SIROSIS HEPATIS
Pembimbing :
dr. Meivina Ramadhani Pane, M.Ked(PD), Sp.PD KPAI
Oleh: Kelompok 2
PIMPINAN SIDANG
CHIEF OF WARD
dr. Tara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Sirosis Hepatis”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi
Dokter di Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan,
ilmu dan membimbing penulis dalam penyusunan laporan kasus ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk penulisan makalah laporan kasus
selanjutnya. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................5
1.1. Latar Belakang.............................................................................5
1.2. Tujuan Penulisan..........................................................................6
1.3. Manfaat Penulisan........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................7
2.1. Anatomi Hati................................................................................7
2.2. Definisi dan Epidemiologi Sirosis Hepatik.................................8
2.3. Klasifikasi Sirosis Hati................................................................8
2.4. Etiologi dan Faktor Risiko...........................................................8
2.5. Perjalanan Penyakit Sirosis Hati..................................................9
2.6. Patofisiologi.................................................................................9
2.7. Diagnosis...................................................................................10
2.7.1. Pemeriksaan Fisik......................................................................10
2.7.2. Pemeriksaan Laboratorium........................................................11
2.8. Diagnosis Banding.....................................................................12
2.9. Komplikasi.................................................................................12
2.10. Tatalaksana................................................................................14
2.11. Prognosis....................................................................................15
BAB III STATUS ORANG SAKIT......................................................17
BAB IV FOLLOW UP............................................................................23
BAB V DISKUSI KASUS......................................................................30
BAB VI KESIMPULAN........................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
Hati menampung sekitar satu liter (13%) suplai darah tubuh pada saat
tertentu. Hati terdiri dari 2 lobus utama. Keduanya terdiri dari 8 segmen yang
terdiri dari 1.000 lobulus (lobus kecil). Lobulus ini terhubung ke saluran kecil
(tabung) yang terhubung dengan saluran yang lebih besar untuk membentuk
saluran hati yang umum. Saluran hepatik umum mengangkut empedu yang
dibuat oleh sel-sel hati ke kantong empedu dan duodenum (bagian pertama
dari usus kecil) melalui saluran empedu (Abdel-Misih, 2010).
1.5. Definisi dan Epidemiologi Sirosis Hepatik
Sirosis Hepatis (SH) merupakan penyakit hati menahun membaur (difus)
yang ditandai dengan pembentukan jaringan ikat dan benjolan kecil. Biasanya
diawali dengan peradangan, kematian jaringan sel hati yang luas, penambahan
jaringan ikat secara difus dan upaya pertumbuhan kembali benjolan kecil hati
(Amiruddin, 2004).
Sirosis merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas di seluruh
dunia. Ini adalah penyebab kematian ke-11 dan penyebab utama ke-15
morbiditas, terhitung 2,2% dari kematian dan 1,5% dari tahun kehidupan yang
disesuaikan dengan kecacatan di seluruh dunia pada tahun 2016 (WHO,
2016). Di Indonesia data mengenai jumlah penderita sirosis masih belum
akurat. Menurut laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata
prevalensi sirosis hepatis adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal
Penyakit Dalam, atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang
dirawat (Kusumobroto, 2007) Berdasarkan diagnosis klinis didapatkan bahwa
prevalensi sirosis hepatis yang dirawat di bangsal penyakit dalam umunnya
berkisar antara 3,6 – 8,4% di Jawa dan Sumatera, sedangkan di Sulawesi dan
Kalimantan di bawah l% (Hadi, 2013).
Konsumsi teratur lebih dari 1-2 minuman beralkohol sehari untuk wanita
atau 2-3 minuman beralkohol sehari untuk pria dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan sirosis hati. Pasien dengan faktor risiko lain
untuk penyakit hati dapat mengembangkan sirosis bahkan dengan
penggunaan alkohol yang lebih jarang (Sanchez, 2012).
Walaupun tidak semua pasien yang memiliki infeksi kronis virus hepatitis
B (HBV) atau virus hepatitis C (HCV) akan berkembang menjadi sirosis,
hepatitis virus kronis adalah salah satu penyebab utama penyakit hati di
dunia (Sanchez, 2012).
1.9. Patofisiologi
Sirosis hati ditandai oleh fibrosis jaringan hati yang luas dengan
pembentukan nodul disertai distorsi struktur parenkim hati menyebabkan
peningkatan sistem porta dan terbentuknya portosistemik baik intra maupun
ekstra hati.Pada sirosis hati didasarkan pada pemahaman yang kuat tentang
anatomi hati dan pasokan vaskular.Secara konseptual, hati dapat dianggap
sebagai sistem filtrasi darah yang menerima darah dari arteri hepatika dan
vena portal dengan darah Portal berasal dari mesenterika, lambung, limpa,
pankreas dan vena.Darah memasuki hati melalui triad portal, yang berisi
cabang vena portal dan arteri hepatik, saluran empedu, dan limfatik dan
jaringan saraf. (PAPDI, 2014)
Kemudian mengalir melalui ruang sinusoidal (juga dikenal sebagai ruang
Disse) dari lobulus hati.Hepatosit individu diatur dalam satu sel tebal.Enam
atau lebih permukaan setiap hepatosit individu melakukan kontak dengan
hepatosit yang berdekatan, berbatasan dengan canaliculi empedu, atau terkena
ruang sinusoidal.Darah disaring perjalanan ke venula hati terminal, juga
disebut vena sentral, dan kemudian bermuara ke vena hepatika yang lebih
besar dan akhirnya ke dalam vena cava inferior.Gradien fungsional hepatosit
berdasarkan saturasi oksigen telah dilaporkan. (PAPDI, 2014)
Hepatosit paling dekat dengan triad portal, yang berisi arteri hepatika,
memiliki dua kali saturasi oksigen dari hepatosit lebih dekat ke venula hati
terminal. Hepatosit paling dekat dengan triad Portal juga memiliki tingkat
yang lebih tinggi dari peroksisom, aktivitas glukosa-6-fosfatase, aktivitas
siklus urea, asam empedu serapan, konten glutathione, dan sintesis glikogen.
(PAPDI, 2014)
1.10. Diagnosis
1.10.1. Pemeriksaan Fisik
Perjalanan sirosis hepatis lambat, asimtomatis dan seringkali tidak
dicurigai sampai adanya komplikasi penyakit hati.Banyak penderita
ini sering tidak terdiagnosis sebagai sirosis sebelumnya dan sering
ditemukan pada waktu autopsi.Sirosis asimtomatis biasanya dibuat
secara insidental ketika tes pemeriksaan fungsi hati (transaminase)
atau penemuan radiologi, sehingga kemudian penderita melakukan
pemeriksaan lebih lanjut dan biopsi hati. (Hammer dan McPhee,
2014)
Sebagian besar penderita yang datang ke klinik biasanya
sudah dalam stadium dekompensata, disertai adanya komplikasi
seperti perdarahan varises, peritonitis bacterial spontan, atau
ensefalopati hepatis. Gambaran klinis dari penderita sirosis hepatis
adalah mudah lelah, anoreksia, berat badan menurun, atrofi otot,
ikterus, spider angiomata, splenomegali, asites, caput medusae,
palmar eritema, white nails , ginekomasti, hilangnya rambut pubis
dan ketiak pada wanita, asterixis (flapping tremor), foetor hepaticus,
dupuyten,s contracture (sirosis akibat alkohol). (Hammer dan
McPhee, 2014)
1.10.2. Pemeriksaan Laboratorium
Darah lengkap
Anemia (mikrositik/makrositik)
Trombositopenia
Fungsi Hati
Pencitraan
USG Abdomen
CT scan
1.12. Komplikasi
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi oleh karena komplikasi yang
ditimbulkan.Kualitas hidup pasien sirosis diperbaiki dengan pencegahan dan
penanganan komplikasinya. (Sudoyo, 2009)
Hipertensi portal merupakan sindroma klinis yang sering terjadi.Bila gradien
tekanan portal (perbedaan tekanan antara vena porta dan vena cava inferior) di
atas 10-12 mmHg, komplikasi hipertensi portal dapat terjadi.Hipertensi porta
terjadi akibat adanya peningkatan resistensi intra-hepatik terhadap aliran darah
porta akibat adanya nodul degeneratif dan peningkatan aliran darah splanchnic
sekunder akibat vasodilatasi pada splanchnic vascularbed. (PAPDI, 2014)
Penyebab asites yang paling banyak pada sirosis hepatis adalah hipertensi
portal, disamping adanya hipoalbuminemia (penurunan fungsi sintesis pada
hati) dan disfungsi ginjal yang akan mengakibatkan akumulasi cairan dalam
peritoneum. (PAPDI, 2014)
Komplikasi yang sering dijumpai antara lain peritonitis bakterial spontan,
yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi
sekunder intraabdominal. Biasanya pasien ini tanpa gejala, namun dapat
timbul demam dan nyeri abdomen. (Sudoyo, 2009)
Salah satu manifestasi hipertensi porta adalah varises esofagus. 20-40%
pasien sirosis dengan varises esofagus akan pecah yang menimbulkan
perdarahan. Angka kematiannya sangat tinggi, sebanyak 2/3 akan meninggal
dalam waktu satu tahun walaupun dilakukan tindakan untuk menanggulangi
varises ini dengan beberapa cara. (Sudoyo, 2009)
Pada sindrom hepatorenal, terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa
oliguria, peningkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik
ginjal.Kerusakan hati lanjut menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang
berakibat pada penurunan filtrasi glomerulus. (Sudoyo, 2009)
Ensefalopati hepatik merupakan kelainan neuropsikiatrik akibat disfungsi
hati. (Sudoyo, 2009) Mekanisme terjadinya ensefalopati hepatik adalah akibat
dari intrahepatic portal-systemic shunts dan/atau penurunan sintesis urea dan
glutamik.Beberapa faktor merupakan presipitasi timbulnya ensefalopati
hepatik diantaranya infeksi, perdarahan, ketidakseimbangan elektrolit,
pemberian obat-obat sedatif dan protein porsi tinggi. (PAPDI, 2014) Mula-
mula ada gangguan tidur (insomnia dan hipersomnia). Selanjutnya dapat
timbul gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma. (Sudoyo, 2009)
Pada sindrom hepatopulmonal terdapat hidrotoraks dan hipertensi
portopulmonal. (Sudoyo, 2009)
1.13. Tatalaksana
Pemberian diet atau preskripsi diet pada penyakit hepatitis (Penuntun
Diet, 2004):
1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yaitu 40-45
Kalori/kg berat badan
2. Protein agak tinggi sebagai upaya anabolisme protein, 1.2 – 1.5
gram/kg berat badan
3. Kebutuhan lemak cukup, yaitu 20-25% total energi dengan bentuk
mudah cerna atau emulsi. Bila ada gangguan utilisasi lemak (jaundice
atau steatorrhea), maka diberikan :
a. Pembatasan lemak <30%
b. Kurangi lemak sumber Long Chain Triglycerides (LCT) atau
lemak dengan rantai carbon panjang dan gunakan lemak sumber
Medium Chain Triglycerides (MCT) atau lemak dengan rantai
karbon sedang, karena lemak ini tidak membutuhkan aktivasi
enzim lipase dan empedu dalam metabolismenya. Namun
penggunaan harus hati-hati jika ada risiko diare
4. Kebutuhan karbohidrat, merupakan sisa total energi, dan
didistribusikan dalam satu hari dengan porsi kecil tapi sering untuk
menghindari kondisi hipoglikemia dan hiperglikemia
5. Kebutuhan Vitamin sesuai tingkat defisiensi. Bila perlu dengan
suplemen vitamin B kompleks, vitamin C, dan vitamin K.
6. Kebutuhan Mineral sesuai kebutuhan, jika perlu diberikan suplemen
zat besi (Fe), seng (Zn), Magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan Fosfor
(P). Untuk natrium (Na) dibatasi bila ada edema atau asites, yaitu 2
gram/hari.
7. Kebutuhan cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada
kontraindikasi, seperti edema atau asites.
8. Bentuk makanan lunak (bila ada mual dan muntah) atau bentuk
makanan biasa.
9. Rute makanan disesuaikan dengan kondisi pasien.
10. Pemilihan bahan makanan, ada bahan makanan yang dibatas dan tidak
dianjurkan. Bahan makanan yang dibatasi adalah bahan makanan
sumber lemak (daging berlemak), dan bahan makanan yang
mengandung gas, seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun,
durian, nangka. Sedangkan bahan makanan yang tidak dianjurkan
adalah makanan dan minuman mengandung alkohol, teh dan kopi
kental.
Etiologi sirosis memengaruhi penanganan sirosis. Terapi ditujukan
mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang bisa
menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi.
(Sudoyo, 2009)
Tatalaksana pasien sirosis hati kompensata ditujukan untuk
mengurangi progresi kerusakan hati. Terapi pasien dilakukan sesuai
dengan etiologinya, diantaranya: (Sudoyo, 2009) (PAPDI, 2014)
Alkohol dan bahan-bahan lain yang toksik dan dapat mencederai hati
dihentikan penggunaannya.Pemberian asetaminofen, kolkisin, dan obat
herbal bisa menghambat kolagenik.
Hepatitis autoimun bisa diberikan steroid atau imunosupresif.
Hemokromatosis diberikan flebotomi setiap minggu sampai kadar besi
menjadi normal dan diulang sesuai kebutuhan.
Penyakit hati non-alkoholik dilakukan penurunan berat badan yang
akan mencegah terjadinya sirosis.
Hepatittis virus B, interferon alfa dan lamivudine (analog nukleosida)
merupakan terapi utama.Lamivudin sebagaiterapi lini pertama
diberikan 100 mg secara oral setiap hari selama satu tahun.Namun
pemberian lamivudine setelah 9-12 bulan menimbulkan mutasi YMDD
sehongga terjadi resistensi obat.Interferon alfa diberikan secara
suntikan subkutan 3 MIU, tiga kali seminggu selama 4-6 bulan, namun
ternyata juga banyak yang kambuh.Tenofovir terbukti efektif pada
suatu penelitian tahun 2013.Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa
pemberian tenofovir selama 5 tahun dapat mensupresi virus hepatitis B
dan mengurangi sirosis dan fibrosis pada hati.
Hepatitis virus C kronik diberikan kombinasi interferon dengan
ribavirin merupakan terapi standar.Interferon diberikan secarasuntikan
subkutan dengan dosis 5 MIU tiga kali seminggu dan dikombinasi
ribavirin 800-1000 mg/hari selama 6 bulan.
1.14. Prognosis
ANAMNESIS PRIBADI
Nama : Lasma Yunika
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Janda
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : LK. VI jl. Siantar Desa CE
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama : Perut membesar, nyeri perut
Telaah :
Keluhan sudah dirasakan sejak 5 bulan yang lalu dan semakin membesar sejak 1
minggu ini.Perut membesar secara simetris dan membuat pasien merasa
menyesak.Pasien juga merasa nyeri pada bagian kiri perut serta lebih nyaman
untuk berbaring pada sisi kanan.Nyeri dirasakan sejak 2 hari terakhir.Karakteristik
nyeri dirasakan pasien seperti tertekan. Sejak perut membesar, pasien merasa
lemas sehingga tidak dapat melakukan aktivitas dan hanya melakukan tirah
baring. Pasien mengalami penurunan berat badan dari 80 kg menjadi 38 kg
sebelum perut membesar.Setelah perut membesar, BB pasien menjadi 50
kg. Mual dan muntah tidak dijumpai.Riwayat muntah darah juga tidak
dijumpai.Nafsu makan tidak berkurang.Sesak nafas dijumpai 1 hari yang lalu dan
setelah dilakukan tindakan WSD keluhan menghilang.BAK berwarna kuning
jernih.Frekuensi BAK 3-4 kali sehari.BAB berwarna coklat dengan frekuensi 1
kali sehari dan tidak dijumpai darah.Riwayat imunisasi lengkap, terakhir saat SD.
Riwayat alergi protein telur.Riwayat penggunaan alkohol disangkal pasien.
RPT : Kista endometriosis (sudah menjalani operasi)
RPO : -
ANAMNESIS ORGAN
Jantung
Sesak nafas : (-) Edema : (+) dijumpai pitting edema pada ekstremitas
bawah
Angina pectoris : (-) Palpitasi : (-)
Lain-lain : (-)
Saluran Pernafasan
Batuk-batuk : (-) Asma, bronchitis : (-)
Dahak : (-) Lain-lain : (-)
Saluran Pencernaan
Nafsu makan : (-) Penurunan BB : (-)
Keluhan menelan : (-) Keluhan defekasi : (-)
Keluhan perut : (-) Lain-lain : (-)
Saluran Urogenital
Sakit buang air kecil : (-) BAK tersendat : (-)
Mengandung batu : (-) Keadaan urin : Normal
Lain-lain : (-)
Sendi dan Tulang
Sakit pinggang : (-) Keterbatasan gerak : (-)
Keluhan persendian : (-) Lain-lain : (-)
Endokrin
Haus/Polidipsi : (-) Gugup : (-)
Poliuri : (-) Perubahan suara : (-)
Polifagi : (-) Lain-lain : (-)
Saraf Pusat
Sakit kepala : (-) Hoyong : (-)
Lain-lain : (-)
Darah dan Pembuluh Darah
Pucat : (+) Perdarahan : (-)
Petechiae : (-) Purpura : (-)
Lain-lain : (-)
Sirkulasi Perifer
Claudicatio intermittent : (-) Lain-lain : (-)
EKSTREMITAS SUPERIOR
Edema : (-/-)
EKSTREMITAS INFERIOR
Pitting edema (+/+)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal : 10/02/2022
Hematologi Urinalisis Feses rutin Kimia darah
•Monosit : 12,7%
•Eosinofil : 7,6%
•Basofil : 0,8 %
•Neutrofil Absolut
: 4,81 x 103/µL
•Limfosit Absolut
: 1,09 x 103/µL
•Monosit Absolut
: 0,95 x 103/µL
•Eosinofil Absolut
: 0,57 x 103/µL
•Basofil Absolut
: 0,06 x 103/µL
NRBC : 0%
RESUME
ANAMNESIS Keluhan Utama : Perut membesar, nyeri perut
Telaah :
TD : 100/60
HR : 90x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36.0ºC
STATUS LOKALISATA
MCV : 96 fL
MCH : 31,9 pg
4. Hipoalbuminemia (2,4)
DIAGNOSIS Asites sirotik dd non sirotik + sirosis hepatis stadium DC e.c. susp.
SEMENTARA Hepatitis B kronis dd NAFLD + anemia penyakit kronis +
hipoalbuminemia
Medikamentosa :
- Substitusi albumin
- Spironolakton 1x100 mg
- Tenofovir 1x300 mg
- Sucralfat 3x1
Biopsi Hati
BAB IV
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal S O A P
10 Feb Pasien THORAX: Sirosis hati Tirah baring
2022 mengeluh Inspeksi decompesata O2 nasal canul
kan perut Suara paru vesikuler Asites sirotik 2-3 l/ menit
kanan menurun di paru Anemia ec IVFD D 5%
membesar kanan penyakit 500 ml
Sesak Perkusi kronik Inj cefotaxime
nafas Sonor + pada kedua Hepatitis B 1 gr /8 jam
Bengkak paru kronik Inj
pada Palpasi Efusi pleura Omeprazole
kedua Sterm fremitus dextra 40 mg/12 jam
kaki kanan>kiri Hipoalbumin
Auskultasi (2,4) ec
Suara paru vesikuler Chronic liver
kanan < kiri, disease
wheezing -/- Tumor
Ronkhi -/- ovarium
COR
Inspeksi
Ictus cordis tidak
terlihat
Palpasi
Ictus cordis teraba
tak menonjol
Perkusi
Batas jantung dalam
batas normal
Auskultasi
Suara jantung I-II
normal, murmur -,
gallop –
ABDOMEN
Inspeksi :
Simetris membesar
Palpasi :
Shifting dullnes +,
H/L/R sulit dinilai
Perkusi :
Pekak
Auskultasi :
Bising usus +
normal
EKSTREMITAS
Edema +/+, akral
hangat +/+, CRT <2
HASIL
LABORATORIUM
Hb/Ht/Leukosit/
Trombosit : 6.8 /20.5
/7480 /201.000
MCV/MCH : 96 /
31.9
Na/K/ Cl : 135/ 3.9/
105
D dimer/
Fibrinogen : >
4000/186
Albumin : 2.4
PT/ INR/ Aptt : 1,3/
1.35/ 1,09
PH/P02/
PC02/HC03/BE:
7,31/ 105/ 25/ 12,6/ -
12,0
O2 saturasi : 97%
Divisi GEH
Perut Sens CM Sirosis Tirah baring
membesar hepatis O2 nasal canul
stadium 2-4 l/ menit
dekompensat IVFD D 5%
a 500 ml
Asites sirotik Ij cefotaxi1
Anemia ec gr /8 jam
penyakit Ij
kronik Omeprmeazol
Hepatitis B e 40 mg/ 12
kronik jam
Efusi pleura Ij Furosemide
dextra 20 mg/ 12 jam
Hipoalbumin Spironolactan
(2,4) ec 100 mg
Chronic liver Tenofir 1 x
disease 300 g
Tumor Kompolax syp
ovarium 3x1C
Sucraflat syp 3
X1
Instructions
Penjadwalan
USG
abdomen
Periksa lFT,
bilirubin,
urinalisa, feses
rutine, feritin,
retikulosit
Cek kultur
sputum / TCM
Subtitusi
albumin :
( 2,8-2,4) x 80
x 0,6 = 4,8
Albumin 20 %
50 ml
Tranfusi PRC
(8 - 6,8) X 80
X 3 = 288 cc
setara 2 bag
PRC (175 cc)
dengan 1 bag /
hari
Tapping asites
besok
(11/2/22)
Divisi PAI
Batuk Sens CM Efusi pleura Ij ceftazidimie
tidak dextra 1 gr /8 jam
dijumpai Sirosis Instructions
Sesak hepatis Kultur sputum
nafas stadium dan gene
dekompensat expert
a Telah
Asites sirotik dilakukan
Anemia ec USG abdomen
penyakit Didapati hasil:
kronik Sirosis hepatis
Hepatitis B + Acites +
kronik Gallbladder
Hipoalbumin Hydrops +
(2,4) ec Spelnomegali
Chronic liver +
disease Hidronefrosis
Tumor Bilateral
ovarium
11 Feb Divisi GEH
2022
Perut Sens CM Efusi pleura Tirah baring
membesar dextra O2 2-3l/i
Sirosis IVFD NaCl
hepatis 0,9% 10gtt/i
stadium Inj Cefotaxime
dekompensat 1gr/8jam
a Inj. Omeprazol
Asites sirotik 40mg/12jam
Anemia ec Inj Furosemide
penyakit 1amp/12jam
kronik Spironolakton
Hepatitis B 1x100mg
kronik Tenofovir
Hipoalbumin 1x300mg (ada
(2,4) ec pada pasien)
Chronic liver Sukralfat syr
disease 3xC1
Tumor Kompolax syr
ovarium 1xC1
Instructions
Tapping asites
Senin
(14/2/22)
Susul hasil
swab PCR
Instalasi
Gizi
Badan BB = 50 kg Anemia Memenuhi
lemas Tb = 150 cm berkaitan kebutuhan
Anemia IMT =22,2 dengan energi dan
HB= 6,8 penyakit protein diet yg
Eritrosit = 2,13 ditandai dgn diberikan
Albumin 2,4 Hb yg makanan lunak
rendah(6,8) E =1900 kal P
=55,5 grm
12 Feb Divisi GEH
2022
Perut Sens CM Efusi pleura Tirah baring
membesar dextra O2 2-3l/i
Sirosis IVFD NaCl
hepatis 0,9% 10gtt/i
stadium Inj Cefotaxime
dekompensat 1gr/8jam
a Inj. Omeprazol
Asites sirotik 40mg/12jam
Anemia ec Inj Furosemide
penyakit 1amp/12jam
kronik Spironolakton
Hepatitis B 1x100mg
kronik Tenofovir
Hipoalbumin 1x300mg (ada
(2,4) ec pada pasien)
Chronic liver Sukralfat syr
diseas 3xC1
Tumor Kompolax syr
ovarium 1xC1
Instructions
Tapping asites
Senin
(14/2/22)
Susul hasil
swab PCR
13 Feb Divisi GEH
2022
Perut Sens CM Efusi pleura Tirah baring
membesar dextra O2 2-3l/i
Sirosis IVFD NaCl
hepatis 0,9% 10gtt/i
stadium Inj Cefotaxime
dekompensat 1gr/8jam
a Inj. Omeprazol
Asites sirotik 40mg/12jam
Anemia ec Inj Furosemide
penyakit 1amp/12jam
kronik Spironolakton
Hepatitis B 1x100mg
kronik Tenofovir
Hipoalbumin 1x300mg (ada
(2,4) ec pada pasien)
Chronic liver Sukralfat syr
diseas 3xC1
Tumor Kompolax syr
ovarium 1xC1
Instructions
Tapping asites
Senin
(14/2/22)
Susul hasil
swab PCR
14 Feb Divisi GEH
2022
Perut Sens CM Sirosis hati Tirah baring
membesar TD 110/60 decompesant diet ekstra
Rasa Nadi 80 a putih telur 4
menyesak Rr 20 Hep B kronik butir per hari
masih ada Suhu 36.7 Hipoalbumin Infus D5%
BAB Wajah : anemia -/- 2.4 ec CLD 500 ml per 10
hitam – ikterik -/- Ascites gtt
Muntah T/H/M : dalam batas massif Inj cefotaxime
darah - normal Efusi plura 1 gr per 8 jam
Thorax : suara paru dekstra ( H5)
vesikuler, suara Anemia Inj ranitidine
jantung I-II reguler, normokrom 50 mg per 12
ronki -/-, murmur -, normositik jam
gallop - (6.8) ec Inj furosemide
Abdomen : tampak penyakit 20 mg per 12
membesar simetris, kronik jam
H/L/P sulit dinilai, Asidosis Tab
nyeri tekan tidak metabolik spironolactone
ada, bising usus + terkompensas 1x100 mg po
i Tab tenofovir
normal 1x300 mg po
Ekstremitas : crt < 2 Tab sukralfat
seken, oedem +/+ 3x1
pretibial, teraba Lactulax 3x1
hangat C po
Instructions
Hari ini
tapping ascites
periksa DL +
albumin post
transfusi dan
substitusi
albumin
15 Feb Divisi GEH
2022
Perut Sens CM Sirosis hati Tirah baring
membesar TD 110/60 decompesant O2 2-3l/i
berkurang Nadi 80 a IVFD NaCl
Rr 20 Hep B kronik 0,9% 10gtt/i
Suhu 36.7 Hipoalbumin Inj Cefotaxime
Wajah : anemia -/- 2.4 ec CLD 1gr/8jam
ikterik -/- Ascites Inj. Omeprazol
T/H/M : dalam batas massif 40mg/12jam
normal Efusi plura Inj Furosemide
Thorax : suara paru dekstra 1amp/12jam
vesikuler, suara Anemia Spironolakton
jantung I-II reguler, normokrom 1x100mg
ronki -/-, murmur -, normositik Tenofovir
gallop - (6.8) ec 1x300mg (ada
Abdomen : tampak penyakit pada pasien)
membesar simetris, kronik Sukralfat syr
H/L/P sulit dinilai, Asidosis 3xC1
nyeri tekan tidak metabolik Kompolax syr
ada, bising usus + terkompensas 1xCl
normal i Instructions
Ekstremitas : crt < 2 PBJ (Pulang
seken, oedem +/+ Berobat Jalan)
pretibial, teraba hari ini
hangat
Divisi PAI
Sesak Sens CM Fibrosis paru Acc PBJ
berkurang kanan+efusi (Pulang
pleura Berobat Jalan)
kanan+SH Instructions
std DC+Hep Doksisiklin 2x
B 100 mg
BAB V
DISKUSI KASUS
Teori Pasien
Definisi
Sirosis Hati didefinisikan sebagai tahap Seorang pasien wanita 39 tahun
akhir proses difus fibrosis hati progresif mengeluhkan perut membesar
yang ditandai oleh distorsi arsitektur hati (ascites) dan pitting oedem
dan pembentukan nodul regeneratif. pretibial bilateral.
Epidemiologi
Sirosis Hati merupakan penyebab kematian Seorang pasien wanita 39 tahun
terbesar ketiga pada penderita berusia 45- riwayat Hepatitis B kronik.
46 tahun.
Di Asia Tenggara, penyebab utama SH
adalah Hepatitis B (HBV) dan C (HCV).
Angka kejadian SH di Indonesia akibat
Hep. B berkisar antara 21,2 - 46,9% dan
Hep. C berkisar 38,7 - 73,9%.
Klasifikasi
Pasien tidak ensefalopati 1
Pasien ascites massif 3
Bilirubin total pasien 1,3 mg/dl 1
Albumin pasien 2,4 gr/dl 3
PT INR pasien 1,35 1
Total skor: 9
Pasien Sirosis Hepatis Kelas B
(moderately severe liver disease/
significant functional compromise)
Faktor risiko
Penyebab tersering: Pasien wanita memiliki riwayat
• Obesitas dan diabetes (59%) Hepatitis B kronik, riwayat
• Infeksi viral hati kronis (HBV 29%, HCV obesitas, dan riwayat transfusi
9%) darah.
• Alkoholik kronis (2%)
• Penyebab lainnya (1%):
• Penyakit bawaan (Alpha-1 antitrypsin
deficiency, hemochromatosis, wilson’s
disease, cystic fibrosis)
• Autoimun hepatitis
• CHF
• Penyakit langka (amyloidosis)
• Penggunaan obat (isoniazid, methotrexate)
Tanda dan Gejala
Gejala: Pasien mengalami mudah lelah,
Mudah Lelah dan lemas lemas, perut membesar, dan
Nafsu makan dan BB menurun dijumpai asites, splenomegali.
Gangguan tidur
Perut membesar
Gangguan pembekuan darah
Tanda:
Spider nevi
Palmar Eryhtema
Caput medusa
Ascites
Splenomegali
Ikterus
Muehrcke’s line
Diagnosis
Baku emas : biopsy hati dengan • Pemeriksaan klinis : terdapat
pemeriksaan histopatologi gejala dan tanda mudah lelah,
Pada stadium compensata bisa ditegakkan lemas, perut membesar, dan
dengan pemeriksaan klinis, laboratorium, dijumpai ascites, splenomegaly
kimia, dan serologi dan pemeriksaan • Pasien memiliki riwayat Hepatitis
pencitraan lainnya B kronik
Pada stadium decompensata tidak sulit • Pemeriksaan darah lengkap
untuk menegakkan diagnosis karena gejala terdapat anemia dan hipoalbumin
dan tanda klinis sudah tampak dengan • Pemeriksaan fungsi hati terdapat
adanya komplikasi bilirubin total meningkat.
• Pemeriksaan USG menunjukkan
pengecilan hati, splenomegaly,
hidronefrosis bilateral, gallbladder
hydrops.
Tatalaksana
Sirosis hepatis ec Hepatitis B + ascites
• Tirah baring • Tirah baring
• Diet rendah garam (5,2 gram atau 90 • O2 nasal canul 2-4 l/ menit
mmol/hari) • IVFD D 5% 500 ml
• Penggunaan diuretic diawali dengan • Inj cefotaxime1 gr /8 jam
Spironolacton (100-200 mg sekali sehari • Inj Omeprmeazole 40 mg/ 12 jam
max. 400mg) jika tidak adekuat • Inj Furosemide 20 mg/ 12 jam
dikombinasi dengan Furosemide (20-40 • Spironolactan 100 mg
mg/hari max. 160mg/hari) • Tenofir 1 x 300 g
• Parasintesis bila asites sangat besar, hingga • Kompolax syp 3 x 1 C
4-6 liter dan dilindungi pemberian albumin • Sucraflat syp 3 X1
• Restriksi cairan • Subtitusi albumin :
• Tenofovir 1 x 300 mg • ( 2,8-2,4) x 80 x 0,6 = 4,8
• Pasien ascites dengan jumlah sel • Albumin 20 % 50 ml
PMN>250/mm3 mendapat profilaksis • Tranfusi PRC
untuk mencegah PBS dengan sefotaksim • (8 - 6,8) X 80 X 3 = 288 cc setara
dan albumin 2 bag PRC (175 cc) dengan 1 bag
/ hari
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Misih, S. R., & Bloomston, M. (2010). Liver anatomy. The Surgical clinics of
North America, 90(4), 643–653. https://doi.org/10.1016/j.suc.2010.04.017
Amiruddin R. Peran Radikal Bebas pada Penyakit Hati Kronis. Dalam: Forum
Diagnosticum Prodia. Makassar, Prodia, 2004; 1–11.
Cheemarla, Shantan, and Ma Balakrishnan. 2021. “Global Epidemiology of Chronic
Liver Disease.” Clinical Liver Disease 17 (5): 365–70.
https://doi.org/10.1002/CLD.1061.
Cirrhosis. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases website.
Available at:
https://www.niddk.nih.gov/health-information/liver-disease/cirrhosis
Global Health Estimates. Geneva: World Health Organization; 2016 Available
at: https://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/estimates/en/.
Accessed June 15, 2020.
Hadi S (2013). Gastroenterologi. Edisi ke 7. Bandung: P.T.Alumni, pp : 613-620.
Hammer G.D., & McPhee S.J.(Eds.). 2019. Pathophysiology of Disease: An Introduction
to Clinical Medicine, 8th Ed. McGraw Hill.
Hammer G.D., McPhee S. J., Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical
Medicine, 8th Ed
Kusumobroto, Hernomo O., 2007.Sirosis Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit hati Edisi
1. Jakarta: Jayabadi. h:335-344.
Liver Cirrhosis - American College of Gastroenterology. n.d. Accessed February 28,
2022. https://gi.org/topics/liver-cirrhosis/.
PB PAPDI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th Ed Jakarta: Interna Publishing. 2014.
Instalasi Gizi Perjan RSCM dan AsDI. 2004. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sharma B, John S. Hepatic Cirrhosis. [Updated 2021 Nov 5]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482419/
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2009). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid III. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Tsoris A, Marlar CA. Use Of The Child Pugh Score In Liver Disease. [Updated 2021 Mar
22]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542308/