah yang timbul secara tiba-tiba.
 Kelemahan mendadak, kesemutan, atau kelumpuhan di wajah, lengan,
atau kaki, terutama jika itu terjadi hanya pada satu sisi tubuh.
 Kesulitan menelan
 Masalah dengan penglihatan di satu atau kedua mata.
 Kehilangan keseimbangan dan koordinasi.
 Masalah dengan keterampilan bahasa (membaca, menulis, berbicara,
memahami).
 Mual dan muntah. Apatis, mengantuk, lesu, kehilangan kesadaran

5. Prosedur Pemeriksaan
a. CT SCAN
Prosedur CT scan kepala berbeda-beda tergantung kondisi pasien
dan tujuan pemeriksaan. Umumnya, prosedur itu meliputi:
 Memasukkan cairan kontras lewat pembuluh darah pada lengan
atau lewat oral jika pemeriksaan membutuhkan cairan tersebut.
 Pasien berbaring pada meja pemeriksaan yang akan masuk ke
mesin pemindai.
 Operator berada dalam ruang terpisah, tapi masih bisa
berkomunikasi dengan pasien.
 Selagi pemindai berputar, sinar-X akan melalui tubuh selama
beberapa saat.
 Pemindai mendeteksi gambar dari organ tubuh yang menyerap
sinar-X, lalu mengirimnya ke komputer. Komputer kemudian
mengolahnya menjadi gambar untuk interpretasi.
 Pasien tak boleh bergerak selama prosedur. Pasien mungkin harus
beberapa kali menahan napas dalam pemeriksaan.
 Jika sudah ada hasil yang memadai, operator menghentikan
prosedur dan membantu pasien bangkit dari meja periksa.
 Teknik pencitraan utama pada pasien dengan gejala stroke akut
atau sakit kepala mendadak.
 Darah di ventrikel hiperdens, biasanya paling baik di tanduk
oksipital
 Mencari tanda-tanda hidrosefalus obstruktif

b. MRI
 MRI sensitif terhadap sejumlah kecil darah, terutama di fossa
postrerior (CT tidak dapat disimpulkan di sini karena artefak)
o FLAIR- intesitas sinyal tergantung pada waktu. Dalam 48
jam pertama, darah tanpak hiperintens, kemudian
sinyalnya lebih bervariasi (tdk termasuk artefak aliran)
o GRE atau SWI yang lebih mendeteksi bahkan sejumlah
kecil darah di tanduk oksipital (hipointense rim)

6. GAMBAR ANATOMI
a) Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak
manusia. Otak besar mempunyai fungsi dalam mengatur semua
aktivitas mental, yang berkaitan dengan kepandaian
(intelegensia), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otakbesar terdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat penglihatan,
Lobus temporalis yang berfungsi sebagai pusat pendengaran, dan
Lobus frontalis yang berfungsi sebagai pusat kepribadian dan
pusat komunikasi.
b) Otak kecil (serebelum)

Otak kecil (serebelum) mempunyai fungsi utama dalam


koordinasi terhadap otot dan tonus otot, keseimbangan dan posisi
tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka
gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil
juga berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang
c) Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak
tengah berfungsi penting pada refleks mata, tonus otot serta
fungsi posisi atau kedudukan tubuh.
d) Otak depan (diensefalon)
Otak depan terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi
menerima semua rangsang dari reseptor kecuali bau, dan
hipothalamus yag berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan
nutrien, penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap
agresif.
e) Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol merupakan serabut saraf yang menghubungkan
otak kecil bagian kiri dan kanan. Selain itu, menghubungkan otak
besar dan sumsum tulang belakang.

7. GAMBARAN RADIOGRAFI

 Perdarahan intraventricular atau hemosefalus ditandai dengan


adanya darah didalam system ventrikel serebral
 IVH hadir pada awalnya pada seperempat pasien dengan ICH atau
dapat terjadi sebagai perpanjangan berikutnya dari ICH
 pasien dengan hematoma yang lebih besar dan lokasi berekor atau
talamus berdarah lebih sering ke ventrikel
 IVH dikaitkan dengan risiko hidrosefalus obstruktif yang
signifikan, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
 penentu penting dari hasilnya adalah volume perdarahan
intraventrikular

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan intraventrikular atau disebut intraventricular hemorrhage
(IVH) terjadi pada sekitar 40% pasien perdarahan intraserebral atau
disebut intracerebral hemorrhage (ICH) . IVH merupakan salah satu
prediktor terhadap outcome buruk dan telah berabad-abad dianggap
fatal.
Intraventricular hemarrhoge dianggap sebagai keadaan darurat yang
cukup serius dan membutuhkan penanganan segera, tanda dan

Sakit kepala parah yang timbul secara tiba-tiba.

Berikut gejala klinis intraventricular hemarrhoge;

 Kelemahan mendadak, kesemutan, atau kelumpuhan di wajah, lengan,


atau kaki, terutama jika itu terjadi hanya pada satu sisi tubuh.
 Kesulitan menelan
 Masalah dengan penglihatan di satu atau kedua mata.
 Kehilangan keseimbangan dan koordinasi.
 Masalah dengan keterampilan bahasa (membaca, menulis, berbicara,
memahami).
 Mual dan muntah. Apatis, mengantuk, lesu, kehilangan kesadaran

DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.stroke-manual.com/intraventricular-
hemorrhage/
2. file:///C:/Users/Acer/Downloads/6-11-1-SM%20(4).pdf
3. https://repository.upnvj.ac.id/885/3/BAB%20I.pdf
4. https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/
perdarahan-intrakranial
5. https://perpustakaan.fk.ui.ac.id/new-opac/index.php?
p=show_detail&id=23163&keywords=
6. https://translate.google.com/translate?u=https://
en.wikipedia.org/wiki/
Intraventricular_hemorrhage&hl=id&sl=en&tl=id&client=
srp&prev=search
7. https://www.gramedia.com/best-seller/contoh-kata-
pengantar/amp/
8. https://adoc.tips/download/perdarahan-intraventrikuler-
primer.html

Anda mungkin juga menyukai