DISUSUN
OLEH :
Kelas D Radiologi
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah. .
SAMPUL..........................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian.......................................................................................6
2. Prevalensi Kejadian........................................................................6
3. Etiologi...........................................................................................7
4. Gejala Klinis...................................................................................8
5. Prosedur Pemeriksaan.....................................................................8
6. Gambar Anatomi............................................................................9
7. Gambar Radiografi.........................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Abses serebri merupakan infeksi intraserebral fokal yang dimulai sebagai
serebritis yang lokalisatorik dan berkembang menjadi kumpulan pus yang
dikelilingi oleh kapsul otak disebabkan oleh berbagai macam variasi
bakteri, fungus dan protozoa.. Abses serebri/ abses otak pada anak jarang
ditemukan dan di Indonesia juga belum banyak dilaporkan. Morgagni
(1682-1771) pertama kali melaporkan AO yang disebabkan oleh
peradangan telinga. Pada beberapa penderita dihubungkan dengan
kelainan jantung bawaan sianotik. Mikroorganisme penyebab abses otak
meliputi bakteri, jamur dan parasit tertentu. Mikroorganisme tersebut
mencapai substansia otak melalui aliran darah, perluasan infeksi sekitar
otak, luka tembus trauma kepala dan kelainan kardiopulmoner. Pada
beberapa kasus tidak diketahui sumber infeksinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Brain Abses ?
2. Apa prevalensi kejadian Brain Abses?
3. Apa etiologi Brain Abses ?
4. Bagaimana gejala klinis Brain Abses ?
5. Apa prosedur pemeriksaan dari Brain Abses ?
6. Bagaimana gambaran anatomi ?
7. Bagaimana gambaran radiografi dari Brain abses ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Brain Abses
2. Untuk mengetahui prevalensi kejadian Brain Abses
3. Untuk mengetahui etiologi Brain Abses
4. Untuk mengetahui gejala klinis Brain Abses
5. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan dari Brain Abses
6. Untuk mengetahui gambaran anatomi Brain Abses
7. Untuk mengetahui gambaran radiografi dari Brain Abses
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
2. Prevalensi Kejadian
Abses otak dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, namun
paling sering terjadi pada anak berusia 4 sampai 8 tahun. Penyebab abses
otak yaitu, embolisasi oleh penyakit jantung kongenital dengan pintas
atrioventrikuler (terutama tetralogi fallot), meningitis, otitis media kronis
dan mastoiditis, sinusitis, infeksi jaringan lunak pada wajah ataupun scalp,
status imunodefisiensi dan infeksi pada pintas ventrikuloperitonial.
Patogenesis abses otak tidak begitu dimengerti pada 10-15% kasus.
Walaupun teknologi kedokteran diagnostik dan perkembangan antibiotika
saat ini telah mengalami kemajuan, namun rate kematian penyakit abses
otak masih tetap tinggi, yaitu sekitar 10-60% atau rata-rata 40%. Penyakit
ini sudah jarang dijumpai terutama di negara-negara maju, namun karena
resiko kematiannya sangat tinggi, abses otak termasuk golongan penyakit
infeksi yang mengancam kehidupan masyarakat (life threatening
infection).
Di Indonesia belum ada data pasti, namun Amerika Serikat dilaporkan
sekitar 1500-2500 kasus abses serebri per tahun. Prevalensi diperkirakan
0,3-1,3 per 100.000 orang/tahun. Jumlah penderita pria lebih banyak
daripada wanita, yaitu dengan perbandinagan 2-3:1.
infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh,
atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses
yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak,
tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan
Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak
sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi
limfosit dan plasma sel dengan pergeseran aliran darah tepi, yang dimulai
pada hari pertama dan meningkat pada hari ke 3. Sel-sel radang terdapat
pembesaran abses.
4. Gejala Klinis
Sakit kepala parah yang timbul secara tiba-tiba.
Kelemahan mendadak, kesemutan, atau kelumpuhan di wajah, lengan,
atau kaki, terutama jika itu terjadi hanya pada satu sisi tubuh.
Kesulitan menelan
Masalah dengan penglihatan di satu atau kedua mata.
Kehilangan keseimbangan dan koordinasi.
Masalah dengan keterampilan bahasa (membaca, menulis, berbicara,
memahami).
Mual dan muntah. Apatis, mengantuk, lesu, kehilangan kesadaran
5. Prosedur Pemeriksaan
a. CT SCAN
Prosedur CT scan kepala berbeda-beda tergantung kondisi pasien
dan tujuan pemeriksaan. Umumnya, prosedur itu meliputi:
Memasukkan cairan kontras lewat pembuluh darah pada lengan
atau lewat oral jika pemeriksaan membutuhkan cairan tersebut.
Pasien berbaring pada meja pemeriksaan yang akan masuk ke
mesin pemindai.
Operator berada dalam ruang terpisah, tapi masih bisa
berkomunikasi dengan pasien.
Selagi pemindai berputar, sinar-X akan melalui tubuh selama
beberapa saat.
Pemindai mendeteksi gambar dari organ tubuh yang menyerap
sinar-X, lalu mengirimnya ke komputer. Komputer kemudian
mengolahnya menjadi gambar untuk interpretasi.
Pasien tak boleh bergerak selama prosedur. Pasien mungkin harus
beberapa kali menahan napas dalam pemeriksaan.
Jika sudah ada hasil yang memadai, operator menghentikan
prosedur dan membantu pasien bangkit dari meja periksa.
Teknik pencitraan utama pada pasien dengan gejala stroke akut
atau sakit kepala mendadak.
Darah di ventrikel hiperdens, biasanya paling baik di tanduk
oksipital
Mencari tanda-tanda hidrosefalus obstruktif
b. MRI
MRI sensitif terhadap sejumlah kecil darah, terutama di fossa
postrerior (CT tidak dapat disimpulkan di sini karena artefak)
o FLAIR- intesitas sinyal tergantung pada waktu. Dalam 48
jam pertama, darah tanpak hiperintens, kemudian
sinyalnya lebih bervariasi (tdk termasuk artefak aliran)
o GRE atau SWI yang lebih mendeteksi bahkan sejumlah
kecil darah di tanduk oksipital (hipointense rim)
6. GAMBAR ANATOMI
a) Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak
manusia. Otak besar mempunyai fungsi dalam mengatur semua
aktivitas mental, yang berkaitan dengan kepandaian
(intelegensia), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otakbesar terdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat penglihatan,
Lobus temporalis yang berfungsi sebagai pusat pendengaran, dan
Lobus frontalis yang berfungsi sebagai pusat kepribadian dan
pusat komunikasi.
b) Otak kecil (serebelum)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak
tengah berfungsi penting pada refleks mata, tonus otot serta
fungsi posisi atau kedudukan tubuh.
d) Otak depan (diensefalon)
Otak depan terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi
menerima semua rangsang dari reseptor kecuali bau, dan
hipothalamus yag berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan
nutrien, penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap
agresif.
e) Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol merupakan serabut saraf yang menghubungkan
otak kecil bagian kiri dan kanan. Selain itu, menghubungkan otak
besar dan sumsum tulang belakang.
7. GAMBARAN RADIOGRAFI
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan intraventrikular atau disebut intraventricular hemorrhage
(IVH) terjadi pada sekitar 40% pasien perdarahan intraserebral atau
disebut intracerebral hemorrhage (ICH) . IVH merupakan salah satu
prediktor terhadap outcome buruk dan telah berabad-abad dianggap
fatal.
Intraventricular hemarrhoge dianggap sebagai keadaan darurat yang
cukup serius dan membutuhkan penanganan segera, tanda dan
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.stroke-manual.com/intraventricular-
hemorrhage/
2. file:///C:/Users/Acer/Downloads/6-11-1-SM%20(4).pdf
3. https://repository.upnvj.ac.id/885/3/BAB%20I.pdf
4. https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/
perdarahan-intrakranial
5. https://perpustakaan.fk.ui.ac.id/new-opac/index.php?
p=show_detail&id=23163&keywords=
6. https://translate.google.com/translate?u=https://
en.wikipedia.org/wiki/
Intraventricular_hemorrhage&hl=id&sl=en&tl=id&client=
srp&prev=search
7. https://www.gramedia.com/best-seller/contoh-kata-
pengantar/amp/
8. https://adoc.tips/download/perdarahan-intraventrikuler-
primer.html