ILMU RADIOLOGI
Edisi : Kedua
Cetakan : Kedua
ISBN : 978-602-1145-51-7
No. Dokumen : PRO-SA-K-PSPD-013
Bismillahirrahmaanirrahiim
Halaman Judul.........................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................iii
Sambutan Direktur RSI-SA......................................................v
Daftar Isi................................................................................vii
Hubungan Dengan Modul PreKlinik Sebelumnya...................ix
Cara Menggunakan Buku Pedoman Belajar............................x
Gambaran Area Kompetensi dan Learning Outcome ............xi
Daftar Kompetensi Berdasarkan Kasus.................................xii
Daftar Kompetensi Ketrampilan Klinik....................................xv
Topik Tree............................................................................xvii
BAB I Dasar Radiografi........................................................1
BAB II Thorak ....................................................................11
1. TB Paru............................................................13
2. Tumor Paru.......................................................16
3. Bronchopneumonia...........................................16
4. Pneumonia.......................................................17
5. Bronchitis..........................................................18
6. Bronchiectasis..................................................19
7. Pneumothorax..................................................20
8. Efusi Pleura......................................................21
9. Atelektasis........................................................23
10. Emfisema..........................................................25
11. Edema Pulmonum............................................25
12. Hipertensi Heart Disease..................................28
13. Sesak Nafas.....................................................29
14. Kelainan Jantung..............................................30
BAB IV Urogenital................................................................48
1. Batu Saluran Kemih..........................................49
2. Trauma Ginjal...................................................51
3. Tumor Ginjal.....................................................52
4. Tumor Kandung Kemih.....................................53
5. Kelainan di Uretra.............................................54
BAB V Gastrointestinal.......................................................57
1. Illeus.................................................................59
2. Ikterik................................................................61
3. Hepatoma.........................................................62
4. Colitis................................................................63
5. Tumor Colon.....................................................64
BAB VI Neuroimaging..........................................................65
1. Trauma.............................................................66
2. Stroke...............................................................67
DAFTAR PUSTAKA............................................................... 96
1. Modul pencernaan
2. Modul pernafasan
3. Modul kardiovaskuler
4. Modul enterohepatik
5. Modul pendengaran, penciuman dan tenggorokan
6. Modul penglihatan
7. Modul kegawatdaruratan medik
8. Modul saraf dan reseptor sensori
9. Modul reproduksi
10. Modul urogenitalia
11. Modul gerak dan musculoskeletal
I. Dasar Radiografi
A. Mengetahui proses pembuatan radiograf.
B. Mengetahui modalitas yang dipakai untuk
pemeriksaan Radiologis.
1. Foto Polos.
2. Foto dengan Kontras.
3. USG.
4. Mamografi.
5. CT-Scan.
6. Angiografi.
7. Kedokteran Nuklir.
8. MRI.
C. Mengetahui persiapan, positioning, dan processing.
II. Thorak
A. Tuberkulosis (Tb) paru.
B. Tumor.
C. Bronchopneumonia.
D. Pneumonia.
E. Bronchitis.
F. Bronchiectasis.
G. Pneumothorak.
H. Corpus alienum.
I. Effusi pleura.
J. Atelektasis.
K. Emfisema.
L. Edema pulmonum.
M. Hipertensi Heart Disease.
N. Tetralogy of Fallot.
O. Kelainan jantung didapat.
III. Tulang
A. Trauma.
1. Fraktur tulang kepala.
2. Fraktur tulang ekstremitas.
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi | xiv
3. Fraktur tulang vertebra.
4. Fraktur tulang Costa.
5. Dislokasi, luksasi.
B. Tumor.
1. Osteosarcoma.
2. Osteochondroma.
C. Infeksi.
1. Osteomyelitis.
2. Spondilitis.
D. Degeneratif.
1. Spondilosis.
IV. Urogenital
A. Nyeri pinggang dengan hematuria.
1. Batu Saluran Kemih.
2. Trauma Ginjal.
B. Retensio Urine.
1. Vesikolithiasis.
2. Uretrolithiasis.
3. Struktur uretra.
C. Massa abdomen dongan hematuria.
1. Tumor Ginjal.
2. Tumor Kandung Kemih.
V. Gastrointestinal
A. Nyeri abdomen dengan mual atau muntah.
1. Cholesistitis.
2. Cholesistolithiasis.
3. Ileus.
B. Ikterik.
1. Batu di traktus biliaris.
2. Hepatoma.
3. Sirosis hepatis.
C. Nyeri abdomen dengan diare.
1. Colitis.
2. Tumor colon.
VII. Radioterapi
A. Dasar-dasar radioterapi.
B. Radioterapi pada keganasan.
1. Ca. Mammae.
2. Ca. Nasopharink.
3. Ca. serviks
Target
No Daftar Kompetensi Kompetens
i
1 Mengetahui proses pembuatan
2
Radiograf
2 Mengetahui modalitas yang 2
dipakai untuk pemeriksaan
radiologi ( Foto Polos, Foto dengan
Kontras, USG, Mammografi, CT-
Scan, Arteriografi, Kedokteran
Nuklir, MRI )
3 Mengetahui dan mengerti foto 3
toraks
4 Mengetahui dan mengerti foto 3
tulang
5 Mengetahui foto urogenital 3
6 Mengetahui dan mengerti foto 3
Keterangan :
Target tingkat kompetensi ( Level of Competence ) dibagi
menjadi 4 yaitu :
1. Mengetahui dan menjelaskan secara teoritis.
2. Memahami dan melihat / pernah mendemonstrasikan
pada pasien mengerjakan prosedur pada laboratorium
ketrampilan.
3. Melakukan secara terbatas pada pasien / model dibawah
supervisi atau dalam suasana latihan.
4. Melakukan secara mandiri dan rutin pada pasien dalam
situasi klinik nyata.
Proses Administrasi
Jenis Pemeriksaan
Positioning
Pemotretan
Processing
Basah Kering
Interpretasi
Transmission Imaging
X-ray plain photo (Foto Polos)
Computed Tomography (CT)
Reflection Imaging
Ultrasound (USG)
Emission Imaging
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Nuclear Medicine
(Gunderman, 2006)
SIFAT SINAR X
Sinar-X memiliki sifat fisik, yaitu: daya tembus, pertebaran,
penyerapan, efek fotografik, pendar fluor (fluorosensi),
ionisasi, dan efek biologis.
1. Daya tembus, sinar-X dapat menembus bahan, dengan
daya tembus sangat besar dan dugunakan dalam
radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV)
yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin
rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin
besar daya tembus sinarnya.
2. Pertebaran. Apabila berkas sinar X melalui suatu bahan
atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebarean ke
segala jurusan, meninmbulkan radiasi sekunder (radiasi
hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya gambar radiograf dan pada film
akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk
mengurangi akibat radiasi hambur ini, maka di antara
subjek dengan film rontgen diletakkan grid. Grid terdiri atas
PROTEKSI RADIASI
PRINSIP KERJA CT
CT scan menggunakan gantry dengan pancaran sinar-X dan
detektor multipel yang berrotasi dari berbagai arah, yang
kemudian diproses melalui komputer dan menghasilkan
potongan-potongan gambar 2D yang sangat banyak, dan
gambar ini bisa dibentuk dari 3 proyeksi yang berbeda
sehingga dapat dibentuk ulang menjadi gambar 3D.
Gambar CT terdiri dari ribuan matriks persegi yang sangat
kecil, yang disebut pixels. Setiap pixels ini memiliki CT number
dari −1000 hingga +1000 dengan satuan Hounsfield units
(HUs), dinamakan sesuai penemu CT scanner pertama kali
yaitu Sir Godfrey Hounsfield (yang kemudian mendapat
penghargaan Nobel dalam bidang kesehatan pada tahun 1979
bersama Allan Cormack).
CT number ini akan bervariasi nilainya tergantung densitas
jaringan dan hal ini menunjukkan seberapa banyak sinar-X
yang terabsorbsi oleh jaringan tersebut. Semakin tinggi
densitas suatu jaringan maka sinar-X yang terabsorbsi akan
semakin tinggi sehingga memiliki CT number yang tinggi pula,
atau yang disebut dengan atenuasi yang tinggi, dan tampak
sebagai densitas yang lebih putih pada gambar. Sebaliknya
semakin rendah densitas maka sinar-X yang terabsorbsi akan
semakin rendah sehingga menghasilkan gambar dengan
atenuasi yang rendah, atau tampak lebih hitam.
Anak-anak Dewasa
Foto Thoraks AP/PA dan lateral Foto Thoraks AP/PA dan lateral
1. TB PARU
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Sama dengan alur radiodiagnostik
b. Gambaran Radiologis
1) TB Paru primer
Gambaran radiologis Thorak :
a) Infiltrat (Area konsolidasi ghon focus)
b) Penebalan sistima aliran limfe
Limphadenopathy hilus
c) Effusi pleura
3) Penjelasan
TB paru dibagi menjadi :
a) TB Paru primer
TB primer terjadi karena infeksi melalui
inhalasi oleh mycobacterium TB, biasanya
pada anak-anak, gambaran rontgen akibat
penyakit dapat berlokasi di mana-mana
tetapi sarang dalam parenkim paru sering
disertai limfadenopati regional (kompleks
primer). Komplikasi yang mungkin : pleuritis,
atelektasis.
b) TB Paru Post primer
Bersifat kronis, biasa terjadi pada
orang dewasa. Saat ini pendapat umum
menyatakan bahwa TB post primer terjadi
karena timbulnya reaktivasi/ re-infeksi
seseorang yang pernah menderita TB primer
tetapi tidak diketahui dan sembuh sendiri.
Sarang-sarang biasanya di lapangan atas
dan segmen apical lobus bawah, biasa
disertal pleuritis, jarang disertai
limfadenopati.
4) Contoh Kasus
Seorang laki – laki umur 25 tahun, keluhan
panas malam hari, batuk berdahak bercampur
darah. Batuk sudah lebih dari 1 bulan, penderita
merasa berat badan semakin menurun. Pergi ke
dokter dan di beri pengantar untuk dilakukan foto
torak, hasil foto thoraks adalah TB Paru lesi
minimal.
2. TUMOR PARU
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Sama dengan alur radiodiagnostik dilengkapi dengan
CT Scan Thorak
b. Gambaran Radiologis
Plain foto : Perselubungan semiopaq, letak bisa
di perifer maupun disentral, bentuk bulat/loval,
bergelombang atau diffus, batas tegas atau tidak
tegas, dengan atau tanpa kalsifikasi, soliter atau
multipel, ukuran bisa kecil (<4 cm) atau besar (>
4cm), jika ganas bisa mengakibatkan atelektasis,
pembesaran hilus unilateral, emfisema lokal, effusi
pleura, destruksi tulang di sekitarnya.
(Kusumawidjaja K, 2005c; McLoud and Boiselle. 2010;
Patel PR, 2007a; Grainger and Allison, 2008; Müller and
Silva, 2008; Herring, 2016; Harisinghani, Chen, 2011)
3. BRONCHOPNEUMONIA
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Sama dengan alur radiodiagnostik
b. Gambaran Radiologis
Gambaran radiologis bronchopneumonia Thorak:
1) bercak-barcak infiltrat
2) airbronchogram (+/ -)
c. Penjelasan
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
Pada foto thorak proyeksi PA posisi erect tampak:
1) Gambaran semiopak menyebar di lapangan paru
unilateral atau bilateral atau sebatas segmen
paru saja berbentuk bercak-bercak dengan
ukuran bervariasi dan batas tidak tegas.
2) Air bronkogram (+), yang merupakan gambaran
udara di sistema airway karena adanya infiltrat di
peribronkial
3) Batas jantung mengabur (silhoutte sign), apabila
ada infiltrat di parakardial
(Budjang N, 2005; McLoud and Boiselle. 2010; Patel PR,
2007a)
4. PNEUMONIA
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Sama dengan alur radiodiagnostik
b. Gambaran Radiologis
Thorak :
Pneumonia lobaris : gambaran radioopak atau
konsolidasi yang melibatkan sebagian atau seluruh
lobus, air bronkogram (+)
Bronkopneumonia : gambaran konsolidasi multifokal
dapat bilateral.
Atypical pneumonia : opasitas heterogen focal
ataupun diffuse dapat berupa gambaran reticular
ataupun reticulonodular.
(Budjang N, 2005, Patel PR, 2007a; Goodman PC,
2008)
c. Penjelasan
Pneumonia adalah peradangan paru yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, jamur,
bahan kimia, lesi kanker dan radiasi ion.
24 jam pertama setelah terinfeksi biasanya
belum terlihat kelainan pada X Foto thoraks. Tapi
pada keadaan pneumonia lobaris akan terlihat
gambaran konsolidasi yang lebih cepat pada segmen
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
pulmonal.
d. Contoh Kasus
Seorang laki – laki usia 30 tahun bekerja
sebagai buruh bangunan, keluhan panas tinggi
mendadak, sesak, batuk, pergi ke dokter diberi
pengantar untuk foto thoraks. Hasil foto adalah
Pnemonia.
Ada berapa macam gambaran radiologi
Pnemonia, masing–masing gambaran radiologinya
bagaimana?
Jawab : Ada 3 macam yaitu :
pneumonia lobaris : gambaran radioopak atau
konsolidasi yang melibatkan sebagian atau seluruh
lobus, air bronkogram (+).
Bronkopneumonia : gambaran konsolidasi multifocal
dapat bilateral.
Atypical pneumonia : opasitas heterogen focal
ataupun diffuse dapat berupa gambaran reticular
ataupun reticulonodular.
(Budjang N, 2005, Patel PR, 2007a; Goodman PC, 2008;
Grainger and Allison, 2008; Müller and Silva, 2008;
Herring, 2016; Harisinghani, Chen, 2011)
5. BRONCHITIS
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Sama dengan alur radiodiagnostik
b. Gambaran Radiologis
Bronkitis akut :
Seringnya tidak menunjukkan kelainan pada foto
rontgen.
Bronkitis kronis :
Ringan : corakan paru yang ramai di basal paru.
Sedang : selain corakan yang ramai, emfisema (+)
kadang disertai bronkiektasis di parakardial
kanan-kiri.
c. Penjelasan
Corakan bronkus tampak bertambah di basis
paru oleh penebalan dinding bronkus dan
peribronkus. Penyempitan airway akibat penebalan
dinding bronchus bisa menyebabkan airtrapping /
hiperinflasi, sehingga diafragma datar dan SIC
melebar.
(Budjang N, 2005; Herring, 2016)
6. BRONCHIECTASIS
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Sama dengan alur radiodiagnostik.
b. Gambaran Radiologis
Pada X Foto thoraks : tampak bulatan
translusens bergerombol menyerupai sarang lebah
(honey comb), tampak garis-garis translusen panjang
ke arah hilus disertai konsolidasi disekitarnya.
c. Penjelasan
Bronkiektasis adalah suatu kelainan dimana
bronkus ataupun bronkiolus lebar karena hilangnya
elastisitas dinding bronchus yang disebabkan oleh
obstruksi dan peradangan kronis, atau dapat pula
disebabkan oleh kelainan kongenital yang dikenal
dengan sindrom Kartagener, yaitu sindrom yang terdiri
dari bronkiektasis, sinusitis dan dekstrokardia.
(Kusumawidjaja K, 2005a; Patel PR, 2007a)
d. Contoh Kasus
Seorang laki–laki umur 75 tahun, riwayat perokok
berat, keluhan batuk lama, sesak. Pergi ke dokter
diberi pengantar untuk melakukan foto torak PA. hasil
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
dari foto toraknya adalah Bronkiektasis.
Ada berapa macam gambaran radiologi Bronkiektasis,
bagaimana gambaran radiologinya?
Jawab: Gambaran radiologi Bronkiektasis ada dua
yaitu :
a) Bronkiektasis silindris: dilatasi bronkus yang
terlihat sebagai garis pararel (menggambarkan
dinding bronkus) yang menyebar dari hilus
menuju diafragma.
b) Bronkiektasis kistik: dilatasi terminal dapat
divisualisasi sebagai bayangan kistik atau cincin
(honey comb appearance) kadang disertai cairan
(air fluid level)
(Kusumawidjaja K, 2005a; Palmer, et.all. 1995; Patel
PR, 2007a)
7. PNEUMOTHORAX
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Sama dengan alur radiodiagnostik
b. Gambaran Radiologis
Thoraks
1) Area lusen tanpa corakan vaskuler paru dengan
batas radioopak tipis pada lateral paru (pleural
line) berasal dari pleura visceral.
2) Bila pneumothorax luas maka akan didapatkan
gambaran kolaps paru ke arah hilus dan
pendorongan ke kontralateral.
c. Penjelasan
Pneumothorax adalah kelainan yang terjadi
karena udara masuk dalam kavum pleura.
Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi :
1) Pneumothorax spontan : timbul sobekan
subpleura dan bulla sehingga udara saluran nafas
masuk kedalam kavum pleura.
2) Pneumothorax disengaja (artifisial) : karena
tindakan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
terapi sehingga udara dari lingkungan masuk ke
salam kavum pleura.
3) Masuknya udara melalui mediastinum yang
berasal dari trauma pada trakea atau esophagus
akibat tindakan pemeriksaan dengan alat-alat
(endoskopi )atau benda asing tajam yang tertelan.
4) Udara berasal dari subdiafragma dengan adanya
robekan lambung akibat suatu trauma atau abses
subdiafragma dengan kuman pembentuk gas.
Masuknya udara di cavum pleura
menyebabkan gambaran lusen menempel dinding
dada dengan batas medialnya adalah pleura visceralis,
sehingga gambaran lusen ini tampak tanpa corakan
vaskuler paru. Parenkim paru kolaps, tampak sebagai
gambaran semiopaq dengan batas tegas (pleura
visceralis) dan merupakan lobus segmen paru yang
kollaps.
(Kusumawidjaja K, 2005b; Patel PR, 2007a)
d. Contoh Kasus
Seorang pemuda umur 21 tahun berkelahi dan
terdapat trauma pada daerah dada, keluhannya dada
terasa sakit, sesak yang semakin lama semakin
bertambah. Dibawa ke UGD dilakukan foto thoraks,
hasil dari foto thoraks adalah Pneumothorax.
Gambaran radiologinya bagaimana?
Jawab: Area lusen tanpa corakan vaskuler paru
dengan batas radioopak tipis pada lateral paru (pleural
line), bila pneumothorax luas akan tampak gambaran
kolaps paru dengan pendesakan mediastinum ke
kontralateral.
(Kusumawidjaja K, 2005b; Patel PR, 2007a)
8. EFUSI PLEURA
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Sama dengan alur radiodiagnostik
Bila perlu dapat ditambahkan posisi RLD atau USG
untuk menilai efusi yang masih relatif sedikit.
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
b. Gambaran Radiologis
Thorak :
1) Perselubungan homogen menutupi paru dengan
permukaan atas yang cekung
2) Penebalan fisura
3) Pergeseran mediastinum ke kontralateral bila efusi
masif.
c. Penjelasan
Efusi pleura merupakan suatu kumpulan cairan
pada ruang antara lapisan parietal dan visceral dari
pleura, biasanya berisi cairan serosa, namun juga
dapat mengandung bahan lainnya.
Hematotoraks: darah, biasanya karena trauma.
Empiema : cairan purulent akibat perluasan
pneumonia atau abses.
Chylotoraks : chylus akibat rupturnya duktus
torasikus atau sekunder akibat invasi keganasan.
Hidropneumothorax : cairan dan udara.
Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada
foto thorax tegak adalah 250 -300 ml. Bila cairan
kurang dari 250 ml (100 – 200 ml) dapat ditemukan
pengisian cairan pada sinus kostofrenikus posterior
pada foto thorax lateral tegak. Bila cairan kurang dari
100 ml (50- 100 ml) dapat diperlihatan dengan posisi
decubitus dengan arah sinar horizontal.
(Kusumawidjaja K, 2005b; Patel PR, 2007a)
d. Contoh Kasus
Seorang wanita umur 55 tahun, keluhan dada
sesak, batuk, didiagnosa Pleura Efusi, untuk
memastikan dilakukan pemeriksaan foto torak.
Posisi apa saja yang diperlukan ?
Jawab: X foto thoraks tegak, bila cairan kurang dari
250 ml (100-250 ml) diperlukan X Foto thoraks
proyeksi lateral tegak dan bila cairan kurang dari 100
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
ml diperlukan proyeksi lateral decubitus dengan sinar
horizontal.
Apa yang dimaksud dengan Pleura Efusi
Indeks?
Jawab: Pleural effusion index atau PEI adalah
pengukuran effusi pleura pada salah satu hemithorax
dengan X Foto thorax lateral decubitus. Rumusnya
sebagai berikut :
A
PEI= x 100 %
B
Keterangan :
A = Lebar efusi pleura
B = Lebar hemithorax
(Harwarini N, Kosim MS, Supriatna M, Istanti Y,
Sudijanto E, 2012 )
Gambar sebagai berikut :
9. ATELEKTASIS
a. Algoritme
Sama dengan algoritma umum.
b. Gambaran Radiologis
X foto thorax :
c. Penjelasan
Atelektasis adalah pengurangan udara dalam
paru disertai pengurangan dari volume paru, disebut
juga dengan kolaps paru.
Beberapa atelektasis dikenal sebagai :
c) Atelektasis lobus bawah : bila terjadi lobus bawah
kiri maka akan tersembunyi di belakang bayangan
jantung dan pada foto thoraks PA hanya
memperlihatkan diafragma letak tinggi, karena itu
perlu foto thoraks proyeksi lateral.
d) Atelektasis lobaris tengah kanan. Sering
disebabkan peradangan atau penekanan bronkus
oleh kelenjar getah bening.
e) Atelelektasis lobaris : memberikan gambaran
densitas tinggi dengan tanda penarikan fissure
interlobalis ke atas dan trakea ke arah atelektasis.
f) Atelektasis segmental : kadang-kadang sulit
dilihat di foto proyeksi PA, maka perlu foto thoraks
proyeksi lateral atau obliq.
g) Atelektasis lobularis (plate like), terjadi bila
penyumbatan pada bronkus kecil untuk sebagian
segmen paru, maka akan terjadi bayangan
horisontal tipis, biasanya di lapangan bawah paru
sulit dibedakan dengan proses fibrosis. Dan
biasanya tidak ada keluhan pada pasien.
(Kusumawidjaja K, 2005a)
d. Contoh Kasus
Seorang anak tersedak makanan, keluhan
sesak pada paru kanan. Pada pemeriksaan perkusi
paru kanan pekak di lapangan atas, diperkirakan
sumbatan pada lobus superior paru kanan.
Bagaimana gambaran radiologinya?
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
Jawab : gambaran radiologis atelektasis adalah
Tampak gambaran opak inhomogen pada lapangan
atas paru kanan disertai dengan penarikan trakea
kearah kanan. Bisa disertai penarikan ke atas fissure
minor dan diafragma sisi kanan. Sela iga sempit pada
regio lesi.
(Kusumawidjaja K, 2005a)
10. EMFISEMA
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Sama dengan alur radiodiagnostik.
b. Gambaran radiologi
X Foto thoraks : tampak gambaran banyangan
paru yang lebih radiolusen sehingga corakan jaringan
paru akan terlihat lebih jelas.
Diafragma letak rendah dan mendatar, diameter
thorak anteroposterior dan diameter vertikal lebih
lebar.
c. Penjelasan
Emfisema Paru adalah suatu keadaan dimana
paru lebih banyak terisi udara sehingga ukuran paru
bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran
secara vertical kearah diafragma.
Emfisema dibedakan menjadi :
1) Emfisema obstruktif, yang terdiri atas :
a) Akut
b) Kronis
c) Bullous.
2) Emfisema non-obstruktif, yang bersifat :
a) Kompensasi.
b) Senilis (postural)
(Kusumawidjaja K, 2005a; Müller and Silva, 2008; Herring,
2016; Harisinghani, Chen, 2011)
b. Gambaran radiologis
Thorax :
Pada pemeriksaan foto thoraks :
1) Pada fase awal tampak adanya penonjolan
vascular pada lobus atas dan penyempitan
vascular pada daerah lobus bawah. Seiring
meningkatnya tekanan vena, terjadi edema
interstitial dan cairan kemudian berkumpul di
daerah interlobular dengan garis septal di bagian
perifer (Garis Kerley B).
2) Edema pulmonal alveolus.
Dengan semakin meningkatnya tekanan vena,
cairan melewati rongga alveolus dengan
kekaburan dan gambaran berkabut pada regio
perihiler, bila luas dan bilateral maka akan terlihat
gambaran “bat’s wing “
c. Penjelasan
Kelainan yang mendasari edema pulmonum
terbanyak adalah gagal jantung kongestif. Biasanya
karena ada gagal ventrikel kiri. Apabila terjadi gagal
jantung pada ventrikel kiri maka akan terjadi
penurunan cardiac output sehingga terjadi
peningkatan tekanan vena pulmonum pelebaran
vascular.
Selain didasari oleh kelainan jantung, edema
pulmonum dapat juga noncardiac.
d. Contoh Kasus
Seorang wanita umur 65 tahun sesak nafas
untuk berjalan jauh terengah–engah pergi ke dokter,
terdiagnosis banyak cairan di paru–paru dan
pembesaran jantung.
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
Gambaran radiologinya bagaimana?
Gambaran Edema pulmonum pada X Foto:
1) Pada fase awal tampak adanya penonjolan
vascular pada lobus atas dan penyempitan
vascular pada daerah lobus bawah. Seiring
meningkatnya tekanan vena, terjadi edema
interstitial dan cairan kemudian berkumpul di
daerah interlobular dengan garis septal di bagian
perifer (garis kerley B).
2) Edema pulmonal alveolus.
Dengan semakin meningkatnya tekanan vena,
cairan melewati rongga alveolus dengan
kekaburan dan gambaran berkabut pada regio
perihiler, bila luas dan bilateral maka akan terlihat
gambaran “bat’s wing”
Pembesaran
X Foto Proyeksi
Ruang X Foto Proyeksi PA
LAT
Jantung
Ruang
Ventrikel
Apeks ke laterokranial Retrosternal
kanan
Sempit
Batas jantung kanan
Tak memberikan
Atrium melebar ke kanan,
gambaran yang
kanan lebih dari 1/3
khas.
hemithorax kanan
Retrocardiac
Ventrikel kiri Apeks ke laterokaudal space distal
sempit.
Double contour,
Retrocardiac
penonjolan aurikel
Atrium kiri space bagian
atrium kiri, bronkus
atas sempit.
utama kiri terangkat.
b. Gambaran Radiologis
1) Pembesaran ventrikel kiri dan membulat
2) Aortic knob prominen, pinggang jantung
menghilang.
3) Elongatio aorta.
c. Penjelasan
Peningkatan tahanan perifer diikuti tekanan
yang berlebihan dari ventrikel kiri akan
mengakibatkan terjadinya hipertrofi konsentris
ventrikel kiri. Jika berlangsung terus menerus akan
berakibat penyaluran energi yang tidak adekuat.
Pembesaran otot otot jantung tanpa peningkatan
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
vaskularisasi mnyebabkan penyaluran ateri ke
miokard menurun cepat. Hal ini berhubungan dengan
terjadinya perluasan arterisklerosis. Kontraktilitas
yang lambat dari miokard yang terus menerus
menurun diikuti peningkatan volume akhir diastolik
sehingga terjadi hipertrofi dan dilatasi ventrikel kiri.
Pada foto rontgent diawali dengan pembesaran
jantung ke kiri dan apeks cordis terlihat membulat.
Pada akhirnya pembesaran ukuran jantung
tidak hanya longitudinal tetapi juga transversal dan
terjadi tipe pembesaran vantrikel. Aorta selalu dilatasi
kecuali pada usia muda dan sering memperlihatkan
tanda arterosklerosis. Akhir fase dari HHD ditandai
secara karakteristik oleh kegagalan ventrikel kiri yang
secara radiografis terlihat mitralisasi ringan yaitu
pembesaranAtrium kiri, kongesti pulmoner dan
dilatasi ventrikel kiri. Sering dengan pericardial
effusion.
(Purwohusada SS, 2005; Patel PR, 2007b; Grainger and
Allison, 2008; Müller and Silva, 2008; Herring, 2016;
Harisinghani, Chen, 2011)
Thorak
Paru Jantung
Cor analysa
Polos PA dan lat
USG/Echocardiograf
d) Stenosis aorta
(1) Gambaran Radiologis
Pada X Foto thoraks PA dan LAT akan
terlihat aorta asenden yang lebar.
(2) Penjelasan
Stenosis katup aorta menyebabkan
terjadinya dilatasi pascastenotik pada
aorta asendens. Aorta asendens tidak
berubah, tetapi kadang-kadang menjadi
lebih kecil dari normal.
(Grainger and Allison, 2008; Herring, 2016;
CT scan Curiga defect pada DIV, FIV, lamina Special view + MRI
MRI
CT Scan kepala
(Patel PR, 2007)
b. Gambaran Radiologis
1) Foto Polos :
Fraktur akan terlihat sebagai :
a) Linier : garis lusen yang berbatas tajam
tanpa disertai tepi sklerotik.
c. Penjelasan
Terputusnya kontinuitas tulang kepala secara
parsial maupun secara total. Dapat diakibatkan oleh
trauma tumpul ataupun tajam. Gambaran terputusnya
jaringan tulang pada foto berupa gambaran garis
lusen pada tulang.
Pada trauma kepala, regangan yang kuat pada
tulang tidak mampu untuk diatasi oleh tulang
sehingga ada bagian tulang yang mengalami retakan.
Trauma kepala yang menyebabkan fraktur tulang
kepala biasanya juga menimbulkan tanda-tanda
radang lokal disekitarnya.
(Ekayuda I, 2005a, Patel PR, 2007; Greenspan and
Steinbach, 2011; Herring, 2016)
sendi
b. Gambaran Radiologis
1) Fraktur Tulang Ekstremitas
Tampak soft tissue swelling, dengan dan tanpa
dislokasi.
Tampak discontinuitas komplet maupun inkomplet
pada corteks .
Tampak discontinuitas komplet maupun inkomplet
pada epiflseal line.
2) Dislokasi atau Subluksasi
Dislokasi : terlepasnya persendian / displace.
Subluksasi : pergeseran persendian sebagian.
c. Penjelasan
Hal-hal yang harus diperhatikan pada
pemeriksaan foto rontgen adalah :
1) Adakah fraktur, dimana lokasinya?
2) Tipe (jenis) fraktur dan kedudukan fragmen.
3) Bagaimana struktur tulang? Normal? Patologik?
4) Bila dekat persendian : adakah dislokasi ataupun
fraktur epifisis?
Berdasarkan lokasi, bentuk, angulasi, aposisi,
maka fraktur ekstremitas mempunyai nama yang
spesifik, antara lain Colles, Smith, Montegia, dan
Shalter-Harris. Fraktur tulang bisa melibatkan
pembuluh darah maupun saraf yang dapat
menimbulkan komplikasi yang fatal. Proses
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
penyembuhan bisa disertai komplikasi berupa
deformitas, osteomyelitis dan nekrosis avaskuler,
maupun gangguan fungsi.
Dislokasi disebut juga dengan luksasi atau
displace persendian.
Fraktur ekstremitas kadang disertai dengan
dislokasi atapun subluksasi.
(Ekayuda I, 2005a; Patel PR, 2007; Greenspan and
Steinbach, 2011; Herring, 2016)
d. Contoh Kasus
Seorang pemuda naik sepeda motor tiba–tiba
muncul hewan menyeberang jalan, karena tidak bisa
menghindari maka terjadi kecelakaan. Saat berusaha
berdiri, kaki kanan tidak bisa berdiri terutama pada
femur sakit, bengkak dan menonjol.
Pemeriksaan radiologi apa dan posisioningnya
apa untuk memastikan diagnosa tersebut?
Bila terjadi fraktur, bagaimana gambaran
radiologinya?
Jawab : Pemeriksaan radiologi yang diperlukan X
Foto Femur dekstra proyeksi AP-LAT.
Bila terjadi fraktur maka akan terlihat gambaran
discontinuitas os. Femur dekstra bisa di 1/3 atas, 1/3
tengah atau 1/3 distal. Diliat juga bagaimana
kedudukan fragmen fraktur dan tipe frakturnya. Selain
itu dinilai apakah ada dislokasi. Tampak soft tissue
swelling pada regio femur dekstra.
(Ekayuda I, 2005a; Patel PR, 2007)
MRI
2) Gambaran Radiologis
Tampak soft tissue swelling, dengan atau
tampak listesis.
Tampak discontinuitas complete
maupun incomplete pada corpus vertebra.
3) Penjelasan
Fraktur corpus vertebra memiliki nama
spesifik yaitu fraktur kompresi. Fraktur vertebra
bisa melibatkan pembuluh darah, saraf ataupun
medulla spinalis yang dapat menimbulkan
komplikasi fatal
(Ekayuda, 2005a; Greenspan and Steinbach,
2011; Herring, 2016)
2) Gambaran Radiologis
Foto Vertebra AP-LAT: aligment vertebra
mengalami perubahan, tampak corpus vertebra
lebih ke anterior dari corpus dibagian distalnya
3) Penjelasan
Spondilolisthesis adalah kelainan vertebra
ditandai dengan corpus vertebra lebih keanterior
dari corpus dibagian distalnya
Grade spondilolisthesis dinilai dari presentase
pergesaran vertebra terhadap vertebra di bagian
distalnya menurut meyerding dibagi menjadi :
Grade 1 : < 25 %
Grade 2 : 50 %
Grade 3 : 75 %
Grade 4 : 100 %
(Weissler R, Wittenberg J, Harisinghani MG,
Chen JW, 2007; Greenspan and Steinbach,
2011; Herring, 2016)
CT Scan
MRI
2) Gambaran Radiologis
Foto vertebra AP-LAT –Obliq : tampak
osteofit pada corpus vertebra, penyempitan
discus ataupun foramen intervertebralis.
CT SCAN : melihat lebih detail vertebra dan
dapat melihat dengan jelas adanya spinal
stenosis.
MRI : melihat lebih detail vertebra, dapat
menentukan grading dari HNP. Adanya degenatif
discus, penebalan ligamentum, nervus, facet joint
dapat terlihat jelas.
(Greenspan and Steinbach, 2011; Herring, 2016).
3) Penjelasan
Spondylosis adalah proses digeneratif
pada vertebra seperti osteoarthritis dan degeratif
discus intervertebralis.
Spondilosis dapat terjadi pada semua level
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
vertebra (cervical, thorakal ataupun lumbal).
(Zawadzki MB, Chen MZ, Moore KR, Salzman
KL, Osborn AG, 2002a; Greenspan and
Steinbach, 2011; Herring, 2016)
4) Contoh Kasus
Seorang wanita umur 65 tahun jatuh dari
kursi dengan posisi duduk. Pada saat berdiri
terasa nyeri pada pinggul yang disalurkan ke
kaki, nyeri sekali pada saat digerakkan.
Kemungkinan terjadi fraktur Kompresi
pada vertebral lumbal 1.
Foto radiologi apa yang diperlukan, dan
bagaimana posisinya?
Jawab : Foto yang diperlukan X Foto vertebra
lumbosacral proyeksi AP-LAT.
Bagaimana gambaran radiologi pada
fraktur kompresi, spondilosis dan
spondylolistesis?
Jawab :
- Fraktur kompresi : tampak corpus vertebra
yang pipih bentuk wedging.
- Spondilolisis : defek pada pars interartikularis
vertebra.
- Spondilolisthesis : pergeseran corpus vertebra
ke anterior dari corpus vertebra di distalnya.
(Weissler R, Wittenberg J, Harisinghani MG,
Chen JW, 2007).
CT SCAN.MRI
(Zawadzki MB, Chen MZ, Moore KR, Salzman
KL, Osborn AG, 2002b; Greenspan and
Steinbach, 2011; Herring, 2016)
2) Gambaran Radiologi
Foto vertebra AP-LAT: destruksi corpus
vertebra, sclerosis diffuse, penyempitan discus
intervertebralis, dapat melewati discus. CT
SCAN: destruksi vertebra diawali dari corpus
anterior, fragmented, pada stage yang lanjut
melibatkan os. Costa, kalsifikasi paravertebral
mass.
MRI: merupakan modalitas yang sensitif untuk
mendeteksi infeksi.
(Greenspan and Steinbach, 2011; Herring, 2016)
3) Penjelasan
Spondylitis tuberculosis adalah infeksi
tuberculosis pada spine.Nama lainnya adalah
Pott’s disease. Perbedaan dengan Spondilitis
pyogenic : kelainan awal di subkondral meluas ke
endplate, sering melibatkan elemen posterior
(Zawadzki MB, Chen MZ, Moore KR, Salzman
KL, Osborn AG, 2002b)
b. OSTEOMYELITIS
1) Alur Radiodiagnostik kasus
Ekstremitas
Sendi
2) Gambaran Radiologis
a) Osteomyelitis akut :
Pada X Foto :
- Awal pemeriksaan kadang tampak
normal (sekitar 7-10 haripertama).
- Tampak soft tissue swelling pada region
metafise( harike- 3 sampai 10).
- Tampak destruksi tulang pada setelah
hari ke 7 sampai 14.
CT SCAN : Mendeteksi massa jaringan
lunak dan sequestra yang disebabkan
oleh penyakit ini.
MRI : Suatu modalitas yang
sensitif dalam menilai proses infeksi.
b) Osteomyelitis kronis
X Foto :Tulang tampak tebal dan
sklerotik dengan destruksi radiolusen
dibagian tengah, yang sering disertai sinus
drainase yang kronis. Dapat terbentuk abses
dengan tepi sklerotik kadang mengandung
sequestrum (abses brodie).
(Greenspan and Steinbach, 2011; Herring,
2016)
a) Penjelasan
Osteomyelitis adalah infeksi tulang dan
sumsum tulang. Penyebab terbanyak adalah
bakteri dan microbacterial.
Berdasarkan durasinya dibagi menjadi akut,
subacut dan kronik.
(Patel PR, 2007; Greenspan and Steinbach,
2011; Herring, 2016)
b. Gambaran Radiologis
Tampak diskontinuitas jaringan dan tulang costa.
c. Penjelasan
Kemungkinan dapat disertai dengan kontusio
pulmonum, pneumothorak atau hematothorak
(Eastman GW, Wald C, Crossin J, 2006; Greenspan
and Steinbach, 2011; Herring, 2016)
7. TUMOR TULANG
a. Osteosarkoma
1) Alur Radiodiagnostik kasus
Plain foto : AP, lateral
CT Scan, Bone
scanning
(Eastman GW, Wald C, Crossin J, 2006)
2) Gambaran Radiologis
Foto Polos :
- Destruksi medulla yang irregular
- Reaksi periosteal
- Destruksi kortikal
- Massa jaringan lunak
3) Penjelasan
b. Osteokondroma
1. Alur Radiodiagnostik kasus
Plain foto : AP, Lateral
CT Scan
2. Gambaran Radiologis
Tampak gambaran penonjolan tulang,
inhomogen (opak dan lusen) di tepi metafisis,
bentuk seperti bunga kol (opak sebagai batang
dan lusen sebagai bunga), jumlah single.
Keistimewaan gambaran lesi seperti bunga kol
(Cauli Flower), bercak-bercak opak yang
merupakan kalsifikasi kondral dan menjauh dari
sendi terdekat.
3. Penjelasan
Merupakan tumor jinak yang paling sering,
yang mengandung tulang dan kartilago,
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
seringkali pada tangkai tulang dengan ujung
distal bulbosa yang luas. Tumor sering ditemukan
tumbuh menjahui sendi, lokasi yang paling sering
adalah daerah metafisis pada femur bagian
bawah dan tibia bagian atas.
Osteokondroma multiple herediter terjadi
pada aklasia diafisis dimana terdapat resiko
transformasi keganasan menjadi kondrosarkoma.
(Ekayuda I, 2005; Patel PR, 2007; Greenspan
and Steinbach, 2011; Herring, 2016)
IVP USG
Follow Follow
Tindakan RPG APG Tindakan Renogram Stop
up up
Tindakan
(Adler and Carlton 2012; Conder, 2009; Fox, 2008;
Cowan , 2008; Patel PR, 2007)
b. Gambaran Radiologis
1) Plain foto
90 % memberikan gambaran radioopak bisa
lonjong atau staghorn.
Letak bisa di regio ginjal, uretur, VU, uretra.
2) IVP
c. Penjelasan
Jenis batu yang ditemukan dalam traktus
urinarius umumnya adalah kalsium oksalat. Fosfat,
tripel fosfat, asam urat atau sistin. Pada umumnya
akan memberikan gambaran radioopak kecuali batu
asam urat.
Yang perlu diperhatikan dalam menilai batu
saluran kemih adalah ukuran, jumlah dan lokasinya.
(Conder, 2009; Fox, 2008; Patel PR, 2007;
Weissleder R, Wittenberg J, Harisinghani MG, Chen
JW,2008).
USG
CT scan (non+kontras)
IVP
Abnormal/asympto Normal
matik asymptomatik
Follow up
(Mirvis SE, Shanmuganathan K, 2008 )
b. Gambaran Radiologis
1) USG : kadang dapat memperlihatkan laserasi.
Selain intu dapat memperlihatkan cairan bebas
intraabdomen.
2) One-shot IVP : memperlihatkan adanya delayed
function dengan atau tanpa disertai ekstravasasi
kontras dan deformitas sIstem pielokalik.
3) CT Scan : pemeriksaan penunjang terpilih untuk
menilai trauma ginjal sehingga dapat ditentukan
gradingnya.
c. Penjelasan
Penentuan pemeriksaan radiologi pada kasus
trauma ginjal perlu dipikirkan pula kestabilan dari
pasien. Meskipun CT Scan adalah pemeriksaan
terpilih, bila pasien tidak stabil maka tidak dianjurkan
untuk dilakukan CT Scan,
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
Grading trauma ginjal berdasarkan AAST
(American Association for The Surgery of Trauma ),
sebagai berikut :
Grade I : kontusio renal atau hematom
subkapsular dengan infark kapsul.
Grade II : Laserasi kortikal superfisial, yang tidak
melibatkan medulla renal ataupun
sistem pielokalik.
Grade III : Laserasi dalam dengan atau tanpa
ekstravasasi urine.
Grade IV : laserasi dengan perluasan ke system
pielokalik disertai ekstravasasi urine.
Grade V : Shatered kidney, trauma pada pedikel
ginjal dan devascularisasi kidney.
(Conder, 2009; Fox, 2008; Gondo dan Suwardewa,
2012; Mirvis SE, Shanmuganathan K, 2008)
3. TUMOR GINJAL
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Tumor ginjal
BNO
USG
IVP
b. Gambaran Radiologis
1) FPA (Foto Polos Abdomen) : tampak adanya
pembesaran kontur ginjal kadang disertai
kalsifikasi dan mendesak usus ke anteroinferior.
2) IVP : dapat memperlihatkan massa jaringan lunak
yang menyebabkan penonjolan pada batas luar
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
ginjal, pembesaran ginjal dan irregularitas
pelvicalyces. Tumor yang besar dapat
menyebabkan ginjal sama sekali tidak berfungsi.
3) USG : dapat membedakan massa padat ataupun
kistik.
4) CT atau MRI : berguna untuk staging untuk
menentukan kalsifikasi, ukuran dan densitas
massa, invasi jaringan perinefrik, invasi kedalam
vena renalis dan vena cava inferior serta
pembesaran kelenjar getah bening.
c. Penjelasan
Berbagai pemeriksaan telah tersedia seperti
FPA, USG, IVP, CT dan MRI untuk membantu
mendiagnosa tumor ginjal. Dengan USG, CT ataupun
MRI dapat lebih spesifik menentukan jenis densitas
massa.
Diagnosa banding yang perlu dipikirkan antara lain :
1) Nonkeganasan : kista ginjal, massa inflamasi,
hematoma.
2) Tumor jinak : adenoma, hemangioma,
angiomiolipoma.
3) Tumor ganas : karsinoma sel ginjal, karsinoma sel
transisional, tumor Wilms (nefroblastoma)
BNO
USG
Cystografi
b. Gambaran Radiologi
1) FPA : tampak ada perselubungan semioopak di
cavum pelvis, kadang disertai kalsifikasi.
2) USG : lesi isoekoik di dinding vesika urinaria
berbatas irregular.
3) Cystografi : tampak filling defect yang menetap
dari berbagai posisi.
4) CT/ MRI : bermanfaat dalam penilainan praoperatif
terhadap penyebaran intramural dan ektramural,
invasi lokal pembesaran kelenjar limfa dan
metastase.
c. Penjelasan
Sistoskopi harus dilakukan pada setiap pasien
dengan hematuria. Selain pemeriksaan FPA dan
USG juga dilakukan untuk menilai saluran kemih
bagian atas terhadap :
1) derajat obstruksi.
2) keadaan ureter.
3) fungsi ginjal.
4) identifikasi lesi-lesi lain sebagai karsinoma sel
transtitional yang sering bersifat multifocal.
(Budjang N, 2005; Patel PR, 2007).
5. KELAINAN DI URETRA
a. URETROLITHIASIS
1) Alur Radiodiagnostik Kasus
Retensio urine
Foto polos
Uretrocystografi Retrograde
(Chang SD, Hricak H,2008)
3) Penjelasan
Uretrolithiasis yang dapat dilihat pada foto polos
adalah uretrolith radioopak. Bila dicurigai adanya
batu radiolusen dapat dilakukan pemeriksaan
uretrocystografi. Selain itu pemeriksaan
uretrocystografi dapat memastikan letak
uretrolithiasis.
(Chang SD, Hricak H,2008)
b. STRIKTUR URETRA
1) Alur Radiodiagnostik Kasus
Retensio Urine
Foto Polos
2) Gambaran radiologis
Foto Polos : tak tampak kelainan.
Bipolar uretrocystografi : tampak gambaran
uretra yang tak terisi kontras, panjang striktur
dapat diukur.
Uretrocystografi retrograde : tampak
3) Penjelasan
Striktur uretra adalah penyempitan uretra
yang biasanya disebabkan post trauma atau post
infeksi.
(Chang SD, Hricak H,2008)
4) Contoh Kasus
a) Seorang laki – laki nyeri pada pinggang
kanan, saat kencing warna air kencing
merah. Dibawa ke dokter diduga batu pada
ginjal kanan.
Urutan pemeriksaan radiologi apa saja yang
diperlukan?
Jawab : FPA : bila didapatkan batu
radioopak dan ingin mengetahui letak serta
tanda obstruksi dilanjutkan IVP
Bila FPA tidak tampak batu radioopak
dilanjutkan USG.
(Patel PR, 2007; Weissleder R, Wittenberg J,
Harisinghani MG, Chen JW,2008)
Kelainan gastrointestinal
USG
FPA 2 posisi
1. Posisi supine, arah sinar vertical dan horizontal .
2. Posisi LLD, arah sinar horizontal.
Thorak
1. Posisi tegak, proyeksi posterior-anterior (PA view).
2. Posisi semi erect, proyeksi anterior- posterior (AP view).
Obstruktif
1. Uppergut → FPA 2 posisi, Thorak, USG, Barium Meal
(OMD).
2. Midgut → FPA 2 posisi, Thorak, USG, Follow through.
3. Lowergut → FPA 2 posisi, USG, Barium Enema (CIL).
b. Ileus obstruktif
Pada foto abdomen tampak gambaran
dilatasi/pelebaran usus-usus halus yang lebih dominan
dengan gambaran klasik herring bone dan bayangan
cairan (fluid level) yang bertingkat-tingkat (step ladder).
Tidak ditemukan gambaran udara (luscent) pada distal
daerah penyumbatan.
(Patel PR, 2007a; Morison 2008; Gore and Levine,
2008a, 2008b; Grainger and Allison, 2008; Herring,
2016)
Penjelasan
Pada foto abdomen 2 posisi
a. Ileus paralitik
Terdapat penebalan dinding usus secara
menyeluruh dari gaster sampai rektum.Penebalan
usus halus yang mengalami dilatasi memberikan
gambaran herring bone appearance, karena dua
dinding usus halus yang menebal dan menempel
membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang
sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan
usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen.Tampak gambaran air fluid level Apabila
teradi perforasi akan didapatkan udara bebas
intraabdominal yang berupa gambaran hiperlusen
tanpa gambaran lipatan mukosa usus. Kasus ini
sering diikuti gambaran peritonitis dan cairan
intraabdominal ekstraluminer.
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
(Patel PR, 2007; Morison, 2008; Gore and Levine,
2008a, 2008b; Grainger and Allison, 2008; Herring,
2016)(Gore and Levine, 2008a, 2008b; Grainger and
Allison, 2008; Herring, 2016)
b. Ileus Obstruktif
Obstruksi usus halus
Gas dan cairan terkumpul di bagian proksimal
obstruksi menimbukan dilatasi progresif pada usus
halus. Beberapa gambaran pada foto polos abdomen
adalah:
1) Lingkar usus yang terdetensi di bagian sentral,
sering diameter > 3 cm.
2) Lapisan transversa dari valvula conniventes
umumnya melebihi seluruh usus halus.
3) Tidak ada udara dalam usus besar, jika terdapa
gas, ini mengindikasikan adanya obstruksi yang
baru atau tidak komplet.
Contoh Kasus
Seorang wanita umur 25 tahun muntah–muntah
warna hijau, perut kembung, nyeri tekan, tidak bisa
BAB maupun flatus, semakin lama semakin
membesar perutnya, dibawa ke UGD kemungkinan
ileus obstruksi.
Pemeriksaan radiologi apa yang diperlukan dan
bagaimana gambaran radiologinya?
Jawab : FPA 2 Posisi (supine dan LLD)
Gambaran radiologi ileus obstruksi :
Pada FPA tampak gambaran dilatasi atau pelebaran
usus Bila halus akan memberikan gambaran klasik
herring bone dan bayangan cairan (fluid level) yang
bertingkat-tingkat (step ladder).
(Patel PR, 2007a; Morison 2008)
2. IKTERIK
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Ikterik
FPA
Batu Radioopak
CT Scan
b. Gambaran Radiologis
1) Cholesistolithiasis
PA : tampak lesi radioopak pada regio
abdomen kanan atas.
USG : lesi hiperekoik dengan “acustic shadow”
pada vesika fellea.
2) Choledocolithiasis
FPA : tampak lesi radioopak pada regio abdomen
kanan atas.
USG : lesi hiperekoik dengan “acustic shadow”
pada common bile duct, biasanya disertai
pelebaran ductus biliaris intra hepatal dan common
bile duct.
3) Cholesistitis
FPA : batu radioopak +/-, kadang terlihat
gambaran “sentinel loop” di regio abdomen kanan
atas.
USG : dinding vesika fellea tebal, tampak
gambaran “double layer”, bisa disertai gambaran
cholesistolithiasis.
4) Sirosis hepatis
FPA : tak tampak gambaran yang khas.
USG : hepar ukuran kecil, tepi irregular, parenkim
kasar, bisa disertai nodul. Dapat disertai tanda-
tanda hipertensi porta dan asites.
(Patel PR, 2007b; Gibson RN, 2008; Gore and
Levine, 2008a, 2008b; Grainger and Allison, 2008;
Herring, 2016)
3. HEPATOMA
HPA : tak tampak gambaran yang khas.
Penjelasan
Pada kasus ikterik FPA dapat membantu mendeteksi
batu yang opak dan kalsifikasi dinding kandung empedu.
Untuk memastikan letaknya perlu dilakukan USG. Dengan
USG dapat diketahui adanya gambaran obstruksi bilier.
Massa di enterohepatik CT Scan akan memberikan
gambaran yang lebih detail.
(Patel PR, 2007 b, Gibson RN, 2008; Gore and Levine,
2008a, 2008b; Grainger and Allison, 2008; Herring, 2016)
4. COLITIS
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Diare/berak
b. Gambaran Radiologis
Gambaran Barium Enema (CIL) Hilangnya linea
innominata, gambaran granuler, gambaran ulserasi,
hilangnya haustra dan incisura, kekakuan dan kerancuan
dinding, penyempitan lumen, pemendekan colon.
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
(Patel PR, 2007; Morison, 2008; Gore and Levine, 2008a,
2008b; Grainger and Allison, 2008; Herring, 2016)
5. TUMOR COLON
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Berak darah, konstipasi, teraba massa
b. Gambaran Radiologis
Gambaran Barium Enema (CIL) Penonjolan ke
dalam lumen terpisah dari mukosa normal dengan batas
tegas, seringkali terdapat gambaran shoulderlike
deformity. Kekakuan dinding colon bersifat segmental
terkadang mukosa masih baik dengan bentuk klasik
sepertipolip. Kelainan ini menetap dan sering ditandai
adanya tanda-tanda obstruksi dengan retensi feses.
Apabila ganas maka batas tumor tegas dengan tepi
irreguler.
(Patel PR, 2007; Morison, 2008; Gore and Levine, 2008a,
2008b; Grainger and Allison, 2008; Herring, 2016)
YA
Curiga Perdarahan / Penurunan Kesadaran
Ya Tidak
b. Gambaran Radiologi
Epidural Hematome (EDH) atau perdarahan
epidural: lesi hiperdens berbentuk bikonveks
biasanya pada regio jejas dan disertai fraktur
tulang cranium.
Subdural Hematome (SDH) atau perdarahan
subdural: lesi hiperdens bentuk bulan sabit
diantara tabula dan parenkim otak.
Subarachnoid Hemorrhage (SAH): lesi hiperdens
yang mengisi sulci, fissure, cysterna atau di
perifalks.
Contusio cerebri: lesi hipodens di intraparenkimal
dapat disertai perdarahan (lesi hiperdens).
(Patel PR, 2007; Sjair Z, 2005; Haaga and Boll,
2009; Harisinghani and Chen, 2011; Herring,
2016)
2. STROKE
a. Alur Radiodiagnostik Kasus
Nyeri kepala/ muntah/ deficit neurologi/
penurunan kesadaran
CT SCAN BRAIN
b. Gambaran Radiologi
a) Stroke non haemoragic
CT Scan Brain : tampak lesi hipodens pada
intra parenkimal serebri, batas tegas
ataupun tak tegas, tak tampak adanya efek
massa.
b) Stroke haemorrhagic
Buku Pedoman Belajar Ilmu Radiologi |
CT Scan Brain :
ICH (intraserebral Hemorrhage) :
tampak lesi hiperdens intra parekimal
serebri bisa disertai efek massa.
SAH (Subarachnoid Hemorrhage) :
tampak lesi hiperdens di intrasulci,
intracysterna dan perifalks.
(Patel PR, 2007; Sjair Z, 2005; Haaga and Boll,
2009; Harisinghani and Chen, 2011; Herring,
2016)
c. Penjelasan
CT Scan dapat membedakan stroke perdarahan
ataupun stroke infark. Pada stroke infark yang
awal kadang belum dapat memberikan gambaran
kelainan pada CT Scan.
CT Scan juga dapat menunjukkan adanya tanda-
tanda peningkatan tekanan intracranial.
d. Contoh Kasus.
Seorang laki–laki umur 20 tahun mengalami
kecelakaan, tidak sadar terdapat benturan di
kepala, kemungkinan terjadi contusio serebri.
Pemerikasaan radiologi yang diperlukan apa?
Jawab : CT Scan craniocerebral
(Eastman GW, etc., 2006)
Gambaran radiologi EDH dan SDH
bagaimana?
Jawab :
EDH atau perdarahan epidural : lesi
hiperdens berbentuk bikonveks biasanya pada
regio jejas dan disertai fraktur tulang cranium.
SDH atau perdarahan subdural : lesi hiperdens
bentuk bulan sabit diantara tabula dan
parenkim otak.
C. ALUR RADIOTERAPI
radioterapi
eksternal brachiterapi
1. Penjelasan
a. Mengerti dan Mengetahui Efek Biologis
Radioterapi Terhadap Sel Tumor Maligna dan Sel
Normal.
Radioterapi adalah pengobatan tumor maligna
dengan radiasi pengion yang dapat berupa Radiasi
Gamma dari sumber radioaktif seperti Cobalt 60,
Iridium 192, Caesium 137, atau radiasi pengion dari
pesawat Linear accelerator berupa sinar X Megavolt
(foton) 6 Mv dan radiasi elektron dari energy 4 Mev
s/d 22 Mev. Berkas sinar Gamma atau foton Megavolt
dan elektron merupakan berkas reaksi energy tinggi
yang mampu menembus materi, mengionisasi
molekul. Bila berkas radiasi tinggi ini mengenai sel
tumor maligna, akan terjadi ionisasi oksigen dan air
(H2O)yang berubah menjadi ion H + OH- dan ion
oksigen, yang akan berubah menjadi Radikal H, OH
dan Radikal Oksigen, yang kemudian akan bereaksi
secara kuat dengan makromolekul DNA, berakibat 6
jenis kerusakan DNA yang menyebabkan kematian
(nekrosis) sel tumor maligna. Sel normal hanya
mengalami reaksi radang oleh karena sel normal
resisten terhadap radiasi dan sel tumor-tumor lebih
sensitif terhadap radiasi. Selain itu terjadi ionisasi
molekul penyusun DNA sehingga terjadi penurunan
fungsi DNA.
b. Pemisahan
1. Limbah infeksius: Limbah yang terkontaminasi
darah dan cairan tubuh masukkan kedalam kantong
plastik berwarna kuning.
Contoh: sampel laboratorium, limbah patologis
(jaringan, organ, bagian dari tubuh, otopsi, cairan
tubuh, produk darah yang terdiri dari serum, plasma,
trombosit dan lain-lain), diapers dianggap limbah
infeksius bila bekas pakai pasien infeksi saluran
cerna, menstruasi dan pasien dengan infeksi
yang di transmisikan lewat darah atau cairan
tubuh lainnya.
2. Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak
terkontaminasi darah dan cairan tubuh, masukkan
ke dalam kantong plastik berwarna hitam.
Contoh: sampah rumah tangga, sisa makanan,
sampah kantor.
3. Limbah benda tajam: Limbah yang memiliki
permukaan tajam, masukkan kedalam wadah tahan
tusuk dan air. Contoh: jarum, spuit, ujung infus,
benda yang berpermukaan tajam.
4. Limbah cair segera dibuang ke tempat
pembuangan/pojok limbah cair (spoelhoek).
d. Packing
Wadah tempat penampungan sementara limbah
infeksius berlambang biohazard. Wadah limbah di
ruangan:
1) Harus tertutup
2) Mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki
3) Bersih dan dicuci setiap hari
4) Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak
berkarat
5) Jarak antar wadah limbah 10-20 meter, diletakkan di
ruang tindakan dan tidak boleh di bawah tempat
tidur pasien
6) Ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi ¾ penuh
g. Pengolahan Limbah
1) Limbah infeksius dimusnahkan dengan insenerator.
2) Limbah non-infeksius dibawa ke tempat
pembuangan akhir (TPA).
3) Limbah benda tajam dimusnahkan dengan
insenerator.
4) Limbah cair dibuang ke spoelhoek.
5) Limbah feces,urin, darah dibuang ke tempat
pembuangan/pojok limbah (spoelhoek)..