Penyusun:
Ihza Hasbullah Husein Siregar 190100062
Sintike leminawati Simbolon 190100118
Tasya Bunga Intan Silalahi 190100128
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan anugerah-Nya Sari Pustaka ini dapat diselesaikan penulis tepat waktu dan
tanpa halangan yang berarti. Sari pustaka yang berjudul “Asma Pada Kehamilan”
merupakan salah satu syarat untuk penilaian Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Tentunya, dalam penyelesaian Sari Pustaka ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dari selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan
dan bimbingan selama pembuatan Sari Pustaka ini. Penulis menyadari bahwa
penulisan laporan kasus ini masih banyak yang perlu diperbaiki, baik dari segi materi,
sistematis, maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat menjadikan referat ini menjadi
lebih baik lagi. Demikianlah kata pengantar yang penulis sampaikan. Semoga laporan
kasus ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................4
BAB I............................................................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................7
2.1 Asma....................................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................19
KESIMPULAN........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pengaruh hormonal dan mekanik pada ibu hamil terhadap fungsi paru. .11
Gambar 2. Algoritma Asma pada Kehamilan............................................................12
4
BAB I
PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit yang sering memberikan komplikasi medis yang berarti
pada kehamilan. Sekitar 4-8% kehamilan memiliki komplikasi berupa asma.
Prevalensi morbiditas asma pada kehamilan terus meningkat dari tahun ke tahun,
meskipun angka mortalitasnya menurun. Insidensi asma dalam kehamilan adalah
sekitar 0,5-1% dari seluruh kehamilan, Di Indonesia prevalensi asma dalam
kehamilan adalah sekitar 3,7-4%. Hal tersebut membuat asma menjadi salah satu
permasalahan yang biasa ditemukan dalam kehamilan (Agustina & Malang, 2017).
5
memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter
(P3D) di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asma
7
dengan prevalensi asma tertinggi di dunia, pada tahun 1995 didapatkan 12,4% wanita
hamil dengan asma. Di Indonesia prevalensi asma berkisar antara 5-7%. Insidensi
asma dalam kehamilan adalah sekitar 0,5 – 1 % dari seluruh kehamilan, dimana
serangan asma biasanya timbul pada usia kehamilan 24 – 36 minggu, jarang pada
akhir kehamilan.
Selama proses kehamilan sehat kondisi fungsi paru, pola ventilasi dan
pertukaran gas dipengaruhi secara biokimia (hormonal) dan mekanik. Perubahan
ventilasi paru yang paling berperan selama kehamilan adalah perubahan fisiologis
hormonal. Hormon yang berperan yaitu progesteron, estrogen dan prostaglandin.
Progesteron meningkat bertahap selama kehamilan dari 25 ng/ml pada usia kehamilan
37 minggu.
8
Uterus yang makin membesar menyebabkan perubahan volume paru dan
dinding dada selama kehamilan. Pembesaran uterus menimbulkan tekanan abdominal
akhir ekspirasi meningkat sehingga diafragma bergerak ke atas. Perubahan ini
menimbulkan tekanan negatif pleura (tekanan esofagus) meningkat sehingga saluran
napas kecil menutup lebih awal yang mengakibatkan penurunan kapasitas residu
fungsional dan volume cadangan ekspirasi serta perubahan konfigurasi dinding dada.
Tinggi rongga toraks menjadi lebih pendek tetapi dimensi dinding toraks sisi lainnya
meningkat supaya kapasitas paru total tetap konstan.
9
Perubahan tersebut dapat menyebabkan penurunan oksigenasi maternal,
sementara kehamilan itu sendiri akan meningkatkan 20% konsumsi oksigen serta
15% laju metabolik, hal ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi. Kebutuhan ekstra ini dapat diperoleh melalui peningkatan 40-50% resting
minute ventilation, yang berasal terutama dari peningkatan volume tidal, dan
hiperventilasi menyebabkan peningkatan tekanan oksigen arteri (PaO2) serta
penurunan tekanan karbondioksida arteri (PaCO2), dengan kompensasi penurunan
konsentrasi bikarbonat serum sampai 18- 22 mmol/l. Alkalosis respiratorik ringan
(pH 7,44) seringkali ditemukan dalam kehamilan. Oleh karenanya sesak napas sering
dijumpai selama kehamilan (American College of Allergy and Immunology, 2002).
Efek kehamilan pada asma bervariasi dan tidak dapat diprediksi. Perubahan
faal paru, fluktuasi hormonal dan aspek imunologi interaksi antara ibu dan janin
mungkin mempunyai peran dalam tingkat kontrol asma pada ibu hamil. Data
menunjukkan sepertiga pasien asma dengan kehamilan mengalami perburukan,
sepertiga tidak berubah dan sisanya menjadi lebih baik (Namazy & Schatz, 2018).
Pengaruh kehamilan terhadap serangan asma pada setiap penderita asma selalu
bervariasi bahkan pada seorang penderita asma serangannya tidak sama pada
kehamilan pertama dan berikutnya. Eksaserbasi serangan asma tampaknya juga
sering terjadi pada trimester III atau pada saat persalinan (Gluck & Gluck, 2006).
Eksaserbasi sering terjadi karena faktor infeksi virus pada traktus respirasi
(34%), ketidaktaatan menggunakan inhaled corticosteroids/ICS (29%) sedangkan
memberatnya asma umumnya disertai infeksi traktus respirasi atau urinarius (69%)
(Murphy et al., 2005). Serangan asma yang semakin berat pada ibu hamil akan
membuat risiko hipoksia pada ibu dan janin juga akan semakin besar. Jika keadaan
hipoksia tidak segera diatasi maka akan memberikan pengaruh buruk pada janin
seperti abortus, persalinan prematur dan berat janin tidak sesuai umur kehamilan atau
pertumbuhan janin terhambat (Damayanti & Pudyastuti, 2020).
10
Selama kehamilan, derajat berat ringan asma dapat berubah sehingga
diperlukan pengaturan jenis dan dosis obat asma yang dipakai. Kondisi asma yang
tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah pada bayi yaitu peningkatan kematian
perinatal, pertumbuhan janin terhambat, lahir prematur, peningkatan operasi caesar,
BBLR dan perdarahan pasca partus (Mangunnegoro et al., 2004).
Gambar 1. Pengaruh hormonal dan mekanik pada ibu hamil terhadap fungsi paru
(Damayanti & Pudyastuti, 2020)
11
Gambar 2. Algoritma Asma pada Kehamilan
12
kepatuhan dalam menggunakan obat asma dan infeksi virus sering menjadi pencetus
serangan asma saat kehamilan. Prinsip dasar pengobatan asma pada ibu hamil
adalah memberikan terapi optimal sehingga dapat mempertahankan asma yang telah
terkontrol bertujuan untuk mempertahankan kesehatan dan kualitas hidup ibu serta
pertumbuhan janin yang normal selama kehamilan. Pasien asma harus diberikan
informasi jelas mengenai potensi komplikasi asma yang dapat terjadi dan perubahan
fungsi paru selama masa kehamilan. Edukasi dan penggunaan obat inhalasi secara
tepat merupakan faktor terpenting menghindari pencetus asma dan segera
berkonsultasi ke dokter jika muncul gejala asma (Maselli et al., 2013).
Telah banyak bukti keamanan penggunaan obat asma selama kehamilan yaitu
beta2 agonis kerja cepat, teofilin dan ICS. Keamanan steroid oral untuk asma selama
kehamilan masih belum jelas seperti terlihat pada dua penelitian kohort prospektif
berkala besar yang mendapatkan hubungan antara penggunaan steroid oral dan
peningkatan risiko persalinan prematur. Penelitian yang ada tidak didapatkan
perubahan perkembangan janin pada ibu hamil yang menggunakan beklometason,
budesonid atau flutikason dibandingkan dengan kontrol namun hingga saat ini belum
13
ada studi spesifik meneliti pengaruh beta 2 agonis kerja lama (salmeterol, formoterol)
secara tunggal atau kombinasi dengan ICS selama kehamilan (Murphy et al., 2005).
Eksaserbasi akut yang terjadi harus segera diatasi agresif dengan pemberian
oksigen, agonis beta-2 kerja singkat secara nebulisasi dan kortikosteroid sistemik jika
ada indikasi. Pasien dan keluarga diupayakan berperan aktif dalam mencegah
eksaserbasi melalui kontrol lingkungan dan melakukan pengobatan sesuai
perencanaan yang dibicarakan bersama antara dokter, pasien dan keluarga.
14
Eksaserbasi asma pada saat persalinan sangat jarang terjadi sehingga
operasi saesaria hanya dilakukan bila ada indikasi obstetri. Hipoksemia pada ibu dan
janin biasanya dapat diatasi dengan tatalaksana medis optimal. Pembiusan regional
lebih dianjurkan dibandingkan bius umum. Penggunaan prostaglandin F2-alfa pada
pasien asma dengan kehamilan harus hati-hati karena berisiko memicu
bronkokonstriksi (Mangunnegoro et al., 2004).
15
usia kehamilan rendah atau malformasi kongenital utama. Terdapat beberapa
penelitian yang menemukan hubungan minor antara penggunaan SABA dengan
malformasi jantung, bibir sumbing dan gastroskisis.
16
tidak terkontrol dengan ICS dosis sedang. Obat LABA lebih disarankan daripada
menambahkan teofilin atau Leukotriene Receptor Antagonists (LTRA) sebagai obat
pengontrol.Mekanisme kerja dan efek samping LABA sama dengan SABA tapi masa
kerjanya lebih lama sekitar 5,5 sampai 10 jam.
4. Kortikosteroid Oral
Kortikosteroid oral diberikan pada pasien serangan asma atau asma persisten
berat sulit dikontrol yang telah mendapatkan paduan pengobatan lain namun tidak
ada respons. Penggunaan kortikosteroid oral harus dikombinasikan dengan obat
pengontrol lain. Kortikosteroid oral merupakan agonis reseptor glukokortikoid yang
menghambat proses inflamasi. Efek samping penggunaan kortikosteroid oral dapat
terjadi retensi sodium dan cairan, hiperglikemia, peningkatan tekanan darah dan sakit
kepala. Kortikosteroid oral masuk kategori C obat kehamilan dan penelitian yang ada
17
menunjukkan peningkatan efek samping dihubungkan dengan penggunaan obat ini.
Penggunaan kortikosteroid oral harus mempertimbangkan risiko untuk setiap kasus
yang ada seperti peningkatan risiko kelahiran prematur, BBLR dan preeklamsia.
Asma yang tidak terkontrol juga dapat membahayakan janin sehingga ketika
penggunaan kortikosteroid oral tidak bisa dihindarkan, maka dosis dan lama terapi
harus dibatasi disertai monitoring ketat (Namazy & Schatz, 2018).
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Busse, W., Clouter, M., MDombrowski, Nelson, H., Reed, M., & Schatz, M. (2004).
Managing Asthma During Pregnancy : Recommendations for Pharmacologic
Treatment. National Asthma Education and Prevention Program.
Damayanti, T., & Pudyastuti, S. (2020). Asma Pada Kehamilan : Mekanisme dan
Implikasi Klinis. Jurnal Respirologi Indonesia.
Global Initiative for Asthma. (2022). Global Strategy for Asthma Management and
Prevention 2022 Update. In Global Initiative for Asthma.
http://www.ginasthma.org
Gluck, J., & Gluck, P. (2006). The Effect of Pregnancy on The Course of Asthma.
Immunoal Allergy Clin North Am, 26(1), 63–80.
Mangunnegoro, H., Widjaja, A., Sutoyo, D., Yunus, F., Padjnaparamita, & Suryanto,
E. (2004). Asma : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Maselli, D., Adams, S., Peters, J., & Levine, S. (2013). Management of Asthma
20
During Pregnancy. Ther Adv Respir Dis, 7, 87–100.
Murphy, V., Gibson, P., Smith, R., & VL, C. (2005). Asthma during pregnancy:
mechanisms and treatment implications. The European Respiratory Journal,
25(4), 731–750. https://doi.org/10.1183/09031936.05.00085704
21