T
DENGAN DIAGNOSA MEDIS PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK )
DAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG GARDENIA
RSUD DR.DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
Disusun Oleh :
NAMA :
SUSED 2018.C.10a.0986
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui,
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Maternitas II ini.
Adapun Laporan Pendahuluan yang sederhana ini membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK )”Laporan Pendahuluan
ini saya susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Asuhan Keperawatan Paru
Obstruktif Kronis (PPOK) , yang saya sajikan dengan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber, walau sedikit ada rintangan namun dengan penuh kesabaran dan
pertolongan dari Tuhan akhirnya Laporan Pendahuluan ini dapat terselesaikan.
Semoga laporan saya dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada para pembaca .Demi perbaikan laporan ini, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat saya harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................1
2.1 Konsep Penyakit ...............................................................................................4
2.1.1 Definisi Penyakit Paru Obstruksi Paru (PPOK)......................................4
2.1.2 Anatomi Fisologi.....................................................................................4
2.1.3 Etiologi..................................................................................................10
2.1.4 Klasifikasi..............................................................................................11
2.1.5 Fatosiologi (WOC) ...............................................................................12
2.1.6 Manifestasi Klinis .................................................................................13
2.1.7 Komplikasi ...........................................................................................13
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ......................................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .........................................................................15
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) ..........................................16
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ..................................................................21
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................21
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................25
2.3.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................25
2.3.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................27
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................27
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................28
3.1 Pengkajian ...................................................................................................28
3.2 Diagnosa ......................................................................................................41
3.3 Intervensi .....................................................................................................42
3.4 Implementasi ...............................................................................................46
3.5 Evaluasi .......................................................................................................46
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................49
4.1 Kesimpulan .................................................................................................49
4.2 Saran ............................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronik( PPOK ) merupakan penyakit kronis saluran
napas yang ditandai dengan hambatan saluran udara khususnya udara ekspirasi dan
bersifat progresif lambat, yaitu semakin lama semakin memburuk.terdapat dua
kondisi pada PPOK yang menjadi dasar patologi atau penyakit, yaitu bronkitis kronis
dengan pengeluaran lendir berlebih (hipersekresi mukus) dan emfisema paru yang
ditandai dengan pembesaran permanen dari ruang udara yang ada. Penyempitan
saluran nafas tampak pada saluran nafas yang besar dan kecil yang disebabkan oleh
perubahan konstituen normal saluran nafas terhadap respon radang yang terus-
menerus. PPOK bersifat ireversibel atau tidak bisa kembali karena terjadi perubahan
struktural pada saluran napas kecil, diantaranya: peradangan, fibrosis, metaplasi sel
goblet, dan hipertropi otot polos yang menjadi penyebab utama obstruksi jalan napas.
Menurut World Health Organization (WHO) mendata sebanyak tiga juta orang
meninggal karena PPOK pada tahun 2016, dan juga menyatakan bahwa pada dua
belas negara di Asia Tenggara ditemukan prevalensi PPOK sedang-berat pada usia
30 tahun ke atas dengan rata-rata sebesar 6,3%. Hongkong dan Singapura memiliki
angka prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan Vietnam sebesar 6,7%. Salah satu faktor
risiko yang paling berperan di PPOK adalah merokok dan Di Indonesia, PPOK
menempati urutan kelima sebagai penyakit penyebab kematian 2 dan diperkirakan
akan menduduki peringkat ke-3 pada tahun 2020 mendatang (Susanti, 2015).
Prevalensi PPOK di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, salah satunya
disebabkan oleh banyaknya jumlah perokok di Indonesia. Secara nasional konsumsi
tembakau di Indonesia cenderung meningkat dari 27% pada tahun 1995 menjadi
36.3% pada tahun 2013 (Kusumawardani et al., 2016).dan Jumlah penderita PPOK
meningkat akibat faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat, asap rokok dan polusi
udara. Prevelensi PPOK di indonesia angka tertinggi terdapat di Nusa Tenggara
Timur (10,0%), di ikuti Sulawesi Tengah (8,0%), Sulawesi Barat dan Selatan
masing-masing (6,7%), Gorontalo (5,2%), Nusa Tenggara Barat (5,4%), dan provinsi
Kalimantan Selatan menempati urutan ke-6 (5,0%), kemudian Kalimantan Tengah
(4,3%), Kalimantan Barat (3,5%), dan provinsi Kalimantan Timur (2,8%) (Riskesdas,
2013). 3 Menurut data RSUD Dr. H. Moch. Ansari saleh Banjarmasin tahun 2013
kunjungan pasien PPOK ke poliklinik paru berjumlah 255 pasien, tahun 2014
berjumlah 533 pasien, kemudian pada tahun 2015 jumlah kunjungan pasien PPOK
meningkat tajam menjadi 1355 pasien, dan pada tahun 2016 kembali meningkat
menjadi 1599 pasien. Peningkatan ini kemungkinan dipengaruhi oleh banyak faktor
yang menjadi pendukung pasien menderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Faktor paparan lingkungan dan faktor host merupakan faktor resiko utama
berkembangnya penyakit ini, faktor yang berhubungan dengan paparan lingkungan
misalnya merokok, pekerjaan, polusi udara dan infeksi. Sedangkan faktor yang
berasal dari host/pasien yaitu usia, jenis kelamin, adanya gangguan fungsi paru yang
sudah terjadi, dan predisposisi genetik (Ikawati, 2016). PPOK Terjadinya
penumpukan sputum di jalan napas akan mengakibatkan jalan napas menyempit,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya obstruksi jalan napas yang dapat
mengganggu pergerakan udara dari dan ke luar paru. Terjadinya gangguan
pergerakan udara dari dan ke luar paru akan mengakibatkan penurunan kemampuan
batuk efektif. Hal tersebut menyebabkan terjadinya masalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas. Jika tidak segera di atasi akan menyebabkan peningkatan kerja
pernapasan, hipoksemia secara revesible sampai terjadi gangguan pertukaran gas
hingga menyebabkan kematian (Muttaqin, 2009 dalam Rahayu, 2016).Pasien dengan
PPOK menunjukkan kelemahan untuk bernapas, mereka yang menderita PPOK akan
menanggung akibat dari kurangnya oksigen. Penurunan kadar oksigen dalam
sirkulasi dan jaringan tubuh, menempatkan pasien pada risiko tinggi terhadap
beberapa kondisi serius lainnya. Akhi-rakhir ini PPOK diketahui juga memiliki efek
sistemik dengan manifestasi ekstra paru. Komplikasi sistemik PPOK terdiri dari
peradangan sistemik, penurunan berat badan, gangguan muskuloskeletal, gangguan
kardiovaskular, gangguan hematologi, neurologi dan psikiatri
Berdasarkan masalah tersebut, saya tertarik untuk memberikan informasi yang
komprehensif tentang “Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruksi Kronik(
PPOK) dan Kebutuhan Dasar Oksigenisasi”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan,rumusan masalah dari laporan
ini,adalah:Bagaimana asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan
gangguan penyakit Paru Obstruksi Kronik( PPOK) dan Kebutuhan Dasar Oksigenasi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan tentang asuhan keperawatan
KDM pada Tn.T yang komprehensif dengan diagnosa Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK) dan kebutuhan dasar oksigenisasi di ruang Gardenia RSUD
dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit Paru Obstruksi Kronik(
PPOK ) ?
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) ?
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada pasien
Penyakit Paru Obstruksi Kronik( PPOK ) dan kebutuhan dasar oksigenasi ?
Bronkitis kronis berlangsung untuk waktu yang lama dan sering kambuh.
Peradangan bronkus dalam waktu lama ini menyebabkan terbentuknya
mukus lengket pada saluran napas. Hal ini dapat memicu gangguan
pernapasan
c. Emfisema
2.2.3 Etiologi
1. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara. Klien yang
mengalami kekurangan gizi mengalami kelemahan otot pernafasan.Kondisi ini
menyebabkan kekekuatan otot dan kerja pernapasan menurun.
b. Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan kebutuhan
oksigen.Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, memampukan individu
untuk mengatasi lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan karbondoksida.
c. Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, penyakit paru
obstrukti kronis, dan kanker paru.
d. Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan akan menggganggu
oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki asupan nutrisi yang
buruk.Kondisi ini menyebabkan penurunan asupan makanan kaya gizi yang
kemudian menyebabkan penurunan prosuksi hemoglobin.
2. Faktor Lingkungan
Abestosis merupakan penyakit paru yang memperoleh di tempat kerja dan
berkembang setelah individu terpapar asbestosis.
a. Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada insietas beat akan meningkatkan laju
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat(Potter & Perry,
2018)
3. Faktor Perkembangan
a. Bayi Prematur Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin,
yang diduga disebabkan defisiensi surfaktan.
b. Bayi dan Todler Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA) hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap
dari rokok. Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi
berkembang kongesti nasal yang memungkinkan pertumbuhan bakteri.dan
meningkatkan potensi terjadinya ISPA. ISPA yang sering doalami adalah
nasofaringitis, faringitis, influenza, dan tonsillitis.
c. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan factor-
faktor resiko pernafasan, misalnya asap rokok dan merokok.
d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan
Individu pada usia pertengahan dan dewasa muda terpapar pada banyak
factor resiko kerdiopulmonar seperti diet yang tidak sehat, kurang latihan fisik,
obat-obatan.
e. Lansia Kompliansi
dinding dada menurun pada klien lansia yang berhubungan dengan
osteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta.Otot – otot pernapasan melemah
dan sirkulsi pemubuluh darah pulmonar menurun.
2.2.4 Klasifikasi
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya
sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis
serta persyarafan yang utuh. Otot pernafasan inspirasi utama adalah diafragma.
Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada
vertebra servikal keempat. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya
perbedaan tekanan, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal
keempat. udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi
tekanan intrapleural lebih negative (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760
mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli. Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor.
a. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan
menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
b. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
c. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
d. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal
interkosa, otot abdominal.
2. Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi,
dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri
pulmonaris dari ventrikel kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan
ikut serta dalam proses pertukaan oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus.
Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan
dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-
waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
2. Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah
dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah
pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah.
Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan
tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada
tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada
kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk ke dalam darah.
Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada
alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.
2.2.5 WOC
2.2.6 Manifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan laring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas
vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi
gangguan oksigenasi. Selain itu terdapat tanda dan gejala lainnya seperti :
1. Pola napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman)
2. Suara napas tidak normal.
9. Interaksi Sosial
11. Hygiene.
Intervensi :
1). Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas misalnya mengi,
krekels, ronkhi.
Rasional : mengetahui ada tidaknya obstruksi jalan nafas dan menjadi
manifestasi adanya bunyi nafas adventisius
2). Kaji atau pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi atau
ekspirasi.
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi
akut.
3). Catat adanya derajat dispnea, misalnya keluhan lapar udara, gelisah,
ansietas, distress pernafasan, penggunaan otot bantu.
Rasional : mengetahui disfungsi pernapasan.
4). Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
Rasional : mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan
gravitasi.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot aksesori,
nafas bibir, ketidakmampuan berbicara atau berbincang.
Rasional : berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan
kronisnya proses penyakit.
2). Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernafas. Dorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir
sesuai kebutuhan atau toleransi individu.
Rasioanal : posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan
kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
3). Kaji atau awasi secara rutin kulit dan warna membran mukos.
Rasional :warna Keabu-abuan dan sianosis sentral mengidentifikasikan
beratnya hipoksemia.
Intervensi :
3.1.1.1
1)
a)
Nama : Tn.T
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku Bangsa : Dayak /Indonesia
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Kuala Kapuas
Tgl MRS : 12 Mei 2020
Diagnosa Medis : Penyakit Paru Obstruksif Kronis (PPOK)
B Riwayat Kesehatan/Perawatan
1. Keluhan Utama
Tn.T mengatakn sesak napas sejak 2 hari yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn T sudah 2 hari batuk berdahak dan sesak disertai perut sakit dan
kembung sudah berobat ke puskesmas,tidak ada perubahan, karena
keluhannya semakin memberat keluarga menyarankan untuk keluarga
menyarankan untuk dibawa ke RSUD Dr. Doris Sylvanus Tindakan di IGD
Apa saja yg di dapatkan
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi)
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga Tn.T mengatakan tidak pernah menderita batuk dan sesak napas
seperti di alami Tn.T Sekarang ini
Genogram Keluarga
Keterangan :
1. Meninggal Dunia
2. Klien
3. suami Klien
4. Tinggal Serumah
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Pasien tampak merasakan sakit Keadaan umum pasien tampak lemah
tingkat kesadaran pasien compos menthis, penampilan pasien tampak rapi
dan bersih.
2. Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah meringis, bentuk
badan sedang ( kurus), suasana hati sedih, berbicara lancar, fungsi kognitif
orientasi waktu pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam,
orientasi orang pasien dapat mengenali keluarga maupun petugas kesehatan,
orientasi tempat pasien mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit.
3. Tanda-Tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 130/100 mmHg,
Nadi 88 x/menit, pernapasan 25 x/menit dan suhu 36 0 C
4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris,napas terasa sesak 26x/menit tidak memakai alat
bantu , pasen tampak sesak saat aktivitas, nafas pasien tersengal-sengal cepat
pendek,type pernapasanan klien tampak menggunakan dada, irama
pernapasan teratur dan suara nafas klien vesikuler, ada ada suara nafas
tambahan Ronchi basah.
Masalah Keperawatan :Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif dan Pola
Nafas Tidak Efektif
5. Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak Ada nyeri, cappilary refill ≤2 detik, pasien tidak pucat, tidak ada
peningkatan Vena Jugularis, Bunyi Jantung S1 S2 Reguler, irama sinus rythm.
6. Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E:4 ( membuka mata spontan ), V:5 ( orentasi dengan
baik ), M 6 (bergerak sesuai perintah ) dan total Nilai GCS:15 normal,
kesadaran Tn. T compos menthis, pupil Tn.T isokor tidak ada kelainan,
reflex cahaya kanan dan kiri positif.
Hasil dari uji syaraf kranial,
1. saraf kranial I (Olfaktorius): pada pemeriksaan menggunakan minyak
kayu putihdengan mata tertutup pasien mampu mengenali bau minyak
kayu putihtersebut.
2. Saraf kranial II (Optikus): pasien mampu membaca nama perawat
dengan baik pada saat perawat meminta pasien untuk membaca
namanya.
3. Saraf kranial III (Okulomotor): pasien dapaat mengangkat kelopak
matanya dengan baik.
4. Saraf kranial IV (Troklearis): pasien dapat menggerakkan bola matanya
(pergerakan bola mata normal).
5. Saraf kranial V (Trigeminalis): pada saat pasien makan pasien dapat
mengunyah dengan lancar.
6. Saraf kranial VI (Abdusen): pasien mampu menggerakan bola matanya
ke kiri dan kekanan.
7. Saraf kranial VII (Fasialis): pasien dapat membedakan rasa manis dan
asin. Saraf kranial
8. VIII (Auditorius): pasien dapat menjawab dengan benar dimana suara
petikan jari perawat kiri dan kanan.
9. Saraf kranial IX (Glosofaringeus): pasien dapat merasakan rasa asam.
10. Saraf kranial X (Vagus): pada saat makan pasien dapat mengontrol
proses menelan.
11. Saraf kranial XI (Assesorius): pasien dapat menggerakkan leher dan
bahu.
12. Saraf kranial XII (Hipoglosus): pasien mampu mengeluarkan lidahnya.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung
positif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan positif;
pasiendapat menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan dan
kiri postif dengan skala 5, refleks brakioradialis kanan dan kiri positif
dengan skala 5,
refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks akhiles kanan
dan kiri positif dengan skala 5, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan
skala 5. Uji sensasi pasien di sentuh bisa merespon.
Tidak ada masalah keperawatan.
7. Eliminasi Alvi (Bladder)
Produksi urine 1200ml/24 jam warna urine kuning, bau urine amoniak.
Eliminasi Tn.T tidak ada masalah atau lancar keluhan dan masalah
keperawatan.
Tidak ada masalah keperawatan.
8. Eliminasi Alvi (Bowel)
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak lembab , tidak ada lesi. Gigi ada yang
tanggal hampir di semua (atas, bawah, kanan dan kiri) tidakada caries, gusi terlihat
tidak ada peradangan dan perdarahan, lidah berwana merah muda dan tidak ada
peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada peradangan pada tonsil,
tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan saat menelan,tidak ada masalah dalam
mengejan.
Tidak ada masalah keperawatan.
9. Tulang Otot Integumen (BONE)
Kemampuan Pergerakan Tn.T bebas tidak terbatas , kekuatan otot atas
ekstermitas atas 5/5 exstermitas bawah 5/5 , kulit (turgor kulit),akral
(hangat).
Tidak ada masalah keperawatan.
10. Kulit-Rambut-Kuku
Riwayat alergi Pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi
makanan, Suhu kulit Tn. T hangat , warna kulit normal tidak ada kelainan,
turgor kulit halus tidak kasar maupun kemerahan tidak ada peradangan,
jaringan parut tidak ada, tekstur rambut lurus, distribusi rambut merata,
bentuk kuku simetris tidak ada kelainan
Tidak ada masalah keperawatan.
11. Sistem Pengindraan
Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, visus mata kanan
dan mata kiri normal 5/5, sklera normal/putih, kornea bening. Pasien tidak
memakai kecamata dan tidak keluhan nyeri pada mata. Fungsi pendengaran
baik, penciuman normal, hidung simetris, dan tidak ada polip.
Tidak ada masalah keperawatan.
12. Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
Tidak ada masalah keperawatan.
G. Penatalaksanaan Medis
SUSED
NIM : 2018.C.10a.0986
ANALISA DATA
No DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
1. DS : Tn T mengeluh batuk Merokok,polusi
dahak susah keluar,sesak udara,infeksi virus
napas.
DO : Hipersekresi lender
Pemeriksaan TTV
-TD : 130/100 Fungsi silia menurun Bersihan jalan
-Suhu : 36 napas tidak efektif
-Nadi : 88 x/mnt Produksi secret
-RR : 25 x/mnt meningkat
-Terpasang infus asering 12
Tpm Mukus kental
Batuk berdahak