BRONKIAL
Penyusunan Makalah Ini Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kegawatan Maternal dan
TINGKAT 2B
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kegawatan Maternal dan Neonatal. Selanjutnya saya ucapkan terimakasih
kepada ibu Hj. Dedeh Rohayati, SST.,M.Kes sebagai dosen mata kuliah
Kegawatan Maternal dan Neonatal yang telah memberikan arahan dan petunjuk
yang jelas, sehingga mempermudah saya dalam menyelesaikan tugas ini.
Terimakasih juga kepada teman teman seperjuangan yang telah mendukung
selesainya makalah ini tepat waktu, saya menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna oleh karena itu saya sangat terbuka pada kritik dan saran yang
membangun sehingga makalah ini bisa lebih baik lagi semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu
kebidanan.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan......................................................................................1
3.1 Pengkajian..............................................................................................8
3.7 Evaluasi.................................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.........................................................................................19
4.2 Identitas Klien...................................................................................19
4.3 Keluhan utama..................................................................................19
4.4 Riwayat kesehatan Dahulu................................................................19
4.5 Riwayat kesehatan Keluarga.............................................................19
4.6 Pemeriksaan Fisik.............................................................................20
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................21
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan akan menimbulkan perubahan yang luas
terhadap sebagian besar pada fisiologi organ-organ tubuh sehubungan dengan
rahim yang membesar bersama dengan tuanya kehamilan sehingga rongga
dada menjadi sempit dan gerakan paru akan terbatas untuk mengambil O2
selama pernapasan, ini akan mengakibatkan gangguan pernapasan yaitu
Asma. Dalam penatalaksanaannya pun juga akan berbeda antara Asma dalam
kehamilan dan persalinan dengan asma pada wanita yang tidak sedang hamil
atau bersalin.
Pada kehamilan, tingkat keparahan asma sendiri dapat berubah, baik
menjadi semakin ringan, berat, atau tidak berubah sama sekali. Walaupun
adanya kekhawatiran akan penggunaan obat-obatan selama kehamilan, asma
yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan efek yang tidak diinginkan
terhadap janin berupa peningkatan mortalitas perinatal, angka kejadian
prematuritas, dan angka kejadian berat badan bayi lahir rendah sehingga
penanganan asma yang baik dengan pemantauan ketat serta pengobatan asma
dengan prinsip reliever dan controller akan menurunkan morbiditas serta
mortalitas ibu hamil dengan asma, sehingga dapat menghasilkan outcome
maternal dan fetal yang maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Asma?
2. Apa etiologi dari Asma?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari Asma.
4. Bagaimana Patofisiologi dari Asma?
5. Bagaimana cara menentukan diagnosa pada Asma ?
6. Bagaimana cara penatalaksanaan Asma pada kehamilan ?
7. Bagaimana pencegahan Asma ?
8. Bagaimana Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan Asma ?
9. Bagaimana Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan Asma ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Asma Bronkial
Asma adalah kondisi dimana otot-otot bronchi (saluran udara pada paru)
mengalami kontraksi penyimpitan sihingga menyulitkan pernapasan. Asma
bronkial, atau lebih populer dengan sebutan asma atau sesak napas, telah
dikenal luas di masyarakat. Namun pengetahuan tentang asma bronkial hanya
terbatas pada gejala asma bronkial saja, diantaranya dada terasa tertekan,
sesak napas, batuk berdahak, napas berbunyi (mengi), dll. Asma bronkial
merupakan salah satu Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yakni
penyakit paru yang memiliki kumpulan gejala klinis (sindrom) seperti yang
telah disebutkan di atas. PPOK terdiri dari:
Asma Bronkial (asma/bengek)
Bronkitis kronis (radang saluran napas bagian bawah)
Emfisema paru (penurunan daya elastisitas paru)
2.2 Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
1. Faktor Predisposisi
- Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernapasannya juga bisa
diturunkan.
2. Faktor Prepisitas
- Alergen
Dimana alergen dapat dibagai menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
Ex : Makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Ex : perhiasan, logam, dan jam tangan
- Perubahan Cuaca
- Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim kemarau,
musim bunga,. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu
- Stress
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
- Olahraga / aktifitas jasmani yang berar
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas.
2.3 Tanda / Gejala Asma
- Kesulitan bernafas
- Kenaikan denyut nadi
- Nafas berbunyi, terutama saat menghembuskan udara
- Batuk kering
- Kejang otot di sekitar dada
2.4 Jenis-Jenis Asma
Asma dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
- Asma interisik (berasal dari dalam)
Yang sebab serangannya tidak diketahui
- Asma eksterisik (berasal dari luar)
Yang pemicu serangannya berasal dari luar tubuh (biasanya lewat
pernafasan). Serangan asma dapat berlangsung singkat atau berhari-hari.
Bisanya serangan dimulai hanya beberapa menit setelah timbulnya
pemicu. Frekuensi asma berbeda-beda pada tiap penderita. Serangan
asma yang hebat dapat menyebabkan kematian
2.5 Patofisiologi
Asma adalah peradangan kronik saluran nafas dengan herediter utama.
Peningkatan respon saluran nafas dan peradangan berhubungan dengan gen
pada kromosom 5, 6,11, 12, 14 & 16 termasuk reseptor Ig E yang afinitasnya
tinggi, kelompok gen sitokin dan reseptor antigen Y –Cell sedangkan
lingkungan yang menjadi alergen tergantung individu masing-masing seperti
influenza atau rokok. Asma merupakan obstruksi saluran nafas yang
reversible dari kontraksi otot polos bronkus, hipersekresi mukus dan edem
mukosa. Terjadi peradangan di saluran nafas dan menjadi responsive terhadap
beberapa rangsangan termasuk zat iritan, infeksi virus, aspirin, air dingin dan
olahraga. Aktifitas sel mast oleh sitokin menjadi media konstriksi bronkus
dengan lepasnya histamine, prostalgladine D2 dan leukotrienes. Karena
prostagladin seri F dan ergonovine dapat menjadikan asma, maka
penggunaanya sebagai obat-obat dibidang obstetric sebaiknya dapat dihindari
jika memungkinkan.
2.6 Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
Crede yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus
plug.
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15000 / mm 3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiograf
Gambaran elektrokardiografi yang terjaid selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru, yaitu :
- Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation
- Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right Bundle Branch Block)
- Tanda – tanda hipoksemia, yakni sinus tachycardia, SVES dan VES
atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning Paru
Dengan scaning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon
aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidka saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk berat
obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi
6. USG
Ibu hamil penderita asma sebaiknya rajin memeriksakan janinnya sejak
awal. Pemeriksaan denga USG dilakukan sejak usia kehamilan 12 – 20
minggu untuk mengetahui pertumbuhan janin. USG dapat diulang pada
TM II dan TM III terutama bila derajat asmanya berada pada tingkat
sedang – berat
7. Electronic Fetal Heart rate Monitoring
Untuk memeriksa detak jantung janin
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma.
c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan
penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatannya yang
diberikan dan bekerja sama dengan dokter atauperawat yang
merawatnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 , yaitu :
1. Pengobatan non Farmakologik :
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisiotherapy
- Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan Farmakologi
- Bronkodilator yang melebarkan saluran nafas
Seperti aminofilin atai kortikosteroid inhalasi atau oral pada
serangan asma ringan. Obat antiasma umumnya tidak berpengaruh
negatife terhadap janin kecuali adrenalin. Adrenalin mempengaruhi
pertumbuhan janin karena penyempitan pembuluh darah ke janin
yang dapat mengganggu oksigenasi pada janin tersebut.
- Memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu.
Aminofilin dapat terkandung dalam air susu sehingga bayi akan
mengalami gangguan pencernaan, gelisah dan gangguan tidur.
Obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya
karena kadarnya dalam air susu sangat kecil
2.9 Pengaruh Terhadap Kehamilan & Persalinan
- Keguguran
- Persalinan prematur
- Pertumuhan janin terhambat
2.10 Hal-Hal Untuk Mencegah Agar Tidak Terjadi Serangan Asma
Selama Hamil
Jangan merokok
Kenali faktor pencetus
Hindari flu, batuk, pilek atau infeksi saluran nafas lainnya. Kalu tubuh
terkena flu segera obati. Jangan tunda pengobatan kalu ingin asma
kambuh.
Bila tetap mendapat serangan asma, segera berobat untuk menghindari
terjadinya kekurangan oksigen pada janin
Hanya makan obat-obatan yang dianjurkan dokter.
Hindari faktor risiko lain selama kehamilan
Jangan memelihara kucing atau hewan berbulu lainnya.
Pilih tempat tinggal yang jauh dari faktor polusi, juga hindari lingkungan
dalam rumah dari perabotan yang membuat alergi. Seperti bulu karpet,
bulu kapuk, asap rokok, dan debu yang menempel di alat-alat rumah
tangga.
Hindari stress dan ciptakan lingkungan psikologis yang tenang
Sering – sering melakukan rileksasi dan mengatur pernafasan
Lakukan olahraga atau senam asma, agar daya tahan tubuh makin kuat
sehingga tahan terhadap faktor pencetus.
BAB III
TINJAUAN KASUS
B. Data Objektive
1. Pemeriksaan Umum
KU : baik
Kesadaran : Composmetis
BB sebelum hamil : 56 Kg
BB sekarang : 66 Kg
TB : 155 cm
Lila : 23 cm
TTV ; TD : 120/90 mmHg
N : 90 x / mnt
RR : 30 x / mnt
S : 367 0 C
2. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
- Kepala : Rambut hitam, kulit kepala bersih, luka (-),
ketombe (-), tidak rontok, benjolan (-).
- Muka : Simetris
- Mata : Konjungtiva merah muda, sklera puith anemis
(-), oedema palpebra (-)
- Hidung : Simetris, tidak polip, tidak ada sekret hidung
- Bibir : Cyanosis (-), mukosa kering (-), stomatitis (-),
lidah tdk kotor
- Gigi : Caries (-)
- Telinga : Bersih, tidak ada serumen
- Leher : Pembesaran K. Tyroid (-), pembesaran vena
jugularis
- Buah dada : Keluarnya colostrum puting susu menonjol,
areola coklat
- Perut : Linea nigra (+), strie albican (-), pembesaran
sesuai UK
- Ekstrimitas : Kekuatan otot 5 5 , tidak ada 2 2
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium : Dilakukan
1. Px Sputum terdapat adanya kristal
charcot leyden yang merupakan
e. degranulasi dari kristal eosinopil.
2. Px darah AGD normal, terdapat
peningkatan dari SGOT dan LDH,
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-
kadang diatas 15.000 / mm3
menandakan terdapatnya suatu infeksi
3. Px faktor alergi peningkatan IGE pada
waktu serangan dan menurun pd waktu
bebeas dari serangan
b. .Laboratorium : Dilakukan
1. Px Radiologi (Foto thoraks) Normal,
juga digunakan untuk mengetahui, jika
f. ada komplikasi seperti pneomonia.
(Kedaruratan Obstetri dan Gynekologi ; hal
97)
2. Px tes kulit Normal, untuk mencari
faktor alergi
3. EKG terdapatnya tanda-tanda
hipertropi otot jantung
4. Px USG Janin tunggal, hidup,
intrauteri, presentasi kepala
II. INTERPRETASI DATA
Dx : NY ”S” GIP0000 UK 36 minggu T/H/I Letkep dengan Asma
Bronchial
Ds : Ibu mengatakan adanya serangan asma dan sesak dada disertai oleh
batuk dan mengi
Do : Ku Baik
TTV : TD : 120/90 mmHg Bising mengi (+)
N : 90 x / mnt
S : 367 0 C
Ronchi : (+)
Masalah : - Sesak dada
- Bising mengi
Kebutuhan : - Menganjurkan ibu untuk lebih banyak istirahat dan minum
- Menganjurkan ibu untuk bernafas normal saat timbul
serangan
- Menganjurkan ibu untuk menghindari tempat-tempat polusi
III. Megantisipasi Diagnosa / Masalah Potensial
Dx : NY ”S” GIP0000 UK 36 minggu T/H/I Letkep dengan Asma
Bronchial
Dx Potensial : Infeksi saluran pernafasan
Mx Potensial : - Sesak nafas
- Foetel Nafas
Antisipasi penanganan :
Mx Sesak nafas :
- Memberikan obat – obatan Asma yang sama dengan obat asma saat tidak
hamil misalnya : Aminofilin, Eidrin, Epinefrin dan Kortikosteroid.
- Mencegah agar tidak terjadi serangan asma saat hamil yaitu dengan
menghindari kebiasaan buruk misalnya merokok, dan jangan menunda
pengobatan agar tidak memperparah keadaan
Mx Foetal Distres :
- Memeriksa janin secara teratur melalui USG dan Doppler
- Memberi obat yang tidak membahayakan janin
- Anjurkan ibu untuk miring ke kiri saat tidur agar sirkulasi O2 ke janin
lancar.
VI. Implementasi
- Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
- Mengajarkan olahraga atau senam asma
- Mengingatkan agar ibu hanya minum obat-obatan yang dianjurkan oleh
dokter
- Memberikan terapi inhalasi kortikosteroid, bronkodilator dan Aminofilin
- Memberikan bronkodilator (terbutaline 2,5 mg oral setiap 4 – 6 jam atau
250 g setiap 15 menit dalam 3 dosis )
- Memberikan KIE pada ibu untuk tidak memelihara kucing dan hewan
berbulu lainnya
- Menempatkan posisi yang nyaman pada pasien. Contoh : meninggikan
kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
- Memberikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan
mendiskusikan obat pernafasan efek samping dan reaksi yang tidak
diinginkan
- Menganjurkan untuk meningkatkan masukan cairan sampai dengan 3000
ml/hari sesuai toleransi jantung memberikan air hangat.
VII. Evaluasi
S : Ibu mengatakan sudah mengerti dengan apa yang disampaikan petugas
O : KU Baik
TTV ; TD : 140/80 mmHg
N : 84 x / mnt
RR : 28 x / mnt
S : 367 0 C
A : Ny ”S” GIP0000 UK 36 minggu T/H/I Letkep dengan Asma Brnchial
P : - KIE tentang keadaan Ibu
- Berikan terapi oral hingga serangan asma ibu berkurang
- Anjurkan senam asma
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
data tentang individu, keluarga, dan kelompok ( Carpenito & Moyet, 2007)
Dalam melakukan pengkajian pada klien data didapatkan dari klien, beserta
Dalam melakukan pengkajian kasus pada klien, data bisa didapatkan dari
Pada keluhan utama dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak
ada terdapat kesenjangan data pada saat dilakukan pengkajian.
Pada tinjauan teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan data,
karena pada kasus yang di temui klien memiliki riwayat pernah dirawat
mengalami penyakit yang sama seperti yang diderita klien, karena dikonsep
teoritis terdapat faktor resiko pada asma bronchial, dan pada kasus terdapat
kelurga klien yang mengalami penyakit asma, hipertensi dan juga DM.
4.6 Pemeriksaan fisik
Dalam pengkajian pemeriksaan fisik pada teoritis dan tinjauan kasus tidak
klien.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Asma adalah kondisi dimana otot-otot bronchi (saluran udara pada paru)
mengalami kontraksi penyimpitan sihingga menyulitkan pernapasan. Asma
bronkial, atau lebih populer dengan sebutan asma atau sesak napas, telah
dikenal luas di masyarakat. Namun pengetahuan tentang asma bronkial hanya
terbatas pada gejala asma bronkial saja, diantaranya dada terasa tertekan,
sesak napas, batuk berdahak, napas berbunyi (mengi), dll. Asma bronkial
merupakan salah satu Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yakni
penyakit paru yang memiliki kumpulan gejala klinis (sindrom) seperti yang
telah disebutkan di atas. PPOK terdiri dari:
Asma Bronkial (asma/bengek)
Bronkitis kronis (radang saluran napas bagian bawah)
Emfisema paru (penurunan daya elastisitas paru)
DAFTAR PUSTAKA