Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN PADA L.

L DENGAN DIAGNOSA MEDIS KISTA


FOSSA FOSTERIOR DI RUANGAN BEDAH RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE

DISUSUN
OLEH KELOMPOK III

1. MOH. APRIYANTO SAPUTRA DAI


2. MANDA PAKAYA
3. SITTI FADHILAH MAWADDAH SOELEMA
4. RAMLAWATY NAI
5. RIVALDI MOKODOMPIT

MENGETAHUI :

PRESEPTOR
Ns. Asfiyanti Djafar, S.Kep TTD:
KLINIK

PRESEPTOR
Ns. Abdul Wahab Pakaya, M.M, M.Kep TTD:
AKADEMIK

1. TANGGAL :………………
TANGGAL 2. TEPATWAKTU
PENGUMPULAN
3. TERLAMBAT

SARAN PRESEPTOR
KLINIK/AKADEMIK

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR
Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, penulis memanjatkan syukur kepada
Tuhan yang Maha Kuasa. karena berkat dan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Akhir seminar Kasus Stase Keperawatan Medikal Bedah II dengan judul “Ny.L.L dengan Diagnosa
Kista Fossa Fosterior di Ruang Bedah RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE ”. Selama menjalani studi dan
menyelesaikan laporan seminar Stase Keperawatan Medikal Bedah II banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan;
2. Ns. Andi Akifa Sudirman, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
3. Ns. Abdul wahab pakaya, S.Kep,MM,M,kep selaku Preseptor Akademik Ruang Bedah
4. Ns. Asfiyanti Djafar, S.Kep selaku Preseptor Klinik Ruang Bedah RSUD ALOEISABOE
5. Teman Seperjuangan Profesi Ners Angkatan XIV Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, wawasan
dan kemampuan kami. Oleh karena itu, Kami sangat meghargai masukan guna penyempurnaan dalam
penyusunan Laporan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pengambil keputusan, pemerhati, dan para
praktisi kesehatan.

Gorontalo, Mei 2022

Kelompok III
DAFTAR ISI

SAMPUL ..............................................................................................................................
NAMA KELOMPOK .........................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................
1.2 Tujuan..............................................................................................................................
1.3 Manfaat............................................................................................................................
BAB II CONSEPT MAPT
3.1 Jalur Klinis .....................................................................................................................
3.2 Resume Keperawatan .....................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................................
4.1 Pengkajian .....................................................................................................................
4.2 Pathwways......................................................................................................................
4.3 Diagnosa Keperawatan...................................................................................................
4.4 Rencana Keperawatan....................................................................................................
4.5 Implementasi Keperawatan............................................................................................
BAB IV ANALISA KASUS ...............................................................................................
5.1 Jurnal .............................................................................................................................. .
BAB V PENUTUP...................................................................................................
6.1 Kesimpulan..........................................................................................................
6.2 Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otak adalah bagian penting dari tubuh manusia karena otak merupakan syaraf pusat yang
mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia. Cidera sedikit pada otak dapat
mengakibatkan hal yang fatal bagi seseorang, oleh sebab itu perlu pemeliharaan kesehatan otak
agar tidak diserang penyakit. Salah satu penyakit berbahaya yang menyerang otak adalah Space
Occupying Lesion (SOL). Space Occupying Lesion (SOL) (lesi desak ruang intrakranial)
merupakan neoplasma bisa berupa jinak atau ganas dan primer atau sekunder, serta setiap
inflamasi yang berada di dalam rongga tengkorak yang menempati ruang di dalam otak
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Space Occupying Lesion (SOL) meliputi tumor,
hematoma, dan abses.
Data WHO menyebutkan di tahun 2017 terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka
kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia
mengalami kejadian SOL. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi SOL di Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per
1000 penduduk pada tahun 2017. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta
4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44
per 1000 penduduk (Riskesdas, 2018).
Menurut Hakim (2005) SOL baik primer ataupun metastasis, merupakan salah satu
penyakit yang ditakuti masyarakat karena dapat menyebabkan kematian atau kecacatan yang
akan menimbulkan gejala yang serius. Gejala SOL bisa ditandai dengan nyeri kepala, nausea,
muntah, papil edema, kejang- kejang dll. Penyebab dari SOL belum diketahui namun ada
beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe SOL. Agent tersebut meliputi faktor
herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Penyebab lain SOL bisa dapat
terjadi akibat sekunder dari peradangan dan trauma cerebral. Untuk penatalaksanaan SOL yang
perlu diperhatikan yaitu usia, general health, ukuran, lokasi dan jenis. Metode yang dapat
dilakukan antara lain: chemotherapy, radiotherapy, dan pembedahan. Salah satu pembedahan
yang bisa di lakukan yaitu craniotomy (Ejaz Butt, 2005).
Kista fosa fosterior (arachnoid cyst)  adalah kantong yang berisi cairan yang terbentuk
diantara membran arachnoid dengan otak atau saraf tulang belakang. Kista sering berisi cairan
serebrospinal, yaitu cairan bening yang melindungi dan menutrisi otak serta saraf di tulang
belakang. Kista arachnoid pada anak-anak biasanya adalah bawaan lahir, yang disebut kista
arachnoid primer. Laki-laki kemungkinannya lebih tinggi dari perempuan. Kista arachnoid
seringkali tidak bergejala, seringkali ditemukan karena pemeriksaan akibat kejadian yang lain,
misalnya cedera kepala. Tetapi pada keadaan yang jarang bisa juga mengakibatkan gejala
Pilihan terapi ada beberapa, diantaranya dengan memasang selang drainasae cairan kista ke
tempat lain seperti ruang peritoneum (di perut), dengan membuat lubang yang menuju kista
kemudian cairannya dihisap, atau dengan operasi terbuka atau kraniotomi dan mengangkat kista
beserta isinya. Tiap pilihan terapi mengandung resiko, misalnya apabila menggunakan selang
maka selang harus dipasang terus menerus dan 30% kasus membutuhkan perbaikan posisi, jika
hanya membuat lubang kejadian kista berulang tinggi, dan operasi terbuka juga memiliki resiko
seperti perdarahan dan lain sebagainya.
Craniotomy adalah operasi untuk membuka bagian tengkorak (tempurung kepala) dengan
tujuan memperbaiki dan mengetahui kerusakan yang ada di otak. Pembedahan tersebut bertujuan
memperbaiki dan mengetahui kerusakan yang ada di otak dengan cara membuka tengkorak jadi
sementara waktu pasien post op craniotomy akan mengalami gangguan mobilissasi bahkan bisa
terjadi penurunan kesadaran. Untuk mengurangi atau meminimalisir komplikasi yang terjadi
akibat pembedahan pasien post operasi craniotomy memerlukan perawatan yang intensif.
Stabilisasi kondisi hemodinamik, pemasangan berbagai alat monitoring maupun support
kehidupan, pasien post op dan penurunan kesadaran baik fisiologis maupun program sedasi
menjadi tantangan perawat untuk memobilisasi pasien kritis. Perawat sebagai bagian dari tenaga
kesehatan, mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan.
Perawat memberikan perawatan langsung kepada pasien dan mempunyai peranan penting dalam
melakukan edukasi kepada pasien tentang pengelolaan penyakitnya, serta mencegah dari
rehospitalisasi. Perawat dapat mengetahui kebutuhan pasien, merancang dan
mengimplementasikan proses keperawatan secara spesifik, memberikan umpan balik pasien,
transparan dan jujur. Perawat profesional sangat dibutuhkan dalam melakukan proses
keperawatan secara optimal terutama pada pasien kritis
Berdasarkan latar belakang tersebut kelompok kami tertarik untuk memberikan asuhan
keperawatan pada Ny.LL dengan diagnosa Post OP Kista Fusso Fosterior di ruangan Bedah G2
atas RSUD,Prof.Dr.H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan laporan
a. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Post OP Kista
Fusso Fosterior di ruangan Bedah G2 atas RSUD,Prof.Dr.H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
b. Mampu melakukan pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi dan
dokumentasi pada klien dengan Post OP Kista Fusso Fosterior di ruangan Bedah G2 atas
RSUD,Prof.Dr.H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Tujuan penanganan pasien
a. Mampu mangatasi mengatasi masalah keperawtan yang dialami klien dengan Post OP Kista
Fusso Fosterior di ruangan Bedah G2 atas RSUD,Prof.Dr.H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
baik masalah keperawatan aktual, resiko, dan promosi kesehatan.
1.3 Manfaat
a. Bagi peneliti
Mengasah kemampuan terutama dalam penerapan memberikan asuhan keperawatan yang
profesional bidang keperawatan klien dengan Post OP Kista Fusso Fosterior.
b. Bagi instansi pendidikan
Sebagai bahan masukan kepada institusi pendidikan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
ajar untuk perbandingan dalam pemberian konsep asuhan keperawatan secara teori dan praktis
c. Bagi RSUD,Prof.Dr.H. Aloei Saboe Kota
Sebagai bahan acuan kepada tenaga kesehatan RSUD,Prof.Dr.H. Aloei Saboe Kota dalam
memberikan pelayanan yang lebih baik dan menghasilkan pelayanan yang memuaskan pada
klien serta melihatkan perkembangan klien yang lebih baik serta untuk meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit.
BAB II
KONSEP MAPT

CLINICAL PATHWAY (JALUR KLINIS) PASIEN KELOLAANSTASE


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH INTERNA 1
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

No. RM : 00 15 94 23
Nama Lengkap : Ny. L.L
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 27-05-1980
Tanggal Masuk RS : 11-05-2022

ALASAN MASUK RUMAH SAKIT

RUJUKAN/ DATANG SENDIRI : pasien datang kerumah sakit bersama keluarga


KELUHAN : pasien Masuk rumah sakit membawa pengantar poli bedah syaraf
dengan
kista posterior, demam, mual, munta (-), batuk (+). r/oprasi tangal
14/05/22

ASSESMENT AWAL IGD


Anamnesis : pasien Masuk rumah sakit dengan membawa pengantar poli bedah syaraf dengan kista posterior,
demam, mual, munta (-), batuk (+). Rencana oprasi tangal 14 mei 2022
Kriteria Triase : urgent
Pemeriksaan Fisik : Keadaan umum compos mentis, Kepala : CA +/+, SI +/+, Th : SN Ves, rh -/-, S1s2
reg, Abd : supel, Bu (+), Ext hangat, CRT <2
Tekanan darah : 130/90 mmhg, Nadi : 69 x/m, frekuensi : 20x/m Spo2 : 99 %, suhu : 38 °c, GCS : Eye
: 4, Verbal :5 Motorik : 6 total 15, obstruksi total : simetri, obstruksi parsial : normal, akral : hangat
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium :
Hematologi rutin : Hemoglobin 14,1 g/dl, Eritrosit: 4.60, Juta/uL, Leukosit: 8.9 ribu/uL, Hematokrit: 40.9%,
Thrombosit : 226 ribu/uL, LED 199 mm/jam.
Kimia darah : GDS: 126 mg/dl
Mikro dan serologi HBSAG : non reaktif
Urine rutin : warna kuning, kejernian jernih
Diagnosa Kerja : kista fossa sodterior
Diagnosa Banding :-
Diagnosa Keperawatan : nyeri akut, resiko inveksi dan intolerans aktvitas
Treatment : IVFD RL 20 TPM, Ranitidine1am/12 jam /ij, Meropenem500mg/8 jam / ij, Santagesik1 am/3
jam/ij, Kalnex500 mg/8jam / ij, Flunarizine 10 mg/ 12 jam/ ij, Paracetamol dan Tramadol 3x1/Po

ASSESMENT AWAL RUANGAN


Observasi pasien keluhan utama : nyeri akut
Tingkat Kesadaran : Composmentis GCS : 15
Treatmen : IVFD RL 20 TPM, Ranitidine1am/12 jam /ij, Meropenem500mg/8 jam / ij, Santagesik1
am/3 jam/ij, Kalnex500 mg/8jam / ij, Flunarizine 10 mg/ 12 jam/ ij, Paracetamol dan Tramadol 3x1/Po
Diagnosa Medis : kista fossa posterior
Diagnosa keperawatan : nyeri akut

ASSESMENT SAAT PENGELOLAAN PASIEN


Treatmen : IVFD RL 20 TPM, Ranitidine1am/12 jam /ij, Meropenem500mg/8 jam / ij,
Santagesik1 am/3 jam/ij, Kalnex500 mg/8jam / ij, Flunarizine 10 mg/ 12 jam/ ij, Paracetamol dan
Tramadol 3x1/Po
Diagnosa Medis : kista fossa posterior
Diagnosa keperawatan :
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur oprasi) d.d mengeluh nyeri
2. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah saat beraktivitas
3. Resiko infeksi d.d efek prosedur infasi (luka oprasi)
RESUME KEPERAWATAN PASIEN

Nama Mahasiswa : kelompok III Tanggal : 22 05 2022


Ruangan : Bedah Stase : KMB 1I

Informasi Umum : Ny. L.L umur 41 tahun jenis kelamin perempuan, agama islam, pekerjaan
URT, pendidikan SMP, alamat kel limba u, NRM : 00159423, dirawat di ruang bedah post op,
masuk rumah sakit 11-05-2022 jam 10.05. keluhan Masuk rs membawa pengantar poli bedah
syaraf dengan kista posterior, demam, mual, munta (-), batuk (+). r/oprasi tangal 14 mei 2022
Pada saat dikaji pada tanggal 17-05-2022 Pasien mengatakan dilakukan tindakan oprasi pada
tanggal 14 mei 2022, setelah oprasi pasien dipindahkan ke ruang ICU selama 4 jam karena
sempat mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 12 E:3 V:4 M:5 kemudian pasien
dipindahkan ke ruangan HCU selama 2 hari, setelah pasien sudah dalam keadaan normal, pasien
dipindahkan ke ruang perawatan luka post op. pada saat dilakukan pengkaji pasien mengatakan
lemah, merasa nyeri pada kepala bagian belakang, nyeri dirasakan hilang timbul dengan skala 6
(1-10), pasien juga merasakan mual. Pasien belum melakukan aktivitas karena pasien merasakan
lemah dan pada saat melakukan aktivitas pasien akan merasa pusing. Pasien tampak lemas,
konjugtiva anemis, skrela ikterik, Tekanan Darah : 120/80 Mmhg, Nadi : 78x/m, Pernapasan :
20x/menit, Suhu badan : 37,6°c, Sp02 : 95%.
Diagnosa Medis : kista Fossa posterior
Pengkajian
1. Oksigenasi (Sirkulasi dan Pernafasan) :
Pasien tidak sesak, mempunyai rpd anemia gravis. Tekanan Darah : 130/90 Mmhg,
Nadi : 105x/m, Pernapasan : 20x/menit, Suhu badan : 37,6°c, Sp02 : 95%.
Pergerakan dinding dada simetris, Tidak ada otot bantu pernapasan, terdapat getaran
fremitus, auskultasi paru terdengar bunyi nafas vesiluer, bunyi perkusi terdapar bunyi
paru sonor, bunyi jantung I-II lup dup, CRT >2 detik.
2. Nutrisi cairan dan elektrolit:
diit biasa, sayur dan ikan, jumlah makan 3 kali/hari. Pola diit makanan lunak. Nafsu
makan menurun, pasien mengatakan mual tapi tidak muntah, jumlah minum ±
1400mg, Jenis air putih, bibir pucat, tidak ada sariawan, abdomen tidak membuncit,
bunyi perkusi terdengar bunyi abdomen timpani, tidak ada nyeri tekan.
pemeriksaan Kimia darah : GDS: 129 mg/dl
Eliminasi : pasien mengatakan belum BAB setelah oprasi, BAK : pasien
terpasang kateterdengan jumlah urin 800, warna kuning, kejernian jernih.
3. Aktifitas dan latihan: Pasien berbaring di tempat tidur karena merasa lemah,
pasien perlu bantuan untuk pergi ke toilet atau ke kamar mandi. Pasien jika
beraktivitas merasa lelah dan pusing. Pasien tidak memiliki kebiasaan sebelum
tidur, pasien tidur < 6 jam perhari. Penilaian menggunakan skala morse Kekuatan
otot
4 4
4 4

4. Neuro sensori dan kognitif : kesadaran composmentis, GCS klien 15, E: 4 V:5 M:6,
ada refreks patalogis Babinski
6. Keamanan atau proteksi : adaptif, terpasang IVFD nacl 0,9% 20 tpm, tidak terpasang
kateter urin, Leukosit: 5,95 ribu/uL
7. Endokrin : pemeriksaan laboratorium GDS : 129 mg/dL,
8. Pola nilai kepercayaan & spiritul : pasien beragama islam, belum bisa
melakukan kegiatan ibadah selama di rawat. Nilai kepercayaan dan spritual
baik
9. Interaksi sosial : orang terdekat lebih berpengaruh adalah Kedua orang tua, pasien
sering meminta bantuan dengan kepada keluarga jika terdapat masalah, pasien
mengerti dengan apa yang disampaikan oleh perawat. Pasien berbicara dengan jelas.
Diagnosa keperawatan
Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh 3 Resiko infeksi d.d efek prosedur infasi (luka
oprasi) d.d mengeluh nyeri lelah saat beraktivitas oprasi)
(D.0077) DS : DS :-
DSDS : - Pasien mengeluh lelah dan lemah saat beraktivitas Do :
- Pasien mengeluh nyeri pada bagian kepala - Pasien mengeluh pusing - terdapat luka oprasi dibagian kepala
belakang luka oprasi - Pasien mengatakan selalu dibantu keluarga pada saat belakang
- Pasien mengeluh sulit tidur melakukan aktivitas
DO :
- Keadaan umum : lemah Do :
- Ekspresi wajah : tampak lelah dan Nampak - Keadaan umum : lemah
meringis kesakitan - Ekspresi wajah : tampak lelah dan Nampak meringis
- Pasien nampak gelisah kesakitan
- Pasien nampak menghindar atau menarik diri - Aktivitas dibantu oleh keluarga
apabila disentu pada area perut - Pasien Nampak gelisah
- Tanda-tanda vital - Kekuatan otot :
Tekanan darah: 130/90 - 4444 4444
Frekuensi nadi: 105x/menit 4444 4444
Suhu badan : 36,5ºC - Terdapat luka oprasi pada bagian kepala belakang
Resfirasi : 22x/menit - Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90
Frekuensi nadi : 105x/menit
Suhu badan : 36,5ºC
Resfirasi : 22x/menit
Medical Manajemen 12 mei 2022
IVFD RL 20 TPM, Ranitidine1am/12 jam /ij, Meropenem500mg/8 jam / ij, Santagesik1 am/3 jam/ij, Kalnex500 mg/8jam / ij, Flunarizine 10 mg/ 12 jam/ ij,
Paracetamol dan Tramadol 3x1/Po
Rencana keperawatan
1. Manajemen Nyeri 2. Manajemen energy 3. Penceghan infeksi
Observasi Observasi
Observasi 1. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
1. Identifikasi skala nyeri melakukan aktivitas Terapeutik
2. Identifikasi faktor yang memperberat dan Terapeutik 4. Pertahankan tehnik septik pada pasien
memperingan nyeri 2. Sediakan lingkugan nyaman dan rendah stimulus beresiko tinggi
Terapeutik 3. Fasilitasi duduk disisi tempt tidur jika dapat Edukasi
1. Berikan tehnik nonfarmakologi untuk berpindah atau berjumpa 5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
mengurangi nyeri Edukasi
2. Fasilitasi istrahat dan tidur 4. Anjurkan tirah baring
Edukasi 5. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Kolaborasi
Kolaborasi Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu meningkatkan asupan makanan
Penyimpangan KDM

Genetik Virus Zat kimia Radiasi

Pembentukan sel jaringan


di otak

Massa pada crebral

Kista otak

Pembedahan
Craniotomi

Luka oprasi

terputusnya
Nekrosis jaringan Port d’entry
kontinitas jaringan
selebral

Resiko infeksi
- Prolisis Diskontinitas
- kerusakan jaringan jaringan
saraf medula spinal

Pelepasan mediator kimia


(histaris, bradikinin)
Kelemahan fisik
umum

Implus ke hipotalamus
Imobilitas

Lelah saat melakukan Nyeri akut


aktivitas

Intoleran aktivitas
BAB III
PENGKAJIAN

No.RM : 15-94-23
Tanggal : 17 mei 2022
Tempat : G2 Atas
I. DATAUMUM

1. IdentitasKlien
Nama : Ny. L.L Umur : 41 tahun
Tempat / TanggalLahir : 27-Mei-1980 JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam Suku : Gorontalo
Pendidikan : SMA Dx.Medis : kista fossa fosterior
Alamat : Limba U 1 Telepon :-
kec.Kota
selatan
Tanggal masuk RS : 11-Mei-2022 Ruangan : Bedah
GolonganDarah :O Sumberinfo : keluarga dan pasien

DiagnosaMedis : 1. Kista fossa Tanggal : 17 Mei 2022


fosterior
2. Tanggal :
3. Tanggal :

2. Identitas KluargaTerdekat
Nama : Ny.A
Alamat :limba u kec.kta
Pndidikan : SMA

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Status kesehatan Saat Ini


a. Alasan masuk Rumah Sakit : nyeri pada bagian kepala
b. Keluha Utama : nyeri kepala
c. Riwayat Keluhan Utama : pasien masuk rumah sakit pada tanggal 11 mei
2022, dan pada saat dikaji pada tanggal 17 mei 2022. Pasien mengatakan
dilakukan tindakan oprasi pada tanggal 14 mei 2022, setelah oprasi pasien
dipindahkan ke ruang ICU selama 4 jam karena sempat mengalami penurunan
kesadaran dengan GCS 12 E:3 V:4 M:5 kemudian pasien dipindahkan ke
ruangan HCU selama 2 hari, setelah pasien sudah dalam keadaan normal, pasien
dipindahkan ke ruang perawatan luka post op. pada saat dilakukan pengkaji
pasien mengatakan lemah, merasa nyeri pada kepala bagian belakang, nyeri
dirasakan hilang timbul dengan skala 6 (1-10), pasien juga merasakan mual.
Pasien belum melakukan aktivitas karena pasien merasakan lemah dan pada saat
melakukan aktivitas pasien akan merasa pusing.
d.
e. Faktor Pencetus : lika post op dibagian belakang kepala
(fossa posterior)

f. Lamanya Keluhan : nyeri di rasakan hilang timbul


Pusing dirasakan saat melakukan aktivitas
g. Timbul Keluhan : Bertahap

h. Faktor yang Memperberat: pasien mengatakan bahwa nyeri, lemah dan pusing
dirasakan pada saat pasien bergerak atau melakukan aktifitas
2. Status Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang Pernah Dialami ( kaitan dengan penyakit sekarang ) :
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama yang ada
kaitanya dengan penyakit sekarang.
b. Kecelakaan : tidak pernah mengalami kecelakaan
c. Pernah Dirawat : pernah, pada tahun 1999 pasien pernah dirawat
karena operasi appendisitis, pada tahun 2000 pasien pernah dirawat karena
operasi caesar
1) Penyakit : appendisitis, maag
2) Tanggal : tahun 1999
d. Riwayat Operasi : pada tahun 1999 dan pada tahun 2000
e. Riwayat Penyakit Keluarga : pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
memiliki penyakit yang sama dengan pasien

III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI DAN PEMERIKSAANFISIK


1. PERSEPSI DAN PEMELIHARAANKESEHATAN
a. Persepsi pasien tentang kesehatan diri :
Pasien sadar bahwa dirinya saat ini sedang sakit serta pasien mengatakan
kesehatan sangat penting dalam hidup karena kalau sakit pasien tidak dapat
beraktivitas
b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya:
Pasien pahan tentang penyaki yang tengah dideritanya
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
1) Kebiasaan diit yang adekuat, diit yang tidak sehat :
Pasien mengatakan mengonsumsi makanan seperti biasanya tanpa melihat
jenis makanan itu sehat atau tidak
2) Pemeriksaan kesehtan berkala, perawatan kebersihan diri, imunisasi :
Pasien mengatakan jarang memeriksakan kesehatanya dipuskesmas terdekat
3) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan
a) Yang dilakukan bila sakit : pasien hanya mengonsumsi obat warung dan
jamu
b) Kemana pasien berobat bila sakit :
Pasien mengatakan jika sakit pasien berobat ke puskesmas terdekat
c) Kebiasaan hidup (konsumsi jamu/alcohol/kopi/kebiasaan olahraga)
Merokok : tidak pak/hari,lama : (tahun)
Alcohol : tidak lama:
Kebiasaan olahraga, Jenis : tidak ada frekuensi
Obat/Jamu yang
No Dosis Ket.
Biasa dikonsumsi
1. Obat bodrex Pada saat timbul
nyeri

2. Jamu Pada saat sakit


kepala

d. Faktor Sosial Ekonomi yang Berhubungan dengan Kesehatan


1) Penghasilan : pasien mengatakan hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
penghasilan hanya dari suaminya
2) Asuransi /Jaminan Kesehatan : BPJS
3) Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal : pasien mengatakan lingkungan
rumahnya bersih dan nyaman, pasien tinggal serumah dengan anak dan
suaminya

2. Nutrisi, Cairan dan Metabolik


a. Gejala(Subjective)
1) Diitbiasa (Tipe) : makanan lunak Jumlah makan perhari: 3x perhari
2) Pola Diit : tidak ada MakanTerakhir : sarapan pagi bubur
3) Nafsu/selera makan : ya, pasien mengatakan ada selera makan
4) Mual:(ya) Waktu : bertahap
5) Muntah:(tidak) Jumlah:-
Karateristik :-
6) Nyeri ulu hati:(tidak)
Karateristik/penyebab: tidak ada
7) Alergi Makanan : (ya)
Jelaskan: pasien mengatakan alergi pada makanan yang berjenis seafood
(udang)
8) Masalah Mengunyah/Menelan : (tidak)
Jelaskan: pasien tidak ada masalah dibagian mengunyah atau menelan
9) Pola Minum /Cairan : air mineral (aqua)
Jumlah Minum: 1400 Jenis: air mineral
10) Penurunan BB dalam 6 bulan terakhir : (tidak)
Jelaskan: pasien tidak mengalami penurunan BB dalam 6 bulan
b. Tanda(objective)
1) Suhu Tubuh : 36,5˚C
Diaforesis : tidak diaforesis
2) Berat Badan : 58 kg
Tinggi badan : 150 kg
IMT: 22
Turgor kulit :
inspeksi : kulit pasien tampak lembab, kulit pasien kering, tidak terdapat lesi,
dan kulit tampak pucat
palpasi : akral teraba hangat
Tonus Otot : 44444 44444
44444 44444
pasien mampu menggerakan seluruh ekstermitasnya tetapi
terasa lemah
3) Edema:(tidak)
Lokasi dan Karaterisktik :-
4) Asites : (tidak)
Jelaskan : -
5) Integritas Kulit Perut :
Lingkar abdomen: 85 cm
6) Distensi vena Jugularis : (tidak)
Jelaskan:-
7) Hernia/Massa:(tidak)
Lokasi dan Karateristik:-
8) Bau Mulut/Halitosis :(tidak)
Jelaskan: saat dikaji pasien tidak terdapat bau mulut
9) Kondisi Mulut, Gigi/Gusi/Mukosa Mulut dan Lidah:
Kondisi mulut bersih, gigi agak kekuningan, mukosa mulut lembab, dan
warna lidah agak pucat
3. Pernapasan, Aktifitas danLatihan Pernapasan
a. Gejala (Subjektif)
1) Dispnea : (tidak)
Jelaskan: pasien mengatakan tidak merasa sesak nafas
2) Yang Meningkatkan / Mengurangi Sesak:
Tidak ada
3) Pemajanan Terhadap Udarayang Berbahaya:
Tidak ada
4) Penggunaan Alat Bantu : (tidak)
Jelaskan: pasien tidak menggunakan alat bantu
b. Tanda(Objektif)
1) Pernapasan
- Frekuensi: 22x/meit
- Kedalaman: distraksi dada dalam normal
- Simetris: simetris kiri dan kanan
2) Penggunaan Otot Bantu Pernapasan : tampak tidak menggunakan otot bantu
pernafasan
Nafas Cuping Hidung : tidak tampak pernafasan cuping hidung
3) Batuk : tidak ada batuk
Sputum (Karateristik Sputum) : tidak ada
4) Fremitus : vibrasi normal
Auskultasi Bunyi Nafas : sonor, tidak terdapat bunyi nafas tambahan
5) Egofoni : tidak ada (vasikuler)
Sianosis : tidak tampak sianosis
6) Perkusi:bunyi paru sonor pada kedua lapang paru
4. Aktifitas (Termasuk Kebersihan Diri) danLatihan
a. Gejala (Subjektif)
1) Kegiatan Dalam Pekerjaan :
Pasien sebagai Ibu Rumah Tangga
2) Kesulitan / Keluhan Dalam Aktifitas :
-Pergerakan Tubuh
- Kemampuan Merubah Posisi : Perlu Bantuan
Jelaskan : pada saat merubah posisi pasien belum mampu merubah
posisi secara mandiri, masih perlu bantuan dari keluarga
- Perawatan Diri (Mandi, Mengenakan Pakaian, Bersolek,
Makandll) : perlu bantuan
Jelaskan : pasien masih memerlukan bantuan dalam perawatan dirinya
3) Toileting (BAK/BAB) :perlu bantuan (pasien masih terpasang kateter)
Jelaskan : pasien terpasang kateter dengan jumlah urin sekitar 800 cc.
4) Keluhan Sesak Nafas Setelah Aktifitas : (tidak )
Jelaskan : pasien tidak merasa sesak
5) Mudah Merasa Kelelahan : (tidak)
Jelaskan : selama sakit pasien belum melakukan aktivitas karena merasa lelah
dan pusing
6) Toleransi Terhadap Aktifitas: (kurang)
Jelaskan : pasien merasa saat lelah dan pusing saat beraktivitas
b. Tanda(Objektif)
1) Respon Terhadap Aktifitas yang Teramati:
Pasien dapat merespon aktivitas namun belum mampu melakukan aktivitas
secara mandiri masih butuh bantuan dari keluarga
2) Status Mental ( Misalnya Menarik Diri, Letargi)
Pasien tidak menarik diri
3) Tampilan Umum
- Tampak Lemah : (ya)
- Kerapian Berpakaian : pasien nampak berpakaian rapih dan bersih
4) Pengkajian Neuromuskuler : GCS : 15 E:4 M:5 V:6
Pasien tidak ada gangguan pada mobilitas fisiknya
5) Massa/Tonus Otot
Kekuatan otot : pasien mampu menggerakan seluruh ekstermitasnya tetapi
terasa lemah
44444 44444
44444 44444
Postur :
Rentang Gerak : rentang gerak terbatas karena pasien megalami pusing serta
lemah pada saat bergerak atau beraktivitas
Deformitas : pasien tidak mengalami deformitas pada tulang
6) Bau badan: tidak ada
Kondisi Kulit Kepala : kulit kepala nampak ada bekas luka jahitan sekitar 6
cm
Kebersihan Kuku : kuku tampak bersih
5. Istirahat
a. Gejala (Subjektif)
1) Kebiasaan Tidur : pasien tidur siang dari pukul 14.00-16.00 dan pada malam
hari pasien sering terbangun karena nyeri pada luka, pasien tidur dari pukul
21.00-23.00 dan tidur lagi pukul 00.30-02.30 kemudian tidur lagi pukul
03.00-06.30
Lama Tidur : pada siang hari 2 jam dan pada malam hari sekitar ±7 jam
2) Masalah yang Berhubungan dengan Tidur
- Insomnia : (tidak)
Berhubungan dengan
- Kurang Puas/Segar Setelah Bangun Tidur( ) tidakada ( ) ada
Jelaskan : pasien merasa segar setelah bangun tidur
- Lain-lain, Sebutkan
b. Tanda(Objektif)
1) Tampak Mengantuk/Mata Sayup :(tidak)
Jelaskan
2) Mata Merah : (tidak)
Jelaskan
3) Sering Menguap :(tidak)
Jelaskan
Kurang Kosentrasi :(ya/tidak)
Jelaskan
6. Sirkulasi
a. Gejala (Subjektif)
1) Riwayat Hipertensi atau Masalah Jantung:
Pasien tidak ada riwayat hipertensi atau masalah pada jantung
2) Riwayat Edema pada Kaki : (tidak)
Jelaskan : pasien tidak terdapat riwayat edema pada kaki
3) Penyembuhan Lambat :(tidak)
4) Rasa Kesemutan :(tidak)
5) Palpitasi :(tidak)
6) Nyeri Dada :(tidak)
b. Tanda(Objektif)
1) Tekanan Darah : 130/90
2) Mean Arteri Pressure/Tekanan Nadi : 105x/menit
3) Bunyi Jantung
Frekuensi 22 x/menit
Regular : (kuat)
4) Friksi Gesek:(tidak)
Murmur :(tidak)
5) Ekstremitas
Suhu : 36,5C
Warna: sama dengan kulit sekitar
Tanda Homan : (tidak)
6) Pengisian Kapiler : <3 detik
Varises:(tidak)
Phlebitis : tidak
7) Warna
Membran
Mukosa : merah muda
Bibir : pucat
Konjungtiva : anemis
8) Punggung Kuku : pucat
9) Sklera: ikteri
7. Eliminasi
a. Gejala (Subjektif)
1) Pola BAB: pasien belum BAB setelah sakit
Frekuensi :tidak ada
Konsisten : tidak ada
2) Perubahan Dalam Kebiasaan BAB(pengunaan alat tertentu misal
Terpasang kolostomi/ileotomy): tidak ada
3) Kesulitan BAB: pasien belum BAB setelah oprasi
konstipasi :-
Diare:-
4) Penggunaan Laksatif : (tidak)
Jelaskan : pasien tidak menggunakan obat pengancar BAB
5) Waktu BAB terakhir: pada tgl 14 mei sebelum oprasi
6) Riwayat Perdarahan : ada, pada saat oprasi pasien mengalami pendarahan dan
dilakukan transfuusi 2 kantong darah. Pasien juga terpasang drain pada luka
oprasi dengan 100 cc
Hemoroid : tidak ada
7) Riwayat Inkontinensiaal: tidak ada gangguan
8) Penggunaan Alat-alat (misalnya pemasangan kateter):
Pasien terpasang kateter dengan urin 800 cc
9) Riwayat Penggunaan Diuretic :
Tidak ada
10) Rasa nyeri / rasa terbakar Saat BAK: pasien tidak merasa nyeri pada saat
BAK
11) Kesulitan BAK : pasien tidak mengalami kesulitan dalam BAK
12) Keluhan BAK : Pasien tidak mengalami keluhan saat BAK
Lain :
b. Tanda(Objektif)
1) Abdomen
- Inspeksi : Abdomen membuncit : (tidak)
Jelaskan : tidak terdapat pembengkakan pada abdomen, tidak terdapat
lesi
- Auskultasi:
Bunyi Abnormal :(tidak)
Jelaskan: terdapat bising usus dan terdapat bunyi perstaltik usus 18 x/menit
- Perkusi:
Bunyi Timpani(ya)
Kembung (tidak)
Bunyi abnormal lain (tidak)
Jelaskan : tidak ada bunyi abnormal lain pada bagian abdomen
- Palpasi :
Nyeri tekan (tidak)
Jelaskan : tidak ada nyeri tekan pada bagian abdomen
Distensi Kandung Kemih (ya/tidak)
Jelaskan
2) Pola eliminasi :
- Konsistensi Lunak/keras: pasien belum BAB
Massa : (tidak)
Jelaskan: pasien belum BAB
- Pola BAB
Konsistensi :-
Warna Abnormal : (ya/tidak)
Jelaskan : pasien belum BAB
- Pola BAK
Inkotinensia (tidak)
Jelaskan : pasien terpasang kateter
- Karateristik Urine
Warna : kuning pudar
Jumlah : 800 cc
Bau : khas urin
- Bila Terpasang Urostomy, Colostomy atau Ileustomy:
Keadaan : tidak ada
8. Neurosensori danKognitif
a. Gejala(Subjektif)
1) AdanyaNyeri:
- P = Paliatif / Propokatif (yang meningkatkan / menguranginyeri)
Yang meningkatkan nyeri pada saat bergerak atau melakukan aktivitas
- Q=Qualitas/Quantitas (frekuensi dan lamanya keluhan dirrasakan serta
deskrpsisifat nyeri yang dirasakan)
Nyeri hilang timbul
- R = Region/tempat (lokasi sumber dan penyebarannya)
Pada kepala bagian belakang
- S = Skala (menggunakan rentang nilai 1 – 10) 6
- T = Time ( kapan keluhan dirasakan dan lamanya) sering
2) Rasa Ingin Pingsan/pusing : (ya)
Jelaskan : pasien merasa pusing dan nyeri ketika beraktivitas atau bergerak
3) Sakit Kepala
Lokasi: kepala bagian belakang
Nyeri : skala 6 (1-10)
Frekuensi : bertahap
4) Kesemutan/Kebas/Kelemahan :
Lokasi: tidak ada
5) Kejang : (ya/tidak)
Jelaskan : pasien tidak mengalami kejang
Cara mengatasi
6) Mata
Penurunan Penglihatan : (tidak)
Jelaskan : pasien tidak ada masalah
dalam penurunan penglihatan
7) Pendengaran :
Penurunan Pendengaran : (tidak)
Jelaskan : pasien tidak mengalami penurunan pendengeran
Telinga Berdengung : (tidak),
Jelaskan
8) Epistaksis:(tidak)
Jelaskan : pasien tidak mengalami epistaksis
b. Tanda(Objektif)
1) Status mental
Kesadaran : composmentis
2) Skala Koma Glasgow (GCS)
E =6
M=5
V =4
3) Terorientasi/disorientasi
Waktu : terorientasi
Tempat : terorientasi
Orang :terorientasi
4) Persepsi Sensori
Ilusi :tidak ada
Halusinasi : tidak ada
5) Delusi
Afek :tidak.
Jelaskan: pasien tidak mengalami gangguan mental
6) Memori
Saat Ini : pasien masih dapat mengingat dengan jelas memori saat ini
Masa Lalu : pasien masih dapat mengingat dengan jelas masa lalunya
7) Penggunaan Alat Bantu Penglihatan/Pendengaran : (tidak)
Sebutkan
7) Reaksi Pupil Terhadap Cahaya
Kanan/kiri : bereaksi terhadap cahaya
Ukuran Pupil : mengecil
8) Fascial drop:
Postur: normal
Reflex: baik
10) Penampilan Umum Tampak Kesakitan : (ya)
Menjaga area sakit : pasien nampak menjaga area sakitnya
Respon Emosional : pasien nampak meringis saat ditekan pada area luka post
op
Penyempitan :

Fokus :
9. Keamanan
a. Gejala(Subjektif)
1) Alergi : (catatan agen dan reaksi spesifik) pasien memiliki alergi terhadap
makanan
2) Obat-obatan : tidak ada
3) Makanan : ada, makanan yang mengandung seefood (udang)
4) Faktor Lingkungan
- Riwayat Penyakit Hubungan Seksual :(tidak)
Jelaskan
- Riwayat Transfusi Darah :(ya) pasien pada saat oprasi tertransfusi 2 kantong
- Riwayata dan Reaksi Transfusi : (tidak) pasien tidak memiliki riwayat
alergi/reaksi transfusi
5) Kerusakan Penglihatan, Pendengaran : (tidak)
Jelaskan
6) Riwayat Cidera : (tidak)
Sebutkan
7) Riwayat Kejang : (tidak)
Sebutkan: klien tidak ada riwayat kejang
b. Tanda (Objektif)
1) Suhu Tubuh : 36,5C
Diaforesis:
2) Integritas Jaringan: Tidak ada
3) Jaringan Parut : (ya/tidak),
Jelaskan
4) Kemerahan/Pucat : (ya/tidak)
Jelaskan
5) Adanya Luka :luka post op bagian kepala belakang (Fossa posterior)
Luas : 5 cm
Kedalaman : 3 cm
Drainase Purulen : tidak ada
Peningkatan Nyeri Pada Luka : terdapat peningkatan nyeri pada saat luka
ditekan/disentuh
6) Ekimosis / Tanda Perdahan Lagi: tidak ada pendarahan setelah post op
7) Faktor Risiko
Terpasang Alat Invasi : (ya)
Jelaskan : pasien terpasang alat invasi berupa drain pada luka post op
8) Gangguan Keseimbangan : (tidak)
Sebutkan
9) Kekuatan Umum
Tonus otot : normal 44444 44444
44444 44444
Pareseatau Paralisa : tidak gangguan pada paralisa
10. Seksual dan Reproduksi
a. Gejala (Subjektif)
1) Pemahaman Terhadap Fungsi Seksual :
Tidak dikaji
2) Gangguan Hubungan Seksual karena Berbagai Kondisi (fertilitas, libido,
ereksi, menstruasi,kehamilan,pemakaian alat kontrasepsi atau kondisi sakit) :
tidak dikaji
3) Permasalahan Selama Aktifitas Seksual : tidak dikaji
Jelaskan
4) Pengkajian pada Laki–laki
Rabas pada Penis : tidak ada
Gangguan Prostat : tidak ada
5) Pengkajian padaPerempuan:
a) Riwayat Mentruasi (keturunan,keluhan)
Tidak dikaji
b) Riwayat Kehamilan :
Pasien pernah hamil 2 kali
c) Riwayat Pemeriksaan Ginekologi (missal pap smear):
Tidak dikaji
b. Tanda(Objektif)
1) Pemeriksaan Payudara/ Penis/Testis :payudara pasien nampak simetris kiri
dan kanan
2) Kutil Genital / Lesi : tidak dilakukan pemeriksaan
11. Persepsidiri, Konsep Diri danMekanisme Koping
a. Gejala (Subjektif)
1) Faktor stress : pasien mengatakan faktor stress dari luar
2) Bagaimana Pasien Dalam Mengambil Keputusan (sendiri atau dibantu) :
Pasien mengatakan dalam mengambil keputusan selalu dibantu dan
berdiskusi dengan keluarga
3) Yang dilakukan Jika Menghadapi Satu Masalah (misalnya: memecahkan
masalah, mecari pertolongan / berbicara dengan orang lain, makan, tidur,
minumobat – obatan, marah, diam, dll) :
Pasien mengatakan selalu melibatkan keluarga saat meghadapi suatu
masalah atau meminta pertolongan kepada keluarga
4) Upaya Pasien Dalam Menghadapi Masalahnya Sekarang :
Pasien sangat berupayah agar cepat sebuh dari sakitnya
5) Perasaan Cemas/takut : (ya)
Jelaskan : pasien merasa cemas pada saat oprasi
6) Perasaan Ketidak Berdayaan : (ya/tidak),
Jelaskan : pasien sempat merasa tidak berdaya akan keadaanya tetapi selalu
mendapat suport dari keluarganya
7) Perasaan Keputusasaan : (tidak)
Jelaskan : pasien tidak merasa putus asa, pasien selalu mendapat dukungan
dari keluarganya
8) Konsep Diri:
- Citra Diri : pasien menyukai seluruh anggota tubuhnya
- Ideladiri : pasien berharap sakit yang dialami bisa cepat sembuh
- Harga Diri : pasien tidak mengalami harga diri rendah
- Ada/tidak Perasaan Akan Perubahan Identitas : tidak ada
- Konflik Dalam Peran : tidak ada
b. Tanda(Objektif)
1) Status emosional : pasien nampak merasa gelisa
Tenang( ) Gelisah( ya ) Marah ( )
Takut ( ) Mudah Tersinggung ()
2) Respon Fisiologis yang Terobservasi
Perubahan Tanda vital : 130/90 mmHg
Ekspresi Wajah : nampak lelah dan meringis kesakitan
12. Interaksi social
a. Gejala (Subjektif)
1) Orang Terdekat dan Lebih Berpengaruh : keluarga terdekat (suami dan anak-
anaknya)
2) Kepada Siapa Pasien Meminta Bantuan Bila Mempunyai Masalah : kepada
keluarganya
3) Adakah Kesulitan Dalam Keluarga (hubungan dengan orang tua, saudara,
pasangan:(tidak)
Jelaskan : tidak ada
4) Kesulitan Berhubungan dengan Tenaga Kesehatan/Pasien Lain :(tidak)
Pasien sangat kooperatif
b. Tanda(Objektif)
1) Kemampuan Bicara :(jelas)
2) Tidak Dapat di Mengerti :pasien berbicara secara jelas dan mudah dimegerti
Afasia : tidak ada
3) Pola Bicara Tidak Biasa/Kerusakan : tidak, pola bicara pasien jelas
4) Penggunaan Alat Bantu Bicara : pasien tidak menggunakan alat bantu bicara
5) Adanya Laring Aktomy/Trakeostomy : tidak ada
6) Komunikasi Non verbal, Verbal Dengan Keluarga/OrangLain : baik, pasien
sering berkomunikasi secara verbal dengan keluarga dan orang lain
disekitarnya
7) Perilaku Menarik Diri : (tidak)
Sebutkan : pasien sangat terbuka saat dilakukan pengkajian
13. Pola nilaikepercayaan danspiritual
a. Gejala (Subjektif)
1) Sumber Kekuatan Bagi Pasien: Allah SWT dan keluarga inti
2) Perasaan Menyalahkan Tuhan : (tidak)
Jelaskan : pasien tidak pernah menyalahkan Tuhan karena keadaannya saat ini
3) Bagaimana Pasien Menjalankan Kegiatan Agama atau Kepercayaan: pasien
sering berzikir dan berdoa
Frekuensi : sering
4) Masalah yang Berkaitan dengan Aktifitasnya Tersebut Selama di Rawat :
Pasien hanya berbaring karena pada saat beraktifitas pasien merasa lemah dan
pusing
5) Pemecahan Oleh Pasien : keluarga
6) Adakah Keyakinan/Kebudayaan yang Dianut Pasien yang Bertentangan
Dengan Kesehatan (tidak ada)
7) Pertentangan Nilai/Keyakinan/Kebudayaan Terhadap Pengobatan yang
Dijalani : (tidak ada)
Jelaskan
b. Tanda(Objektif)
1) Perubahan Perilaku :
- Menarik Diri : (tidak ada)
Jelaskan : pasien tidak menarik diri pada saat dikaji
- Marah/Sarkasme: (tidak)
Jelaskan : pasien tidak marah/sarkasme saat dilakukan pengkajian
- Mudah Tersinggung : (tidak)
Jelaskan : pasien tidak mudah tersinggung saat dilakukan pengkajian
- Mudah Menangis: (tidak)
Jelaskan : pasien tidak mudah menagis saat dilakukan pengkajian
- Dll,
Jelaskan
2) Menolak Pengobatan : (tidak)
Jelaskan : pasien menerima segala pengobatan yang dilakukan oleh dokter
dan perawat yang sedang bertugas
3) Berhenti Menjalankan Aktifitas Agama : (tidak)
Jelaskan : pasien sering berdzikir dan berdoa saat sakit
4) Menunjukkan Sikap Permusuhan dengan Tenaga Kesehatan:(tidak),
Jelaskan : pasien sangat kooperatif terhadap tenaga kesehatan yang bertugas
IV. PEMERIKSAANDIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic (meliputi tanggal dan hasil pemeriksaan) meliputi:
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Radiologi

3. EKG
4. CT Scan
V. PENATALAKSANAANMEDIS
Penatalaksanaan Medis (uraian sesuai denganan jural medis) meliputi obat-obatan dan diit

No Nama Obat Dosis Manfaat Kontra indikasi Efek Samping


1. Ranitidine 1am/12 Menurunkan produksiHipersensitifitas Sakit kepala, mual,
jam /ij asam lambung munta sakit
perut
2. Meropenem 500mg/8 jam Mengobati berbagai Hipersensitivitas Ruam, gatal
/ ij infeksi bakteri pembengkakan
pada wajah,
bibir, lidah atau
bagian tubuh
lainnya
3. Santagesik 1 am/3 jam/ijMengatasi nyeri akut Tidak dapat Reaksi alergi parah,
dan kronik berat digunakan pada sesak nafas,
pasien yang gatal, dan ruam
memiliki alergi
dengan
kandungan
santagesik
4. Kalnex 500 mg/8jam Membantu Gangguan ginjal Mual, munta, diare
/ ij menghentikan yang berat dan
pendarahan pada penyakit
sejumlah kondisi tromboembolik
5. Flunarizine 10 mg/ 12 Mencegah serangan Tidak dapat Mua, kantuk,
jam/ ij migran/sakit digunakan pada gelisah,
kepala pasien yang hearburn, dan
alergi terhadap mulut kering
flunarzin
6. Paracetamol 3x1/Po Meredahkan demam, Gangguan ginjal Sulit tidur, perut
nyeri dan sakit bagian atas
kepala terasa sakit, urin
berwarna gelap,
lelah yang tidak
biasa dan
penyakit kuning
7. Tramadol 3x1/Po Meredahkan nyeri Hipersensitivitas Mual/munta, sulit
sedang maupun buang air besar,
berat pusing dan sakit
maag

VI. IDENTIFIKASIDATA
1. Keluhan (Data Subjektif)
- Pasien mengeluh nyeri pada bagian kepala belakang luka oprasi
- Pasien mengeluh lelah dan lemah saat beraktivitas
- Pasien mengeluh pusing
- Pasien mengatakan selalu dibantu keluarga pada saat melakukan aktivitas
- PQRST
P : yang meningkatkan nyeri pada saat bergerak atau melakukan aktivitas
Q : nyeri hilang timbul
R : Pada kepala bagian belakang (fossa Fosterior)
S : Skala 6 (menggunakan rentang nilai 1 – 10)
T : sering
- Klien mengeluh sulit tidur

2. Datao bjektif
- Keadaan umum : lemah
- Ekspresi wajah : tampak lelah dan Nampak meringis kesakitan
- Aktivitas dibantu oleh keluarga
- Pasien Nampak gelisah
- Kekuatan otot : 4444 4444
4444 44444
- Terdapat luka oprasi pada bagian kepala belakang
- Pasien nampak menghindar atau menarik diri apabila disentu pada area perut
- Tanda-tanda vital
tekanan darah : 130/90
frekuensi nadi : 105x/menit
suhu badan : 36,5ºC
resfirasi : 22x/menit
VII. KLASIFIKASI/PENGELOMPOKKAN DATA BERDASARKAN
GANGGUAN KEBUTUHAN

1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur oprasi) d.d mengeluh nyeri
DS :
- Pasien mengeluh nyeri pada bagian kepala belakang luka oprasi
- PQRST
P : yang meningkatkan nyeri pada saat bergerak atau melakukan aktivitas
Q : nyeri hilang timbul
R : Pada kepala bagian belakang (fossa Fosterior)
S : Skala 6 (menggunakan rentang nilai 1 – 10)
T : sering
- Pasien mengeluh sulit tidur

DO :
- Keadaan umum : lemah
- Ekspresi wajah : tampak lelah dan Nampak meringis kesakitan
- Pasien nampak gelisah
- Terdapat luka oprasi pada bagian kepala belakang
- Pasien nampak menghindar atau menarik diri apabila disentu pada area perut
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90
Frekuensi nadi : 105x/menit
Suhu badan : 36,5ºC
Resfirasi : 22x/menit

2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah saat beraktivitas


DS :
- Pasien mengeluh lelah dan lemah saat beraktivitas
- Pasien mengeluh pusing
- Pasien mengatakan selalu dibantu keluarga pada saat melakukan aktivitas

Do :
- Keadaan umum : lemah
- Ekspresi wajah : tampak lelah dan Nampak meringis kesakitan
- Aktivitas dibantu oleh keluarga
- Pasien Nampak gelisah
- Kekuatan otot : 4444 4444
4444 4444
- Terdapat luka oprasi pada bagian kepala belakang
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90
Frekuensi nadi : 105x/menit
Suhu badan : 36,5ºC
Resfirasi : 22x/menit

3. Resiko infeksi d.d efek prosedur infasi (luka oprasi)


DS :-
Do :
- terdapat luka oprasi dibagian kepala belakang
VIII. ANALISA DATA BERDASARKAN PATOFISIOLOGI DAN
PENYIMPANGANKDM

Penyakit(DiagnosaMedis)Klien :
Respon Utama :
PenyimpanganKDM : (Bagan Sistematis)

Genetik Virus Zat kimia Radiasi

Pembentukan sel jaringan


di otak

Massa pada crebral

Kista otak

Pembedahan
Craniotomi

Luka oprasi

terputusnya
Nekrosis jaringan Port d’entry
kontinitas jaringan
selebral

Resiko infeksi
- Prolisis Diskontinitas
- kerusakan jaringan jaringan
saraf medula spinal

Pelepasan mediator kimia


(histaris, bradikinin)
Kelemahan fisik
umum

Implus ke hipotalamus
Imobilitas

Lelah saat melakukan Nyeri akut


aktivitas

Intoleran aktivitas
IX. DAFTAR MASALAHKEPERAWATAN

NO Tanggal muncul Masalah Masalah

1. 18 mei 2022 Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur


oprasi) d.d mengeluh nyeri

2. 18 Mei 2022 Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan d.d


mengeluh lelah saat beraktivitas

3. 19 Mei 2022 Resiko infeksi d.d efek prosedur infasi (luka


oprasi)
NRM:
Nama:
JenisKelamin: TanggalLahir:

RuangRawat/UnitKerja : ………………… Tanggal : ………………..

RENCANA PERAWATAN PASIEN TERINTEGRASI


(Care Plan)

Tgl / Tujuan dan Keluaran Waktu Evaluasi Intervensi Waktu


Daftar Masalah/Diagnosis Intervensi
Jam (Outcome) (Taggal) Lanjutan Evaluasi

17/05/22 Nyeri Akut b.d agen Setelah dilakukan  Manajemen Nyeri 18/05/22
(10.00)pencedera fisik (prosedur intervensi keperawatan
oprasi) d.d mengeluh nyeri selama 3x 24 jam, maka Observasi
(10.00)
(D.0077) tindakan nyeri menurun 3. Identifikasi skala nyeri (10.30)
dengan kriteria hasil: 4. Identifikasi faktor yang
DSDS :
memperberat dan
- Pasien mengeluh nyeri -Keluhan nyeri
menurun memperingan nyeri
pada bagian kepala
-Meingis Terapeutik
belakang luka oprasi (11.00)
-Sikap protektif 1. Berikan tehnik
- Pasien mengeluh
-Gelisah menurun nonfarmakologi untuk
sulit tidur mengurangi nyeri
-Kesulitan tidur
DO : 2. Fasilitasi istrahat dan tidur (13.00)
menurun
- Keadaan umum : Edukasi
-Frekuensi nadi
lemah 1. Jelaskan penyebab, periode,
membaik (15.00)
- Ekspresi wajah : dan pemicu nyeri
tampak lelah dan Kolaborasi
Nampak meringis Kolaborasi pemberian analgetik, (19.00)
kesakitan jika perlu
- Pasien nampak gelisah
- Pasien nampak
menghindar atau
menarik diri apabila
disentu pada area perut
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 130/90
Frekuensi nadi:
105x/menit
Suhu badan : 36,5ºC
Resfirasi : 22x/menit
17/05/22 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan Manajemen energy 18/05/22
(10.00) kelemahan d.d mengeluh intervensi keperawatan Observasi
lelah saat beraktivitas selama 3x 24 jam, maka 6. Monitor lokasi dan (10.00)
DS : tolerans aktivitas ketidaknyamanan selama
- Pasien mengeluh lelah dan meningkat dengan melakukan aktivitas
lemah saat beraktivitas kriteria hasil : Terapeutik
- Pasien mengeluh pusing - Frekuensi nadi 7. Sediakan lingkugan nyaman (10.30)
- Pasien mengatakan selalu menurun dan rendah stimulus
dibantu keluarga pada - Keluhan lelah 8. Fasilitasi duduk disisi tempt (11.00)
saat melakukan aktivitas menurun tidur jika dapat berpindah atau
- Perasaan lemah berjumpa
Do : menurun Edukasi
(13.00)
- Keadaan umum : lemah 9. Anjurkan tirah baring
- Ekspresi wajah : tampak 10. Anjurkan melakukan aktivitas (15.00)
lelah dan Nampak secara bertahap
meringis kesakitan Kolaborasi
11. Kolaborasi dengan ahli gizi (08.00)
- Aktivitas dibantu oleh
keluarga tentang cara meningkatkan
- Pasien Nampak gelisah asupan makanan
- Kekuatan otot :
- 4444 4444
4444 4444
- Terdapat luka oprasi pada
bagian kepala belakang
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90
Frekuensi nadi :
105x/menit
Suhu badan : 36,5ºC
Resfirasi :
22x/menit
18/05/22 Resiko infeksi d.d efek Setelah dilakukan Penceghan infeksi 19/05/22
(08.30) intervensi keperawatan Observasi
prosedur infasi (luka (10.00)
oprasi) selama 3x 24 jam, maka 1. Monitor tanda dan gejala
DS :- tingkat infeksi menurun infeksi
Do : dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Demam menurun 6. Pertahankan tehnik septik pada (10.30)
- terdapat luka
- Kemerahan menurun pasien beresiko tinggi
oprasi dibagian kepala - Nyeri menurun Edukasi
belakang - Bengkak menurun 7. Jelaskan tanda dan gejala (13.00)
infeksi
1.
NRM:
DAFTAR PEMBERIAN TERAPI CAIRAN/ INFUS Nama:
JenisKelamin: TanggalLahir:

RuangRawat/UnitKerja : ………………… Tanggal : ………………..

PROGRAM DOKTER Jenis


Waktu Nama Perawat
Cairan Lama Terapi
(Mohon ditulis tanggal dan jam pemberian Tgl/ Obat Yang Volume Tetesan
Cairan/ Infus Ket
program infus / terapi cairan, serta nama jelas Jam Jalur Ditambahkan (ml) (Menit/ Jam) Yang Verifika
dan tanda tangan dokter yang memberikan Diberikan Mulai Selesai
program terapi) Selang Pasang tor

18/05/22 IVFD RL 500 ml 20 tpm 8 jam 23.00 07.00


(10.00)
19/05/22 IVFD RL 500 ml 20 tpm 8 jam 07.30 15.30

20/05/22 IVFD RL 500 ml 20 tpm 8 jam 16.00 24.00

21/05/22 IVFD RL 500 ml 20 tpm 8 jam 01.00 08.00


NRM:
Nama:
DAFTAR INTSTRUKSI MEDIS FARMAKOLOGIS JenisKelamin: TanggalLahir:

RuangRawat/UnitKerja : …………………

RiwayatAlergi TidakAda Ya
:AlergiTerhadapObat
:
Dihentika
N Tgl/ Dos Frekue Cara n
Nama Obat Tgl
o Jam is nsi Pemberian 18 Mei 2022 19 Mei 2022 20 Mei 2022 21 Mei 2022
(Tgl/Jam)

Jam 19. 07. 19. 07. 19. 07. 19.


00 00 00 00 00 00 00
1 iv
Ranitidine am/12
tanda

jam Initial

Jam 23. 07. 15. 23. 07. 15. 23. 07. 15. 23.0
00 00 00 00 00 00 00 00 00 0
Meropenem 500 tanda
mg/8
jam Iv Initial

Jam 23. 07. 15. 23. 07. 15. 23. 07. 15. 23.0
00 00 00 00 00 00 00 00 00 0
1 iv tanda
Santagesik am/8
jam Initial
NRM:
Nama:
DAFTAR INTSTRUKSI MEDIS FARMAKOLOGIS
JenisKelamin: TanggalLahir:

RuangRawat/UnitKerja : …………………

Y
RiwayatAlergi TidakAda a
:AlergiTerhadapObat
:
Dihentika
N Tgl/ Dos Frekue Cara n
Nama Obat Tgl
o Jam is nsi Pemberian 18 Mei 2022 19 Mei 2022 20 Mei 2022 21 Mei 2022
(Tgl/Jam)

Jam 23. 07. 15. 23. 07. 15. 23. 07. 15. 23.0
500 00 00 00 00 00 00 00 00 00 0
Kalnex mg/8 iv tanda
jam
Initial

Jam 19. 07. 19. 07. 19. 07. 19.0


00 00 00 00 00 00 0
Flunarizine 10 tanda
mg/12
jam Iv Initial

Jam 23. 07. 15. 23. 07. 15. 23. 07. 15. 23.0
00 00 00 00 00 00 00 00 00 0
Paracetamol 3x1 iv tanda
dan
Initial
Tramadol
NRM:
Nama:
JenisKelamin: TanggalLahir:

RuangRawat/UnitKerja : ………………… Tanggal : ………………..

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI

Tanggal/ Hasil Pemeriksaan, Analisis, Rencana Penatalaksanaan Pasien


Verifikasi
Jam (Dituliskan dengan Format SOAP, Evaluasi Hasil Tatalaksana dituliskan dalam Preseptor
Assesmen, Harap Bubuhkan Stempel Nama, dan Paraf Pada Setiap Akhir Catatan)
BAB IV
ANALISA KASUS
4.1 Definisi
Tumor intrakranial atau tumor otak adalah suatu massa abnormal dari jaringan
didalam kranium, dimana sel-sel tumbuh dan membelah dengan tidak dapat
dikendalikan oleh mekanisme yang mengontrol sel-sel normal (Simamora &
Zanariah, 2017). Tumor intrakanial dapat mengarah pada defisit lokal tergantung pada
lokasinya. Lesi pada lobus frontalis tergantung pada sering mengarah pada penurunan
progresif intelektual, perlambatan aktivitas mental dan gangguan personalitas. Lesi
pada lobus temporalis dapat mengarah pada depersonalisasi, gangguan emosi,
gangguan sikap, gangguan lapang pandang, ilusi audiotorik atau halusinasi auditorik.
Lesi pada lobus parietalis dapat mengakibatkan gangguan sensasi kontralateral,
kejang dan penurunan sensorik. Lesi pada lobus oksipitasis dapat menghasilkan
gangguan lapang pandang persial (Andini & Hanriko, 2018).
4.2 Klasifikasi Tumor Intracranial
Menurut American Association of Neurological (2020) dan Cancer Research
Ukn (2020), tumor intracranial terbagi atas 2 jenis, yakni:
4.2.1 Tumor Primer
Tumor ini berasal dari otak itu sendiri atau jaringan yang
berada di dekatnya, seperti di selaput otak (meningens), saraf kranial,
kelenjar pituitary atau kelenjar pineal. Tumor otak primer dimulai
ketika sel-sel normal mengalami kesalahan mutasi dalam DNA
mereka. Mutasi ini kemungkinan sel untuk tumbuh dan membelah
dengan laju yang meningkat sehingga sel yang sehat akan mati.
Hasilnya, membentuk sel abnormal yang membentuk tumor. Ada
beberapa jenis tumor primer, yaitu:
1. Meningioma
Meningioma adalah jenis tumor otak yang terjadi di
meningens, yaitu lapisan jaringan yang mengelilingi bagian
luar otak dan sumsum tulang belakang. Jenis tumor ini dapat
bermula di bagian otak manapun, tetapi umumnya di otak besar
dan otak kecil.
2. Adenoma pituitary
Adenoma pituitari atau tumor hipofisis adalah jenis tumor
otak yang tumbuh pada kelenjar pituitari, yaitu kelenjar yang
mengontrol berbagai fungsi tubuh serta melepaskan hormon ke
dalam aliran darah. Jenis tumor ini biasanya ditemukan pada
orang dewasa, dan umumnya memiliki tingkat keganasan yang
rendah (jinak).
3. Neuroma akustik (Schwannoma)
Neuroma akustik atau schwannoma vestibular adalah jenis
tumor otak jinak yang bermula di sel Schwann. Penyakit
neuroma akustik umumnya terjadi di sel Schwann yang berada
di bagian luar saraf vestibulocochlear, yaitu saraf yang
menghubungkan otak ke telinga dan berfungsi mengontrol
pendengaran dan keseimbangan. Tumor neuroma akustik
umumnya tumbuh secara lambat dan bersifatn jinak. Oleh
karena itu, penderitanya mungkin tidak memiliki gejala dalam
beberapa waktu.
4 . Medulloblastoma
Medulloblastoma adalah tumor otak kanker yang dimulai di
bagian belakang otak atau otak kecil. Karena menyerang otak
kecil, tumor ini dapat memengaruhi koordinasi, keseimbangan,
dan pergerakan otot.
5. Craniopharyngioma
Craniopharyngioma atau kraniofaringioma adalah jenis
tumor otak yang terjadi di area otak yang berdekatan dengan
mata atau sekitar bagian bawah otak yang berdekatan dengan
kelenjar pitutari. Jenis tumor ini bersifat jinak (non-kanker).
6. Tumor kelenjar pineal
Jenis tumor otak ini bermula di kelenjar pineal atau
jaringan di sekitarnya. Kelenjar pineal berada di tengah otak,
tepat di belakang batang otak, serta berfungsi memproduksi
hormon melatonin yang mengontrol tidur.
4.2.2 Tumor Sekunder
berasal dari kanker di bagian lain tubuh dan kemudian
menyebar (bermestatasis) ke otak. Setiap kanker dapat
menyebar ke otak, tetapi jenis-jenis yang termasuk umum
adalah kanker payudara, kanker usus besar, kanker ginjal,
kanker paru-paru dan melanoma.
4. 3 Etiologi
Penyebab tumor sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Adapun beberapa faktor secara umum penyebab tumor sebagai
berikut(Nurarif & Kusuma, 2015).
1. Herediter: Pada riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga
jarang ditemukan kecuali anggota sekeluarga.
2. Sisa-sisa sel embrional: Sel embrional yang tertinggal dalam tubuh
akan menjadi ganas dan merusak, sehingga menjadi perkembangan
abnormal, terutama intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi: Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi
dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada
bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma.
Menurut Brunner, & Suddarth (2013), penyebab terjadinya
tumor intracranial yaitu:
1. Riwayat trauma kepala Trauma yang berulang menyebabkan
terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma
pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui
gejala klinis.
2. Faktor genetic Tujuan susunan saraf pusat primer merupakan
komponen besar dari beberapa gangguan yang diturunkan sebagai
kondisi autosomal, dominan termasuk sklerasis tuberose,
neurofibromatosis.
3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik dan virus. Pada
binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus
menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat
tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.
4.4 Manifestasi klinis
Tumor intra cranial menyebabkan gangguan fungsi fokal dan
peningkatan tekanan intrakranial. Manifestasi tumor tergantung dari
lokasi, displacement otak, gejala umum yang timbul antara lain sakit
kepala, mual muntah, perubahan mental, papill edema, gangguan
visual (diplopia), kerusakan fungsi sensorik dan motorik, serta kejang.
Gejala peningkatan tekanan intrkranial disebabkan oleh tekanan yang
berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Tumor
intrakranial juga dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada
pasien lansia . Menurut Brunner & Suddart (2013), tanda dan gejala
yang dapat muncul antara lain:
1. Tanda dan gejala peningkatan TIK :
a) Sakit kepala
b) Muntah
c) Papiledema
2. Gejala terlokalisasi (spesifik sesuai dengan dareh otak yang
terkena):
1) Tumor korteks motorik: gerakan seperti kejang kejang yang
terletak pada satu sisi tubuh (kejang jacksonian)
2) Tumor lobus oksipital: hemianopsia homonimus kontralateral
(hilang penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi
yang berlawanan dengan tumor) dan halusinasi penglihatan.
3) Tumor serebelum: pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan
denga kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot otot tidak
terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama dan tidak
disengaja)
4) Tumor lobus frontal: gangguan kepribadian, perubahan status emosional
dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental, pasien sering menjadi
ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri
5) Tumor sudut serebelopontin: tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan
saraf kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
kelima), kelemahan atau paralisis (saraf kranial keketujuh), abnormalitas
fungsi motorik.
6) Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia.

4.4 Definisi Kraniotomi


Kraniotomi adalah sebuah prosedur operasi umum divisi bedah saraf
yang melibatkan pembuatan lubang yang cukup pada tempurung kepala atau
tengkorak (cranium) untuk akses optimal ke intrakranial. Kraniotomi
dinamakan sesuai dengan area tempurung kepala (cranium) yang dibuka, dapat
dilakukan secara intratentorial maupun supratentorial, atau kombinasi dari
keduanya. Tindakan ini dilakukan sebagai terapi pada tumor otak, hematoma,
aneurisma, maupun infeksi otak. Ukuran lebar kraniotomi bervariasi dari
beberapa milimeter (burr holes) sampai beberapa sentimeter (keyhole),
bergantung pada masalah dan terapi yang dibutuhkan. Kraniotomi dilakukan
menggunakan pisau khusus, bagian cranium yang telah dipotong (bone flap)
dibuka agar pelindung otak (dura) terlihat, dura kemudian juga dibuka untuk
mengekspos bagian otak. Di akhir prosedur, bone flap diletakkan kembali dan
‘direkatkan’ pada cranium menggunakan alat khusus.

4.5 Nyeri akut pasca kraniotomi


Berdasarkan the International Headache Society (IHS) nyeri pasca
kraniotomi dibagi menjadi acute postcraniotomy pain (ACP) dan chronic
postcraniotomy pain (CCP), tergantung durasi nyeri yang dirasakan (lebih dari
3 bulan atau tidak). Acute postcraniotomy pain / nyeri akut pasca kraniotomi
sebagian besar dirasakan terlokalisir pada area insisi, sekitar regio oksipital
dan leher, dan terutama melibatkan otot perikranial serta jaringan lunak.
Intensitas waktu nyeri pasca kraniotomi paling berat dirasakan dalam 48 jam
pasca operasi.
Nyeri pasca kraniotomi biasanya berdenyut atau pounding mirip
dengan sakit kepala karena tegang, terkadang bisa stabil dan berkelanjutan.
Kraniotomi infratentorial dikaitkan dengan penilaian nyeri yang lebih tinggi
dibandingkan pendekatan supratentorial. Pada 25% kasus nyeri kepala pasca
kraniotomi berlanjut menjadi persisten dan biasanya terletak di lokasi sayatan
bedah.
4.6 Manajemen Nyeri Akut Pasca-Kraniotomi
Manajemen nyeri akut yang ideal pasca tindakan bedah saraf harus
mampu meredakan nyeri, memiliki kemampuan anti-inflamasi, tidak
mempengaruhi fungsi sistem saraf pusat, tidak menghambat kesadaran
maupun penilaian neurologis, tidak menyebabkan depresi jantung dan
pernafasan, tidak membuat ketagihan dan tidak memiliki efek samping seperti
muntah, mual, epilepsi, atau perdarahan lokal. Sayangnya, tidak ada obat yang
sesuai dengan kategori ini. Dalam sebuah studi dari Inggris ditemukan bahwa
hanya 65% dari pusat bedah saraf yang memiliki protokol analgesik dan
selama beberapa dekade morfin merupakan analgesik lini pertama yang
digunakan, diikuti oleh parasetamol (84%) dan nonsteroidal anti-inflammatory
drugs (NSAID) (52%).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny.L.L dengan diagnose medis kista fossa
pisterior di Ruang Bedah RSUD Aloei Saboe, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil pengkajian pada ny.l.l didaptkan hasil data, pasien mengalami penyakit
dengan diagnosa kista fossa posterior, tingkat kesadaran compesmentis
2. Diagnos keperawatan yang didaptkan pada Ny.l.l intoleran aktivitas, defisit nutrisi
dan nyeri akut
5.2. Saran
1. Bagi RumahSakit
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang ditunjang
dengan pengadaan fasilitas- fasilitas yang memadai
2. BagiMahasiswa
Untuk mahasiswa yang akan melakukan studi kasus selanjutnya agar
lebih memeperhatikan dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang
sesuai dengan data yang diperoleh pada saat pengkajian
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai