i
KATA PENGANTAR
Dan tak lupa pula kita haturkan sholawat dan serta salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah menuntun manusia dari jalan
yang gelap gulita menuju ke jalan yang terang benderang seperti yang sedang kita
rasakan sekarang ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan Penulisan..............................................................................
D. Manfaat Penulisan............................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
A. Konsep Teori Medis .......................................................................
1. Anatomi Fisiologi Jantung……………………………………..
2. Definisi .......................................................................................
3. Etiologi........................................................................................
4. Klasifikasi ...................................................................................
5. Manifestasi Klinis........................................................................
6. Patofisiologi ................................................................................
7. Respon Terhadap Sistem Tubuh..................................................
8. Komplikasi..................................................................................
9. Pemeriksaan Penunjang...............................................................
10. Penatalaksanaan........................................................................
11. Pathway……………………………………………………….
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................
BAB 4 PENUTUP…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu kelainan bawaan yang
cukup banyak ditemukan dengan insiden antara 8-10 kejadian setiap 1000
kelahiran hidup. Angka kejadian PJB di Indonesia cukup tinggi,yaitu 45.000
bayi Indonesia lahir dengan PJB tiap tahun. PJB asianotik merupakan
kelompok penyakit terbanyak yakni sekitar 75% dari semua PJB, sedangkan
sisanya merupakan kelompok PJB sianotik (25%). Defek septum ventrikel
(DSV) yang merupakan salah satu jenis dari PJB asianotik, paling sering
ditemukan, yaitu sebanyak 20- 30% dari seluruh kasus PJB (Handiarsa,
Nugroho, and Prawirohartono 2016).
Penyait jantung bawaan (PJB) di negara maju maupun negara
berkembang sekitar 6-10 kejadian dari 1000 kelahiran, dengan rerata
persentase sekitar 8 anak setiap 1000 kelahiran hidup. Prevalensi PJB di
Eropa akhir-akhir ini dilaporkan dari data pusat untuk 29 populasi di 16
Negara menunjukkan prevalensi 8 per 1000 kejadian. Diperkirakan di
Eropa, sekitar 3600 anak lahir dengan PJB dan 3000 meninggal dikarenakan
PJB. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 40.000 sampai 50.000 bayi lahir
dengan cacat jantung bawaan. Menurut Perimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), penyakit jantung menempati peringkat
pertama dari semua penyakit yang menyerang bayi. Data menunjukan
penyakit jantung bawaan dalam setahun terakhir yaitu bulan Agustus 2018
sampai dengan Agustus 2019 di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi
Semarang menunjukan kurang lebih 973 pasien mengalami penyakit jantung
bawaan dan rata-rata adalah anak-anak.
Secara umum penyakit jantung bawaan tersebut akan membawa
dampak secara fisik dan psikologis bagi penderita. Secara fisik pasien
dengan penyakit jantung bawaan akan mudah sekali lelah karena gangguan
sirkulasi sedangkan secara psikologlogis menurut penelitian yang dilakukan
oleh Sawyer dkk (dalam Dixon-Woods dkk, 2005), anak usia 2-5 tahun
yang menderita penyakit kronis, setelah mereka mengetahui diagnosis
penyakitnya, anak tersebut akan terlihat menjadi lebih cemas, bergantung,
mudah menangis, dan sulit tidur. Hal ini merupakan koping yang dapat
mereka lakukan terhadap penyakitnya. Perubahan fisik, kesulitan, rasa tidak
enak, maupun rasa nyeri merupakan dampak dari proses pengobatan
pkenyakit jantung. Dampak dari proses pengobatan jantung ini juga dapat
menjadi stresor tersendiri bagi anak tersebut. Stresor lain dari anak yang
menderita penyakit kronis adalah kenyataan bahwa mereka harus
menghadapi tugas-tugas perkembangan dan pertumbuhan sebagaimana anak
yang tidak menderita (Wear, Covey & Brush, dalam Apsari, 2009).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah pada studi kasus, yaitu bagaimana asuhan keperawatan pada
Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB) di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R. Soedjono Selong ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. B dengan PBJ di
ruang ICU RSUD Dr. R. Soedjono Selong.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa pada An. B dengan PJB di
ruang ICU RSUD Dr. R. Soedjono Selong.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada An. B
dengan PJB di ruang ICU RSUD Dr. R. Soedjono Selong
d. Penulis mampu mengimplementasikan asuhan keperawatan pada
An. B dengan PJB di ruang ICU RSUD Dr. R. Soedjono Selong.
e. Penulis mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada An. B dengan
PJB di ruang ICU RSUD Dr. R. Soedjono Selong.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Penulis
Menambah wawasan dan sebagai bahan acuan bagi peneliti
selanjutnya dalam mengembangkan penelitian lanjutan terhadap pasien
PJB.
Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh kita. Fungsi
jantung secara umum adalah bekerja sebagai pompa. Fungsi pompa ini
adalah kaitannya dengan sistem peredaran tubuh sehingga ketika jantung
bekerja untuk dan dalam rangka memompakan darah ke seluruh jaringan
tubuh kita. Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua
bilik yang terletak di atas disebut Atrium, dan dua yang di bawah disebut
Ventrikel. Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan
yang bertugas memompa darah ke paru-paru, dan bagian kiri yang bertugas
memompa darah ke seluruh tubuh manusia.
a. Ukuran, Posisi atau letak Jantung
Ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau
deng an ukuran panjang kira-kira 5″ (12 cm) dan lebar sekitar 3,5″ (9
cm). Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang
mediastinum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan
dengandiafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal
notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari midline sternum, 2/3
nya disebelah kiri dari midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung
di interkostal ke-5 atau tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri. (lihat
gambar: 2.1)
Gambar 2.1. Posisi jantung dari arah depan
1) Tetralogi Of Fallot (TF) yaitu kelainan jantung yang timbul sejak bayi dengan gejala
sianosis karena terdapat kelainan, yaitu VSD, stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel
kanan, dan overridingaorta.
2) Transposisi Aorta Besar (TAB) atau Transposition of the Great Arteries (TGA), yaitu
kelainan yang terjadi karena pemindahan letak aorta dan arteri pulmonalis,
sehingga aorta keluardari ventrikel kanan dan arteri keluar ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis dari ventrikel kiri.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Kumar,(2016) tanda gejala yang terjadi pada penyakit
jantung bawaan seperti sesak, membiru, atau gangguan pola napas saat bayi
minum atau menangis, peningkatan frekuensi napas, adanya bising jantung
atau pulsasi ekstremitas yang lebih lemah. Aspiani (2015) menyebutkan
bahwa tanda dan gejala PJB yaitu anak mengalami sianosis, dispnea jika
melakukan aktivitas fisik, hipertrofi dan pembesaran jantung, tekanan nadi
besar, takikardi, retraksi dada, dan hipoksemia. Selain tanda dan gelaja
tersebut, terdapat beberapa tanda dan gejala pertumbuhan dan
perkembangan seperti keterlambatan berbicara, berjalan, mengalami
kesulitan makan, meningkatnya resistensi vascular paru, adanya tanda
gagal jantung kongesti seperti gagal jantung, mur-mur persisten, dan ujung
jari hiperemik.
6. Patofisiologi
Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Daerah yang
bertekanan tinggiialah jantung kiri sedangkan daerah yang bertekanan
rendah adalah jantung kanan. Sistem sirkulasi paru mempunyai tahanan
yang rendah sedangkan sirkulasi sistemik memiliki tahanan yang
tinggi. Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung yang
bertekanan tinggi dengan rongga-rongga jantung yang bertekanan rendah
akan terjadi aliran darah dari rongga jantung yang bertekanan tinggi ke
jantung yang bertekanan rendah. Sebagai contoh adanya Defek pada sekat
ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel
kanan. Kejadian ini disebut Pirau (Shunt) kiri ke kanan.
Sebaliknya pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek septum
ventrikel tekanan rongga jantung kanan akan lebih tinggi dari tekanan
rongga jantung kiri sehingga darah dari ventrikel kanan yang miskin akan
okigen mengalir dari defek tersebut ke ventrikel kiri yang kaya akan
oksigen, keadaan ini disebut dengan Pirau (Shunt) kanan ke kiri yang dapat
berakibat kurangnya kadar oksigen pada sirkulasi sistemik. Kadar oksigen
yang terlalu rendah akan menyebabkan Sianosis. Kelainan Jantung Bawaan
pada umumya dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
a. Peningkatan kerja jantung, dengan gejala : kardio megali,
hipertropi,takhikardia. Curah jantung yang rendah, dengan gejala :
gangguan pertumbuhan, intoleransi terhadap aktivitas.
b. Hipertensi pulmonal, dengan gejala : Dispnea,takhipnea.
c. Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala : polisitemia,
asidosis,sianosis.
7. Respon Terhadap Sistem Tubuh
a. Sistem Kardiovaskular
Terdengarnya bunyi jantung tambahan (murmur) pada garis sternal kiri
atas sejak lahir, dapat mengakibat terjadinya stenosis pulmonal atau
aorta dengan gejala edema, sianosis, sesak nafas saat melakukan aktifitas
(Hidayat,2012).
b. Sistem Pernafasan
Anak yang menderita PJB sianotik terdapat defek septum ventrikel
(VSD) dan overriding aorta maka darah yang beredar keseluruh tubuh
dalam keadaan campuran, oleh karena itu anak selalu terlihat sianosis
dan akan berat jika anak menangis, minum dan stres. Keadaan tersebut
menyebabkan anak menderita anoksia. Serangan hipersianotik selama
masa bayi, dikenal dengan “Tet spells” yaitu terjadi peningkatan
frekuensi dan kedalaman pernapasan, dispnea awitan mendadak.
VSD dapat menimbulkan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan,
karena darah yang tercampur didalam paru-paru lebih banyak sehingga
pertukaran oksigen /tidak adekuat. Gejala infeksi yang biasanya timbul
ialah demam, batuk dan napas pendek-pendek, bayi sukar jika diberi
minum (Kasron, 2016).
c. Sistem Persyarafan
Perubahan kesadaran dan iritabilitas sistem saraf pusat yang dapat
berkembang sampai letargi dan sinkop, pada bayi dengan sianosis berat
menyebabkan hipoksemia otak serta akhirnya menimbulkan kejang,
stroke dan kematian. Trombus yang terinfeksi terjadi di otak maka akan
menimbulkan keluhan neurologis berat sampai pada terjadinya abses
otak (Hidayat,2012).
d. Sistem Hematologi
Polisitemia (peningkatan jumlah sel darah merah dalam darah) terjadi
apabila sianosisnya berat sehingga mempermudah timbulnya embolus
atau tombus. Terjadinya polisetimia berat dan terdapat hipoksia maka
anak akan mengalami anemia (Hidayat, 2012).
e. Sistem Intagumen
Bibir, lidah dan selaput lendir mulut serta ujung-ujung jari terlihat
sianosis sebagai akibat adanya sianosis sentral (sianosis yang terjadi
sejak darah keluar dari ventrikel kiri), jika sianosis terus menerus selama
6 bulan akan terjadi jari-jari tabuh/ clubbing finger (Aspiani, 2015).
f. Sistem Muskuloskeletal
Anak yang menderita penyakit jantung bawaan sianotik mengalami
gangguan tumbuh kembang, karena kelemahan tubuh dan penurunan
toleransi latihan yang ditandai dengan kesukaran dalam makan/minum.
Selain itu, anak juga mengalami kelainan ortopedri berupa skoliosis.
Anak yang sudah dapat berjalan sering tiba-tiba jongkok (squatting), hal
tersebut merupakan usaha tubuh untuk mengatasi kekurangan darah
yang mengalir ke otak yaitu berkurangnya alir balik vena-vena
ekstremitas bawah yang saturasinya sangat rendah dan meningkatnya
resistensi sistemik yang mengurangi pirau kanan ke kiri serta
bertambahnya aliran darah ke otak (Ngastyah,2014).
8. Komplikasi
Menurut Ariani dkk, (2013) Ada beberapa Komplikasi yang di timbulkan
oleh penyakit Jantung Bawaan , antara Lain :
a. Sindrom Eisenmenger merupakan komplikasi yang terjadi pada PJB non
sianotik yang meyebabkan alairan darah ke paru yang meningkat.
Akibatnya lama kelamaan pembuluh kapiler diparu akan bereksi dengan
meningkatkan resistensinya sehingga tekanan di arteri pulmonal dan
diventrikel kanan meningkat.
b. Serangan sianotik, pada serangan ini anak atau pasien menjadi lebih biru
dari kondisi sebelumnya tampak sesak bahkan dapat menimbulkan
kejang.
c. Abses otak, biasanya terjadi pada PJB sianotik biasanya abses otak
terjadi pada anak yang berusia diatas 2 tahun yang diakibatkan adanya
hipoksia da melambatkanya aliran darah diotak.
d. Endokarditis
e. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
f. CHF
g. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
h. Enterokolitis nekrosis
i. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas
atau displasia bronkopulmoner)
j. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
k. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.
l. Aritmia
m. Gangguan tumbuh kembang
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang penyakit jantung bawaan menurut (Ambarwati
Fitri Respati,2015) yaitu:
a. UltraSonoGrafi (USG) dada yang digunakan untuk menentukan besar
jantung, bentuk vaskularisasi paru, serta untuk mengetahui keadaan
thymus, trachea, dan osephagus
b. Elektro Cardiografi (ECG) berguna untuk mengetahui adanya aritmia
atau hipertrofi
c. Echo Cardiografi berguna untuk mengetahui hemodinamik dan
anatomi jantung
d. Katerisasi dan angiografi untuk mengetahui gangguan anatomi jantung
yang dilakukan dengan tindakan pembedahan
e. Pemeriksaan laboraturium. Biasanya pemeriksaan darah dilakukan
untuk serum elektrolit, Hb, Packet Cell Volume (PCV) dan kadar gula
f. Program terapi
10. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
Secara Garis besar penatalaksanaan Pada Pasien yang menderita
Penyakit Jantung Bawaan dapat dilakukan dengan 2 cara yakni
dengan cara pembedahan dan Kateterisasi Jantung.
1) Metode Operatif : Setelah pembiusan umum dilakukan, dokter akan
membuat sayatan pada dada, menembus tulang dada atau rusuk
sampai jantung dapat terlihat. Kemudian fungsi jantung digantikan
oleh sebuah alat yang berfungsi untuk memompa darah keseluruh
tubuh yang dinamakan Heart lungbypass yang juga menggantikan
fungsi paru-paru untuk pertukaran oksigen setelah itu jantung dapat
dihentikan detaknya dan dibuka untuk memperbaiki kelainan yang
ada, seperti apabila ada lubangpada septum jantung yang
normalnya tertutup, maka lubang akan ditutup dengan alat khusus
yang dilekatkan pada septum jantung.
2) Kateterisasi jantung : prosedur kateterisasi umumnya dilakukan
dengan memasukkan keteter atau selang kecil yang fleksibel
didalamnya dilengkapi seperti payung yang dapat dikembangkan
untuk menutup defek jantung, ketetr dimasukkan melalui pembuluh
darah balik atau vena dipanggal paha atau lengan. Untuk
membimbing jalannya kateter, dokter menggunakan monitor
melalui fluoroskopi angiografi atau dengan tuntunan transesofageal
3) Ekokardiografi (TEE)/Ekokardiografi biasa sehingga kateter dapat
masuk dengan tepat menyusuri pembuluh darah, masuk kedalam
defek atau lubang, mengembangkan alat diujung kateter dan
menutup lubang dengan sempurna. Prosedur ini dilakukan dalam
pembiusan umum sehingga anak/pasien tidak melakukan sakit.
Keberhasilan prosedur kateterisasi ini untuk penangana PJB
dilaporkan lebih dari 90% namun tetap diingan bahwa tidak
semuan jenis PJB dapat diintervensi dengan metode ini. Pada kasus
defek septum jantung yang terlalu besar dan kelainan struktur
jantung tertentu seperti jantung yang berada diluar rongga dada
(jantung ektopik) dan tetralogi fallot yang parah tetap
membutuhkan operatifterbuka.
b. Non-Farmakologis
1) Secara Non-Farmakologis dapat Diberikan Tambahan Susu
Formula dengan kalori yang tinggi dan suplemen untuk air Susu
Ibu dibutuhkan pada bayi yang menderita PJB. Terutama pada bayi
yang lahir premature dan bayi-bayi yang cepat lelah saatmenyusui.
2) Pada Pasien/Anak Yang Menghadapi atau dicurigai menderita PJB
dapat dilakukan tindakan , Seperti:
a) Menempatkan pasien khususnya neonatus pada lingkungan yang
hangat dapat dilakukan dengan membedong atau
menempatkannya pada inkhubator.
b) Memberikan Oksigen
c) Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan
elektrolit serta asam basa
11. Pathway
B. Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung bawaan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir, berat badan lahir serta apakah
bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak ke berapa, jumlah
saudara dan identitas orangtua
b. Keluhan utama
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya orangtua mengeluh nafas anak sesak, lemas, ujung jari
tangan dan akki teraba dingin, anak cepat berhenti saat menyusu,
keringat yang berlebihan, berat badan anak tidak bertambah, sianosis
atau kebiruan pada bibir dan kuku.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada neonatus juga mencakup riwayat
kesehatan keluarga atau riwayat kesehatan serangan sianotik, faktor
genetik, riwayat keluarga yang mempunyai penyakit jantung bawaan
dan riwayat tumbuh kembang anak.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji kesehatan keluarga apakah keluarga memiliki riwayat
penyakit jantung bawaan atau kelainan kromosom.
4) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Riwayat kesehatan ibu saat hamil trimester 1 dengan penyakit rubella.
Adanya riwayat obat-obatan yang di konsumsi ibu saat hamil,
kebiasaan ibu merokok,minum alkohol selama hamil.
5) Riwayat perkembangan dan pertumbuhan
Biasanya pertumbuhan fisik anak terganggu terutama berat badannya
rentan untuk bertambah, sehingganya anak kelihatan kurus dan mudah
sakit, infeksi saluran nafas. Sedangkan untuk perkembangannya
mengalami gangguan aspek motorik.
6) Riwayat aktivitas
Anak- anak yang menderita penyakit jantung bawaan sering tidak
dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara normal. Jika ia
melakukan aktivitas yang berat anak dapat mengalami serangan
sianosis.
c. Pemeriksaan fisik
1) Tanda- tanda vital
Nadi umumnya normal 120-130 x/menit namun dapat juga teraba
cepat, pernafasan cepat sehingga anak tampak sesak nafas dan sulit
beraktivitas, suhu umumnya normal jika tidak terdapat infeksi.
2) Kepala
Umumnya ditemukan rambut mudah rontok.
3) Wajah
Wajah tampak lemah pucat, kelelahan dan ikterik.
4) Mata
Anak mengalami anemis konjungtiva, sclera ikterik karena adanya
udem di kelopak mata, kornea arkus sinilis dan jaundice.
5) Hidung
Pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun anak
akan mengalami napas pendek, bunyi napas ronki kasar dan cuping
hidung.
6) Mulut
Pemeriksaan mulut didapat bibir pucat atau membiru, lidah berwarna
merah hati.
7) Leher
Ditemukan pelebaran tiroid (hipertiroid), dan distensi vena jugularis.
8) Jantung
Pada ASD dapat di jumpai takikardia, jantung berdebar, denyut arteri
pulmonalis dapat diraba di dada dengan bunyi jantung abnormal.
Bunyi jantung abnormal dapat terdengar murmur, akibat peningkatan
aliran darah yang melalui katup pulmonalis, juga dapat terdengar
akibat peningkatan aliran darah yang mengalir melalui trikuspidalis
pada pirau yang besar. Pembesaran jantung terkadang mengubah
konfigurasi dada. Batas jantung terdapat pada RIC 2 dan 3 yang
disebut diastole dan RIC 5 dan 4 disebut sistole.
9) Paru
Biasanya pada anak dengan Tof, hasil inspeksi tampak adanya retraksi
dinding dada akibat pernafasan yang pendek dan dalam dan tampak
menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan. Palpasi mungkin teraba
desakan dinding paru yang meningkat terhadap dinding dada, pada
perkusi mungkin terdengar suara redup karena peningkatan volume
darah paru dan untuk auskultasi akan terdengar ronkhi basah atau
krekels sebagai tanda adanya edema paru pada komplikasi kegagalan
jantung. Bayi yang baru lahir saat di auskultasi akan terdengar suara
nafas mendengkur yang lemah bahkan takipneu.
10) Kulit
Kulit tampak kemerahan (rubella), lembab, turgor kulit jelek.
11) Ekstremitas
Ditemukan pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat terjadi
clubbing finger akibat kurangan oksigen ke perifer, kuku tampak
sianosis, telapak tangan pucat, udem pada tibia punggung kaki.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Foto polos dada : adanya kelainan letak, ukuran, bentuk jantung,
vaskularisasi paru, edema paru, parenkim paru, letak lambung dan
hepar
2) Elektrokardiografi : adanyanya kelainan, frekuensi
3) Ekokardiografi
Pemeriksaan EKG pad TOF didapatkan hasil sumbu QRS hampr
selalu berdevisiasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan
(Aspiani, 2015).
4) Pemeriksaan laboratorium
Terdapat nilai hemoglobin menurun dan peningkatan nilai hematrokit,
pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65%. Nilai gas darah arteri menunjukkan
peningkatan tekanan persial karbondioksida (PCO2), penurunan
tekanan parsial oksigen (PO2).
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap intervensi. Implementasi
merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan, kesehatan dan memfasilitasi
koping. (Kodim,2015)
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang ditentukan, dilakukan
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan,untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan. (Kodim,2015)
BAB III
1. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Data Umum Pasien
Nama : Ny “N”
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Alamat : Gubuk Timuk Air Anyar
Tanggal MRS : 02 november 2023 , jam : 15.45 wita
Tanggal Pengkajian : senin 06 november 2023, jam : 11.00 wita
Diagnosa Medis : stroke hemoragic
No. RM : 442259
Sumber Informasi : keluarga pasien, rekam medik, perawat
2. Data Umum Penanggung Jawab
Nama : Ny “Y”
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gubuk timuk air anyar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan pasien : Anak
A. DATA KHUSUS
1. Data Khusus Subyektif
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan Utama Saat MRS : keluaga pasien mengatakan bahwa
pasien lemah dan kesadaran menurun
2) Keluhan Utama Saat Pengkajian : keluarga pasien mengatakan
kesadaran pasien menurun kemudian dibawa ke pkm dasan lekong
setelah itu pasien dirujuk di rumah sakit umum RSUD Dr. R
soedjono selong.
b. Riwayat Kesehatan Sebelum Sakit
1) Penyakit Yang Pernah di Derita : keluarga pasien mengatakan
pasien jarang sakit pada saat anak anak
2) Obat-obatan yang pernah dikonsumsi : citicolne, lansoprazole,asam
follat, neurobion, pct tablet,
dexa, injeksi ranitidine,
manitol
3) Kebiasaan berobat : Ke Puskesmas dasan lekong
4) Riwayat Alergi : Tidak ada alergi makanan, minuman dan obat-
obatan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
keluarga pasien mengatakan orang tua dari pasien yaitu ayah pasien
mempunyai penyakit hipertensi.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Hematoligi
3. Pemeriksaan Radiologi
Izontgen: thorax
DATA
Gangguan Sirkulasi
Spontan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hari/ No
Jam Implementasi Respon Hasil
Tanggal Dx
Senin, 1. 09.15 1. Memonitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi, 1. - Pasien tidak bernapas spontan
12/06/23 alat bantu napas, kedalaman napas, bunyi napas - Pasien terpasang ETT dan ventilator
tambahan, SpO2) - Terdapat suara : wheezing (+)
09.30 2. Memberikan posisi head up 45 derajad - TTV : TD : 95/65 mmHg
09.45 3. Mempertahankan kepatenan jalan napas N : 90 x/m
10.10 4. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan (Ventilasi S : 36, 0°C
Mekanik) RR : 12 x/m (Spontan)
10.25 5. Mengkolaborasikan pemberian bronchodilator, mode SpO2: 68 % (Tanpa Ventilator)
ventilator, dan terapi oksigenasi lainnya, jika perlu 99 % (Support Ventilator)
2. Posisi supine
3. Memberikan ventilator dengan mode CMV
(Volume control Peep 5, FiO2 100 %, Pmax 23 cm
H2O, Via ETT (Endotracheal Tube))
4. RR spontan 12 x/m dan terpasang RR Ventilator 30
x/m, jadi total rate 38 x/m
5. Pasien mendapat nebu pulmicort + Ns 3 cc 4x1,
Terpasang ventilator mode CMV (Volume control
Peep 5, FiO2 100 %, Pmax 23 cm H2O, Via ETT
(Endotracheal Tube)).
Senin, 2. 009.25 1. Memonitor Frekuensi dan irama jantung 1. - HR : 90 x/m
12/06/23 09.35 2. Memonitor tekanan darah sistolik/diastole, MAV (Mean - Irama : Irreguler
Arteri Pressure), dan tekanan sentral melalui CVC 2. - TD : 95/65 mmHg
(Cateter Vena Central) - MAV : 65
09.50 3. Memastikan kepatenan sirkulas - CVC : 1. DS 5 ¼ Ns 4cc/Jam = 96 cc / 24 jam
10.15 4. Memberikan diit sesuai kemampuan cerna (Evaluasi 2. Meropenem 3x200 mg (Iv)
setiap pemberian diit/2 jam) 3. Furosemide 2x2 mg (IV)
10.30 5. Menjelaskan kepada keluarga untuk perawatan CVC 4. Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt (IV)
10.45 6. Mengkolaborasikan pemberian terapi support 5. Ranitidine 2x6 mg (IV)
3. - CRT > 3 detik
- Akral dingin
- Frekuensi Nadi : 90 x/m
4. Telah diberikan sufor 12x25 ml (NGT)
5. Keluarga pasien memahami penjelasan perawat
6. Pemberian terapi support drip Dobutamin 4 mcg/kg
BB/mnt dan Epineprin 0,3 mcg/kg BB/mnt
Hari/ No
Jam Implementasi Respon Hasil
Tanggal Dx
Selasa, 1 09.15 1. Memonitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi,1. - Pasien tidak bernapas spontan
13/06/23 alat bantu napas, kedalaman napas, bunyi napas - Pasien terpasang ETT dan venitalor
tambahan, SpO2) - Terdapat suara : wheezing (+)
09.30 2. Memberikan posisi Head Up 45 derajad - TTV : TD : 97/70 mmHg
09.40 3. Mempertahankan kepatenan jalan napas N : 100 x/m
09.50 4. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan (Ventilasi S : 36, 7°C
Mekanik) RR : 20 x/m (Spontan)
10.00 5. Mengkolaborasikan pemberian bronchodilator, mode SpO2: 68 % (Tanpa Ventilator)
ventilator, dan terapi oksigenasi lainnya, jika perlu 99 % (Support Ventilator)
2. Posisi supine
3. Memberikan ventilator dengan mode CMV
(Volume control Peep 5, FiO2 65 %, Pmax 15 cm
H2O, Via ETT (Endotracheal Tube))
4. Terpasang RR Ventilator 15 x/m, jadi total rate 38
x/m
5. Pasien mendapat nebu pulmicort + Ns 3 cc 4x1,
Terpasang ventilator dengan mode CMV (Volume
control Peep 5, FiO2 65%, Pmax 15 cm H2O, Via
ETT (Endotracheal Tube))
Selasa, 2 09.25 1. Memoonitor Frekuensi dan irama jantung 1. - HR : 100 x/m
13/06/23 09.35 2. Memonitor tekanan darah sistolik/diastole, MAV (Mean - Irama : Reguler
Arteri Pressure), dan tekanan sentral melalui CVC 2. - TD : 97/70 mmHg
(Cateter Vena Central) - MAV : 70
09.45 3. Memastikan kepatenan sirkulasi - CVC : 1.DS 5 ¼ Ns 4cc/Jam = 96 cc / 24 jam
10.05 4. Memberikan nutrisi sesuai kemampuan cerna (Evaluasi 2. Meropenem 3x200 mg (Iv) 3.
setiap pemberian diit/2 jam) Furosemide 2x2 mg (IV) 4.
10.20 5. Menjelaskan kepada keluarga untuk perawatan CVC Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt (IV)
10.25 6. Mengkolaborasikan pemberian terapi support 5. Ranitidine 2x6 mg (IV)
3. - CRT > 3 detik
- Akral dingin
- Frekuensi Nadi : 100 x/m
4. Telah diberikan sufor 12x25 ml (NGT)
5. Keluarga pasien memahami penjelasan perawat
6. Pemerian terapi support drip Dobutamin 4 mcg/kg
BB/mnt dan Epineprin 0,3 mcg/kg BB/mnt
Hari/ No
Jam Implementasi Respon Hasil
Tanggal Dx
Rabu, 1 09.15 1. Memonitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi, 1. - Pasien bernapas spontan
14/06/23 alat bantu napas, kedalaman napas, bunyi napas - Pasien terpasang O2 NK 8 Lpm
tambahan, SpO2) - Tidak ada suara napas tambahan
09.30 2. Memberikan posisi Head Up 45 derajad - TTV : TD : 100/75 mmHg
09.40 3. Mempertahankan kepatenan jalan napas N : 120 x/m
09.50 4. Mengkolaborasikan pemberian bronchodilator, dan S : 37, 0°C
terapi oksigenasi lainnya, jika perlu RR : 30 x/m (Spontan)
SpO2: 99 % (Tanpa Ventilator)
2. Posisi supine
3. Telah diberikan sufor 12x25 ml (NGT)
4. Pasien mendapat nebu pulmicort + Ns 3 cc 4x1
Rabu, 2 09.25 1. Memonitor Frekuensi dan irama jantung 1. - HR : 120 x/m
14/06/23 09.35 2. Memonitor tekanan darah sistolik/diastole, MAV (Mean - Irama : Reguler
Arteri Pressure), dan tekanan sentral melalui CVC 2. - TD : 100/75 mmHg
- MAV : 75
(Cateter Vena Central)
- CVC : 1. DS 5 ¼ Ns 4cc/Jam = 96 cc / 24 jam
09.45 3. Memastikan kepatenan sirkulasi 2. Meropenem 3x200 mg (Iv)
09.55 4. Memberikan nutrisi sesuai kemampuan cerna (Evaluasi 3. Furosemide 2x2 mg (IV)
setiap pemberian diit/ 2 jam) 4. Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt (IV)
10.05 5. Menjelaskan kepada keluarga untuk perawatan CVC 5. Ranitidine 2x6 mg (IV)
10.20 6. Mengkolaborasikan pemberian terapi support 3. - CRT < 2 detik - Akral hangat
- Frekuensi nadi : 120 x/m
4. Telah diberikan sufor 12x25 ml (NGT)
5. Keluarga pasein memahami penjelasan perawat
6. Pemberian terapi support drip Dobutamin 4
mcg/kg BB/mnt dan Epineprin 0,3 mcg/kg BB/mnt
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ No
Jam Evaluasi Paraf
Tanggal Dx
Hari/ No
Jam Evaluasi Paraf
Tanggal Dx
A. Kesimpulan
2. Diagnosa Keperawatan
Dari data pengkajian, penulis merumuskan masalah pada An “B”
dengan PJB yaitu :
a. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan otot
pernapasan yang ditandai dengan k/u lemah, kesadaran Sopor, GCS
E1VXM2, pasien terpasang ETT, pasien tidak dapat napas spontan,
retraksi dinding dada : (+), napas terventi dengan mode CMV, peep
5 F1O2 : 100 %, RR Ventilator : 30 x/m Total Rate : 38 x/m
Volume tidal 35 liter VT : 35 liter, MV : 1,5 liter/menit (VT X RR)
TTV : TD 95/65 mmHg, N: 90 x/m, S: 36, 0 °C, RR: 12 x/mnt,
SPO2 : 99 % (Support Ventilator) dan Hasil Rontgen : Pneumonia.
b. Gangguan sirkulasi spontan berhubungan dengan abnormalitas
struktur jantung yang ditandai dengan k/u lemah, Nadi : 90 x/m
dengan support drip Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt dan Epineprin
0,3 mcg/kg BB/mnt, Status Bradikardi, Tekanan Darah :95/65
mmHg, RR Spontan : 12 x/m, RR Ventilator : 30 x/m, Total Rate :
38 x/m, Kesadaran : Sopor, GCS : E1VXM2, SpO2 tanpa ventilator
: 68 %, Support Ventilator : 99 %, Gambaran EKG : Aritmia, CRT
>3 Detik
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan fokus diagnosa keperawatan yang akan dibahas dan
dibuat perbandingan pada pasien yaitu Gangguan ventilasi spontan
berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan, maka penulis
menyusun rencana keperawatan dengan tujuan Setelah di lakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan ventilasi
meningkat (L.01007) dengan kriteria hasil :
a) Volume tidal meningkat.
b) Dyspneu menurun
c) Penggunaan otot bantu napas menurun
d) Gelisah menurun
e) PCO2 membaik
f) PO2 membaik
g) Takikardia membaik.
Gangguan sirkulasi spontan berhubungan dengan abnormalitas
struktur jantung yang ditandai dengan k/u lemah, Nadi : 90 x/m dengan
support drip Dobutamin 4 mcg/kg BB/mnt dan Epineprin 0,3 mcg/kg
BB/mnt, Status Bradikardi, Tekanan Darah :95/65 mmHg, RR
Spontan : 12 x/m, RR Ventilator : 30 x/m, Total Rate : 38 x/m,
Kesadaran : Sopor, GCS : E1VXM2, SpO2 tanpa ventilator : 68 %,
Support Ventilator : 99 %, Gambaran EKG : Aritmia, CRT > 3 Detik :
a) Tingkat kesadaran meningkat
b) Frekuensi nadi dalam batas normal
c) Tekanan darah dalam batas normal
d) Suhu tubuh meningkat
e) Saturasi oksigen meningkat
f) Gambaran EKG regular
g) Produksi urine meningkat
4. Implementasi Keperawatan
Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. (2015). Buku Pintar Asuhan
Keperawatan dan Balita. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu
Pambudi, Dimas Agung. 2017. Upaya peningkatan kebutuhan nutrisi pada pasien
anak. E-Skripsi. http://eprints.ums.ac.id/ 52296/1/NASKAH
%20PUBLIKASI.pdf
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI
ANALISA JURNAL
A. Latar Belakang
A. RESUME JURNAL
Judul : HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DENGAN
KECUKUPAN ASUPAN MAKANAN
Penulis : Mardiati1 , Tiangsa Sembiring2 , Muhammad Ali3 , Tri Faranita4 ,
Winra Pratita5
1. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan antara penyakit jantung bawaan
dengan kecukupan asupan makanan terutama energi dan protein.
2. Desain dan Metode
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan
pada bulan Mei sampai Juni 2015 di Rumah Sakit Umum Adam Malik,
Medan, Data dianalisis dengan chi square untuk melihat hubungan PJB
dengan asupan makanan
3. Hasil :
Dari hasil perhitungan asupan makanan berdasarkan AKG
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit
jantung bawaan dengan asupan energi dengan P < 0.05,. Pada PJB didapati
lebih banyak asupan energi tidak cukup 31 anak sedangkan pada tanpa
PJB dijumpai 17 anak dengan asupan energi tidak cukup. Risiko terjadinya
asupan energi tidak cukup pada PJB adalah 1.824 kali dengan 95% IK
1.226 - 2.713 dibandingkan anak tanpa PJB.
4. Kesimpulan
Terdapat hubungan antara penyakit jantung bawaan dengan
kecukupan asupan makanan terutama energi dan protein
B. Critical Appraisal
1. Clarke E, Kumar MR. Evaluation of suspected congenital heart disease in the neonatal
period. J.Cupe 2005; 15:523–31.
2. Centers for Disease Control and Prevention MMWR. Racial differences by gestational
age in neonatal deaths attributable to congenital heart defects-United States 2003-
2006. 2010; 59:1208-11. 3
3. Dolk H, Loane M, Garne E. Congenital heart defects in Europe: prevalence and
perinatal mortality, 2000 to 2005. Circ J 2011; 123:841-49.
4. Bernstein D. Epidemiology and genetic basis of congenital heart disease. Dalam:
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of
pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Saunders 2011. h.1549-610.
5. Nousi D, Christou A. Factors affecting the quality of life in children with congenital
heart disease. Health Science Journal 2010; 4(2):94-100.
6. Benzecry SG, Leite HP, Oliveira FC, Santana e Meneses JF, Carvalho WB, Silva CM.
Interdisciplinary approach improves nutritional status of children with heart diseases.
J.Nut 2008; 669–74.
7. Hagau N, Culcitchi C. Nutritional support in children with congenital heart disease.
Nutr Ther Metab 2010; 28:172-84.
8. Okoromah CAN, Ekure EN, Esi FEAL, Okunowo WO, Tijani BO, Okeiyi JC.
Prevalence, profile and predictors of malnutrition in children with congenital heart
defects; a case - control observational study. Arch Dis Child 2011; 96:354-60.
9. Sjarif DR, Anggiawan SL, Putra ST, Djer MM. Anthropometric profiles of children
with congenital heart disease. Med J Indones 2011; 20:40-5.
10.Vieira TCL, Trigo M, Alonso RR, Ribeiro RHC, Cardoso MRA, Cardoso ACA, et al.
Assesment of food intake in infants between 0 and 24 months with congenital heart
disease. Arq Bras Cardiol 2007; 89:197-202.
11.Steltzer M. Heart disease. Dalam: Koletzko B, penyunting. Pediatric nutrition in
practice. Basel: Karger 2008.h.229-33.
12.Pierre AS, Khattra P, Johnson M, Cender L, Manzano S, Holsti L. Content validation
of the infant malnutrition and feeding checklist for congenital heart disease: a tool to
identify risk of malnutrition and feeding difficulties in infants with congenital heart
disease. Journal of Pediatric Nursing 2010; 25:367-74.
13.Joeston KFM, Hulst JM. Prevalence of malnutrition in pediatric hospital patients. Curr
Opin Pediatr 2008; 20:590-6.
14.Vaidyanathan B, Roth SJ, Gauvreau K, Shivaprakasha K, Rao SG, Kumar RK.
Somatic growth after ventricular septal defect in malnourished infants. J Pediatr
2006;149:205-9.
15.Roman B. Nourishing little hearts: nutritional implications for congenital heart
defects. Dalam: Parrish CR, penyunting. Nutrition issues in gastroenterology.
Virginia: Practical Gastroenterology 2011. h.11-34.
16.Hansson L, Ohlund I, Lind T, Blicks Stecksen C, Rydberg A. Dietary intake in infants
with complex congenital heart disease : a case control study on macro and
micronutrient intake, meal frequency and growth. J Hum Nutr Diet 2014; 1-8.
17.Wisnuwardhana M. Manfaat pemberian diet tambahan terhadap pertumbuhan pada
anak dengan penyakit jantung bawaan asianotik. Tesis pada S2 Magister Ilmu
Biomedik Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro 2006.(tesis)
18.Okoreigwe, Chizoba F, Okeke, Chinwe E. Nutritional status of preschool children
aged 2-5 years in Aguata L G A of Anambra State, Nigeria. Int.J.Nutr.metab 2009;
1:009-013.
19.Zhou SJ, Gibson RA, Gibson RS, Makrides M. Nutrient intakes and status of
preschool children in Adelaide, South Australia. MJA 2012; 196:697-700
20.Arolyumna A, Setyo Prihatin, Dyah Nur Subandriani. 2016. Pengaruh Pemberian Es
Krim Modisco Terhadap Kenaikan Berat Badan Pada Balita Gizi Kurang. Jurnal Riset
Gizi. 4(1): 49-54
21.Azwar, A. 2000. Kebijaksanaan Penanggulangan Kasus Gizi. Jakarta: Makalah
disampaikan pada rapat kerja kesehatan nasional (Rakernas).
22.Giri, M Kurnia Widiastuti. 2013. Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Status
Gizi Balita Usia 6-24 Bulan Di Kampung Kajanan, Buleleng. Jurnal Sains dan
Teknologi. 2(1): 184-192.
23.Kementrian Kesehatan Direktorat Bina Gizi. 2011. Buku SK Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak. [Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018.
Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes R
24.Purwanti. 2012. Konsep Penerapan Asi Ekslusif. Jakarta: EGC Sari, Suci Arsita,
25.Widarto, Erinda Budi Cahyanto. 2019. Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap
Pengetahuan Ibu Tentang Pola Makan Balita Di Desa Sambirejo Kecamatan
Mantingan Kabupaten Ngawi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Septikasari. 2018.
26.Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi. Yogyakarta: UNY Press Suhardjo.
2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
27.Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
28.Yuliarti . 2010. Keajaiban ASI. Yogyakarta: Penerbit ANDI