PEMICU 2
Kode: CVS1Pc2
………………………………………………………
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Kegiatan belajar Problem Base Learning (PBL) menggunakan metode 2 (dua)
kali diskusi kelompok (tutorial) untuk setiap pemicu (trigger) dan 1 (satu) kali
pertemuan pleno, yang dihadiri para pakar dari setiap departemen terkait
dengan blok Cardiovascular System.
Diskusi dilaksanakan dalam kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 8
-10 mahasiswa dan didampingi oleh seorang tutor yang berperan sebagai
fasilitator, dan berlangsung selama 2,5 x50 menit untuk setiap pertemuan
tutorial. Dosen bertindak sebagai tutor yang memfasilitasi jalannya tutorial,
dan bukan sebagai narasumber.
Metode pembelajaran ini bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa
dalam belajar mandiri, menentukan materi pembelajaran, mencari informasi
sesuai dengan kebutuhannya, mengasah keterampilan berfikir kritis (critical
thinking) melalui masalah yang relevan dengan keadaan sebenarnya yang
diberikan dalam pemicu, serta mengkomunikasikannya secara efektif dalam
diskusi maupun presentasi.
PELAKSANAAN TUTORIAL
1. PERAN TUTOR
Peran Tutor dalam proses tutorial sangatlah penting, tujuan
pembelajaran diharapkan dapat tercapai melalui peran tutor dalam
menciptakan suasana yang kondusif, menyenangkan dan terarah dalam
dinamika kelompok diskusi.
Peran tutor antara lain:
- Berperan sebagai fasilitator yang berfungsi untuk memfasilitasi
jalannya diskusi, bukan sebagai narasumber.
- Membangun keterampilan berfikir metacognitive dari mahasiswa
- Membangun suasana yang menyenangkan sehingga mahasiswa
dapat mengekspresikan pendapat dan perasaannya secara bebas
tanpa merasa takut, malu, atau tertekan.
- Membangun dinamika kelompok yang aktif dengan
mengikutsertakan seluruh peserta diskusi.
- Membangun kerjasama tim
- Memberikan umpan balik (feedback) yang konstruktif
- Memberikan penilaian yang adil terhadap setiap mahasiswa dengan
memberikan kesempatan dan perhatian yang sama selama diskusi
- Memberikan penilaian terhadap log-book dan laporan pelaksanaan
kelompok diskusi
3. LANGKAH-LANGKAH TUTORIAL
Metode tutorial yang dilakukan di FK USU adalah:
1. Ice Breaking (mencairkan suasana agar lebih akrab dan tidak kaku)
2. Perkenalan (Tutor terlebih dahulu memperkenalkan diri, yang diikuti
dengan seluruh peserta tutorial)
3. Pemilihan ketua dan sekretaris kelompok. Bila diperlukan tutor dapat
mengingatkan kembali peran setiap personalia tutorial.
4. Membuat atau mengingatkan kembali peraturan yang sudah
disepakati oleh kelompok di dalam kegiatan tutorial (ground rules)
5. Tutor membagikan lembaran pemicu kepada mahasiswa
6. Mahasiswa membahas masalah pemicu dengan prinsip
SevenJumps.
7. Tutor menuliskan learning issue dan hal-hal yang tidak diketahui (we
don’t know) dituliskan di lembaran berita acara
8. Sebelum menutup tutorial, fasilitator akan:
Membagikan absensi
Mengisi lembar berita acara mengenai pelaksanaan tutorial
Membagi lembar feedback tutorial dan fasilitator
Memasukkan seluruh berkas ke dalam map yang tersedia
Pada tutorial-1, Tutor mengingatkan mahasiswa agar mengisi
log-book tutorialnya
Pada tutorial ke-2, Tutor mengoreksi log-book mahasiswa.
9. Memberikan umpan balik yang konstruktif terhadap pelaksanaan
tutorial, mengucapkan kata penutup misalnya “alhamdulillah” atau
kata-kata lainnya yang memberikan motivasi terhadap mahasiswa.
PEMICU 2
Deskripsi singkat
Syok kardiogenik merupakan salah satu penyebab penyebab umum
kematian, dan dalam penatalaksanaannya masih menjadi tantangan
meskipun sudah banyak kemajuan dalam pilihan terapi dalam menghadapi
kasus Syok Kardiogenik tersebut. Syok Kardiogenik disebabkan oleh
gangguan kinerja miokard yang mengakibatkan terjadinya penurunan curah
jantung, hipoperfusi pada organ, dan juga hipoksia. Secara klinis, gejala ini
muncul sebagai hipotensi yang refrakter terhadap resusitasi volume dengan
gambaran hipoperfusi pada organ organ yang memerlukan intervensi
farmakologis ataupun mekanis. Akut Miokard Infark menyumbang 81% dari
angka kejadian sebagai penyebab terjadinya Syok Kardiogenik
Skenario
Lembar 1:
Tn. S, 45 tahun, dibawa oleh keluarga ke IGD RS dengan keluhan sesak
nafas. Hal ini dialami Tn. S dalam 3 hari ini yang dirasakan semakin
memberat dalam 1 hari ini. Riwayat sesak nafas sebelumnya (+) dialami 1
minggu yang lalu bersamaan dengan keluhan nyeri dada dan saat itu Tn. S
berobat ke RS dan dikatakan mengalami serangan jantung namun menolak
untuk dirawat inap. Tn. S juga dianjurkan untuk dilakukan pemasangan stent
tetapi Tn. S menolak. Kemudian Tn. S pulang ke rumah dengan berbekal
beberapa obat yang diberikan oleh dokter. Namun selama 5 hari terakhir, Tn.
S tidak mengkonsumsi obat-obatan tersebut.
RPT : DM, Smoker, serangan jantung
RPO : Tidak Jelas
Lembar 2:
Hasil pemeriksaan Tn S.
Pemeriksaan fisik
Vital Sign
Sens : Somnolen TD : 70 / 50 mmHg ; DJ : 120x/i ; FP : 30x/i ; T : 37 C ;
SaO2 : 94%
Leher : TVJ R + 2 cmH2O
Jantung : S1 S2 (+) N, murmur (-), S3 gallop (+)
Paru : SP: vesikular, ST : ronkhi basah di ½ lapangan paru
Ekstremitas : Edema (-), akral dingin
Lembar 3:
Lab
Darah rutin : Hb 12, Ht 34, Leukosit 9800, Trombosit 220.000
AGDA : pH 7.3/ pO2 90/ pCO2 36/ HCO3 15/ BE-6/ SaO2 98%
Enzim jantung: Trop T 12 / CKMB 32
EKG :
Foto toraks :
Cxray: Kardiomegali + aorta dilatasi + kongesti
Langkah tutorial pertemuan pertama
Step 1: Mengklarifikasi istilah yang tidak dimengerti.
Pada tahap ini mahasiswa akan mengidentifikasi dan menyatukan
persepsi mengenai beberapa istilah yang dirasakan asing sehingga
dalam diskusi berikutnya mahasiswa memiliki pemahaman yang
sama mengenai kasus yang dibahas.
Step 2: Merumuskan masalah yang akan didiskusikan.
Masalah pada lembar 1: mengapa timbul manifestasi klinis berupa
sesak nafas pada pasien tersebut?
Masalah pada lembar 2: apa informasi yang diketahui dari anamnesis
lanjutan dan pemeriksaan fisik pada kasus?
Masalah pada lembar 3: bagaimana interpretasi dari hasil
pemeriksaan penunjang?
Step 3: Brainstorming menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya oleh masing-masing mahasiswa, merumuskan
hipotesis atau penjelasan yang paling mungkin mengenai kasus.
Pada pembahasan lembar 1, pada tahap ini mahasiswa diharapkan
dapat menganalisis bahwa masalah dapat disebabkan oleh beberapa
hal, yakni:
1. Syok kardiogenik
2. Gagal jantung akut
3. Metabolik asidosis
Dari seluruh hipotesis yang ada, mahasiswa diharapkan dapat
menentukan hipotesis mayor dan minor. Setelah diberikan lembar 2,
mahasiswa akan lebih terarah kepada pemeriksaan fisik yang
diperlukan untuk mendiagnosa syok kardiogenik. Setelah dibagikan
lembar 3, mahasiswa dapat memahami pemeriksaan penunjang
yang diperlukan untuk mendiagnosis syok kardiogenik dan
memahami penatalaksanaan awalnya.
Step 4: Menganalisis hipotesis.
Pada tahap ini mahasiswa diharapkan akan mendiskusikan kasus
sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Lembar 1
1. Mahasiswa memahami anatomi jantung dan pembuluh darah
besar (anatomi/prior knowledge)
2. Mahasiswa memahami Fisiologi jantung sebagai pompa (siklus
jantung, stroke volume, cardiac output, regulasi tekanan darah)
(Fisiologi)
Lembar 2:
3. Mahasiswa menjelaskan definisi dan jenis-jenis syok
(Kardiologi/IPD)
4. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi syok kardiogenik
(Kardiologi/IPD)
5. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi syok kardiogenik
(Kardiologi/IPD)
6. Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan fisik pada syok
kardiogenik (Kardiologi/IPD)
Lembar 3:
Jawaban:
Proyeksi Jantung pada Rongga Dada
• the 2nd left costal cartilage 0.5in (12mm) from the edge of the
sternum;
• the 3rd right costal cartilage 0.5in (12mm) from the sternal edge;
• the 6th right costal cartilage 0.5in (12mm) from the sternum;
• the 5th left intercostal space 3.5in (9cm) from the midline
(corresponding to the apex beat).
Gambar 5. Proyeksi Jantung pada Rongga Dada
STRUKTUR JANTUNG
Bentuk dan ukuran jantung. Jantung mempunyai bentuk seperti
kerucut dengan bagian puncak yang disebut dengan apex cordis terletak
di lateral kiri depan dari dinding dada, sedangkan bagian basis terletak
pada bagian posterior. Jantung mempunyai berat sekitar 300 gr dengan
ukuran pada saat kontraksi sebesar 12,5 x 3,5 x 2,5 cm (sebesar tinju ).
Jantung terbagi dalam 4 (empat) ruangan, yaitu atrium kanan dan kiri
serta ventrikel kanan dan kiri. Mempunyai sekat jantung yang disebut
septum interventriculorum yang memisahkan jantung bagian kiri dan
kanan. Mempunyai selaput pembungkus disebut pericardium.
Dinding jantung. Dinding jantung dari luar ke dalam terdiri dari lapisan
epicardium, myocardium (otot) dan endocardium. Myocardium pada
atrium mempunyai dua lapisan yaitu lapisan luar dengan arah serabut
transversal dan lapisan dalam dengan arah serabut sirkuler.
Myocardium pada ventrikel mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan luar
dengan arah serabut longitudinal, lapisan tengah yang merupakan
lapisan paling tebal dengan arah serabut silindris dan lapisan dalam
dengan arah serabut longitudinal. Batas antara myocardium atrium dan
ventrikel disebut sulcus coronarius.
Katup jantung. Jantung mempunyai dua katup yang memisahkan
atrium dengan ventrikel yaitu valvula tricuspidalis pada bagian kanan
dan valvula bicuspidalis/ mitralis pada bagian kiri.
Atrium. Kedua atrium mempunyai auricula cordis yang menjadi bagian
luarnya, didalamnya terdapat musculus pectinati.
Ventrikel. Terdapat otot jantung yaitu musculus papillaris yang
terhubung dengan valvula melalui corda tendinea. Terdapat dua
pembuluh arteri besar yang keluar dari ventrikel, yaitu truncus/ arteri
pulmonalis yang keluar dari ventrikel kanan, dan aorta yang keluar dari
ventrikel kiri. Kedua pembuluh tersebut mempunyai katup disebut
valvula semilunaris.
Peredaran Darah
Jantung memompa darah ke dua sirkulasi yang saling berkait: sirkulasi
pulmonal (paru) dan sirkulasi sistemik.
Sirkulasi pulmonal membawa darah dari ventrikel kanan yang
tak beroksigen ke paru-paru melalui arteri pulmonalis, tempat ia
menyerap oksigen dan melepas karbon dioksida (gas buangan)
melalui jaringan kapiler, lalu darah beroksigen dibawa kembali ke
atrium kiri jantung melalui vena pulmonalis.
Sirkulasi sistemik tubuh membawa darah beroksigen dari
ventrikel kiri melalui aorta ke semua jaringan tubuh, di mana ia
melepas oksigen dan zat-zat gizi melalui dinding kapiler; dan
karbon dioksida serta buangan lain berpindah dari jaringan ke
aliran darah, lalu darah tak beroksigen itu kembali ke atrium
kanan jantung melalui vena cava superior & inferior. Juga
termasuk pembuluh getah bening (pembuluh lymphe).
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa ke dalam aorta oleh
jantung setiap menit. Juga merupakan jumlah darah yang mengalir
melalui sirkulasi. Curah jantung sangat bervariasi tergantung tingkat
aktivitas tubuh. Faktor-faktor yang memengaruhi curah jantung secara
langung adalah (1) Stroke volume dan (2) frekuensi denyut jantung.
Regulasi tekanan darah
Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap
satuan luas dinding pembuluh.
Jawaban :
Syok didefinisikan sebagai sindrom gangguan patofisiologi berat yang
ketika berlanjut menyebabkan perfusi jaringan yang buruk, hal ini dapat
dikaitkan dengan metabolisme sel yang tidak normal. Selain itu, syok
merupakan kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh sehingga
perfusi jaringan menjadi tidak adekuat.
Berdasarkan penyebabnya, syok secara umum dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu:
1. Syok hipovolemik (penurunan volume intravaskuler)
Perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akibat sekunder dari
muntah, diare, luka bakar, atau dehidrasi menyebabkan pengisian
ventrikel tidak adekuat seperti penurunan preload berat, direfleksikan
pada penurunan volume, dan tekanan end-diastolic ventrikel kanan
dan kiri. Perubahan ini yang menyebabkan syok dengan
menimbulkan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung yang
tidak adekuat.
2. Syok kardiogenik (gangguan pompa jantung)
Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik.
Tekanan arteri sistolik < 80 mmHg, indeks jantung berkurang di
bawah 1,8 L/menit/m2, dan tekanan pengisian ventrikel kiri
meningkat. Pasien sering tampak tidak berdaya, pengeluaran urin
kurang dari 20 ml/ jam, ekstremitas dingin dan sianotik.
3. Syok obstruktif (masalah pada sirkulasi menuju jantung)
Syok ini merupakan ketidakmampuan ventrikel untuk mengisi selama
diastole, sehingga secara nyata menurunkan volume sekuncup
(Stroke Volume).
4. Syok distributif (gangguan vasomotor)
Bentuk syok septic, syok neurogenik, syok anafilaktik yang
menyebabkan penurunan tajam pada resistensi vaskuler perifer.
Patogenesis syok septic merupakan gangguan kedua system
vaskuler perifer dan jantung.1
Jawaban:
Status mental yang berubah, sianosis, kulit dingin dan lembap serta
tampak berwarna keabu-abuan atau bisa juga sianosis. Suhu kulit dingin
dan bisa muncul gambaran mottled skin pada ekstremitas atau tampak
ekstremitas berbintik-bintik;
Denyut nadi perifer samar, cepat, dan terkadang tidak teratur jika ada
aritmia yang mendasari;
Distensi vena jugularis;
Bunyi jantung berkurang, S3 atau S4, mungkin ada, murmur dengan
adanya gangguan katup seperti regurgitasi mitral atau stenosis aorta;
Kongesti pembuluh darah paru mungkin berhubungan dengan rales;
Edema perifer mungkin ada pada kondisi kelebihan cairan;
Murmur sistolik biasanya terdengar pada pasien dengan regurgitasi
mitral, murmur biasanya terdengar di awal sistol;
Dijumpainya thrill parasternal menandakan adanya defek septum
ventrikel.
7. Mahasiswa dapat menerangkan Pemeriksaan penunjang pada syok
kardiogenik (Kardiologi/IPD/PK/Radiologi)
Jawaban:
1. Elektrokardiografi (EKG)
EKG dilakukan untuk mengetahui etiologi syok kardiogenik. Misal,
adanya infarkmiokard dan/atau iskemia miokard. Begitu pula jika terjadi
gangguan irama jantung(aritmia), maka kelainan tersebut dapat
diketahui melalui EKG.
2. Rongent Thoraks
Pemeriksaan ini bertujuan menyingkirkan penyebab syok atau nyeri
dada lainnya. Klien dengan syok kardiogenik sebagian besar
menunjukkan adanya gagal ventrikel kiri. Selain itu, pada rontgen
thoraks juga didapati gambaran kardiomegali maupun adanya tanda
kongesti atau edema paru yang menandakan kegagalan ventrikel kiri
yang berat.
3. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan penyebab dan jenis syok
dengan melihat tekanan kapiler paru dan indeks jantung
4. Biokimia darah
Peneriksaan ini dapat menunjukkan apakah syok kardiogenik
disebabkan oleh infark miokard akut. Pemeriksaan biokimia darah
termasuk elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati, bilirubin, aspartate
aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT), laktat
dehidrogenase (LDH), dapat dilakukan untuk menilai fungsi organ-organ
vital.
5. Hitung Darah Lengkap
Tujuannya adalah untuk mencari tahu adanya anemia, infeksi atau
koagulopati akibat sepsis yang mendasari terjadinya syok kardiogenik.
Peningkatan jumlah leukosit hitung menandakan kemungkinan adanya
infeksi, sedangkan jumlah platelet yang rendah mungkin disebabkan
oleh koagulopati yang disebabkan oleh sepsis.
6. Pemantauan hemodinamik
Pengukuran tekanan arteri pulmonal dan tekanan baji pembuluh kapiler
dengan
menggunakan kateter Swan-Ganz sangat berguna untuk mengonfirmasi
etiologi dan diagnosis syok kardiogenik.
7. Echocardiography
Echocardiography dapat menentukan penyebab syok kardiogenik
dengan melihat fungsi dan tekanan baji pembuluh kapiler dengan
menggunakan kateter Swan-Ganz sangat berguna untuk mengonfirmasi
etiologi dan diagnosis syok kardiogenik. sistolik dan diastolik jantung.
8. Mahasiswa dapat memberikan Tatalaksana awal syok kardiogenik
(Kardiologi/IPD/Farmakologi)
Jawaban:
Syok kardiogenik merupakan kondisi darurat yang membutuhkan terapi
resusitasi segera sebelum kerusakan permanen pada organ vital.
Diagnosis segea dengan inisiasi terapi farmakologis yang sesegera
mungkin untuk mempertahankan tekanan darah dan untuk
mempertahankan sokongan pernapasan bersamaan dengan mengatasi
penyebab yang mendasari memainkan peran penting dalam prognosis
pasien dengan syok kardiogenik.
c. Dobutamine
Onset: 2 menit
Durasi: 10 menit
Farmakokinetik:
Absorpsi: inaktif jika diberikan per oral
Metabolisme: dimetabolisme di hati, dikonveri menjadi metabolit 3-O-
methyldobutamine oleh COMT
Ekskresi: via urine dan feses (jumlah kecil), Waktu paruh: 2 menit
Farmakodinamik:
Dobutamine bekerja dengan cara menstimulasi reseptor β1-adrenergik,
sehingga menghasilkan efek inotropik positif. Dobutamin meningkatkan
kontraktilitas otot miokard jantung,stroke volume dan cardiac output.
Efek samping: peningkatan denyut jantung, peninggian TD, nyeri dada,
palpitasi, vetrikular takikardia
Pregnancy category: IV; kategori B
3. Vasopressin
Vasopressin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor V1( V1a di
pembuluh darah, V1b di kelenjar hipofisis, dan V2 ( sistem duktus
pengumpul /collecting duct ginjal). Stimulasi V1a menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah sedangkan stimulasi V2 menyebabkan
reabsorpsi air dengan cara peningkatan permeabilitas membran duktus
pengumpul (collecting duct). Efek pressor dari vasopressin umumnya
didapatkan pada kondisi hipoksia, yang umumnya terjadi pada keadaan
syok.
Referensi:
1. Hall, JE. (2019) Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-13.
Elsevier. Hal 113.
2. Barret KE, Batman SM, Brooks HL & Yuan J. (2019) Ganong’s Review of Medical
Physiology. 26th edition. McGrawHillEducatin. p 1235.
3. Silverthorn, DE (2019) Human Physiology An Integrated Approach. Eight edition.
Pearson. p 471.