Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN “B” DENGAN DIAGNOSA


MEDIS PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (PJB) DI RUANG ICU
RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG

Fasilitator : Ns. Nandang DD Khairari, MAN


OLEH KELOMPOK D :
1. Harindah, S.Kep
2. Wardani, S.Kep
3. Ruusmalinda, S.Kep
4. Husmaini, S.Kep
5. Rika Indrawati, S.Kep
6. Tutik Usnawati, S.Kep
7. Yola Sasmita Aprilia, S.Kep
8. Baiq Rita Jayanti, S.Kep
9. Syarif Hidayatullah, S.Kep
10.Sanusi Pani, S.Kep
11. Iskandar Putra Aminullah, S.Kep
12. Irwan Apandi, S.Kep
13. Zikri Parhanullah, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah


SWT. yang telah memberikan kesehatan jasmani ataupun rohani, dan memberikan
nikmat serta kasih sayang-Nya kepada kita semua, sehingga kami sebagai penulis
dapat menyelesaikan Laporan ini dengan baik.

Dan tak lupa pula kita haturkan sholawat dan serta salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah menuntun manusia dari jalan
yang gelap gulita menuju ke jalan yang terang benderang seperti yang sedang kita
rasakan sekarang ini.

Akhirnya, penulis bisa menyelesaikan Laporan kelompok ini guna


memenuhi tugas di Stase Keperawatan Gawat Darurat. Tentunya kami sebagai
penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada Laporan ini. Penulis
menginginkan kepada semua pihak yang membaca Laporan ini khususnya ibuk
dosen pengampu mata kuliah untuk memberikan masukan berupa kritik atau saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan isi dari Laporan ini.

Lombok Timur, 12 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................

Daftar Isi...........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan Penulisan..............................................................................
D. Manfaat Penulisan............................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
A. Konsep Teori Medis .......................................................................
1. Anatomi Fisiologi Jantung……………………………………..
2. Definisi .......................................................................................
3. Etiologi........................................................................................
4. Klasifikasi ...................................................................................
5. Manifestasi Klinis........................................................................
6. Patofisiologi ................................................................................
7. Respon Terhadap Sistem Tubuh..................................................
8. Komplikasi..................................................................................
9. Pemeriksaan Penunjang...............................................................
10. Penatalaksanaan........................................................................
11. Pathway……………………………………………………….
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................
BAB 4 PENUTUP…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu kelainan bawaan yang
cukup banyak ditemukan dengan insiden antara 8-10 kejadian setiap 1000
kelahiran hidup. Angka kejadian PJB di Indonesia cukup tinggi,yaitu 45.000
bayi Indonesia lahir dengan PJB tiap tahun. PJB asianotik merupakan
kelompok penyakit terbanyak yakni sekitar 75% dari semua PJB, sedangkan
sisanya merupakan kelompok PJB sianotik (25%). Defek septum ventrikel
(DSV) yang merupakan salah satu jenis dari PJB asianotik, paling sering
ditemukan, yaitu sebanyak 20- 30% dari seluruh kasus PJB (Handiarsa,
Nugroho, and Prawirohartono 2016).
Penyait jantung bawaan (PJB) di negara maju maupun negara
berkembang sekitar 6-10 kejadian dari 1000 kelahiran, dengan rerata
persentase sekitar 8 anak setiap 1000 kelahiran hidup. Prevalensi PJB di
Eropa akhir-akhir ini dilaporkan dari data pusat untuk 29 populasi di 16
Negara menunjukkan prevalensi 8 per 1000 kejadian. Diperkirakan di
Eropa, sekitar 3600 anak lahir dengan PJB dan 3000 meninggal dikarenakan
PJB. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 40.000 sampai 50.000 bayi lahir
dengan cacat jantung bawaan. Menurut Perimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), penyakit jantung menempati peringkat
pertama dari semua penyakit yang menyerang bayi. Data menunjukan
penyakit jantung bawaan dalam setahun terakhir yaitu bulan Agustus 2018
sampai dengan Agustus 2019 di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi
Semarang menunjukan kurang lebih 973 pasien mengalami penyakit jantung
bawaan dan rata-rata adalah anak-anak.
Secara umum penyakit jantung bawaan tersebut akan membawa
dampak secara fisik dan psikologis bagi penderita. Secara fisik pasien
dengan penyakit jantung bawaan akan mudah sekali lelah karena gangguan
sirkulasi sedangkan secara psikologlogis menurut penelitian yang dilakukan
oleh Sawyer dkk (dalam Dixon-Woods dkk, 2005), anak usia 2-5 tahun
yang menderita penyakit kronis, setelah mereka mengetahui diagnosis
penyakitnya, anak tersebut akan terlihat menjadi lebih cemas, bergantung,
mudah menangis, dan sulit tidur. Hal ini merupakan koping yang dapat
mereka lakukan terhadap penyakitnya. Perubahan fisik, kesulitan, rasa tidak
enak, maupun rasa nyeri merupakan dampak dari proses pengobatan
pkenyakit jantung. Dampak dari proses pengobatan jantung ini juga dapat
menjadi stresor tersendiri bagi anak tersebut. Stresor lain dari anak yang
menderita penyakit kronis adalah kenyataan bahwa mereka harus
menghadapi tugas-tugas perkembangan dan pertumbuhan sebagaimana anak
yang tidak menderita (Wear, Covey & Brush, dalam Apsari, 2009).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah pada studi kasus, yaitu bagaimana asuhan keperawatan pada
Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB) di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R. Soedjono Selong ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB).

2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. B dengan PBJ di
ruang ICU RSUD Dr. R. Soedjono Selong.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa pada An. B dengan PJB di
ruang ICU RSUD Dr. R. Soedjono Selong.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada An. B
dengan PJB di ruang ICU RSUD Dr. R. Soedjono Selong
d. Penulis mampu mengimplementasikan asuhan keperawatan pada
An. B dengan PJB di ruang ICU RSUD Dr. R. Soedjono Selong.
e. Penulis mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada An. B dengan
PJB di ruang ICU RSUD Dr. R. Soedjono Selong.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Penulis
Menambah wawasan dan sebagai bahan acuan bagi peneliti
selanjutnya dalam mengembangkan penelitian lanjutan terhadap pasien
PJB.

2. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi


pengembangan keilmuan khususnya di program studi ilmu keperawatan
Stikes Hamzar Lombok Timur dalam bidang Keperawatan Gawat
Darurat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Jantung Bawaan


1. Anatomi Fisiologi Jantung

Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh kita. Fungsi
jantung secara umum adalah bekerja sebagai pompa. Fungsi pompa ini
adalah kaitannya dengan sistem peredaran tubuh sehingga ketika jantung
bekerja untuk dan dalam rangka memompakan darah ke seluruh jaringan
tubuh kita. Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua
bilik yang terletak di atas disebut Atrium, dan dua yang di bawah disebut
Ventrikel. Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan
yang bertugas memompa darah ke paru-paru, dan bagian kiri yang bertugas
memompa darah ke seluruh tubuh manusia.
a. Ukuran, Posisi atau letak Jantung
Ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau
deng an ukuran panjang kira-kira 5″ (12 cm) dan lebar sekitar 3,5″ (9
cm). Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang
mediastinum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan
dengandiafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal
notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari midline sternum, 2/3
nya disebelah kiri dari midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung
di interkostal ke-5 atau tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri. (lihat
gambar: 2.1)
Gambar 2.1. Posisi jantung dari arah depan

b. Lapisan Pembungkus Jantung


Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan
perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan,
yaitu :
1) Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang
melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan
fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian
dinding dalam sternum rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa
ini termasuk penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah
besar yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava, aorta,
pulmonal arteri dan vena pulmonal).
2) Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa
3) Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan
lapisan luar dari otot jantung atau epikardium.
c. Lapisan Otot jantung

Gambar 2.2 Gambar 2.3


Lapisan–lapisan jantung Lapisan otot jantung
1) Dinding jantung terutama terdiri dari serat-serat otot
jantung yang tersusun secara spiral dan saling berhubungan
melalui diskus interkalatus. Lapisan jantung itu sendiri terdiri
dari Perikardium, Miokardium, dan Endokardium.
Berikut ini penjelasan ketiga lapisan jantung yaitu:
Perikardium (Epikardium) Epi berarti “di atas”, cardia berarti
“jantung”, yang mana bagian ini adalah suatu membran tipis di bagian
luar yang membungkus jantung.
2) Miokardium
Myo berarti "otot", merupakan lapisan tengah yang terdiri
dari otot jantung, membentuk sebagian besar dinding
jantung. Serat-serat otot ini tersusun secara spiral dan
melingkari jantung. Lapisan otot ini yang akan menerima
darah dari arteri koroner.
3) Endokardium
Endo berarti "di dalam", adalah lapisan tipis endothelium,
suatu jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam
seluruh sistem sirkulasi peredaran darah
4) Katup Jantung

Gambar 2.4 Katup-katup jantung

Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang


menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup
atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal di namakan katup semilunar. Katup
atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang
menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup
atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara
atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral
atau bicuspid.
Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang
menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup
semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara
ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta. (Lihat
Gambar: 3.5) Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang
jantung sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat
saat relaksasi atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat
oleh chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak
terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan rendah.
5) Ruang Jantung
Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan
ventrikel yang masing-masing dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi
dua yaitu atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kiri dan kanan.
a) Atrium
Berikut fungsi dari masing-masing atrium jantung yaitu:
1) Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah
yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir
melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus
koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah
dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru. Atrium
kanan menerima darah de-oksigen dari tubuh melalui vena kava
superior (kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior vena kava (kaki
dan dada lebih rendah). Simpul sinoatrial mengirimkan impuls yang
menyebabkan jaringan otot jantung dari atrium berkontraksi dengan
cara yang terkoordinasi seperti gelombang. Katup tricuspid yang
memisahkan atrium kanan dari ventrikel kanan, akan terbuka untuk
membiarkan darah deoksigen dikumpulkan di atrium kanan mengalir
ke ventrikel kanan
2) Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru
melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke
ventrikel kiri danselanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Atrium
kiri menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui vena paru-
paru. Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial kemajuan melalui
atrium, darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri
3) Ventrikel
Berikut adalah fungsi ventrikel yaitu :
a) Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan
dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel
kanan menerima darah deoksigen sebagai kontrak atrium kanan.
Katup paru menuju ke arteri paru tertutup, memungkinkan untuk
mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh, mereka
kontrak. Sebagai kontrak ventrikel kanan, menutup katup
trikuspid dan katup paru terbuka. Penutupan katup trikuspid
mencegah darah dari dukungan ke atrium kanan dan pembukaan
katup paru memungkinkan darah mengalir ke arteri pulmonalis
menuju paru-paru.
b) Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke
seluruh tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang
mengandung oksigen sebagai kontrak atrium kiri. Darah melewati
katup mitral ke ventrikel kiri. Katup aorta menuju aortatertutup,
memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah
ventrikel penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri,
menutup katup mitral dan katup aorta terbuka. Penutupan katup
mitral mencegah darah dari dukungan ke atrium kiri dan
pembukaan katup aorta memungkinkan darah mengalir ke aorta
dan mengalir ke seluruh tubuh.
c) Pembuluh darah besar jantung
Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu:
1) Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah
kotor dari bagian atas diafragma menuju atrium kanan.
2) Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah
kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
3) Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa
darah kotor dari jantung sendiri.
4) Pulmonary Trunk, yaitu pembuluh darah besar yang membawa
darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalise) Arteri
Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-
paru.
5) Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
6) Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa
darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya
yang bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.
7) Desending Aorta, yaitu bagian aorta yang membawa darah
bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian
bawah.
d) Arteri Koroner
Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab
dengan jantung sendiri, karena darah bersih yang kaya akan
oksigen dan elektrolit sangat penting sekali agar jantung bisa
bekerja sebagaimana fungsinya. Apabila arteri koroner
mengalami pengurangan suplainya ke jantung atau yang di sebut
dengan ischemia, ini akan menyebabkan terganggunya fungsi
jantung sebagaimana mestinya. Apalagi arteri koroner mengalami
sumbatan total atau yang disebut dengan serangan jantung
mendadak atau miokardiac infarction dan bisa menyebabkan
kematian.Begitupun apabila otot jantung dibiarkan dalam keadaan
iskemia, ini juga akan berujung dengan serangan jantung juga
atau miokardiac infarction.
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi
sistemik, dimana muara arteri koroner berada dekat dengan katup
aorta atau tepatnya di sinus valsava. Arteri coroner dibagi dua,
yaitu:
1) Arteri koroner kanan
Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai darah
ke atrium kanan, ventrikel kanan, permukaan bawah dan
belakang ventrikel kiri, 90% mensuplai AV Node, dan 55%
mensuplai SA Node.
2) Arteri koroner kiri
Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD (Left
Anterior Desenden) dan arteri sirkumflek. Kedua arteri ini
melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu
sulcus coronary atau sulcus atrioventrikuler yang melingkari
jantung diantara atrium dan ventrikel, yang kedua yaitu sulcus
interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan
kedua lekuk ini dibagian permukaan posterior jantung yang
merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu kruks
jantung. Nodus AV node berada pada titik ini.8) Siklus
Jantung dan sistem peredaran darah jantung Secara umum,
siklus jantung dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
a) Sistole atau kontraksi jantung
b) Diastole atau relaksasi atau ekspansi jantung
Secara spesific, siklus jantung dibagi menjadi 5 fase yaitu :
1) Fase Ventrikel Filling Sesaat setelah kedua atrium
menerima darah dari masing-masing cabangnya, dengan
demikian akan menyebabkan tekanan di kedua atrium
naik melebihi tekanan di kedua ventrikel. Keadaan ini
akan menyebabkan terbukanya katup atrioventrikular,
sehingga darah secara pasif mengalir ke kedua ventrikel
secara cepat karena pada saat ini kedua ventrikel dalam
keadaan relaksasi/diastolic sampai dengan aliran darah
pelan seiring dengan bertambahnya tekanan di kedua
ventrikel. Proses ini dinamakan dengan pengisian
ventrikel atau ventrikel filling. Perlu anda ketahui bahwa
60% sampai 90 % total volume darah di kedua ventrikel
berasal dari pengisian ventrikel secara pasif. Dan 10%
sampai 40% berasal dari kontraksi kedua atrium.b) Fase
Atrial Contraction Seiring dengan aktifitas listrik jantung
yang menyebabkan kontraksi kedua atrium, dimana
setelah terjadi pengisian ventrikel secara pasif, disusul
pengisian ventrikel secara aktif yaitu dengan adanya
kontraksi atrium yang memompakan darah ke ventrikel
atau yang kita kenal dengan “atrial kick”. Dalam grafik
elektrokardiogram (EKG) akan terekam gelombang P.
Proses pengisian ventrikel secara keseluruhan tidak
mengeluarkan suara, kecuali terjadi patologi pada
jantung yaitu bunyi jantung 3 atau cardiac murmur.
2) Fase Isovolumetric Contraction Pada fase ini, tekanan di
kedua ventrikel berada pada puncak tertinggi tekanan
yang melebihi tekanan dikedua atrium dan sirkulasi
sistemik maupun sirkulasi pulmonal. Bersamaan dengan
kejadian ini, terjadi aktivitas listrik jantung di ventrikel
yang terekam pada EKG yaitu komplek QRS atau
depolarisasi ventrikel. Keadaan kedua ventrikel ini akan
menyebabkan darah mengalir balik ke atrium yang
menyebabkan penutupan katup atrioventrikuler untuk
mencegah aliran balik darah tersebut. Penutupan katup
atrioventrikuler akan mengeluarkan bunyi jantung satu
(S1) atau sistolic. Periode waktu antara penutupan katup
AV sampaisebelum pembukaan katup semilunar dimana
volume darah di kedua ventrikel tidak berubah dan
semua katup dalam keadaan tertutup, proses ini
dinamakan dengan fase isovolumetrik contraction.
3) Fase Ejection Seiring dengan besarnya tekanan di
ventrikel dan proses depolarisasi ventrikel akan
menyebabkan kontraksi kedua ventrikel membuka katup
semilunar dan memompa darah dengan cepat melalui
cabangnya masing-masing. Pembukaan katup semilunar
tidak mengeluarkan bunyi. Bersamaan dengan kontraksi
ventrikel, kedua atrium akan di isi oleh masing-masing
cabangnya.
4) Fase Isovolumetric Relaxation Setelah kedua ventrikel
memompakan darah, maka tekanan di kedua ventrikel
menurun atau relaksasi sementara tekanan di sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal meningkat. Keadaan ini
akan menyebabkan aliran darah balik ke kedua ventrikel,
untuk itu katup semilunar akan menutup untuk mencegah
aliran darah balik ke ventrikel. Penutupan katup
semilunar akan mengeluarkan bunyi jantung dua (S2)
atau diastolic. Proses relaksasi ventrikel akan terekam
dalam EKG dengan gelombang T, pada saat ini juga
aliran darah kearteri koroner terjadi. Aliran balik dari
sirkulasi sistemik dan pulmonal ke ventrikel juga di
tandai dengan adanya “dicrotic notch”.
a) Total volume darah yang terisi setelah fase pengisian
ventrikel secara pasip maupun aktif (fase ventrikel
filling dan fase atrial contraction) disebut dengan End
Diastolic Volume (EDV)
b) Total Left ventrikel end diastolic volume (LVEDV)
sekitar 120 ml.
c) Total sisa volume darah di ventrikel kiri setelah
kontraksi/sistolic disebut End SystolicVolume (ESV)
sekitar 50 ml.
d) Perbedaan volume darah di ventrikel kiri antara EDV
dengan ESV adalah 70 ml atau yang dikenal dengan
stroke volume.
2. Definisi
Penyakit jantung bawaan adalah kelainan susunan jantung yang sudah
ada sejak bayi lahir, kelainan tersebut terjadi sejak bayi dalam kandungan.
Kelainan jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang disebabkan
gangguan perkembangan sistem kardiovaskular pada embrio yang diduga
karena adanya faktor endogen dan eksogen (Ngastiyah,2014).Penyakit
jantung bawaan merupakan keadaan struktur dan fungsi sirkulasi jantung
yang abnormal sejak lahir (Novantriyanto, Cornelius Anggi dkk,2018).
3. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang memiliki pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan, yaitu faktor prenatal
dan faktor genetik. Faktor prenatal, meliputi ibu yang menderita penyakit
infeksi rubella, ibu yang mengkonsumsi alkohol selama kehamilan, usia
ibu yang lebih dari 40 tahun, ibu yang menderita DM bergantung pada
insulin, dan ibu yang mengkonsumsi obat-obat tertentu selama kehamilan
seperti asam retinoat untuk menghilangkan jerawat. Faktor genetik, meliputi
anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan, ayah atau
ibu yang menderita penyakit jantung bawaan, kelainan kromosom misalnya
sindrom down dan anak yang lahir dengan kelainan bawaan lainnya
(Aspiani,2015).
4. Klasifikasi
Penyakit jantung bawaan dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok
yakni PJB non- sianotik dan sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik
umumnya memiliki kelainan yang lebih simplek sedangkan tipe sianotik
biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan
bervariasi, tetapi penyakit jantung bawaan asianotik bisa menjadi kompleks
apabila terdapat kombinasi dari kelainan simplek tersebut. (Novantriyanto
Cornelius Anggi dkk,2018).
Susilaningrum, dkk (2013) mengatakan bahwa PJB digolongkan
menjadi dua,yaitu :
a. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik
PJB asianotik adalah penyakit jantung bawaan yang tidak disertai dengan
warna kebiruan pada mukosa tubuh. PJB asianotik dibagi menjadi 5
diantaranya :
1) Ventrikel Septal Defect (VSD), yaitu adanya defect atau celah antara
ventrikel kiri dan kanan. Pirau kiri ke kanan disebabkan oleh
pengaliran darah dari ventrikel kiri yang bertekanan tinggi ke
ventrikel kanan yang bertekanan rendah, karena tekanan ventrikel kiri
meningkat sekitar 5 kali lebih tinggi daripada tekanan ventrikel kanan,
maka darah akan mengalir dari kiri ke kanan melalui celah tersebut
dan akibatnya jumlah aliran darah dari ventrikel kiri melalui katup
aorta kedalam aorta akan berkurang dan jumlah darah ke ventrikel
kanan akan bertambah(Aspiani,2015).
2) Atrial Septal Defect (ASD) disebabkan adanya defect atau celah
antara atrium kiri dan kanan, sehingga terjadi pengaliran darah dari
atrium kiri yang bertekanan tinggi ke dalam atrium yang
bertekananrendah.
3) Patent Ductus Arteriosus (PDA), yaitu adanya defect atau celah pada
ductus arteriosus yang seharusnya telah menutup pada usia 3 hari
setelah lahir. Kegagalan menutupnya duktus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang
bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan
rendah(Aspiani,2015).
4) Stenosis Aorta (SA), yaitu adanya penyempitan pada katup aorta yang
dapat diakibatkan oleh penebalankatup.
5) Stenosis Pulmonal (SP), yaitu adanya penyempitan pada katup
pulmonal. Adanya defect atau celah dapat menyebabkan adanya
pirau (kebocoran) darah dari jantung sebelah kiri ke kanan, karena
jantung sebelah kiri mempunyai tekanan yang lebih besar. Besarnya
pirau bergantung pada besarnya celah atau defect.
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
PJB sianotik adalah penyakit jantung bawaan yang disertai dengan
warna kebiruan pada mukosa tubuh. Sianosis adalah warna kebiruan
yang timbul pada kulit karena Hb tak jenuh dalam darah adalah rendah
dan sering sukar untuk ditentukan kuantitasnya secara klinis. Warna
sianotik pada mukosa tubuh tersebut hendaknya dibedakan dengan warna
kepucatan pada tubuh anak yang mungkin disebabkan karena beberapa
faktor, seperti pigmentasi dan sumber cahaya.
PJB sianotik terdapat beberapa macam diantaranya :

1) Tetralogi Of Fallot (TF) yaitu kelainan jantung yang timbul sejak bayi dengan gejala
sianosis karena terdapat kelainan, yaitu VSD, stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel
kanan, dan overridingaorta.
2) Transposisi Aorta Besar (TAB) atau Transposition of the Great Arteries (TGA), yaitu
kelainan yang terjadi karena pemindahan letak aorta dan arteri pulmonalis,
sehingga aorta keluardari ventrikel kanan dan arteri keluar ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis dari ventrikel kiri.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Kumar,(2016) tanda gejala yang terjadi pada penyakit
jantung bawaan seperti sesak, membiru, atau gangguan pola napas saat bayi
minum atau menangis, peningkatan frekuensi napas, adanya bising jantung
atau pulsasi ekstremitas yang lebih lemah. Aspiani (2015) menyebutkan
bahwa tanda dan gejala PJB yaitu anak mengalami sianosis, dispnea jika
melakukan aktivitas fisik, hipertrofi dan pembesaran jantung, tekanan nadi
besar, takikardi, retraksi dada, dan hipoksemia. Selain tanda dan gelaja
tersebut, terdapat beberapa tanda dan gejala pertumbuhan dan
perkembangan seperti keterlambatan berbicara, berjalan, mengalami
kesulitan makan, meningkatnya resistensi vascular paru, adanya tanda
gagal jantung kongesti seperti gagal jantung, mur-mur persisten, dan ujung
jari hiperemik.
6. Patofisiologi
Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Daerah yang
bertekanan tinggiialah jantung kiri sedangkan daerah yang bertekanan
rendah adalah jantung kanan. Sistem sirkulasi paru mempunyai tahanan
yang rendah sedangkan sirkulasi sistemik memiliki tahanan yang
tinggi. Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung yang
bertekanan tinggi dengan rongga-rongga jantung yang bertekanan rendah
akan terjadi aliran darah dari rongga jantung yang bertekanan tinggi ke
jantung yang bertekanan rendah. Sebagai contoh adanya Defek pada sekat
ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel
kanan. Kejadian ini disebut Pirau (Shunt) kiri ke kanan.
Sebaliknya pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek septum
ventrikel tekanan rongga jantung kanan akan lebih tinggi dari tekanan
rongga jantung kiri sehingga darah dari ventrikel kanan yang miskin akan
okigen mengalir dari defek tersebut ke ventrikel kiri yang kaya akan
oksigen, keadaan ini disebut dengan Pirau (Shunt) kanan ke kiri yang dapat
berakibat kurangnya kadar oksigen pada sirkulasi sistemik. Kadar oksigen
yang terlalu rendah akan menyebabkan Sianosis. Kelainan Jantung Bawaan
pada umumya dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
a. Peningkatan kerja jantung, dengan gejala : kardio megali,
hipertropi,takhikardia. Curah jantung yang rendah, dengan gejala :
gangguan pertumbuhan, intoleransi terhadap aktivitas.
b. Hipertensi pulmonal, dengan gejala : Dispnea,takhipnea.
c. Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala : polisitemia,
asidosis,sianosis.
7. Respon Terhadap Sistem Tubuh

a. Sistem Kardiovaskular
Terdengarnya bunyi jantung tambahan (murmur) pada garis sternal kiri
atas sejak lahir, dapat mengakibat terjadinya stenosis pulmonal atau
aorta dengan gejala edema, sianosis, sesak nafas saat melakukan aktifitas
(Hidayat,2012).

b. Sistem Pernafasan
Anak yang menderita PJB sianotik terdapat defek septum ventrikel
(VSD) dan overriding aorta maka darah yang beredar keseluruh tubuh
dalam keadaan campuran, oleh karena itu anak selalu terlihat sianosis
dan akan berat jika anak menangis, minum dan stres. Keadaan tersebut
menyebabkan anak menderita anoksia. Serangan hipersianotik selama
masa bayi, dikenal dengan “Tet spells” yaitu terjadi peningkatan
frekuensi dan kedalaman pernapasan, dispnea awitan mendadak.
VSD dapat menimbulkan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan,
karena darah yang tercampur didalam paru-paru lebih banyak sehingga
pertukaran oksigen /tidak adekuat. Gejala infeksi yang biasanya timbul
ialah demam, batuk dan napas pendek-pendek, bayi sukar jika diberi
minum (Kasron, 2016).

c. Sistem Persyarafan
Perubahan kesadaran dan iritabilitas sistem saraf pusat yang dapat
berkembang sampai letargi dan sinkop, pada bayi dengan sianosis berat
menyebabkan hipoksemia otak serta akhirnya menimbulkan kejang,
stroke dan kematian. Trombus yang terinfeksi terjadi di otak maka akan
menimbulkan keluhan neurologis berat sampai pada terjadinya abses
otak (Hidayat,2012).
d. Sistem Hematologi
Polisitemia (peningkatan jumlah sel darah merah dalam darah) terjadi
apabila sianosisnya berat sehingga mempermudah timbulnya embolus
atau tombus. Terjadinya polisetimia berat dan terdapat hipoksia maka
anak akan mengalami anemia (Hidayat, 2012).
e. Sistem Intagumen
Bibir, lidah dan selaput lendir mulut serta ujung-ujung jari terlihat
sianosis sebagai akibat adanya sianosis sentral (sianosis yang terjadi
sejak darah keluar dari ventrikel kiri), jika sianosis terus menerus selama
6 bulan akan terjadi jari-jari tabuh/ clubbing finger (Aspiani, 2015).
f. Sistem Muskuloskeletal
Anak yang menderita penyakit jantung bawaan sianotik mengalami
gangguan tumbuh kembang, karena kelemahan tubuh dan penurunan
toleransi latihan yang ditandai dengan kesukaran dalam makan/minum.
Selain itu, anak juga mengalami kelainan ortopedri berupa skoliosis.
Anak yang sudah dapat berjalan sering tiba-tiba jongkok (squatting), hal
tersebut merupakan usaha tubuh untuk mengatasi kekurangan darah
yang mengalir ke otak yaitu berkurangnya alir balik vena-vena
ekstremitas bawah yang saturasinya sangat rendah dan meningkatnya
resistensi sistemik yang mengurangi pirau kanan ke kiri serta
bertambahnya aliran darah ke otak (Ngastyah,2014).
8. Komplikasi
Menurut Ariani dkk, (2013) Ada beberapa Komplikasi yang di timbulkan
oleh penyakit Jantung Bawaan , antara Lain :
a. Sindrom Eisenmenger merupakan komplikasi yang terjadi pada PJB non
sianotik yang meyebabkan alairan darah ke paru yang meningkat.
Akibatnya lama kelamaan pembuluh kapiler diparu akan bereksi dengan
meningkatkan resistensinya sehingga tekanan di arteri pulmonal dan
diventrikel kanan meningkat.
b. Serangan sianotik, pada serangan ini anak atau pasien menjadi lebih biru
dari kondisi sebelumnya tampak sesak bahkan dapat menimbulkan
kejang.
c. Abses otak, biasanya terjadi pada PJB sianotik biasanya abses otak
terjadi pada anak yang berusia diatas 2 tahun yang diakibatkan adanya
hipoksia da melambatkanya aliran darah diotak.
d. Endokarditis
e. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
f. CHF
g. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
h. Enterokolitis nekrosis
i. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas
atau displasia bronkopulmoner)
j. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
k. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.
l. Aritmia
m. Gangguan tumbuh kembang
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang penyakit jantung bawaan menurut (Ambarwati
Fitri Respati,2015) yaitu:
a. UltraSonoGrafi (USG) dada yang digunakan untuk menentukan besar
jantung, bentuk vaskularisasi paru, serta untuk mengetahui keadaan
thymus, trachea, dan osephagus
b. Elektro Cardiografi (ECG) berguna untuk mengetahui adanya aritmia
atau hipertrofi
c. Echo Cardiografi berguna untuk mengetahui hemodinamik dan
anatomi jantung
d. Katerisasi dan angiografi untuk mengetahui gangguan anatomi jantung
yang dilakukan dengan tindakan pembedahan
e. Pemeriksaan laboraturium. Biasanya pemeriksaan darah dilakukan
untuk serum elektrolit, Hb, Packet Cell Volume (PCV) dan kadar gula
f. Program terapi
10. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
Secara Garis besar penatalaksanaan Pada Pasien yang menderita
Penyakit Jantung Bawaan dapat dilakukan dengan 2 cara yakni
dengan cara pembedahan dan Kateterisasi Jantung.
1) Metode Operatif : Setelah pembiusan umum dilakukan, dokter akan
membuat sayatan pada dada, menembus tulang dada atau rusuk
sampai jantung dapat terlihat. Kemudian fungsi jantung digantikan
oleh sebuah alat yang berfungsi untuk memompa darah keseluruh
tubuh yang dinamakan Heart lungbypass yang juga menggantikan
fungsi paru-paru untuk pertukaran oksigen setelah itu jantung dapat
dihentikan detaknya dan dibuka untuk memperbaiki kelainan yang
ada, seperti apabila ada lubangpada septum jantung yang
normalnya tertutup, maka lubang akan ditutup dengan alat khusus
yang dilekatkan pada septum jantung.
2) Kateterisasi jantung : prosedur kateterisasi umumnya dilakukan
dengan memasukkan keteter atau selang kecil yang fleksibel
didalamnya dilengkapi seperti payung yang dapat dikembangkan
untuk menutup defek jantung, ketetr dimasukkan melalui pembuluh
darah balik atau vena dipanggal paha atau lengan. Untuk
membimbing jalannya kateter, dokter menggunakan monitor
melalui fluoroskopi angiografi atau dengan tuntunan transesofageal
3) Ekokardiografi (TEE)/Ekokardiografi biasa sehingga kateter dapat
masuk dengan tepat menyusuri pembuluh darah, masuk kedalam
defek atau lubang, mengembangkan alat diujung kateter dan
menutup lubang dengan sempurna. Prosedur ini dilakukan dalam
pembiusan umum sehingga anak/pasien tidak melakukan sakit.
Keberhasilan prosedur kateterisasi ini untuk penangana PJB
dilaporkan lebih dari 90% namun tetap diingan bahwa tidak
semuan jenis PJB dapat diintervensi dengan metode ini. Pada kasus
defek septum jantung yang terlalu besar dan kelainan struktur
jantung tertentu seperti jantung yang berada diluar rongga dada
(jantung ektopik) dan tetralogi fallot yang parah tetap
membutuhkan operatifterbuka.
b. Non-Farmakologis
1) Secara Non-Farmakologis dapat Diberikan Tambahan Susu
Formula dengan kalori yang tinggi dan suplemen untuk air Susu
Ibu dibutuhkan pada bayi yang menderita PJB. Terutama pada bayi
yang lahir premature dan bayi-bayi yang cepat lelah saatmenyusui.
2) Pada Pasien/Anak Yang Menghadapi atau dicurigai menderita PJB
dapat dilakukan tindakan , Seperti:
a) Menempatkan pasien khususnya neonatus pada lingkungan yang
hangat dapat dilakukan dengan membedong atau
menempatkannya pada inkhubator.
b) Memberikan Oksigen
c) Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan
elektrolit serta asam basa

11. Pathway
B. Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung bawaan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir, berat badan lahir serta apakah
bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak ke berapa, jumlah
saudara dan identitas orangtua
b. Keluhan utama
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya orangtua mengeluh nafas anak sesak, lemas, ujung jari
tangan dan akki teraba dingin, anak cepat berhenti saat menyusu,
keringat yang berlebihan, berat badan anak tidak bertambah, sianosis
atau kebiruan pada bibir dan kuku.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada neonatus juga mencakup riwayat
kesehatan keluarga atau riwayat kesehatan serangan sianotik, faktor
genetik, riwayat keluarga yang mempunyai penyakit jantung bawaan
dan riwayat tumbuh kembang anak.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji kesehatan keluarga apakah keluarga memiliki riwayat
penyakit jantung bawaan atau kelainan kromosom.
4) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Riwayat kesehatan ibu saat hamil trimester 1 dengan penyakit rubella.
Adanya riwayat obat-obatan yang di konsumsi ibu saat hamil,
kebiasaan ibu merokok,minum alkohol selama hamil.
5) Riwayat perkembangan dan pertumbuhan
Biasanya pertumbuhan fisik anak terganggu terutama berat badannya
rentan untuk bertambah, sehingganya anak kelihatan kurus dan mudah
sakit, infeksi saluran nafas. Sedangkan untuk perkembangannya
mengalami gangguan aspek motorik.
6) Riwayat aktivitas
Anak- anak yang menderita penyakit jantung bawaan sering tidak
dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara normal. Jika ia
melakukan aktivitas yang berat anak dapat mengalami serangan
sianosis.
c. Pemeriksaan fisik
1) Tanda- tanda vital
Nadi umumnya normal 120-130 x/menit namun dapat juga teraba
cepat, pernafasan cepat sehingga anak tampak sesak nafas dan sulit
beraktivitas, suhu umumnya normal jika tidak terdapat infeksi.
2) Kepala
Umumnya ditemukan rambut mudah rontok.
3) Wajah
Wajah tampak lemah pucat, kelelahan dan ikterik.
4) Mata
Anak mengalami anemis konjungtiva, sclera ikterik karena adanya
udem di kelopak mata, kornea arkus sinilis dan jaundice.
5) Hidung
Pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun anak
akan mengalami napas pendek, bunyi napas ronki kasar dan cuping
hidung.
6) Mulut
Pemeriksaan mulut didapat bibir pucat atau membiru, lidah berwarna
merah hati.
7) Leher
Ditemukan pelebaran tiroid (hipertiroid), dan distensi vena jugularis.
8) Jantung
Pada ASD dapat di jumpai takikardia, jantung berdebar, denyut arteri
pulmonalis dapat diraba di dada dengan bunyi jantung abnormal.
Bunyi jantung abnormal dapat terdengar murmur, akibat peningkatan
aliran darah yang melalui katup pulmonalis, juga dapat terdengar
akibat peningkatan aliran darah yang mengalir melalui trikuspidalis
pada pirau yang besar. Pembesaran jantung terkadang mengubah
konfigurasi dada. Batas jantung terdapat pada RIC 2 dan 3 yang
disebut diastole dan RIC 5 dan 4 disebut sistole.
9) Paru
Biasanya pada anak dengan Tof, hasil inspeksi tampak adanya retraksi
dinding dada akibat pernafasan yang pendek dan dalam dan tampak
menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan. Palpasi mungkin teraba
desakan dinding paru yang meningkat terhadap dinding dada, pada
perkusi mungkin terdengar suara redup karena peningkatan volume
darah paru dan untuk auskultasi akan terdengar ronkhi basah atau
krekels sebagai tanda adanya edema paru pada komplikasi kegagalan
jantung. Bayi yang baru lahir saat di auskultasi akan terdengar suara
nafas mendengkur yang lemah bahkan takipneu.
10) Kulit
Kulit tampak kemerahan (rubella), lembab, turgor kulit jelek.
11) Ekstremitas
Ditemukan pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat terjadi
clubbing finger akibat kurangan oksigen ke perifer, kuku tampak
sianosis, telapak tangan pucat, udem pada tibia punggung kaki.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Foto polos dada : adanya kelainan letak, ukuran, bentuk jantung,
vaskularisasi paru, edema paru, parenkim paru, letak lambung dan
hepar
2) Elektrokardiografi : adanyanya kelainan, frekuensi
3) Ekokardiografi
Pemeriksaan EKG pad TOF didapatkan hasil sumbu QRS hampr
selalu berdevisiasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan
(Aspiani, 2015).
4) Pemeriksaan laboratorium
Terdapat nilai hemoglobin menurun dan peningkatan nilai hematrokit,
pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65%. Nilai gas darah arteri menunjukkan
peningkatan tekanan persial karbondioksida (PCO2), penurunan
tekanan parsial oksigen (PO2).
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas


b. Gangguan penyapihan ventilator b.d ketidakcukupan energy
c. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfisi
d. Gangguan ventilasi spontan b.d gangguan metabolisme
e. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan
f. Risiko aspirasi b.d gangguan
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
D.0001 L.01001 1.01006
Bersihan Jalan Napas Tidak Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif
Efektif Setelah dilakukan intervensi Definisi: Melatih pasien
Definisi: Ketidakmampuan keperawatan selama 3x 24 yang tidak memiliki
membersihkan sekret atau jam, maka status kemampuan batuk secara
obstruksi jalan napas untuk kenyamanan meningkat efektif untuk membersihkan
mempertahankan jalan napas dengan kriteria hasil : laring, trakea dan brokiolus
tetap paten. Etiologi : 1. Batuk efektif meningkat dari sekret atau benda asing
- Fisiologis di jalan napas.
2. Produksi sputum
1. Spasme jalan napas Tindakan :
menurun
2. Hipersekresi jalan napas Observasi
3. Mengi menurun
3. Disfungsi neuromuskuler 1. Identifikasi kemampuan
4. Wheezing menurun batuk
4. Benda asing dalam jalan 5. Mekonium (pada
napas 2. Monitor adanya retensi
neonates) menurun sputum
5. Adanya jalan napas buatan 6. Dyspnea menurun 3. Monitor tanda dan gejala
6. Sekresi yang tertahan 7. Ortopnea menurun infeksi saluran napas
7. Hyperplasia dinding jalan
8. Sulit bicara menurun 4. Monitor input dan output
napas
9. Sianosis menurun cairan (mis. jumlah dan
8. Proses infeksi karakteristik)
9. Respon alergi
10. Gelisah menurun
Terapeutik
10. Efek agen farmakologis 11. Frekuensi napas membaik
1. Atur posisi semiFlower
(mis. anastesi) 12. Pola napas membaik
atau flower
- Situsional 2. Pasang perlak dan
1. Merokok aktif bengkok di pangkuan
2. Merokok pasif pasien
3. Terpajan polutan 3. Buang sekret pada tempat
Gejala dan Tanda Mayor sputum
Subjektif (tidak tersedia) Edukasi
- Objektif 1. Jelaskan tujuan dan
1. Batuk tidak efektif prosedur batuk efektif
2. Tidak mampu batuk 2. Anjurkan tarik napas
3. Sputum berlebih dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
4. Mengi, wheezing
selama 2 detik,
dan/atau ronkhi kering
kemudian keluarkan dari
5. Meconium di jalan napas mulut dengan bibir
(pada neonates) mencucu (dibulatkan)
Gejala dan Tanda Minor - selama 8 detik
Subjektif 3. Anjurkan mengulangi
1. Dispnea tarik napas dalam
2. Sulit bicara hingga 3 kali
3. Ortopnea 4. Anjurkan batuk dengan
- Objektif. kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
1. Gelisah
ke-3 Kolaborasi
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun 5. Kolaborasi pemberian
4. Frekuensi napas berubah mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
5. Pola napas berubah
Kondisi Klinis Terkait
1. Gullian barre syndrome
2. Sclerosis multipel
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostic (mis.
bronkoskopi,
transesophageal
echocardiograph y
[TEE])
5. Depresi system saraf
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi
meconium
10. Infeksi saluran napas
D.0002 L.01002 1.01021
Gangguan Penyapihan Penyapihan Ventilator Penyapihan Ventilasi
Ventilator Setelah dilakukan intervensi Mekanik
Definisi : Ketidakmampuan keperawatan selama 3x 24 Definisi :
beradaptasi dengan jam, maka status Memfasilitasi pasien
pengurangan bantuan kenyamanan meningkat bernapas bernapas tanpa
ventilator mekanik yang dapat dengan kriteria hasil : bantuan ventilasi mekanis.
menghambat dan memperlama 1. Kesinkronan bantuan Tindakan :
proses penyapihan. ventilator meningkat Observasi
Etiologi : 2. Penggunaan otot banyu 1. Periksa kemampuan
- Fisiologis napas menurun untuk disapih (meliputi
1. Hipersekresi jalan napas 3. Napas megap – megap hemodinamik stabil,
(gasping) menurun kondisi optimal, bebas
2. Ketidakcukupan energi
4. Napas dangkal menurun bernapas, kapasitas vital,
3. Hambatan upaya napas 5. Agitasi menurun Vd/Vt, MW, kekuatan
(mis. nyeri saat napas,
6. Lelah menurun inspirasi, FEV1, tekanan
kelemahan otot
7. Perasaan kuatir mesin inspirasi negative)
pernapasan, efek sedasi)
rusak menurun 2. Monitor tanda – tanda
- Psikologis
8. Focus pada pernapasan kelelahan otot
1. Kecemasan menurun pernapasan (mis.
2. Perasaan tidak berdaya 9. Napas paradoks kenaikan PaCO2
3. Kurang terpapar informasi abdominal menurun mendadak, napas cepat
tentang proses penyapihan 10. Diaphoresis menurun dan dangkal, gerakan
11. Frekuensi napas dinding abdomen
4. Penurunan motivasi
membaik paradoks), hipoksemia,
- Situsional dan hipoksia jaringan
1. Ketidakadekuatan 12. Nilai gas darah arteri
membaik saat penyapihan.
dukungan sosial. 3. Monitor status cairan dan
2. Ketidaktepatan kecepatan 13. Upaya napas membaik
14. Uskultasi suara elektrolit
proses penyapihan Terapeutik
3. Riwayat kegagalan inspirasi membaik
15. Warna kulit membaik 1. Posisikan pasien Fowler
berulang dalam upaya (30-45 derajat)
penyapihan 2. Lakukan pengisapan
4. Riwayat ketergantungan jalan napas, jika perlu
ventilator >4 hari 3. Berikan fisioterapi dada,
Gejala dan Tanda Mayor - jika perlu
Subjektif (tidak tersedia) - 4. lakukan uji coba
Objektif penyapihan (30-120
1. Frekuensi napas meningkat menit dengan napas
2. Penggunaan otot bantu spontan yang dibantu
napas ventilator)
3. Napas megap – megap 5. Gunakan teknik
(gasping) relaksasi, jika perlu
4. Upaya napas dan bantuan 6. Hindari pemberian sedasi
ventilator tidak sinkron farmakologis selama
5. Napas dangkal percobaan penyapihan
6. Agitasi 7. Berikan dukungan
7. Nilai gas darah arteri psikologis Edukasi
abnormal 8. Ajarkan cara
Gejala dan Tanda Minor pengontrolan napas saat
- Subjektif penyapihan Kolaborasi
1. Lelah 9. Kolaborasi pemberian
2. Kuatir mesin rusak obat yang meningkatkan
3. Fokus meningkat pada kepatenan jalan napas
pernapasan dan pertukaran gas
4. Gelisah
- Objektif
1. Auskultasi suara inspriasi
menurun
2. Warna kulit abnormal
(mis. pucat, sianosis)
3. Napas paradoks abdominal
4. Diaforesis
5. Ekspresi wajah takut
6. Tekanan darah meningkat
7. Frekuensi nadi meningkat
8. Kesadaran menurun
Kondisi Klinis Terkait
1. Cedera kepala
2. Coronary artery bypass
graft (CABG)
3. Gagal napas
4. Cardiac arrest
5. Transplantasi jantung
6. Displasia bronkopulmonal
D.0003 L.01003 1.01014
Gangguan Pertukaran Gas Pertukaran Gas Setelah Pemantauan Respirasi
Definisi : Kelebihan atau dilakukan intervensi Definisi: Mengumpulkan dan
kekurangan oksigenasi keperawatan selama 3x 24 menganalisis data untuk
dan/atau eleminasi jam, maka status memastikan kepatenan jalan
karbondioksida pada kenyamanan meningkat napas dan keefektifan
membrane alveoluskapiler. dengan kriteria hasil : pertukaran gas
Etiologi: 1. Tingkat kesadaran Tindakan :
1. Ketidakseimbang an meningkat Observasi
ventilasiperfusi 2. Dyspnea menurun 1. Monitor frekuensi, irama,
2. Perubahan membrane 3. Bunyi napas tambahan kedalaman dan upaya napas.
alveolus-kapiler menurun 2. Monitor pola napas (seperti
Gejala dan Tanda Mayor 4. Pusing menurun bradipnea, takipnea,
- Subjektif hiperventilasi,
5. Penglihatan kabur Kussmaul,CheyneStokes,
Dispnea
menurun
- Objektif Biot, ataksik)
6. Diaphoresis menurun 3. Monitor kemampuan batuk
1. PCO2 meningkat/men
urun 7. Gelisah menurun efektif
2. PO2 menurun 8. Napas cuping hidung 4. Monitor adanya sumbatan
menurun jalan napas
3. Takikardia
9. PCO2 membaik 5. Palpasi kesimetrisan
4. pH arteri meningkat/men
ekspansi paru
urun 10. PO2 membaik 6. Auskultasi bunyi napas
5. Bunyi napas tambahan 11. Takikardia membaik 7. Monitor saturasi oksigen
Gejala dan Tanda Minor 12. pH arteri membaik 8. Monitor nilai A G D
- Subjektif
13. Sianosis membaik 9. Monitor hasil x-ray toraks
1. Pusing Terapeutik
14. Pola napas membaik
2. Penglihatan kabur 1. Atur interval pemantauan
15. Warna kulit membaik
- Objektif. respirasi sesuai kondisi
1. Sianosis pasien
2. Diaforesis 2. Dokumtasikan hasil
3. Gelisah pemantauan
4. Napas cuping hidung Edukasi

5. Pola napas abnormal


1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantaun
(cepat/lambat,
regular/ireguler, 2. Informasikan hasil
dalam/dangkal) pemantauan, jika perlu
6. Warna kulit abnormal
(mis. pucat, kebiruan)
7. Kesadaran menurun
Kondisi Klinis Terkait
1. Penyakit paru obstruksi
kronis (PPOK)
2. Gagal jantung kongestif
3. Asma
4. Pneumonia
5. Tuberculosis paru
6. Penyakit membran hialin
7. Asfiksia
8. Persistent pulmonary
hypertension of newborn
(PPHN)
9. Prematuritas
10. Infeksi saluran napas
D.0004 L.01007 1.01002
Gangguan Ventilasi Spontan Ventilasi Spontan Setelah Dukungan Ventilasi
dilakukan intervensi Definisi: Memfasilitasi
Definisi : keperawatan selama 3x 24 dalam memepertahankan
Penurunan cadangan energi jam, maka status pernapasan spontan untuk
yang mengakibatkan indivisu kenyamanan meningkat memkasimalkan pertukaran
tidak mampu bernapas secara dengan kriteria hasil : gas di paru - paru.
adekuat. 1. Volume tidal menurun Tindakan : Observasi
Etiologi : 2. Dyspnea menurun 1. Identifikasi adanya
1. Gangguan metabolisme 3. Penggunaan otot bantu kelelahan otot bantu
2. Kelelahan otot pernapasan napas menurun napas
Gejala dan Tanda Mayor - 4. Gelisah menurun 2. Identifikasi efek
Subjektif 5. PCO2 membaik perubahan posisi
1. Dispnea 6. PO2 membaik terhadap status
-Objektif 7. Takikardia membaik pernapasan
1. Penggunaan otot bantu 3. Monitor status respirasi
napas meningkat dan oksigenasi (mis.
2. Volume tidal menurun frekuensi dan kedalaman
3. PCO2 meningkta napas, penggunaan otot
bantu napas, bunyi napas
4. PO2 menurun
tambahan, saturasi
5. SaO2 menurun
oksigen) Terapeutik
Gejala dan Tanda Minor
4. Pertahankan kepatenan
- Subjektif (tidak tersedia) -
jalan napas
Objektif.
5. Berikan posisi semi
1. Gelisah
Fowler atau Fowler
2. Takikardia
6. Fasilitasi engubah posisi
Kondisi Klinis Terkait
sennyaman mungkin
1. Penyakit paru obstruktif
7. Berikan oksigenasi
kronis (PPOK)
sesuai kebutuhan (mis.
2. Asma nasal kanul, maser wajah,
3. Cedera kepala masker rebreathing atau
4. Gagal napas non rebreathing)
5. Bedah jantung 8. Gunakan bag -valve
6. Adult respiratory distress mask, jika perlu
syndrome (ARDS) Edukasi
7. Persistent pulmonary 1. Ajarkan melakukan
hypertension of newborn teknik relaksasi napas
(PPHN) dalam
8. Prematuritas 2. Ajarkan mengubah posisi
9. Infeksi saluran napas secara mandiri
3. Ajarkan teknik betuk
efektif Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian
bronkhodilator, jika
perlu
D.0005 L.01004 1.01011
Pola Napas Tidak Efektif Pola Napas Setelah Manajemen Jalan Napas
Definisi: dilakukan intervensi Definisi:
Inspirasi dan/atau ekspirasi keperawatan selama 3x 24 Mengidentifikasi dan
yang tidak memberikan jam, maka status pernapasan mengelola kepatenan jalan
ventilasi adekuat membaik dengan kriteria napas
Etiologi : hasil : Tindakan :
1. Depresi pusat pernapasan 1. Ventilasi semenit Observasi
2. Hambatan upaya napas meningkat 1. Monitor pola napas
(mis. nyeri saat bernapas, 2. Kapasitas vital meningkat (frekuensi, kedalaman,
kelemahan otot 3. Diameter thoraks usaha napas)
pernapasan) anteriorposteilor 2. Monitor bunyi napas
3. Deformitas dinding dada meningkat tambahan (mis. gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi
4. Deformitas tulang dada 4. Tekanan ekspirasi
kering)
5. Gangguan neuromuskular meningkat
5. Tekanan inspirasi 3. Monitor sputum (jumlah,
6. Gangguan neurologis (mis. warna, aroma)
elektroensefalog ram meningkat
Terapeutik
[EEG] positif, cedera 6. Dyspnea menurun
1. Pertahankan kepatenan
kepala, gangguan kejang) 7. Penggunaan otot bantu jalan napas dengan head-
7. Iamturitas neurologis napas menurun tilt dan chin-lift (jaw-
8. Penurunan energy 8. Pemanjangan fase thrust jika curiga trauma
9. Obesitas ekspirasi menurun servikal)
10. Posisi tubuh yang 9. Ortopnea menurun 2. Posisikan semiFlower
menghambat ekspansi paru 10. Pernapasan pursed-tip atau Flower
11. Sindrom hipoventilasi menurun 3. Berikan minum hangat
12. Kerusakan inervasi 11. Pernapasan cuping 4. Lakukan fisioterapi dada,
diafragma (kerusakan saraf hidung menurun jika perlu
C5 ke atas) 12. Frekuensi napas 5. lakukan penghisapan
13. Cedera pada medula membaik lendir kurang dari 15
spinalis 13. Kedalaman napas detik
14. Efek agen farmakologis membaik 6. Lakukan hiperoksigenasi
15. Kecemasan 14. Ekskursi dada membaik sebelum penghisapan
endotrakeal
Gejala dan Tanda Mayor -
Subjektif 7. Keluarkan sumbatan
1. Dispnea benda padat dengan
forsep McGill
- Objektif
1. Penggunaan otot bantu 8. Berikan oksigen, jika
perlu
pernapasan
Edukasi
2. Fase ekspirasi
memanjang
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
3. Pola napas abnormal
kontraindikasi
(mis. Takipnea
bradipnea, hiperventilasi,
2. Ajarkan teknik batuk
kussmaul, cheyne -stokes efektif Kolaborasi
) 3. Kolaborasi pemberian
Gejala dan Tanda Minor bronkodilator,
- Subjektif ekspektoran, mukolitik,
1. Ortopnea jika perlu
- Objektif.
1. Pernapasan pursed lip
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Diameter thoraks anterior
posterior meningkat
4. Ventilasi semenit
menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada berubah
Kondisi Klinis Terkait
1. Depresi system saraf pusat
2. Cedera kepala
3. Trauma thoraks
4. Guillan barre syndrome
5. Multiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alcohol
D.0006 L.01006 1.01018 Pencegahan Apirasi
Risiko Aspirasi Tingkat Aspirasi Setelah Definisi: Mengidentifikasi
Definisi: dilakukan intervensi dan mengurangi risiko
Berisiko mengalami keperawatan selama 3x 24 masuknya partikel
masuknya sekresi jam, maka status gangguan makanan/cairan ke dalam
gastrointestinal, sekresi aspirasi menurun dengan paru – paru.
orofaring, benda cair atau kriteria hasil : Tindakan :
padat ke dalam saluran 1. Tingkat kesadaran Observasi
trakeobronkhial akibat meningkat 1. Monitor tingkat
disfungsi mekanisme protektif 2. Kemampuan menelan kesadaran, batuk, munrah
saluran napas. Faktor Risiko : meningkat dan kemampuan menelan
1. Penurunan tingkat 3. Kebersihan mulut 2. Monitor status
kesadaran meningkat pernapasan
2. Penurunan refleks muntah 4. Dyspnea menurun 3. Monitor bunyi napas,
dan/atau batuk teutama setelah
5. Kelemahan otot
3. Gangguan menelan
menurun
makan/minum
4. Disfagia 6. Akumulasi sekret 4. Periksa residu gaster
5. Kerusakan mobilitas fisik sebelum memberi asupan
menurun
oral
6. Peningkatan residu 7. Wheezing menurun
lambung
5. Periksa kepatenan selang
8. Batuk menurun nasogastric sebelum
7. Peningkatan tekanan 9. Penggunaan otot memberi asupan oral
intragastrik aksesori menurun Terapeutik
8. Penurunan motilitas 10. Sianosis menurun 1. Posisikan semi Fowler
gastrointestinal 11. Gelisah menurun (30 – 45 derajat) 30
9. Sfingter esophagus bawah Frekuensi napas menit sebelum memberi
inkompeten membaik asupan oral

10. Perlambatan pengosongan 2. Pertahankan posisi semi


lambung Fowler (30 – 45 derajat)
pada pasien tidak sadar
11. Terpasang selang
nasogastric 3. Pertahankan kepatenan
jalan napas (mis. teknik
12. Terpasang trakeostomi
head tilt chin lift, jaw
atau endotracheal tube
thrust, in line)
4. Pertahankan
pengembangan balon
endotracheal tube (ETT)
5. Lakukan penghisapan
jalan napas, jika produksi
sekret meningkat
6. Sediakan suction di
ruangan
7. Hindari memberi makan
melalui selang
gastrointestinal, jika
residu banyak
8. Berikan makanan dengan
ukuran kecil atau lunak
9. Berikan obat oral dalam
bentuk cair
Edukasi
1. Anjurkan makan secara
perlahan
2. Anjurkan strategi
mencegah aspirasi
3. Ajarkan teknik
mengunyah atau
menelan, jika perlu
Sumber : (SDKI 2017,SLKI 2018,SIKI 2018)

4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap intervensi. Implementasi
merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan, kesehatan dan memfasilitasi
koping. (Kodim,2015)

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang ditentukan, dilakukan
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan,untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan. (Kodim,2015)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN ”B” DENGAN DIAGNOSA MEDIS


PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (PJB) DI RUANG ICU
RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG

1. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Data Umum Pasien
Nama : Ny “N”
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Alamat : Gubuk Timuk Air Anyar
Tanggal MRS : 02 november 2023 , jam : 15.45 wita
Tanggal Pengkajian : senin 06 november 2023, jam : 11.00 wita
Diagnosa Medis : stroke hemoragic
No. RM : 442259
Sumber Informasi : keluarga pasien, rekam medik, perawat
2. Data Umum Penanggung Jawab
Nama : Ny “Y”
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gubuk timuk air anyar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan pasien : Anak
A. DATA KHUSUS
1. Data Khusus Subyektif
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan Utama Saat MRS : keluaga pasien mengatakan bahwa
pasien lemah dan kesadaran menurun
2) Keluhan Utama Saat Pengkajian : keluarga pasien mengatakan
kesadaran pasien menurun kemudian dibawa ke pkm dasan lekong
setelah itu pasien dirujuk di rumah sakit umum RSUD Dr. R
soedjono selong.
b. Riwayat Kesehatan Sebelum Sakit
1) Penyakit Yang Pernah di Derita : keluarga pasien mengatakan
pasien jarang sakit pada saat anak anak
2) Obat-obatan yang pernah dikonsumsi : citicolne, lansoprazole,asam
follat, neurobion, pct tablet,
dexa, injeksi ranitidine,
manitol
3) Kebiasaan berobat : Ke Puskesmas dasan lekong
4) Riwayat Alergi : Tidak ada alergi makanan, minuman dan obat-
obatan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
keluarga pasien mengatakan orang tua dari pasien yaitu ayah pasien
mempunyai penyakit hipertensi.

B. Riwayat kesehatan keluarga


GENOGRAM (tiga generasi)

Keterangan : : Garis Perkawinan


: Laki-laki ……….. : Tinggal Serumah
: Perempuan : Garis Keturunan

: Klien : Meninggal Dunia

1. Data Khusus Obyektif


Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : samnolen GCS : E3 V2 M3
Tanda-tanda vital :
TD : 160/100 mmHg TB : 150 Cm BB : 45 Kg
N : 89x/m (Bradikardi),
S : 36,0 °C
RR : 60x/m (spontan),
SPO2 : 96 %
1). Pasien tinggal serumah dengananak laki laki dan anak perempuanya
bersama menantu dan ucunya
2). Keluarga pasien mengatakan orang tua dari pasien yaitu ayah pasien
mempunyai penyakitr hipertensi
3). Tidak ada anggota keluarga pasien yang mempunyai penyakit menular
4). Efek yang terjadi jika keluarga sakit adalah anggota keluarga yang lain
dating menjenguk
C. Pengkajian biologis
 Rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit: pasien sering mengeluh badanya terasa pegal pegal dan
mengganggu aktifitas pasien biasanya pasien langsung beristirahat
Saat sakit: kesadaran pasien menurun
 Aktifitas
Sebelum sakit: pola istirahat dan tidur pasien tidak ada masalah
Saat sakit: pola istirahat dan tidur terganggu karna rasa tidak nyaman
terhadap sakit yang di alaminya
 Cairan
Sebelum sakit: keluarga pasien mengatakan munum air putih sebanyak
8 iter perhari
Saat sakit: pasien menggunakan alat bantu NGT untuk membantu
pemenuhan nutrisi
 Nutrisi
Sebelum sakit: keluarga pasien mengatakan biasanya pasien makan
sehari dengan erbagai macam lauk pauk sayur dan lain
lain
Saat sakit: pasien makan dengan alat bantu NGT karna pasien tidak
sadarkan diri.
 Eliminasi urine dan feses
Sebelum sakit: keluarga pasien mengatakan BAK sebanyak 5 kali
sehari dan tidak ada gangguan
Saat sakit: pasien BAK menggunakan alat bantu kateter larena pasien
tidak sadarkan diri
 Kebutuhan oksigen dan karbondioksida
Pernafasan:
Sebelum sakit: pasien tidak ada kesulitan bernafas dan tidak pernah
menggunakan obat obatan untuk alat bantu pernafasan
Setelah sakit: pasien menggunakan alat bantu O2 kanul nasal
Kardiovaskular
Sebelum sakit: pasien tidak mengeluh lemas dan lelah
Saat sakit: pasien tidak mengalami gangguan kardiovaskular
Personal hygiene:
Sebelum sakit: pasien biasanya mandi 2-3 kali sehari tanpa bantuan
orang lain
Saat sakit: pasien tidak pernah mandi sejak masuk RS, pasien hanyak di
usap menggunakan air hangat dengan bantuan orang lain.
Sex:
Sebelum sakit: keluarganya mengatakan pasien tidak melakukan
hubungan seksual
Saat sakit: pasien tidak melakukan ubungan seksual
 Psikosial
Sebelum sakit: status emosipasien sangart baik dan jarang marah
Saat sakit: pasien tidak bias mengekspresikan perasaanya karena
kondisi pasien saat ini
 Hubungan social
Sebelum sakit: pasien biasanya bergaul dan ngobrol bersama tetangga
dekat rumanya
Saat sakit: pasien tidak bisa bergaul dengan tetangga, hanya bisa tidur
berbaring di RS
3.Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran umum: samnolen GCS: E3 V2 M3
Kondisi umum: lemah
TTV: Td: 160/100 mmhg
S: 36,0 C
N: 89x/menit
R: 20x/menit
Perubahan fisik: Tb: 150
BB: 45
Keadaan kulit: warna: sawo mateng
Tekstur: kering
Kelainan kulit: tidak ada
b. Pemeriksaan capalo kaudal
Kepala:
-bentuk: bulat, kulit baik, dan rambut tidak rontok
-mata: tidak pucat
-telinga: bentuk telinga normal
-hidung: bentuk normal, terpasang O2
-mulut: simetris
-gigi: kondisi gigi baik
Leher:
-bentuk: normal tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan getah bening.
Dada:
-inspeksi: bentuk normal, pernafasan tidak normal
-auskultasi: suara pernafasan tidak normal
-perkusi: bunyi jantung dan paru normal
-palpasi: tonus otot baik
Abdomen:
-inspeksi: bentuk simetris
-auskultasi: bising anus normal
-perkusi:
-palpasi: tidak ada banjolan
Genetalia:
Anus dan rectum terpasang kateter
Ekstremitas:
Ekstremitas atas lengkap,jari jemari sedikit tidak bisa digerakkan
Bawah: ekstremitas bawah langkap

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Hematoligi

PARAMETER HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
WBC 22,47 102/ul 4.1.11.0
RBC 4.15 102/ul 4.55.9
HGB 13.50 9/dl 13.5.17.5
HCT 40.70 % 41.0.-53.0
PLT 98.70 103/ul 154-440
SGOT 28.3 9/l 5-34
SGPT 15.50 9/l 11-50
GDS 144 Mg/dh 8.00.25.00
Nq. serum 140 Mmol/l 3.5-5-10
2. Pemeriksaan Imunologi dan Serologi

Jenis Pemeriksaan Hasil


-
-
-

3. Pemeriksaan Radiologi
 Izontgen: thorax

4. Pemeriksaan Gula Darah


 GDS: 137
5. Terapi
Citicolyn: 2x1 pct tablet: 3x
Lansoprazole: 2x1 Dexa: 1z1o mg
Asam follat: 2x1 Inj. Ranitidine: 2x50 g
Neurobion: 2x1 manitol: 250 ml

DATA

Nama : An “B” Ruangan : ICU


No. RM : 570437

No Data Etiologi Masalah

1. DS : - Kelainan Struktur Jantung Gangguan


Ventilasi Spontan
DO :

 K/U Lemah Sianotik


 Kesadaran Sopor
 GCS E1VXM2
 Pasien terpasang ETT Stenosis Pulmonal
 Pasien tidak dapat napas
spontan
 Retraksi dinding dada : Gangguan Metabolisme
(+)
 Napas terventi dengan
mode CMV, peep 5 Kelainan Otot Pernapasan
F1O2 = 100 %, RR
Ventilator = 30 x/m
Total Rate : 38 x/m Volume Tidal Menururn
 Volume tidal 35 liter
 VT : 35 liter
 MV : 1,5 liter/menit (VT Gangguan Ventilasi
X RR) Spontan
 TTV :
TD: 95/65 mmHg
N: 90 x/m
S: 36, 0 °C
RR: 12 x/mnt
SPO2 : 99 % (Support
Ventilator)
 Hasil Rontgen :
Pneumonia

2. DS :- Kelainan Struktur Jantung Gangguan


Sirkulasi Spontan
DO :
Sianotik
 Nadi : 90 x/m dengan
support drip Dobutamin
4 mcg/kg BB/mnt dan TDF
Epineprin 0,3 mcg/kg
BB/mnt
 Status Bradikardi Ventrikel Septum Defect
 Tekanan Darah :95/65
mmHg
 RR Spontan : 12 x/m Tekanan ventrikel kiri >
 RR Ventilator : 30 x/m ventrikel kanan
 Total Rate : 38 x/m
 Kesadaran : Sopor
 GCS : E1VXM2 Beban kerja ventrikel
 SpO2 tanpa ventilator : kanan
68 %
 Support Ventilator : 99
% Merangsang mekanisme
 Gambaran EKG : jantung untuk
Aritmia menyesuaikan terhadap
 CRT > 3 Detik beban kerja yang
meningkat

Hipertofi ventrikel kanan

Jumlah volume darah dan


kemampuan memompa

Gangguan Sirkulasi
Spontan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan otot


pernapasan yang ditandai dengan k/u lemah, kesadaran Sopor, GCS
E1VXM2, pasien terpasang ETT, pasien tidak dapat napas spontan,
retraksi dinding dada : (+), napas terventi dengan mode CMV, peep 5
F1O2 : 100 %, RR Ventilator : 30 x/m Total Rate : 38 x/m Volume tidal
35 liter VT : 35 liter, MV : 1,5 liter/menit (VT X RR) TTV : TD 95/65
mmHg, N: 90 x/m, S: 36, 0 °C, RR: 12 x/mnt, SPO2 : 99 % (Support
Ventilator) dan Hasil Rontgen : Pneumonia

b. Gangguan sirkulasi spontan berhubungan dengan abnormalitas struktur


jantung yang ditandai dengan k/u lemah, Nadi : 90 x/m dengan support
drip Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt dan Epineprin 0,3 mcg/kg BB/mnt,
Status Bradikardi, Tekanan Darah :95/65 mmHg, RR Spontan : 12 x/m,
RR Ventilator : 30 x/m, Total Rate : 38 x/m, Kesadaran : Sopor, GCS :
E1VXM2, SpO2 tanpa ventilator : 68 %, Support Ventilator : 99 %,
Gambaran EKG : Aritmia, CRT > 3 Detik
RENCANA KEPERAWATAN

Nama : An. B Ruangan : ICU No. RM : 570437

No Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. 12/6/23 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi : 1. Untuk mengetahui kekuatan


selama 3x24 jam diharapkan ventilasi 1. Identifikasi adanya kelemahan dari otot bantu napas
spontan meningkat (L.01007) dengan otot bantu napas 2. Memberikan informasi
kriteria hasil: 2. Monitor status respirasi dan mengenai adanya masalah
1. Volume tidal meningkat (5) oksigenasi (frekuensi, alat bantu dalam pemenuhan oksigen
2. Dyspneu menurun napas, kedalaman napas, bunyi 3. Memberikan kenyamanan
3. Penggunaan otot bantu napas menurun napas tambahan, SpO2) 4. Melancarkan oksigenasi
4. Gelisah menurun Terapeutik : 5. Memenuhi kebutuhan oksgien
5. PCO2 membaik 3. Berikan posisi Head Up 45 6. Memberikan efek tenang untuk
6. PO2 membaik derajad melancarkan pemenuhan
7. Takikardia membaik 4. Pertahankan kepatenan jalan oksigen
napas 7. Agar keluarga mengetahui
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan prediksi perkembangan
(Ventilasi Mekanik) penyakit pasien apakah
6. Beri terapi inhalasi sesuai Advis membaik atau memburuk serta
Edukasi : rencana tindakan yang akan
7. Edukasi keluarga terkait kondisi dilakukan dalam mengatasi
pasien terkait prognosis dan permasalahan pasien
rencana tindakan
Kolaborasi : 8. Melebarkan bronchus untuk
8. Kolaborasi pemberian meningkatkan pemenuhan
bronchodilator, mode ventilator, kebutuhan oksigen
dan terapi oksigenasi lainnya, jika
perlu
2. 12/6/23 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Hemodinamik Invasif 1. Untuk mengetahui
selama 3x24 jam diharapkan sirkulasi (I02058) perkembangan frekuensi dan
spontan meningkat (L.020150) dengan Observasi : irama jantung pasien melalui
kriteria hasil : 1. Monitor Frekuensi dan irama bed side monitor
1. Tingkat kesadaran meningkat jantung 2. Untuk mengetahui
2. Frekuensi nadi dalam batas normal 2. Monitor tekanan darah perkembangan kondisi pasien
3. Tekanan darah dalam batas normal sistolik/diastole, MAV (Mean 3. Untuk mengetahui adanya
4. Suhu tubuh meningkat Arteri Pressure), dan tekanan perubahan sirkulasi
5. Saturasi oksigen meningkat sentral melalui CVC (Cateter 4. Untuk memenuhi kebutuhan
6. Gambaran EKG regular Vena Central) nutrisi pasien
7. Produksi Urine meningkat Terapeutik : 5. Meningkatkan pengetahuan
3. Pastikan kepatenan sirkulasi keluarga tentang cara
4. Beri nutrisi sesuai kemampuan perawatan CVC agar pasien
cerna (Evaluasi setiap pemberian terhindar dari resiko infeksi
diit/2 jam 6. Untuk mencegah terjadinya
Edukasi : syok kardiogenik
5. Jelaskan kepada keluarga untuk
perawatan CVC
Kolaborasi :
6. Kolaborasi pemberian terapi
support
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : An.B Ruangan : ICU No. RM : 570437

Hari/ No
Jam Implementasi Respon Hasil
Tanggal Dx

Senin, 1. 09.15 1. Memonitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi, 1. - Pasien tidak bernapas spontan
12/06/23 alat bantu napas, kedalaman napas, bunyi napas - Pasien terpasang ETT dan ventilator
tambahan, SpO2) - Terdapat suara : wheezing (+)
09.30 2. Memberikan posisi head up 45 derajad - TTV : TD : 95/65 mmHg
09.45 3. Mempertahankan kepatenan jalan napas N : 90 x/m
10.10 4. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan (Ventilasi S : 36, 0°C
Mekanik) RR : 12 x/m (Spontan)
10.25 5. Mengkolaborasikan pemberian bronchodilator, mode SpO2: 68 % (Tanpa Ventilator)
ventilator, dan terapi oksigenasi lainnya, jika perlu 99 % (Support Ventilator)
2. Posisi supine
3. Memberikan ventilator dengan mode CMV
(Volume control Peep 5, FiO2 100 %, Pmax 23 cm
H2O, Via ETT (Endotracheal Tube))
4. RR spontan 12 x/m dan terpasang RR Ventilator 30
x/m, jadi total rate 38 x/m
5. Pasien mendapat nebu pulmicort + Ns 3 cc 4x1,
Terpasang ventilator mode CMV (Volume control
Peep 5, FiO2 100 %, Pmax 23 cm H2O, Via ETT
(Endotracheal Tube)).
Senin, 2. 009.25 1. Memonitor Frekuensi dan irama jantung 1. - HR : 90 x/m
12/06/23 09.35 2. Memonitor tekanan darah sistolik/diastole, MAV (Mean - Irama : Irreguler
Arteri Pressure), dan tekanan sentral melalui CVC 2. - TD : 95/65 mmHg
(Cateter Vena Central) - MAV : 65
09.50 3. Memastikan kepatenan sirkulas - CVC : 1. DS 5 ¼ Ns 4cc/Jam = 96 cc / 24 jam
10.15 4. Memberikan diit sesuai kemampuan cerna (Evaluasi 2. Meropenem 3x200 mg (Iv)
setiap pemberian diit/2 jam) 3. Furosemide 2x2 mg (IV)
10.30 5. Menjelaskan kepada keluarga untuk perawatan CVC 4. Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt (IV)
10.45 6. Mengkolaborasikan pemberian terapi support 5. Ranitidine 2x6 mg (IV)
3. - CRT > 3 detik
- Akral dingin
- Frekuensi Nadi : 90 x/m
4. Telah diberikan sufor 12x25 ml (NGT)
5. Keluarga pasien memahami penjelasan perawat
6. Pemberian terapi support drip Dobutamin 4 mcg/kg
BB/mnt dan Epineprin 0,3 mcg/kg BB/mnt
Hari/ No
Jam Implementasi Respon Hasil
Tanggal Dx

Selasa, 1 09.15 1. Memonitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi,1. - Pasien tidak bernapas spontan
13/06/23 alat bantu napas, kedalaman napas, bunyi napas - Pasien terpasang ETT dan venitalor
tambahan, SpO2) - Terdapat suara : wheezing (+)
09.30 2. Memberikan posisi Head Up 45 derajad - TTV : TD : 97/70 mmHg
09.40 3. Mempertahankan kepatenan jalan napas N : 100 x/m
09.50 4. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan (Ventilasi S : 36, 7°C
Mekanik) RR : 20 x/m (Spontan)
10.00 5. Mengkolaborasikan pemberian bronchodilator, mode SpO2: 68 % (Tanpa Ventilator)
ventilator, dan terapi oksigenasi lainnya, jika perlu 99 % (Support Ventilator)
2. Posisi supine
3. Memberikan ventilator dengan mode CMV
(Volume control Peep 5, FiO2 65 %, Pmax 15 cm
H2O, Via ETT (Endotracheal Tube))
4. Terpasang RR Ventilator 15 x/m, jadi total rate 38
x/m
5. Pasien mendapat nebu pulmicort + Ns 3 cc 4x1,
Terpasang ventilator dengan mode CMV (Volume
control Peep 5, FiO2 65%, Pmax 15 cm H2O, Via
ETT (Endotracheal Tube))
Selasa, 2 09.25 1. Memoonitor Frekuensi dan irama jantung 1. - HR : 100 x/m
13/06/23 09.35 2. Memonitor tekanan darah sistolik/diastole, MAV (Mean - Irama : Reguler
Arteri Pressure), dan tekanan sentral melalui CVC 2. - TD : 97/70 mmHg
(Cateter Vena Central) - MAV : 70
09.45 3. Memastikan kepatenan sirkulasi - CVC : 1.DS 5 ¼ Ns 4cc/Jam = 96 cc / 24 jam
10.05 4. Memberikan nutrisi sesuai kemampuan cerna (Evaluasi 2. Meropenem 3x200 mg (Iv) 3.
setiap pemberian diit/2 jam) Furosemide 2x2 mg (IV) 4.
10.20 5. Menjelaskan kepada keluarga untuk perawatan CVC Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt (IV)
10.25 6. Mengkolaborasikan pemberian terapi support 5. Ranitidine 2x6 mg (IV)
3. - CRT > 3 detik
- Akral dingin
- Frekuensi Nadi : 100 x/m
4. Telah diberikan sufor 12x25 ml (NGT)
5. Keluarga pasien memahami penjelasan perawat
6. Pemerian terapi support drip Dobutamin 4 mcg/kg
BB/mnt dan Epineprin 0,3 mcg/kg BB/mnt
Hari/ No
Jam Implementasi Respon Hasil
Tanggal Dx

Rabu, 1 09.15 1. Memonitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi, 1. - Pasien bernapas spontan
14/06/23 alat bantu napas, kedalaman napas, bunyi napas - Pasien terpasang O2 NK 8 Lpm
tambahan, SpO2) - Tidak ada suara napas tambahan
09.30 2. Memberikan posisi Head Up 45 derajad - TTV : TD : 100/75 mmHg
09.40 3. Mempertahankan kepatenan jalan napas N : 120 x/m
09.50 4. Mengkolaborasikan pemberian bronchodilator, dan S : 37, 0°C
terapi oksigenasi lainnya, jika perlu RR : 30 x/m (Spontan)
SpO2: 99 % (Tanpa Ventilator)
2. Posisi supine
3. Telah diberikan sufor 12x25 ml (NGT)
4. Pasien mendapat nebu pulmicort + Ns 3 cc 4x1
Rabu, 2 09.25 1. Memonitor Frekuensi dan irama jantung 1. - HR : 120 x/m
14/06/23 09.35 2. Memonitor tekanan darah sistolik/diastole, MAV (Mean - Irama : Reguler
Arteri Pressure), dan tekanan sentral melalui CVC 2. - TD : 100/75 mmHg
- MAV : 75
(Cateter Vena Central)
- CVC : 1. DS 5 ¼ Ns 4cc/Jam = 96 cc / 24 jam
09.45 3. Memastikan kepatenan sirkulasi 2. Meropenem 3x200 mg (Iv)
09.55 4. Memberikan nutrisi sesuai kemampuan cerna (Evaluasi 3. Furosemide 2x2 mg (IV)
setiap pemberian diit/ 2 jam) 4. Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt (IV)
10.05 5. Menjelaskan kepada keluarga untuk perawatan CVC 5. Ranitidine 2x6 mg (IV)
10.20 6. Mengkolaborasikan pemberian terapi support 3. - CRT < 2 detik - Akral hangat
- Frekuensi nadi : 120 x/m
4. Telah diberikan sufor 12x25 ml (NGT)
5. Keluarga pasein memahami penjelasan perawat
6. Pemberian terapi support drip Dobutamin 4
mcg/kg BB/mnt dan Epineprin 0,3 mcg/kg BB/mnt
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : An. B Ruangan : ICU No. RM : 570437

Hari/ No
Jam Evaluasi Paraf
Tanggal Dx

Senin, 1. 10.40 S=-


O = - K/U Lemah
12/06/23
- Kesadaran : Sopor (E1VXM2)
- Pasien tidak bernapas spontan
- Terdapat suara wheezing (+)
- Napas terventi dengan mode VC-SIMV, peep 5, F1O2 : 100 %.
- TTV : TD : 95/65 mmHg, MAV : 65, N : 90 x/m, S : 36, 0°C, RR Spontan : 12 x/m,
RR Ventilator 30 x/m, SpO2 : 68 % (Tanpa Ventilator), 99 % (Support
Ventilator)
- CVC : DS 5 ¼ Ns 4cc/Jam = 96 cc / 24 jam, Meropenem 3x200 mg (IV) Furosemide
2x2 mg (IV), Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt (IV), Ranitidine 2x6 mg (IV).
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilanjutkan
I = 1. Monitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi, alat bantu napas, kedalaman
napas, bunyi napas tambahan, SpO2)
2. Berikan posisi head up 45 derajad
3. Mempertahankan kepatenan jalan napas
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan (Ventilasi Mekanik)
5. Kolaborasi pemberian bronchodilator, mode ventilator, dan terapi oksigenasi
lainnya, jika perlu
Senin, 2 11.00 S= -
O= - CRT > 3 detik
12/06/23 - Akral dingin
- BB : 6 Kg
- TTV : TD : 95/65 mmHg, N : 90 x/m, S : 36, 0°C, RR Spontan : 12 x/m, RR
Ventilator 30 x/m, SpO2 : 99 % (Support Ventilator)
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi dilanjutkan
I = 1. Monitor Frekuensi dan irama jantung
2. Monitor tekanan darah sistolik/diastole, MAV (Mean Arteri Pressure), dan tekanan
sentral melalui CVC (Cateter Vena Central)
3. Pastikan kepatenan sirkulasi
4. Beri diit sesuai kemampuan cerna (Evaluasi setiap pemberian diit/2 jam)
5. Jelaskan kepada keluarga untuk perawatan CVC
6. Kolaborasi pemberian terapi support

Hari/ No Jam Evaluasi Paraf


Tanggal Dx

Selasa, 1. 10.15 S=-


O = - K/U Lemah
13/06/23
- Kesadaran : Sopor (E2VXM3)
- Pasien tidak bernapas spontan
- Terdapat suara wheezing (+)
- Napas terventi dengan mode CMV, peep 5, F1O2 : 65 %.
- TTV : TD : 97/70 mmHg, N : 100 x/m, S : 36, 8°C, RR Spontan : 20 x/m, RR
Ventilator 15 x/m, SpO2 : 80 % (Tanpa Ventilator), 99 % (Support
Ventilator)
- CVC : DS 5 ¼ Ns 4cc/Jam = 96 cc / 24 jam, Meropenem 3x200 mg (IV) Furosemide
2x2 mg (IV), Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt (IV), Ranitidine 2x6 mg (IV).
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan
I = 1. Monitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi, alat bantu napas, kedalaman
napas, bunyi napas tambahan, SpO2)
1. Berikan posisi head up 45 derajad
2. Mempertahankan kepatenan jalan napas
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan (Ventilasi Mekanik)
4. Kolaborasi pemberian bronchodilator, mode ventilator, dan terapi oksigenasi
lainnya, jika perlu
Selasa, 2 09.30 S=-
13/06/23 O = - CRT > 3 detik
- Akral dingin
- BB : 7 Kg
- TTV : TD : 97/70 mmHg, N : 100 x/m, S : 36,8°C, RR Spontan : 20 x/m, RR
Ventilator 15 x/m, SpO2 : 99 % (Support Ventilator)
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan
I = 1. Monitor Frekuensi dan irama jantung
1. Monitor tekanan darah sistolik/diastole, MAV (Mean Arteri Pressure), dan tekanan
sentral melalui CVC (Cateter Vena Central)
2. Pastikan kepatenan sirkulasi
3. Beri diit sesuai kemampuan cerna (Evaluasi setiap pemberian diit/2 jam)
4. Jelaskan kepada keluarga untuk perawatan CVC
5. Kolaborasi pemberian terapi support

Hari/ No
Jam Evaluasi Paraf
Tanggal Dx

Rabu, 1. 10.00 S=-


14/06/23 O = - K/U Sedang
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : (E4VXM5)
- Pasien napas spontan dengan O2 NK 8 Lpm
- Tidak ada suara napas tambahan
- TTV : TD : 100/75 mmHg, N : 120 x/m, S : 37, 0°C, RR : 30 x/m, SpO2 : 99 %.
- CVC : DS 5 ¼ Ns 4cc/Jam = 96 cc / 24 jam, Meropenem 3x200 mg (IV) Furosemide
2x2 mg (IV), Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt (IV), Ranitidine 2x6 mg (IV)
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan
I = 1. Monitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi, alat bantu napas, kedalaman
napas, bunyi napas tambahan, SpO2)
2. Berikan posisi head up 45 derajad
3. Mempertahankan kepatenan jalan napas
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi pemberian bronchodilator dan terapi oksigenasi lainnya, jika perlu
Rabu, 2 10.30 S=-
O = - CRT < 2 detik
14/06/23
- Akral hangat
- BB : 8 Kg
- TTV : TD : 100/75 mmHg, N : 120 x/m, S : 37, 0°C, RR : 30 x/m, SpO2 : 99 %
A = Masalah teratasi
P = Intervensi dihentikan => Pasien pindah ke ruang rawat biasa (VIV)
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam proses keperawatan penulis melakukan pengkajian,


penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi pada
asuhan keperawatan An “B” dengan PJB di ruang ICU RSUD Dr. R.
Selong selama 3x24 jam dengan menerapkan tindakan Ventilasi
meningkat, dan Penurunan curah jantung dapat teratasi dengan
kesimpulan :
1. Pengkajian
Pada pengkajian fokus pada klien yaitu Gangguan ventilasi
spontan dan kelemahan dalam otot pernapasan dengan k/u lemah,
penurunan kesadaran, tingkat kesadaran Sopor, GCS E1VXM2, pasien
terpasang ETT, pasien tidak napas spontan, napas terventi dengan mode
CMV, Peep 5,F102 100%, TTV : TD : 95/65 mmHg, N : 90 x/m, S : 36,
0°C, RR Spontan : 12 x/m, RR Ventilator 30x/m Total Rate 38 x/m,
SpO2 : 68 % (Tanpa Ventilator), 99 (Support Ventilator).

2. Diagnosa Keperawatan
Dari data pengkajian, penulis merumuskan masalah pada An “B”
dengan PJB yaitu :
a. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan otot
pernapasan yang ditandai dengan k/u lemah, kesadaran Sopor, GCS
E1VXM2, pasien terpasang ETT, pasien tidak dapat napas spontan,
retraksi dinding dada : (+), napas terventi dengan mode CMV, peep
5 F1O2 : 100 %, RR Ventilator : 30 x/m Total Rate : 38 x/m
Volume tidal 35 liter VT : 35 liter, MV : 1,5 liter/menit (VT X RR)
TTV : TD 95/65 mmHg, N: 90 x/m, S: 36, 0 °C, RR: 12 x/mnt,
SPO2 : 99 % (Support Ventilator) dan Hasil Rontgen : Pneumonia.
b. Gangguan sirkulasi spontan berhubungan dengan abnormalitas
struktur jantung yang ditandai dengan k/u lemah, Nadi : 90 x/m
dengan support drip Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt dan Epineprin
0,3 mcg/kg BB/mnt, Status Bradikardi, Tekanan Darah :95/65
mmHg, RR Spontan : 12 x/m, RR Ventilator : 30 x/m, Total Rate :
38 x/m, Kesadaran : Sopor, GCS : E1VXM2, SpO2 tanpa ventilator
: 68 %, Support Ventilator : 99 %, Gambaran EKG : Aritmia, CRT
>3 Detik
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan fokus diagnosa keperawatan yang akan dibahas dan
dibuat perbandingan pada pasien yaitu Gangguan ventilasi spontan
berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan, maka penulis
menyusun rencana keperawatan dengan tujuan Setelah di lakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan ventilasi
meningkat (L.01007) dengan kriteria hasil :
a) Volume tidal meningkat.
b) Dyspneu menurun
c) Penggunaan otot bantu napas menurun
d) Gelisah menurun
e) PCO2 membaik
f) PO2 membaik
g) Takikardia membaik.
Gangguan sirkulasi spontan berhubungan dengan abnormalitas
struktur jantung yang ditandai dengan k/u lemah, Nadi : 90 x/m dengan
support drip Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt dan Epineprin 0,3 mcg/kg
BB/mnt, Status Bradikardi, Tekanan Darah :95/65 mmHg, RR
Spontan : 12 x/m, RR Ventilator : 30 x/m, Total Rate : 38 x/m,
Kesadaran : Sopor, GCS : E1VXM2, SpO2 tanpa ventilator : 68 %,
Support Ventilator : 99 %, Gambaran EKG : Aritmia, CRT > 3 Detik :
a) Tingkat kesadaran meningkat
b) Frekuensi nadi dalam batas normal
c) Tekanan darah dalam batas normal
d) Suhu tubuh meningkat
e) Saturasi oksigen meningkat
f) Gambaran EKG regular
g) Produksi urine meningkat
4. Implementasi Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan An “B” dengan PJB di ruang ICU


RSUD Dr. R. Soedjono Selong telah sesuai dengan intervensi yang
penulis rumuskan. Penulis menekankan pada diagnose 1 : Identifikasi
adanya kelemahan otot bantu napas, Monitor status respirasi dan
oksigenasi (frekuensi, alat bantu napas, kedalaman napas, bunyi napas
tambahan, SpO2), berikan posisi Head Up 45 derajad, pertahankan
kepatenan jalan napas, Berikan oksigen sesuai kebutuhan (Ventilasi
Mekanik), beri terapi inhalasi sesuai advis, edukasi keluarga terkait
kondisi pasien terkait prognosis dan rencana tindakan, kolaborasi
pemberian bronchodilator, mode ventilator, dan terapi oksigenasi
lainnya, jika perlu dan pada diagnose 2 : Monitor Frekuensi dan irama
jantung, monitor tekanan darah sistolik/diastole, MAV (Mean Arteri
Pressure), tekanan sentral melalui CVC (Cateter Vena Central),
pastikan kepatenan sirkulasi, beri nutrisi sesuai kemampuan cerna
(Evaluasi setiap pemberian diit/2 jam, jelaskan kepada keluarga untuk
perawatan CVC, kolaborasi pemberian terapi support.
5. Evaluasi
Tindakan keperawatan yang diberikan selama 3 x 24 jam pada
klien sudah dilakukan sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan
serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Hasil evaluasi yang
didapatkan pada diagnosa masalah keperawatan Gangguan ventilasi
spontan berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan pada klien
teratasi sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Kriteria
hasil yang diharapkan adalah volume tidal meningkat, dyspneu
menurun, pemggunaana otot bantu napas menurun, gelisah menurun,
PCO2 membaik, PO2 membaik, takikardia membaik, palpitasi
membaik, dan bradikardi normal, sedangkan pada diagnosa Gangguan
sirkulasi spontan berhubungan dengan abnormalitas struktur jantung
pada klien teratasi sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan. Kriteria hasil yang diharapkan adalah tingkat kesadaran
meningkat, frekuensi nadi dalam batas normal, tekanan darah dalam
batas normal, suhu tubuh meningkat, saturasi oksigen meningkat,
gambaran EKG regular, produksi urine meningkat.
B. Saran
Dengan dibuatnya laporan ini semoga pengetahuan masyarakat
khususnya mahasiswa tentang materi dapat meningkat. Dari yang belum
tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi semakin mengerti.
Dan demi kesempurnaan laporan ini penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Murdani dan M. Adi Firmansyah. 2012. Critical Aprraisal On Journal


Of Clinical Trials. The Indonesian Journal Of Internal Medicine. Vol: 44.
Number: 4
Alimul, A., & Hidayat. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. (D. Sjabana, Ed.) (1st ed.). Jakarta:
Salemba Medika.
Amarta, Yossy. (2017). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit Jantung
Bawaan di Ruangan Kronis Irna Kebidanan danAnak RSUP. Dr. M.
Djamil Padang. D-III Keperawatan Padang. Poltekkes Kemenkes RI
Padang. Padang
Amelia, Tika. (2019). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit Jantung
Bawaan Ventricel Septal Defek (VSD) di Ruangan HCU Anak RSUP. Dr.
M. Djamil Padang. D-III Keperawatan Padang. Poltekkes Kemenkes RI
Padang. Padang
Aspiani, R. Y. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. (EGC, Ed.). Jakarta.
Boimau, Kostan D. P. (2021). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit
Jantung Bawaan, di Ruang Melati RSUD Soe, Kabupaten Timor Tengah
Selatan. Diploma thesis. Poltekkes Kemenkes Kupang.
Forum lmiah Kesehatan Anak. 2017. Tanda dan gejala penyakit jantung bawaan.
Jurnal Pediatri. https://jurnalpediatri.com/ 2017/11/01/12-tanda-dan-
gejala- penyakit-jantung-bawaan-pada-anak.
Hermawan, Iwan. (2019). Metode Penelitian Pendidikan. Kuningan: Hidayatul
Quran Kuningan
Hermawan, dkk. (2018). Profil Penyakit Jantung Bawaan di Instalasi Rawat Inap
Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2013-Desember 2017.
Jurnal Kesehatan Andalas
Kodim, Yulianingsih. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta Timur:
CV.Trans Info Media
Kurniawan, Risky, Rahmat. 2015. Asuhan keperawatan pada An. N dengan
gangguan kardiovaskuler : Penyakit jantung bawaan di ruang cempaka III
Rsud Pandan Arang Boyolali. E-Skripsi. http://eprints.ums.ac.id/34279/ .
Kyle, Terry & Carman, Susan. 2016. Buku ajar keperawatan pediatri vol.
3.Jakarta: EGC.
Maramis PP, Kaunang ED, Rompis J (2014). Hubungan Penyakit Jantung
Bawaan dengan Status Gizi pada Anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Tahun 2009-2013. Jurnal e-Clinic, II(2).
Manopo Berry R, dkk. (2018). Gambaran Penyakit Jantung Bawaan di Neonatal
Intensive Care Unit RSUP Dr. R. D. Kandou. Manado Periode 2013-1017.
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: ECG
Novatriyanto, Cornelius Anggi dkk. (2018). Perbedaan Pertumbuhan Anak
Penyakit Jantung Bawaan dengan Kelainan Simplek dan Kelainan
Komplek pada umur 0-2 tahun. Jurnal Kedokteran Diponegoro Online :
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
Ontoseno, Teddy. (2018). Penyakit Jantung Pada Anak. CV.Sagung Seto

Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. (2015). Buku Pintar Asuhan
Keperawatan dan Balita. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu

Pambudi, Dimas Agung. 2017. Upaya peningkatan kebutuhan nutrisi pada pasien
anak. E-Skripsi. http://eprints.ums.ac.id/ 52296/1/NASKAH
%20PUBLIKASI.pdf

Putri, Dewi Murdiyanti Prihatin. 2017. Pengantar Riset Keperawatan.


Yogyakarta : PT PUSTAKA BARU PERKI (Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskuler Indonesia). (2019). Hari Jantung Sedunia
(World Heart Day): Your Heart is Our Heart Too. Diakses padan
Kamis,14 januari 2021. Pukul: 16.35
http://www.inaheart.org/news_and_events/news/2019/9/26/press_release_
worl d_heart_day_perki_2019

Rilantono, Lily l. 2013. Penyakit jantung kardiovaskuler (PKV). Jakarta : FKUI

Sucipto, Cecep Dani. 2020. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta


:Gosyen Publishing

Sugiyono. (2014) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Susilaningrum, Rekawati, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak.


Jakarta : Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI
ANALISA JURNAL

Fasilitator : Ns. Nandang DD Khairari, MAN


OLEH KELOMPOK D :
1. Harindah, S.Kep
2. Wardani, S.Kep
3. Ruusmalinda, S.Kep
4. Husmaini, S.Kep
5. Rika Indrawati, S.Kep
6. Tutik Usnawati, S.Kep
7. Yola Sasmita Aprilia, S.Kep
8. Baiq Rita Jayanti, S.Kep
9. Syarif Hidayatullah, S.Kep
10.Sanusi Pani, S.Kep
11. Iskandar Putra Aminullah, S.Kep
12. Irwan Apandi, S.Kep
13. Zikri Parhanullah, S.Kep
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan bawaan yang


sering dijumpai pada anak. Insiden PJB dilaporkan sebanyak 1% di Amerika
Serikat dan 0.8% di negara-negara Eropa. Studi di negara maju dan di negara
berkembang termasuk Indonesia menunjukkan bahwa insiden PJB berkisar di
antara 6 sampai 10 per 1000 kelahiran hidup, dengan rata-rata 8 per 1000
kelahiran hidup.
Penyakit jantung bawaan secara klinis diklasifikasikan atas PJB
asianotik dan sianotik. Prevalensi gangguan gizi dan gagal tumbuh pada anak
dengan penyakit jantung bawaan sangat tinggi. Penelitian di Nigeria pada
anak PJB didapatkan prevalensi gangguan gizi anak dengan penyakit jantung
bawaan adalah 90.4 % dibandingkan anak sehat tanpa PJB sebesar 21.1 %,
dengan prevalensi gangguan gizi akut pada PJB asianotik 58.3% dan
gangguan gizi kronis pada PJB sianotik 68.0%. Penelitian di Jakarta pada
anak PJB di dapatkan prevalensi kekurangan gizi sebesar 51.1 % dengan 22.3
% diantaranya adalah gizi buruk.
Penelitian di Brazil pada anak PJB yang menilai asupan makanan yang
dihitung selama tiga hari didapatkan asupan kalori per kilogram berat badan,
protein harian, natrium dan vitamin A adalah sesuai tingkat yang
direkomendasikan. Namun, asupan kalori harian, lemak, serat, kalium dan
besi berada di bawah tingkat yang direkomendasikan dan asupan protein per
kilogram berat badan, karbohidrat, kalsium dan vitamin C adalah di atas
tingkat yang direkomendasikan. Gizi yang adekuat merupakan hal yang
sangat penting bagi bayi dan anak dengan penyakit jantung bawaan untuk
mempertahankan berat badan dan tinggi badan dari waktu ke waktu.
B. Rumusan Pertanyaan Klinis

1. Bagaimana hubungan antara penyakit jantung bawaan dengan kecukupan


asupan makanan terutama energi dan protein.

C. Telaah Jurnal Metode PICO


P : 40 anak dengan PJB dan 40 anak tanpa PJB.
I: Dilakukan anamnesis kepada orang tua masing-masing anak mengenai
asupan makanan melalui food recall 24 jam selama 3 hari (termasuk
didalamnya 1 hari libur) dengan bantuan food model dan dilakukan
perhitungan kalori rata-rata dengan program Nutrisurvey. Data dianalisis
dengan chi square untuk melihat hubungan PJB dengan asupan makanan
C: -
O : Untuk mengetahui hubungan antara penyakit jantung bawaan dengan
kecukupan asupan makanan terutama energi dan protein
BAB II
ANALISA JURNAL

A. RESUME JURNAL
Judul : HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DENGAN
KECUKUPAN ASUPAN MAKANAN
Penulis : Mardiati1 , Tiangsa Sembiring2 , Muhammad Ali3 , Tri Faranita4 ,
Winra Pratita5
1. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan antara penyakit jantung bawaan
dengan kecukupan asupan makanan terutama energi dan protein.
2. Desain dan Metode
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan
pada bulan Mei sampai Juni 2015 di Rumah Sakit Umum Adam Malik,
Medan, Data dianalisis dengan chi square untuk melihat hubungan PJB
dengan asupan makanan
3. Hasil :
Dari hasil perhitungan asupan makanan berdasarkan AKG
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit
jantung bawaan dengan asupan energi dengan P < 0.05,. Pada PJB didapati
lebih banyak asupan energi tidak cukup 31 anak sedangkan pada tanpa
PJB dijumpai 17 anak dengan asupan energi tidak cukup. Risiko terjadinya
asupan energi tidak cukup pada PJB adalah 1.824 kali dengan 95% IK
1.226 - 2.713 dibandingkan anak tanpa PJB.
4. Kesimpulan
Terdapat hubungan antara penyakit jantung bawaan dengan
kecukupan asupan makanan terutama energi dan protein
B. Critical Appraisal

CRITICAL KOMPONEN DALAM


APPRASIAL MELAKUKAN CRITICAL TIDAK YA KETERANGAN
APPRASIAL

Pendahuluan  Apakah riwayat atau kualifikasi  Penelitian ini diteliti oleh


peneliti dicantumkan dengan jelas? Mardiati1 , Tiangsa
(gelar peneliti yang dicantum kan Sembiring2 , Muhammad
akan memberikan kejelasan mengenai Ali3 , Tri Faranita4 ,
pengalaman peneliti) Winra Pratita5 . 1Bagian
Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran
Universitas Malikussaleh
2,3,4,5Departemen Ilmu
Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera
Title/Judul  Apakah dalam judul mencantumkan  Variabel indevenden:
dengan jelas : variable, populasi, dan PENYAKIT JANTUNG
bidang ilmu yang akan diteliti? BAWAAN
Variabel dependen:
KECUKUPAN ASUPAN
MAKANAN

Populasi:
Anak umur 0 sampai 5
tahun yang menderita

 penyakit jantung bawaan


dan tanpa penyakit
jantung bawaan yang
telah dilakukan
echocariografi.
Bidang ilmu yang diteliti :
Ilmu gizi
Abstract  Apakah abstract terdiri dari sampel,  Sampel :
intervensi(bilaintervensi), desain 80 anak yang memenuhi
penelitian, serta kata kunci? kriteria, 40 anak dengan PJB
 dan 40 anak tanpa PJB
Intervensi:
Data dianalisis dengan chi
square untuk melihat
hubungan PJB dengan
asupan makanan.
Desain peneitian :
cross-sectional
Kata kunci :
asupan makanan; energi;
penyakit jantung bawaan;
protein.
Background/  Apaka hurgensinya masalah  Urgensi masalah:
LatarBelakang dicantumkan? Penyakit jantung bawaan
(PJB) merupakan kelainan
bawaan yang sering dijumpai
pada anak. Insiden PJB
dilaporkan sebanyak 1% di
Amerika Serikat dan 0.8% di
negara-negara Eropa.2,3
Studi di negara maju dan di
negara berkembang termasuk
Indonesia menunjukkan
bahwa insiden PJB berkisar
di antara 6 sampai 10 per
1000 kelahiran hidup, dengan
rata-rata 8 per 1000 kelahiran
hidup.
 Apakah latar belakang munculnya Latar Belakang :
 Penelitian di Brazil pada
masalah di deskripsikan dengan
jelas? anak PJB yang menilai
asupan makanan yang
dihitung selama tiga hari
didapatkan asupan kalori per
kilogram berat badan, protein
harian, natrium dan vitamin
A adalah sesuai tingkat yang
direkomendasikan. Namun,
asupan kalori harian, lemak,
serat, kalium dan besi berada
di bawah tingkat yang
direkomendasikan dan
asupan protein per kilogram
berat badan, karbohidrat,
kalsium dan vitamin C
adalah di atas tingkat yang
direkomendasikan. Gizi
yang adekuat merupakan hal
yang sangat penting bagi
bayi dan anak dengan
penyakit jantung bawaan
untuk mempertahankan berat
badan dan tinggi badan dari
waktu ke waktu.
Literatur  Apakah hubungan atau keterkaitan  Penelitian sebelumnya
Review/Tinjauan penelitian saat ini dengan penelitian mengenai asupan energi dan

Pustaka sebelumnya digambarkan dengan protein pada anak dengan


jelas? penyakit jantung bawaan di
Semarang, hasilnya
didapatkan bahwa
perhitungan masukan energi
dan protein yang dihitung
dari food recall satu kali
dalam 24 jam didapati lebih
dari 50% anak PJB
memenuhi asupan energi dan
protein sesuai RDA. Pada
penelitian ini dilakukan food
recall 24 jam selama 3 hari
dengan menilai asupan energi
dan protein berdasarkan
AKG didapati 31 anak
dengan asupan energi tidak
cukup dan 28 anak asupan
protein tidak cukup
 Apakah sumber penelitian yang Sumber penelitian :
digunakan uptodate seperti 5 tahun
 Ada jurnal yang tidak
terakhir untuk jurnal? aptodate dan refrensi dari
buku
 Apakah ringkasan penelitian  Studi yang dilakukan di
mengenai intimasalah penelitian( Jakarta memperlihatkan
komponen yang sudah diketahui dan prevalensi kurang gizi
komponen yang ingin 51.1% dan malnutrisi berat
diketahui)tergambar dengan jelas? 22.3% pada anak PJB,
dengan prevalensi gagal
tumbuh lebih tinggi
daripada masalah gangguan
gizi. Gangguan gizi pada
anak dengan PJB
disebabkan oleh banyak
faktor dan timbul
dikarenakan kebutuhan dan
kehilangan energi lebih
besar daripada asupan
makanan. Etiologi dari
gangguan gizi pada anak
dengan PJB secara umum
dapat dikelompokkan
menjadi tiga kategori:
asupan makanan yang tidak
cukup adekuat, penyerapan
dan pemanfaatan tidak
efisien, serta kebutuhan
energi yang meningkat
Tujuan Penelitian  Apakah tujuan dalam penelitian serta  Penelitian ini bertujuan untuk
pertanyaan digambarkan dengan mengetahui hubungan antara
jelas? penyakit jantung bawaan
dengan kecukupan asupan
makanan terutama energi dan
protein
Variable  Apakah definisi variable dependen  Variabel indevenden:
Penelitian maupun independendi c? Tidak dicantumkan dengan
(identifikasi tujuan serta hasil) jelas
Variabel dependen:
Tidak dicantumkan dengan
jelas

Metodologi  Apakah metode/desain penelitian  Metode penelitian:


Penelitian dipaparkan?  desain cross-sectional yang
dilakukan pada bulan Mei
sampai Juni 2015 di Rumah
Sakit Umum Adam Malik,
Medan. Subjek dibagi
menjadi PJB dan tanpa PJB.
Intervensi:
 Apakah ada intervensi dan  Asupan makanan dihitung
dicantumkan? berdasarkan makanan yang
dikonsumsi selama tiga hari
dan kecukupan energi dan
protein dihitung
menggunakan program
Nutrisurvey. Data dianalisis
dengan chi square untuk
melihat hubungan PJB
 dengan asupan makanan.
 Apakah variabel tambahan atau Tidak da variabel
pengganggu dicantumkan dengan pengganggu
jelas?
 Apakah kriteria eksklusi ataupun  Kriteria inklusi adalah Anak

inklusi dicantumkan? umur 0 sampai 5 tahun yang


menderita penyakit jantung
bawaan dan tanpa penyakit
jantung bawaan yang telah
dilakukan echocariografi.
Anak dieksklusikan bila
mempunyai kelainan
bawaan lain, penyakit
keganasan serta penyakit
kronis, dijumpai edema dan
asites serta telah menjalani
operasi koreksi.
Subyek dikumpulkan secara
 Apakah tekhnik pengambilan  consecutive sampling. Data
probability sampling ataupun no diperoleh dari wawancara
probability dijelaskan? dan kuisioner. Anak yang
menderita penyakit jantung
bawaan dimasukkan sebagai
kelompok kasus, sedangkan
anak normal disesuaikan
umur dan jenis kelaminnya
dimasukkan sebagai
 kelompok kontrol
Tidak dicantumkan
 Apakah total sampel penelitian 
disebutkan? Informed tidak disebutkan

 Apakah pelaksanaan informed dengan jelas.

concent disebutkan dengan jelas?


Strategi dan  Apakah bentuk dan variable yang  Variabel indevenden:
Instrumen akan diukur dicantumkan? PENYAKIT JANTUNG
BAWAAN
Variabel dependen:
 KECUKUPAN ASUPAN
MAKANAN
 Apakah sumber instrument
 Tidak disebutkan sumber
disebutkan?
instrument
 Apakah jenis instrument disebutkan? Peneliti tidak menjelaskan
(skalalikert, vas, dll) jeis instrument secara

 Apakah bentuk skala pengukuran lengkap,
dijelaskan? 
Peneliti tidak menjelaskan
(ordinal, interval, nominal, atau jenis instrument secara
ratio) 
lengkap,
 Apakah validitas serta reliabilitas Validitas dan reailitas tidak
intrumen penelitian dicantumkan? dicantumkan.
 Apakah uji statistic yang digunakan Data dianalisis dengan
dicantumkan? menggunakan uji chi square

 untuk menilai hubungan


antara penyakit jantung
bawaan dengan asupan
makanan. Pengolahan data
dengan menggunakan SPSS
dengan tingkat kemaknaan
bila P < 0.05 dan tingkat
kepercayaan dengan
Interval kepercayaan 95%.
beda reapeated anova.
 Apakah prosedur dalam pengumpulan  Subyek dikumpulkan secara
atau collecting data dijelaskan? consecutive sampling. Data
diperoleh dari wawancara
dan kuisioner.
Interpretasi  Apakah interpretasi statistic  terdapat hubungan yang
HasilPenelitian dijelaskan? signifikan antara penyakit
jantung bawaan dengan
asupan protein dengan P <
0.05,
 Apakah level/tingkat signifikansi di  Terdapat hubungan yang
jelaskan? signifikan antara PJB
dengan asupan energi
dengan risiko terjadinya
asupan energi tidak cukup
pada PJB adalah 1.824 kali
dengan 95% IK 1.226 -
2.713 dibandingkan tanpa
PJB
 Apakah hasil sesuai dengan harapan  Terdapat hubungan yang
yang ingin dicapai? signifikan antara PJB
dengan asupan energi

 dengan risiko terjadinya


asupan energi tidak cukup
pada PJB
 Apakah kekurangan serta Tidak dicantumkan oleh
keterbatasan dalam penelitian peneliti
dijelaskan?
 Apakah kesimpulan disebutkan? Terdapat hubungan antara
 penyakit jantung bawaan
dengan kecukupan asupan
makanan terutama energi
dan proteinTidak
dicantumkan oleh penulis
jurnal.
 Apakah hasil tersebut dapat di  Dapat dijadikan sebgai
implementasikan dalam pelayanan sumber refrensi pagi
maupun pendidikan? peneliti selanjutnya

 Apakah terdapat saran untuk Tidak ada syaran untuk



rekomendasi penelitian selanjutnya? peneliti selnjutnya
C. Implikasi terhadap pelayanan keperawatan
Bisa diiterapkan untuk meningkatkan pengetahuan dan Dapat dijadikan
sebgai sumber refrensi pagi peneliti selanjutnya
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan dan saran


Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Terdapat
hubungan antara penyakit jantung bawaan dengan kecukupan asupan makanan
terutama energi dan protein.
Daftar Pustaka

1. Clarke E, Kumar MR. Evaluation of suspected congenital heart disease in the neonatal
period. J.Cupe 2005; 15:523–31.
2. Centers for Disease Control and Prevention MMWR. Racial differences by gestational
age in neonatal deaths attributable to congenital heart defects-United States 2003-
2006. 2010; 59:1208-11. 3
3. Dolk H, Loane M, Garne E. Congenital heart defects in Europe: prevalence and
perinatal mortality, 2000 to 2005. Circ J 2011; 123:841-49.
4. Bernstein D. Epidemiology and genetic basis of congenital heart disease. Dalam:
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of
pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Saunders 2011. h.1549-610.
5. Nousi D, Christou A. Factors affecting the quality of life in children with congenital
heart disease. Health Science Journal 2010; 4(2):94-100.
6. Benzecry SG, Leite HP, Oliveira FC, Santana e Meneses JF, Carvalho WB, Silva CM.
Interdisciplinary approach improves nutritional status of children with heart diseases.
J.Nut 2008; 669–74.
7. Hagau N, Culcitchi C. Nutritional support in children with congenital heart disease.
Nutr Ther Metab 2010; 28:172-84.
8. Okoromah CAN, Ekure EN, Esi FEAL, Okunowo WO, Tijani BO, Okeiyi JC.
Prevalence, profile and predictors of malnutrition in children with congenital heart
defects; a case - control observational study. Arch Dis Child 2011; 96:354-60.
9. Sjarif DR, Anggiawan SL, Putra ST, Djer MM. Anthropometric profiles of children
with congenital heart disease. Med J Indones 2011; 20:40-5.
10.Vieira TCL, Trigo M, Alonso RR, Ribeiro RHC, Cardoso MRA, Cardoso ACA, et al.
Assesment of food intake in infants between 0 and 24 months with congenital heart
disease. Arq Bras Cardiol 2007; 89:197-202.
11.Steltzer M. Heart disease. Dalam: Koletzko B, penyunting. Pediatric nutrition in
practice. Basel: Karger 2008.h.229-33.
12.Pierre AS, Khattra P, Johnson M, Cender L, Manzano S, Holsti L. Content validation
of the infant malnutrition and feeding checklist for congenital heart disease: a tool to
identify risk of malnutrition and feeding difficulties in infants with congenital heart
disease. Journal of Pediatric Nursing 2010; 25:367-74.
13.Joeston KFM, Hulst JM. Prevalence of malnutrition in pediatric hospital patients. Curr
Opin Pediatr 2008; 20:590-6.
14.Vaidyanathan B, Roth SJ, Gauvreau K, Shivaprakasha K, Rao SG, Kumar RK.
Somatic growth after ventricular septal defect in malnourished infants. J Pediatr
2006;149:205-9.
15.Roman B. Nourishing little hearts: nutritional implications for congenital heart
defects. Dalam: Parrish CR, penyunting. Nutrition issues in gastroenterology.
Virginia: Practical Gastroenterology 2011. h.11-34.
16.Hansson L, Ohlund I, Lind T, Blicks Stecksen C, Rydberg A. Dietary intake in infants
with complex congenital heart disease : a case control study on macro and
micronutrient intake, meal frequency and growth. J Hum Nutr Diet 2014; 1-8.
17.Wisnuwardhana M. Manfaat pemberian diet tambahan terhadap pertumbuhan pada
anak dengan penyakit jantung bawaan asianotik. Tesis pada S2 Magister Ilmu
Biomedik Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro 2006.(tesis)
18.Okoreigwe, Chizoba F, Okeke, Chinwe E. Nutritional status of preschool children
aged 2-5 years in Aguata L G A of Anambra State, Nigeria. Int.J.Nutr.metab 2009;
1:009-013.
19.Zhou SJ, Gibson RA, Gibson RS, Makrides M. Nutrient intakes and status of
preschool children in Adelaide, South Australia. MJA 2012; 196:697-700
20.Arolyumna A, Setyo Prihatin, Dyah Nur Subandriani. 2016. Pengaruh Pemberian Es
Krim Modisco Terhadap Kenaikan Berat Badan Pada Balita Gizi Kurang. Jurnal Riset
Gizi. 4(1): 49-54
21.Azwar, A. 2000. Kebijaksanaan Penanggulangan Kasus Gizi. Jakarta: Makalah
disampaikan pada rapat kerja kesehatan nasional (Rakernas).
22.Giri, M Kurnia Widiastuti. 2013. Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Status
Gizi Balita Usia 6-24 Bulan Di Kampung Kajanan, Buleleng. Jurnal Sains dan
Teknologi. 2(1): 184-192.
23.Kementrian Kesehatan Direktorat Bina Gizi. 2011. Buku SK Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak. [Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018.
Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes R
24.Purwanti. 2012. Konsep Penerapan Asi Ekslusif. Jakarta: EGC Sari, Suci Arsita,
25.Widarto, Erinda Budi Cahyanto. 2019. Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap
Pengetahuan Ibu Tentang Pola Makan Balita Di Desa Sambirejo Kecamatan
Mantingan Kabupaten Ngawi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Septikasari. 2018.
26.Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi. Yogyakarta: UNY Press Suhardjo.
2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
27.Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
28.Yuliarti . 2010. Keajaiban ASI. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Anda mungkin juga menyukai