Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

Dosen Pengampu :
Ns. Vonny Mewo.,S.Kep

Di Susun Oleh :
Nama : Kristiani A. Timbuleng
Nim : 19 18 0036
Tingkat I / Semester II

AKADEMIK KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa karena atas berkat dan rahmat-nya penyusun
masi diberi kesehatan hinggah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,
makalah yang berjudul, “ laporan pendahuluan asma ” ini di susun untuk memenuhi tugas
mahasiswa. Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah memberikan
tugas ini sehinggah dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini,
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masi jauh dari kata sempurna, oeh karena itu
kritik dan saran membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang “ASMA” ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Manado 15 juli 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulis

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asma
B. Klasifikasi Asma
C. Etiologi Asma
D. Anatomi Fisiologi Dan Patofisiologi Asma
E. Manesfestasi Klinis Asma
F. Pemeriksaan penunjang asma
G. pengkajian keperawatan
H. Diagnosa Keperawatan

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

latar belakangKesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisiatau
teknisi yangmemantau untuk mencegah terjadinya penyakit asma bronkial dan membantu
melindungiklien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit tersebut. Klien dalam
lingkungankeperawatan dapat bersiko terkena penyakit asma bronkial jika tidak di antisipasi
dengantepat, dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory,klien
dapatterpajan pada penyakit asma bronkial jika tidak di tangani dengan prosedur dini, yang
beberapa dari penyakit tersebut dapat saja resisten terhadap banyak obat yang
berhubungandengan penyakit tersebut .Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan
penyakit asma bronkial, dan perawat dapat menghindarkan penyebaran penyakit tersebut
terhadap klien.B. Tujuan1. Mengetahui definisi Asma Bronkial2. Mengetahui Etiologi,
Patofisiologi, Tanda Dan Gejala / Manifestasi Klinis, Pengkajian,Diagnosa Keperawatan ,
Intervensi, Komplikasi, Penatalaksanaan, Asuhan Keperawatan3. Mengetahui asma asma
bronkial

B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui definisi Asma.
2. Untuk Mengetahui Etiologi, Patofisiologi, Tanda Dan Gejala / Manifestasi Klinis,
Pengkajian,Diagnosa Keperawatan , Intervensi, Komplikasi, Penatalaksanaan, Asuhan
Keperawatan.
3. Untuk Mengetahui lebih detail tentang asma.
BAB II

PEMBAHASAN

A.   PENGERTIAN ASMA

 Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh
factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena
konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini,
2012)
 Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat
timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di
bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
 Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran nafas yang sangat
peka terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar tubuh. Akibat dari
kepekaan yang berlebihan ini terjadilah penyempitan saluran nafas secara
menyeluruh (Abidin, 2002).

B. KLASIFIKASI  ASMA

 Asma bronkhiale

Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang
berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam rangsangan, yang
mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan
derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan

 Asma ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi alergi
penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang
sehat.

 Asma intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari
allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang buruk seperti
klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang berlebihan.

C. ETIOLOGI  ASMA

 Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma

    Pemicu Asma (Trigger) 

Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul


seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat.
Namun, saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada,
atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi
adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan,
gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.

Penyebab Asma (Inducer)

Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus


hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan. Inducer dianggap
sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma
dapat menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih
sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan
(alergen yang masuk  ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh
melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat melalui kontak dengan kulit
( VitaHealth, 2006).

D.   ANATOMI, FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI ASMA

1.      ANATOMI

Organ Pernapasan

a.     Hidung

Hidung atau naso atau  nasal merupakan saluran udara  yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat
bulu-bulu yang berguna untuk  menyaring  udara,  debu,  dan  kotoran  yang  masuk  ke 
dalam lubang hidung.

b.     Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke
depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium,
ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).

c.      Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal dan
masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah
empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang  rawan 
yang  berfungsi  pada  waktu  kita  menelan  makanan menutupi laring.

d.     Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda
(huruf C) sebelah dalam diliputi  oleh  selaput  lendir  yang  berbulu  getar    yang  disebut 
sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang
terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.

e.     Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping
ke arah tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus
kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-
cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak  
terdapat   cincin   lagi,   dan   pada   ujung   bronkioli   terdapat gelembung paru atau
gelembung hawa atau alveoli.

f.       Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi
pertukaran udara, O2  masuk ke dalam darah dan CO2  dikeluarkan dari darah. Banyaknya
gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan)
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo
dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-
paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri
dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5
buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada
lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi
lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.

Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh
darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam
lobulus, bronkiolus ini   bercabang-cabang   banyak   sekali,   cabang   ini   disebut   duktus
alveolus.   Tiap   duktus   alveolus   berakhir   pada   alveolus   yang diameternya antara 0,2-
0,3 mm.

Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum
mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum
depan terletak jantung.  Paru-paru  dibungkus  oleh  selaput  yang  bernama  pleura. Pleura
dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada  pembungkus)  yaitu 
selaput  paru  yang  langsung  membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput
yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum
(hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan
(eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan
antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.

E.   MANIFESTASI KLINIS ASMA

Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing)
telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat
merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.

Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :

1.      Asma tingkat I

Yaitu penderita asma yang secara klinis normal  tanpa tanda dan gejala asma  atau keluhan
khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita
terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.

2.      Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi
dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi
setelah sembuh dari serangan asma.

3.      Asma tingkat III

Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes
fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila
pengobatan dihentikan asma akan kambuh.

F.   PEMERIKSAAN PENUNJANG ASMA

a. Pemeriksaan sputum
b. Pemeriksaan darah
c. Foto rontgen
d. Pemeriksaan faal paru
e. Elektrokardiografi

G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASMA TERBAGI ATAS DUA BAGIAN YAITU:

1.      Pengkajian Primer Asma

a.     Airway

-  Peningkatan sekresi pernafasan

-  Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing

b.     Breathing

- Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.

-Menggunakan otot aksesoris pernafasan

- Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis

c.      Circulation

- Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi

-Sakit kepala

-Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah

- Papiledema
- Urin output meurun

d.     Dissability

Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan
memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.

2.      Pengkajian Sekunder Asma

a.     Anamnesis

Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat
bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari
tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan
kesadaran.

Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan asma
bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas.
Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-
tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang
berlangsung terus untuk waktu yang lama.

b.     Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN  ASMA YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler –
alveolar
3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
4. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.
5. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanan
7.  Kurang  pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma.

8.  Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan


antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
9.  Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

10.   Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif .


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma adalah satu penyakit gangguan jalan napas obstuktif intermiten yang
bersifat versibel, di tandai dengan adanya periode bronkospasmepeningkatan
bronskospasme, peningkatan rerspon trakeadan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jaln nafas.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca
agar dapat menelah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini
sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping
itu saya juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga
kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanyutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management and Prevension In
Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial Pada
Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardio
Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu Penyakit Dalam,
FKUI/RSCM
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I.  Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai