PEMICU 1
Kode: SSS1Pc1
……………………………………………………….......................................
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Kegiatan belajar Problem Base Learning (PBL) menggunakan metode 2 (dua) kali diskusi
kelompok (tutorial) untuk setiap pemicu (trigger) dan 1 (satu) kali pertemuan pleno, yang
dihadiri para pakar dari setiap departemen terkait dengan blok Special Sense System.
Diskusi dilaksanakan dalam kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 8 -10 mahasiswa
dan didampingi oleh seorang tutor yang berperan sebagai fasilitator, dan berlangsung selama
2,5 x50 menit untuk setiap pertemuan tutorial. Dosen bertindak sebagai tutor yang memfasilitasi
jalannya tutorial, dan bukan sebagai narasumber.
Metode pembelajaran ini bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam belajar
mandiri, menentukan materi pembelajaran, mencari informasi sesuai dengan kebutuhannya,
mengasah keterampilan berfikir kritis (critical thinking) melalui masalah yang relevan dengan
keadaan sebenarnya yang diberikan dalam pemicu, serta mengkomunikasikannya secara
efektif dalam diskusi maupun presentasi.
PELAKSANAAN TUTORIAL
1. PERAN TUTOR
Peran Tutor dalam proses tutorial sangatlah penting, tujuan pembelajaran diharapkan
dapat tercapai melalui peran tutor dalam menciptakan suasana yang kondusif,
menyenangkan dan terarah dalam dinamika kelompok diskusi.
Peran tutor antara lain:
Berperan sebagai fasilitator yang berfungsi untuk memfasilitasi jalannya diskusi,
bukan sebagai narasumber.
Membangun keterampilan berfikir metacognitive dari mahasiswa
Membangun suasana yang menyenangkan sehingga mahasiswa dapat
mengekspresikan pendapat dan perasaannya secara bebas tanpa merasa takut,
malu, atau tertekan.
Membangun dinamika kelompok yang aktif dengan mengikutsertakan seluruh peserta
diskusi.
Membangun kerjasama tim
Memberikan umpan balik (feedback) yang konstruktif
Memberikan penilaian yang adil terhadap setiap mahasiswa dengan memberikan
kesempatan dan perhatian yang sama selama diskusi
Memberikan penilaian terhadap log-book dan laporan pelaksanaan kelompok diskusi
Step 7
Langkah 1-5 dilaksanakan pada pertemuan pertama,
Sharing results of
independent study langkah 6 merupakan kegiatan belajar mandiri, dan
langkah 7 dilaksanakan pada pertemuan kedua.
PEMICU
Deskripsi singkat
Nyeri pada sekitar mta merupakan salah satu keluhan yang sering dikeluhkan oleh pasien.
Keluhan tersebut diikuti dengan sakit kepala, penyempitan lapang pandangan dan penurunan
tajam penglihatan dapat mengarahkan ke penyakit Glaukoma Primer Sudut Terbuka.
Pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan Tekanan Intra Okuli dan Lapang Pandangan juga
mendukung ke arah penyakit tersebut.
Glaukoma merupakan salah satu penyakit yang memiliki level kompetensi 3B pada SKDI 2012.
Namun karena kasus Glaukoma sangat banyak dijumpai dan merupakan kasus penyebab
kebutaan kedua didunia. Ditambah Glaukoma akan menyebabkan kebutaan secara permanen,
maka secara dini dapat mediagnosa dengan baik sehingga pemicu mengenai Glaukoma ini
akan dikemukakan pada tutorial kali ini.
Oleh karena itu sesuai dengan kompetensi 3B pada SKDI 2012, maka lulusan dokter mampu
membuat diagnosis klinis terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat
bagi penanganan pasien selanjutnya, serta lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.
Skenario
Lembar 1:
Seorang wanita, umur 40 tahun datang didampingi keluarga ke praktek dokter umum dengan
keluhan nyeri pada sekitar mata disertai penurunan tajam penglihatan
Lembar 2:
Keluhan pada kedua mata ini terus dialami pasien selama 2 tahun belakangan ini. Pasien juga
mengeluhkan sakit kepala yang hilang timbul. Pasien juga sering memakan obat penghilang
rasa nyeri bila sakit kepala timbul. Penurunan penglihatan juga terjadi secara perlahan. Lapang
pandangan menyempit juga dikeluhkan pasien. Riwayat keluarga (Bapak) dijumpai keluhan
yang sama.Tidak ada riwayat diabetes dan hipertensi pada pasien tersebut. Tidak dijumpai
riwayat trauma pada mata
Tanda vital TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/i, napas 20 x/i, suhu 370C
Pada pemeriksaan: tidak dijumpai tanda-tanda inflamasi pada kedua mata. Pasien hanya dapat
menghitung jari pada jarak 4 meter. Tes pinhole: visus tetap (tidak ada perbaikan), Camera
oculi anterior dalam. Diameter pupil dijumpai 3 - 4 mm.
Pada pemeriksaan Tonometer Schiotz dijumpai pada kedua mata : 25 mmHg
Lembar 3:
Pada Pemeriksaan dengan oftalmoskopi direk tampak refleks fundus positif kedua mata. Pada
segmen posterior kedua mata tampak papil bulat, batas tegas,kesan pucat, Cup-Disc ratio
(CDR) ODS 0,8, a/v ODS 2/3, nasalisasi, refleks makula (+). Retina: baik, perdarahan (-),
exudat(-) .
Langkah tutorial pertemuan pertama
Step 1: Mengklarifikasi istilah yang tidak dimengerti.
Pada tahap ini mahasiswa akan mengidentifikasi dan menyatukan persepsi mengenai
beberapa istilah yang dirasakan asing sehingga dalam diskusi berikutnya mahasiswa
memiliki pemahaman yang sama mengenai kasus yang dibahas.
Lembar 1:
1. Menjelaskan tentang anatomi bola mata (Anatomi)
2. Menjelaskan patofisiologi nyeri sekitar mata (Mata)
3. Menjelaskan diagnosis banding dan anamnesis tambahan yang diperlukan untuk
mendukung diagnosis.(Mata)
Lembar 2:
4. Menjelaskan tentang anatomi sudut bilik mata. (Anatomi)
5. Menjelaskan tentang histologi limbus, kornea, processus ciliaris (Histologi)
6. Menjelaskan fisiologi aqous humor. (Fisiologi)
7. Menjelaskan fisiologi tentang visual pathway. (Fisiologi)
8. Menjelaskan tentang pemeriksaan tajam penglihatan. (Mata)
9. Menjelaskan tentang diagnosis banding penurunan tajam penglihatan secara perlahan-
lahan (Mata)
10. Menjelaskan tentang faktor risiko glaukoma (Mata)
11. Menjelaskan tentang mekanisme patogenesis Glaukoma Primer Sudut Terbuka dan
penyempitan lapang pandangan (Mata)
12. Menjelaskan gambaran klinis Glaukoma Primer Sudut Terbuka dan diagnosis (Mata)
Lembar 3:
13. Menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan pada kasus (Mata)
14. Menjelaskan pembagian Glaukoma (Mata)
15. Menjelaskan prinsip penatalaksanaan Glaukoma Primer Sudut Terbuka (medikamentosa
dan pembedahan) (Farmakologi/Mata)
16. Menjelaskan indikasi rujukan dan persiapan pra-rujukan pada kasus glaukoma (Mata)
17. Menjelaskan komplikasi, prognosis, edukasi dan screening Glaukoma Primer Sudut
Terbuka (Mata)
Saraf kranial trigeminal yang menyuplai sensori sekitar mata dan termasuk saraf kranial yang
terbesar di otak. Akibat dari rangsangan nyeri pada saraf ini, secara mekanis serabut saraf akan
terbelit dan demielinisasi sekunder, mungkin dimediasi oleh iskemik mikrovaskuler. Perubahan
ini menurukan ambang eksitabilitas dari serabut saraf yang terkena dan memicu cross-talk
antara serabut yang berdekatan. Kemudian, sinyal taktil datang dari serabut bermielin cepat (A-
beta) dan secara langsung mengaktivasi serabut nosiseptif lambat (A-delta), dan kadang serabut
C, yang berakibat pada nyeri pada sekitar mata.
Sudut yang dibentuk oleh iris dan kornea disebut sudut bilik mata depan. Iris di insersi ke
dalam bagian anterior korpus siliaris dan memisahkan humor akuos ke dalam bilik mata depan
dan bilik mata belakang. Humor akuos diproduksi oleh prosesus siliaris yang melewati bilik mata
belakang ke bilik mata depan melalui pupil dan keluar melalui sudut bilik mata depan. Sebagian
besar humor akuos keluar melalui jalur trabecular meshwork yang disebut sebagai sistem
kanalikular atau konvensional, yaitu sekitar 83-96% dari aliran humor akuos normal. Sisanya
yaitu sekitar 5-15% humor akuos keluar melalui sitem uveoskleral atau sistem unconventional.
Bilik mata depan berperan penting dalam proses pengosongan humor akuos. Bilik mata
depan dibentuk oleh akar iris, bagian anterior badan iris, sklera spur, trabecular meshwork, dan
garis Schwalbe (bagian akhir dari membran descement kornea). Sudut bilik mata depan
bervariasi pada setiap individu dan berpengaruh pada patomekanisme tipe-tipe glaukoma yang
berbeda-beda.
Anatomi dari sudut bilik mata depan (sistem aliran konvensional) terdiri dari :
a. Garis Schwalbe
Garis Schwalbe merupakan bagian yang paling depan yang terdiri dari kolagen dan
jaringan elastis dengan lebar bervariasi 50-150 μm dan disebut juga Zona S. Secara
anatomi garis ini merupakan batas antara membran descement perifer dan batas
anterior trabekula.
b. Scleral spur
Scleral spur adalah bagian dinding posterior dari sulkus skleral yang dibentuk oleh
sekelompok serat yang sejajar dengan limbus yang membentuk ke dalam seperti cincin
fibrosa. Kumpulan serat ini terdiri atas 80% kolagen dan 5% serat elastis. Bagian
anterior dari scleral spur melekat pada trabecular meshwork dan bagian posteriornya
melekat pada bagian longitudinal dari otot siliar. Ketika muskulus siliaris berkontraksi,
scleral spur tertarik ke arah posterior, sehingga meningkatkan jarak ruang
intratrabekular dan mencegah kanalis Schlemm tertutup.
c. Ciliary body band
Bagian ini terletak di area posterior dari scleral spur berupa pita yang berwarna
kecoklatan. Lebarnya tergantung pada posisi insersi iris.
d. Trabecular meshwork
Sistem konvensional dari aliran humor akuos terdiri dari trabecular meshwork, kanalis
Schlemm, jalur intraskleral, vena episkleral dan vena konjungtiva. Trabecular meshwork
terdiri dari jaringan ikat yang dikelilingi oleh endotelium. Trabecular meshwork berbentuk
segitiga dengan puncak pada garis Schwalbe dan dasarnya berada pada scleral spur.
Jaringan ini terdiri dari tiga bagian yaitu uveal meshwork, corneoscleral meshwork dan
jaringan jukstakanalikular.
Gambar 1. Limbus
Limbus (1) merupakan daerah pertemuan sklera (2) dan kornea (3) dan ditutupi oleh conjunctiva bulbi
(4). Di sebelah dalam sklera, terdapat corpus ciliaris (5) dengan otot-otot polos dan prosesus siliaris (6).
Corpus ciliaris berlanjut ke anterior menjadi iris (7). Pembesaran 100x. Pewarnaan HE.
Kornea (Gambar 2) merupakan lapisan terluar bola mata di anterior. Kornea tidak
berwarna (transparan) dan menutupi bagian “hitam mata” atau warna lainnya, sesuai warna iris.
Kornea cukup tipis dan tersusun atas 5 lapisan:
1. Epitel kornea terletak paling anterior dan berupa epitel berlapis gepeng tanpa keratin.
2. Membran Bowman merupakan lapisan homogen tipis di bawah epitel kornea dan merupakan
membran basal dari epitel kornea. Serat-serat kolagen halus menyusun membran Bowman.
3. Stroma, disebut juga substansia propria, merupakan bagian kornea yang paling tebal. Stroma
disusun oleh lamella serat kolagen yang lebih kasar daripada yang membentuk membrane
Bowman. Di antara serat kolagen terdapat fibrosit.
4. Membran Descemet mempunyai tebal kurang lebih sama dengan membran Bowman dan
merupakan membran basal bagi lapisan endotel.
5. Endotel merupakan lapisan kornea paling dalam dan berupa epitel selapis gepeng atau
kuboid rendah.
Gambar 2. Kornea
Kornea terdiri dari 5 lapisan yaitu epitel kornea (1), membran Bowman (2), stroma (3), membran
Descemet (4), dan endotel (5). Pembesaran 200x. Pewarnaan HE.
Corpus ciliaris terdapat pada pangkal iris, menonjol ke dalam bilik mata belakang
(kamera okuli posterior). Sekumpulan serat penggantung lensa mata (ligamentum suspensorium
lensa mata/ zonula Zinii) tertambat pada corpus ciliaris melaui prosesus siliaris. Setiap prosesus
siliaris terdiri dari inti pusat stroma dan kapiler yang ditutupi oleh lapisan ganda epitel (lihat
Gambar 3). Endotel kapiler tipis dan memiliki fenestra kecil yang menghadap ke epitel silia
berpigmen. Endotelium kapiler dikelilingi oleh membran basal yang mengandung sel-sel perisit.
Jaringan vaskular dikelilingi oleh stroma tipis yang terdiri dari substansi dasar, fibril kolagen, dan
sel-sel pengembara sesekali. Substansi dasar mengandung mukopolisakarida, protein, dan zat
terlarut plasma.
Humor akuos adalah cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan bilik mata belakang.
Humor akuos dibentuk melalui transfer selektif dari zat terlarut (ion, glukosa, askorbat, asam
amino, dan zat terlarut lainnya) serta air dari darah yang melewati epitel silia. Humor akuos terus
disekresikan oleh epitel badan silia dengan kecepatan 2-3 μL/menit dan masuk terlebih dahulu
ke ruang posterior (0,06 ml) kemudian merembes ke depan melalui celah sempit antara lensa
dan iris lalu memasuki ruang anterior (0,25 ml) melalui pupil. Dari ruang anterior, humor akuos
meninggalkan mata melalui dua jalur aliran keluar di sudut ruang anterior, yaitu sudut yang
dibentuk oleh kornea dan akar iris.
Produksi humor akuos melibatkan beberapa proses, yaitu transport aktif, ultrafiltrasi dan
difusi sederhana. Transport aktif di sel epitel yang tidak berpigmen memegang peranan penting
dalam produksi humor akuos dan melibatkan Na+/K+-ATPase. Proses ultrafiltrasi adalah proses
perpindahan air dan zat larut air ke dalam membran sel akibat perbedaan tekanan osmotik.
Proses ini berkaitan dengan pembentukan gradien tekanan di prosesus siliaris, sedangkan
proses difusi adalah proses yang menyebabkan pertukaran ion melewati membran melalui
perbedaan gradien elektron.
Sistem pengaliran humor akuos terdiri dari dua jenis sistem pengaliran utama, yaitu aliran
konvensional atau trabecular outflow dan aliran nonkonvensional atau uveoscleral outflow.
1. Trabecular outflow (convensional outflow)
Merupakan aliran utama dari humor akuos, sekitar 90% dari total. Jalur conventional
outflow ini terjadi dari trabecular meshwork ke dinding bagian dalam kanal schlemm
yang terlihat dan membuktikan resistensi dari outflow.
2. Uveoscleral outflow (unconventional outflow)
Merupakan sistem pengaliran utama yang kedua, sekitar 5-10% dari total. Humor akuos
mengalir dari bilik anterior ke muskulus siliaris dan rongga suprakoroidal lalu ke vena-
vena di korpus siliaris, koroid, dan sklera. Sistem aliran ini relatif tidak bergantung
kepada perbedaan tekanan.
7 Menjelaskan fisiologi tentang visual pathway. (Fisiologi)
Jalur yang dilalui cahaya ketika masuk ke mata adalah: kornea → aqueous humor
→lensa →vitreous humor →retina (fotoreseptor) →neuron optikus→ lalu menuju ke
korteks penglihatan
8 Menjelaskan tentang pemeriksaan tajam penglihatan. (Mata)
Pemeriksaan visus atau tajam penglihatan diukur menggunakan optotip snellen. Seseorang
yang masih memiliki visus yang normal bisa melihat pada jarak 6 meter tanpa alat bantuan.
Berarti kondisi visus pasien tersebut adalah 6/6 (orang normal bisa melihat optotip snellen pada
jarak 6 meter, pasien juga bisa melihat optotip snellen pada jarak 6 meter) atau emetrop (istilah
medis).
Seseorang yang mengalami penurunan tajam penglihatan bisa dicurigai karena kelainan refraksi
seperti miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat) atau kelainan pada organ mata (kelainan
media refraksi) seperti katarak dsb.
Untuk mengetahui apakah penderita mengalami kelainan pada refraksinya atau media
refraksinya bisa dilakukan tes pinhole.
1. Katarak Senilis
katarak yang terjadi sebagai akibat dari proses penuaan, yang merupakan katarak
yang paling sering terjadi. Patogenesis kondisi ini melibatkan banyak proses, yang
meliputi perubahan komposisi protein yang beragregasi sehingga membentuk
kekeruhan dan bertambahnya lapisan-lapisan serat lensa yang lama kelamaan juga
membuat lensa mengeras, padat, berpigmen, dan mengeruh.
2. Kelainan refraksi
suatu kondisi dimana cahaya yang masuk kedalam mata tidak dapat difokuskan tepat
pada retina. Kelainan refraksi dapat dibedakan menjadi miopia, hipermetropia, dan
astigmatisma. Miopia adalah keadaan refraksi mata di mana dalam keadaan mata
istirahat (tanpa akomodasi), seberkas cahaya sejajar yang berasal dari objek yang
terletak jauh tak terhingga akan difokuskan pada satu titik di depan retina.
Hipermetropia adalah keadaan refraksi mata di mana dalam keadaan mata istirahat
(tanpa akomodasi), seberkas cahaya sejajar yang berasal dari objek yang terletak jauh
tak terhingga akan difokuskan pada satu titik di belakang retina. Astigmatisma
adalah keadaan optik mata, dimana sinar - sinar sejajar tidak dibiaskan pada satu titik
fokus tunggal.
3. Glaukoma
Glaukoma adalah kumpulan penyakit mata yang terdiri dari atrofi papil optik
glaukomatosa (N II) dan defek luas lapang pandang yang karakteristik (sejalan dengan
kelainan saraf optik). Peningkatan tekanan intraokular merupakan salah satu faktor
resiko utama. Rentang tekanan intraokular normal adalah 10 - 21 mmHg.
4. Retinopati diabetik
Penyakit mikrovaskular retina akibat hiperglikemia kronik pada penderita diabetes
mellitus (DM). Faktor resiko utama terjadinya retinopati diabetik adalah durasi
menderita diabetes, kontrol gula darah buruk/derajat hiperglikemia, hipertensi,
peningkatan lemak darah (hiperkolestrolemia), dan rokok. Faktor resiko lain adalah
umur, tipe DM, gangguan faktor pembekuan, penyakit ginjal, dan kurang aktifnya
kegiatan fisik
5. Retinopati hipertensi
Retinopati hipertensi adalah perubahan vaskular retina akibat hipertensi sistemik
(tekanan darah sistolik minimal 140 mmHg dan diastolik minimal 90 mmHg), di mana
hipertensi biasanya bersifat esensial, artinya tidak terjadi akibat proses penyakit lain.
Resiko mengalami retinopati hipertensi arterioslerotik meningkat dengan semakin
lamanya menderita tekanan darah tinggi.
6. Degenerasi makula karena usia
Degenerasi makula karena usia atau yang biasa disebut Age-related Makular
Degeneration (AMD) adalah suatu perubahan pada makula yang terjadi ada orang-
orang berusia di atas 50 tahun, tanpa sebab lain yang jelas. Resiko AMD meningkat
seiring dengan bertambahnya usia.
Glaukoma Primer Sudut Terbuka merupakan penyakit yang bersifat progresif lambat dengan
onset gradual, gejala –gejala klinis:
tidak nyeri
melihat halo/ gambaran pelangi di sekitar cahaya lampu
pandangan kabur perlahan
pada umumnya bilateral asimetris
biasanya tidak bergejala hingga penglihatan sentral mengalami gangguan yang
terjadi pada tahap lanjut penyakit / melihat seperti terowongan
2.Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata dengan goniolens.
Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik mata, juga
untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing..
3.Oftalmoskopi
Oftalmoskopi, pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang dinamakan
oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optik di dalam mata dan akan dapat
ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik. Saraf optik dapat dilihat
secara langsung. Warna serta bentuk dari papil saraf optik pun dapat menggambarkan ada atau
tidak ada kerusakan akibat glaukoma yang sedang diderita..
5. Tes provokasi
Tes minum air
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian disuruh
minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraokular diukur setiap 15 menit selama 1,5
jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap glaukoma.
Pressure Congestive test
Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60 mmHg, selama 1 menit. Kemudian ukur tensi
intraokularnya. Kenaikan 9 mmHg, atau lebih mencurigakan, sedang bila lebih dari 11
mmHg pasti patologis.
Kombinasi tes air minum dengan pressure congestive test
Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestive test. Kenaikan 11
mmHg mencurigakan, sedangkan kenaikan 39 mmHg atau lebih pasti patologis
Tujuan terapi glaukoma adalah untuk mempertahankan fungsi visual dengan menurunkan
tekanan intraokular hingga mencapai tekanan yang dapat mencegah kerusakan nervus optikus
yang lebih lanjut. Regimen terapi yang dipilih harus mencapai tujuan ini dengan resiko yang
terendah, efek samping yang paling sedikit dan biaya yang tidak memberatkan pasien
Terapi Medikamentosa
Terapi inisial Glaukoma Primer Sudut Terbuka pada umumnya menggunakan
medikamentosa. Obat-obatan okular hipotensif dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan
struktur kimia dan aksi farmakologisnya.
1. Analog prostaglandin merupakan okular hipotensif dengan kemampuan penetrasi
kornea dan bersifat aktif setelah dihidrolisa oleh korneal esterase. Obat ini
menurunkan tekanan intraokular dengan meningkatkan aliran akueus melalui jalur
uveaskleral dan menurunkan resistensi aliran tersebut.
2. Β-adrenergik antagonis menurunkan tekanan intraokular dengan menghambat
produksi cyclic adenosine monophosphate pada epitel badan siliar, dengan
demikian menurunkan sekresi humor akueus sebanyak 20%-50% sehingga
menurunkan tekanan intraokular sebanyak 20%-30%. Adrenergik agonis
menurunkan produksi humor akueus, meningkatkan aliran uveoskleral dan
memperbaiki aliran konvensional.
3. Inhibitor karbonik anhidrase menurunkan produksi humor akueus dengan
menghambat aktivitas enzim karbonik anhidrase pada epitel siliaris. Inhibitor
karbonik anhidrase sistemik dapat menurunkan pembentukan humor akueus lebih
lanjut karena menyebabkan renal metabolic acidosis yang mengganggu aktivitas
Na+K+ATPase pada epitel siliaris. Enzim karbonik anhidrase terdapat pada
beberapa jaringan termasuk endotel kornea, iris, epitel pigmen retina, sel darah
merah, otak dan ginjal.
4. Agen hiperosmotik digunakan untuk mengendalikan episode akut peningkatan
tekanan intraokular. Ketika diberikan secara sistemik, agen hiperosmotik
meningkatkan osmolaritas darah sehingga menimbulkan gradien osmotik antara
darah dan humor vitreus serta menarik air dari rongga vitreus dan menurunkan
tekanan intraokular.
Terapi biasanya dimulai dengan obat topikal tunggal, kecuali bila tekanan intraokular sangat
tinggi sehingga diperlukan terapi menggunakan dua atau lebih jenis obat. Analog prostaglandin,
β-blockers, α2-adrenergic agonist dan inhibitor karbonik anhidrase merupakan pilihan terapi lini
pertama untuk glaukoma sudut terbuka. Apabila terapi tunggal tidak dapat mengendalikan
tekanan intraokular maka diperlukan terapi kombinasi. Akan tetapi, bila terapi kombinasi terdiri
dari tiga jenis atau lebih obat maka kemungkinan untuk timbulnya efek samping lokal maupun
sistemik lebih besar dan dapat terjadi masalah karena kurangnya kepatuhan pasien dalam
menjalani pengobatan
Terapi Laser
Laser trabekuloplasti menggunakan energi laser pada jalinan trabekular pada tempat
berbeda, biasanya mencakup 180º - 360º tiap terapi. Tujuan laser trabekulaplasti adalah untuk
meningkatkan aliran humor akuos, dengan demikian menurunkan tekanan intraokular.
Beberapa laser dengan panjang gelombang yang berbeda dapat digunakan termasuk argon
laser, diode laser dan Q-switched Nd:YAG laser.
Prosedur siklodestruksi menghancurkan sebagian badan siliar untuk mengurangi sekresi
akuos, dengan demikian menurunkan tekanan intraokular.
Terapi bedah
Biasanya dilakukan bila terapi medikamentosa tidak efektif, tidak dapat ditoleransi atau tidak
digunakan dengan tepat oleh pasien. Sehingga glaukoma tidak terkontrol dengan kerusakan
yang progresif atau memiliki resiko tinggi untuk terjadinya kerusakan yang lebih lanjut.
Prosedur bedah insisional yang paling umum untuk glaukoma adalah trabekulektomi dan
implantasi tube shunts. Prosedur-prosedur ini dapat menurunkan tekanan intraokular secara
signifikan dengan membentuk jalur yang memotong jalur aliran akuos alami. Trabekulektomi dan
tube shunts prosedur diindikasikan bila terapi lain tidak dapat mempertahankan tekanan
intraokular pada tingkat yang cukup rendah untuk mencegah progresi penyakit yang lebih lanjut .
16 Menjelaskan indikasi rujukan dan persiapan pra-rujukan pada kasus glaukoma (Mata)
Kebutaan akibat glaukoma dapat dihindari dengan diagnosa dan penanganan dini secara
tepat. Dalam hal ini, dokter umum memiliki pemaran yang sangat penting dalam diagnosis dan
penanganan dini glaukoma, karena dokter umum merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan primer.
Standar kompetensi dokter umum glaukoma akut adalah 3B ( Gawat darurat ) yang artinya
lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan terapi pendahuluan pada keadaan
darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kesulitan pada pasien.
Indikasi rujukan kasus Glaukoma Setelah diberikan pertolongan pertama pada pasien, segera
rujuk pada dokter spesialis mata/ pelayanan tingkat sekunder/ tersier.
17 Menjelaskan komplikasi, prognosis, edukasi dan screening Glaukoma Primer Sudut Terbuka
(Mata)
Komplikasi
1. Glaukoma Kronis
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan perjalanan progresif
dari glaukoma yang lebih parah
2. Sinekia Anterior
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekukar ,
sehingga menimbulkan sumbatan ireversible sudut bilik mata depan dan
menghambat aliran akueus humor keluar.
3. Katarak
Pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi , maka akan erjadi
gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan lensa
4. Kerusakan Saraf Optik
Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya diakibatkan karena peningkatan
tekanan intraokuli. Tekanan intraokuli yang tinggi dan tidak terkontol akan
mengakibatkan kerusakan progresif saraf optik.
5. Kebutaan
Akibat kerusakan progrsif saraf optik terjadi penurunan visus sampai terjadi
kebutaan
Prognosis
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan kasus
glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, tablet, operasi
laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah kerusakan
penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin
besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata.
- Ad vitam (pengaruh penyakit terhadap proses kehidupan) : Ad bonam
- Ad Functionam ( pengaruh penyakit terhadap fungsi organ atau fungsi manusia
dalam melakukan tugasnya ) : Dubia
- Ad sanationam (Penyakit dapat sebuh total dan dapat beraktivitas seperti biasa) :
Dubia
Edukasi
Gaya hidup sehat untuk mencegah terjadinya glaukoma : Diet gizi seimbang, istirahat yang
cukup dan pengelolaan stress yang baik merupakan beberapa cara untuk menghindari
glaukoma.
Screening
Pemeriksaan skrining setiap 2 - 4 tahun pada kelompok usia dibawah 40 tahun
Pemeriksaan skrining setiap 2 tahun pada kelompok usia di atas 40 tahun
Pemeriksaan skrining setiap 1 tahun pada kelompok dengan riwayat keluarga
menderita glaukoma