MENINGITIS
Pembimbing :
Disusun oleh :
2016730113
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, karena Rahmat, Anugerah
dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul
“Meningitis & Tetanus”. Laporan referat ini disusun sebagai salah satu syarat tugas pada
stase Ilmu Kesehatan Saraf di RSUD R. Syamsudin, SH Sukabumi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak yang membaca laporan kasus ini.
Wassalamua’alaikum Wr. Wb
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
Latar Belakang Meningitis.....................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................6
Meningitis.............................................................................................................................6
A. Definisi....................................................................................................................6
B. Patofisiologi.............................................................................................................7
C. Klasifikasi................................................................................................................9
D. Gejala Klinis..........................................................................................................14
E. Diagnosis...............................................................................................................17
F. Penatalaksanaan.....................................................................................................22
G. Komplikasi.............................................................................................................25
H. Prognosis................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Meningitis
A. Definisi
Meningitis didefinisikan sebagai inflamasi selaput otak atau meninges.
Meninges adalah tiga membran yang terdiri dari duramater, arakhnoid dan piamater
yang melapisi otak dan medulla spinalis. Meningitis paling sering disebabkan oleh
virus atau bakteri.
Namun meningitis dapat disebabkan oleh kejadian non-infektif seperti
gangguan autoimun, kecelakaan pasca operasi, reaksi obat dan lainnya. Patogen
penyebab meningitis meliputi bakteri, virus, jamur dan parasit (namun jarang terjadi).
3. Berdasarkan etiologi
Infektif
Bakteria
Streptococcus pneumoniae
Neisseria meningitidis
Haemophilus influenzae
Listeria monocytogenes
Staphylococcus aureus
Mycobacterium tuberculosis
Borrelia burgdorferi
Treponema pallidum
Escherichia coli
Virus
Non-polio enterovirus (echovirus, coxsackievirus)
Mumps
Paraechovirus
Influenza
Herpesvirus (EBV, herpes simplex virus, varicella-zoster virus)
Measles
Arbovirus
Protozoa dan parasit
Angiostrongylus cantonensis
Baylisascaris procyonis
Gnathostoma spinigerum
Naegleria fowleri
Fungi
Cryptococcus neoformans
Blastomyces
Histoplasma
Coccidioides
Candida
Non-infektif
Kanker
Lupus Eritematosus Sistemik
Cedera Kepala
Pembedahan otak
a. Meningitis Virus
Infeksi virus adalah penyebab paling umum dari semua tipe meningitis.
Seringkali lebih ringan daripada meningitis bakteri dan kebanyakan orang sembuh
dengan sendirinya (tidak memerlukan pengobatan khusus). Namun, orang dengan
imunitas tubuh lemah cenderung memiliki gejala yang parah. Non-polio
enterovirus adalah penyebab tersering di Amerika Serikat. Semua usia memiliki
risiko penularan yang sama. Namun beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi
yaitu anak usia kurang dari 5 tahun dan orang dengan kelemahan sistem imun
yang diakibatkan oleh penyakit, pengobatan dan pasca transplantasi organ.
b. Meningitis Bakteri
Meningitis bakteri merupakan salah satu yang paling serius dengan mortalitas
dan morbiditas yang tinggi. Kematian dapat terjadi dalam beberapa jam. Namun
kebanyakan orang sembuh dari meningitis ini. Bagaimana pun, disabilitas
permanen seperti kerusakan jaringan otak, tuli, dan ketidakmampuan dalam
belajar akan sangat mungkin terjadi.
Terdapat banyak bakteri yang dapat menyebabkan meningitis, tetapi
organisme yang berbeda cenderung mempengaruhi kelompok umur yang berbeda.
Infeksi meningitis bakteri biasanya terjadi secara sekunder akibat bakteremia,
meskipun infeksi juga dapat terjadi akibat penyebaran langsung dari fokus infeksi
yang berdekatan seperti di telinga, fraktur tengkorak atau sinus. Meningokokus
dan penyebab umum lainnya dari meningitis adalah komensal normal pada saluran
pernapasan atas. Beberapa bakteri penyebab dapat dihubungkan dengan kejadian
sepsis. Sepsis merupakan suatu respon tubuh yang ekstrem terhadap infeksi.
Tanpa pengobatan yang tepat, sepsis akan dengan cepat terjadi dan menyebabkan
kerusakan jaringan, gagal organ, dan kematian.
Penyebab Bakteri Meningitis berdasarkan Usia
Usia Bakteri
Faktor
Neonatus Streptococcus grup b, S. pneumoniae, L.
penting
monocytogenes, E. coli
dalam Bayi dan balita Haemophilus influenzae
Neisseria meningitidis
Streptococcus pneumoniae
Anak yang lebih tua Neisseria meningitis
dan dewasa Streptococcus pneumoniae
Neisseria meningitidis
L. monocytogenes
menentukan prognosis pada meningitis bakteri adalah diagnosis dini dan terapi segera yang
tepat.
Secara umum, bakteri penyebab meningitis tersebar melalui orang ke orang
lain. Seperti contoh, L. monocytogenes dapat menyebar melalui makanan. Penting
untuk diingat bahwa tidak semua orang mengalami gejala meningitis ketika
bakteri tersebut ada dalam tubuhnya, hal ini disebut carrier.
Terdapat beberapa contoh paling umum, bagaimana orang dapat menyebarkan
beberapa tipe bakteri ke orang lain: Streptococcus grup b pada saat proses
melahirkan, S. pneumoniae & Hib melalui droplet ketika batuk atau bersin, N.
meningitidis melalui air liur, E.coli melalui makanan yang disiapkan oleh orang
yang tidak mencuci tangannya setelah memakai toilet.
Meningokokus (Neisseria meningitidis) sekarang berada di urutan kedua
Streptococcus pneumoniae sebagai penyebab paling umum meningitis bakteri di
Eropa Barat, sementara di AS Haemophilus influenzae tetap umum. Di India,
Haemophilus influenza B dan Streptococcus pneumoniae mungkin merupakan
penyebab paling umum meningitis bakteri, setidaknya pada anak-anak.
Kehilangan pendengaran adalah komplikasi yang sering terjadi. Meningitis
pneumokokus sering dikaitkan dengan liquor serebrospinal yang sangat purulen
dan mortalitas yang tinggi, terutama pada orang dewasa yang lebih tua.
Meningokokus dikaitkan dengan ruam purpura pada 70% kasus. Ketika
disertai dengan septikemia, dapat timbul dengan sangat cepat dengan onset tiba-
tiba akibat edema serebral, mungkin sebagai akibat pelepasan endotoksin dan atau
sitokin, dan syok. Meningococcemia adalah diseminasi meningokokus ke dalam
aliran darah dimana pasien dapat merasa tidak sehat selama berminggu-minggu
atau bahkan berbulan-bulan dengan demam berulang, nyeri kepala, mialgia,
muntah, ekstremitas dingin, muntah, berkeringat, takikardi dan ruam
maculopapular eritematosa.
c. Meningitis jamur
Meningitis jamur sangat jarang terjadi, terutama di Amerika Serikat. Hal ini
dapat berkembang setelah infeksi primer pada bagian tubuh menuju otak atau
sumsum tulang belakang dan menyebabkan infeksi sekunder.
Jamur tersebut berukuran sangat kecil dan menyebar di seluruh dunia. Orang
dapat terinfeksi hanya dengan menghirup jamur. Criptococcus biasanya terdapat
pada kayu busuk dan kotoran burung, Histoplasma terdapat pada kotoran
kelelawar dan burung, Blastomyces pada tanah lembab dan kayu busuk, dan
Coccidioides terdapat pada tanah di wilayah Amerika Serikat.
Walaupun semua orang dapat terinfeksi meningitis jamur, namun orang
dengan kelemahan sistem imun merupakan kelompok yang paling berisiko tinggi.
Infeksi HIV dan kanker adalah contoh dari kondisi sistem imun yang lemah.
Beberapa pengobatan yang dapat menyebabkan menurunnya sistem imun yaitu,
steroid, pengobatan yanng diberikan pasca transplantasi organ, dan anti-TNF.
D. Gejala Klinis
Meningitis dapat ditandai dengan gejala klinis yang bervariasi tergantung dari usia
pasien dan status imunitas tubuhnya. Gejala yang tipikal meliputi demam, nyeri pada
leher atau kaku kuduk, dan fotofobia. Gejala yang lebih non-spesifik termasuk nyeri
kepala, pusing, kebingungan, delirium, iritabilitas dan mual/muntah. Tanda dari
peningkatan tekanan intrakranial juga terjadi (penurunan status mental, defisit neurologis
dan kejang) dengan prognosis yang buruk. Berikut adalah beberapa gejala terkait dengan
etiologinya:
1. Meningitis virus
Gejala klasik yang muncul pada bayi berupa demam, bayi cenderung rewel,
sulit makan, sering tidur atau sulit untuk dibangunkan, lemah atau letargi. Gejala
umum yang muncul pada anak-anak dan dewasa berupa demam, nyeri kepala, kaku
kuduk, fotofobia, sering tidur, mual, muntah, iritabilitas, nafsu makan menurun,
letargi. Kebanyakan pasien basanya akan mengalami perbaikan gejala dalam 7
sampai 10 hari tanpa pengobatan khusus. Beberapa gejala memang tampak sama
denga meningitis bakteri namun pada meningitis virus biasanta lebih ringan. Pada
meningitis bakteri dapat menyebabkan komplikasi serius berupa ketulian, kerusakan
jaringan otak, dan penurunan pembelajaran. Beberapa patogen penyebab meningitis
bakteri dapat menyebabkan sepsis.
Meningitis juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari infeksi virus terutama
yang melibatkan organ lain: misalnya, pada mumps, campak, mononukleosis
infeksi, herpes zoster dan hepatitis. Aturannya adalah harus melakukan pemulihan
total tanpa terapi spesifik.
2. Meningitis bakteri
Onset cepat dapat berupa demam tinggi, nyeri kepala, dan kaku kuduk serta
gejala lainnya seperti mual, muntah, fotofobia, dan penurunan status mental. Pada
neonatus dan bayi mungkin gejala klasik lebih sulit untuk diketahui, biasanya sering
terjadi bayi menjadi kurang aktif, lebih rewel, muntah, dan malas menyusu. Pada
bayi, dokter dapat menemukan fontanela membengkak atau timbul refleks
abnormal.
Gejala dari meningitis bakteri dapat timbul secara cepat atau teradi dalam
beberapa hari. Umumnya, gejala akan muncul dalam 3 sampai 7 hari sesudah
paparan. Gejala akhir dari meningitis bakteri yang terparah bisa sangat serius
berupa kejang dan koma. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak dengan penyebab
Haemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus pneumoniae, 21 % oleh
Streptococcus grup b dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Oleh karena alasan ini,
pasien harus segera di bawa ke rumh sakit secepat mungkin.
Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran
pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri
kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung.
Meningitis pneumokokus dapat dikaitkan dengan pneumonia dan terjadi
terutama pada pasien yang lebih tua dan alkoholik, serta mereka yang tidak
memiliki limpa yang berfungsi. Listeria monocytogenes baru-baru ini muncul
sebagai penyebab meningkatnya meningitis pada orang dengan tekanan darah
rendah, penderita diabetes, pecandu alkohol, dan wanita hamil. Ini juga dapat
menyebabkan meningitis pada neonatus.
3. Meningitis meningokokus
Meningitis meningekokus memiliki gejala yang sangat tidak spesifik, terutama
pada anak-anak. Kesakitan akut oleh N. meningitidis dapat menyebabkan
septikemia dan meningitis dengan persentasi kejadian mendekati 12% kasus. Gejala
dan tanda klasik dari meningitis meningokokus adalah nyeri kepala akut, fotofobia,
kaku kuduk, mual, muntah dan tanda khas yang timbul berupa petekie atau purpura
dan biasanya terdapat pada remaja dan dewasa. Pada pasien yang lebih tua biasanya
muncul gejala kaku kuduk dan menurunnya kesadaran. Penyebab kematian dari
meningitis mungkin dikorelasikan dengan meningkatnya tekanan intrakranial.
Ketika terjadi sepsis, komplikasi dari penyakit mungkin meningkat cepat dan
diiringi dnegan syok sirkulasi dan penurunan kesadaran.
E. Diagnosis
Beberapa hal ini termasuk faktor risiko yang harus diwaspadai seperti paparan kontak
dekat (barak militer, asrama), vaksinasi yang tak komplit, immunosupressan, anak-anak
dengan usia di bawah 5 tahun dan lansia, serta peminum alkohol.
Salah satu yang harus diteliti adalah riwayat paparan, kontak seksual, kontak dengan
hewan, riwayat pembedahan, riwayat bepergian, dan musim. Kebanyakan kasus
meningitis virus terjadi selama musim panas.
Pada dewasa, pemeriksaan fisik dipusatkan pada mengidentifikasi defisit neurologis
fokal, tanda rangsangan meningeal seperti tanda Brundzinski dan Kernig, dan khususnya
pada meningitis meningokokus terdapat karakteristik berupa lesi kulit (petekie dan
purpura). Kelainan nervus kranialis terlihat pada 10-20% kasus.
Gejala dan tanda pada neontus dan bayi sangat tidak umum. Mereka bisa
menunjukkan demam atau hipotermia, penurunan intake minum, penurunan status mental,
rewel, dan fontanela membengkak. Sangat penting untuk melakukan vaksinasi, beberapa
contoh vaksin seperti Pneumococcus, H. influenzae tipe B, Meninococcus, Measles, dan
Varicella virus.
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak
dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan
rotasi kepala.
Pasien berbaring terlentang, kaki diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa
rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut
135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha
biasanya diikuti rasa nyeri.
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pungsi Lumbal
o Bakteri:
c. Pemeriksaan Radiologis
1. Immunocompromised
3. Serangan baru
4. Papilledema
F. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksaan meningitis dimulai dengan terapi empiris. Setelah mendapatkan hasil
kultur, mulai pengobatan dengan terapi definitif.
G. Komplikasi
1. Saharso D, dkk. Infeksi Susunan Saraf Pusat. Dalam : Soetomenggolo TS, Ismael S,
penyunting. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI; 1999. h. 40-6, 339-71
2. Nicki R. colledge, Brian R walker, Stuart H. Ralson, Davidson principles and practice
of medicine 21st edition, 2010;p.1205-1209
3. Clinical medicine Kumar and clark
4. Centers For Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/meningitis/ diakses
22 April 2020
5. Meningitis. Available from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459360/
diakses 22 April 2020
6. Meningitis is an infection of the protective membranes that surround the brain and
spinal cord (meninges). Available from
http://www.nhs.uk/Conditions/Meningitis/Pages/Introduction.aspx diakses tanggal 21
mei 2019
7. Tuberculosis Meningitis. Available from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541015/ diakses 22 April 2020
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Meningitis.
http://www.depkes.go.id.
9. Meningococcal Meningitis https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5974663/
10. Ismanoe, Gatoet. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed VI. Jakarta:
InternaPublishing