PELAKSANAAN TUTORIAL
1. PERAN TUTOR
Peran Tutor dalam proses tutorial sangatlah penting, tujuan pembelajaran diharapkan dapat
tercapai melalui peran tutor dalam menciptakan suasana yang kondusif, menyenangkan dan
terarah dalam dinamika kelompok diskusi.
Peran tutor antara lain:
- Berperan sebagai fasilitator yang berfungsi untuk memfasilitasi jalannya diskusi, bukan
sebagai narasumber.
- Membangun keterampilan berfikir metacognitive dari mahasiswa
- Membangun suasana yang menyenangkan sehingga mahasiswa dapat mengekspresikan
pendapat dan perasaannya secara bebas tanpa merasa takut, malu, atau tertekan.
- Membangun dinamika kelompok yang aktif dengan mengikutsertakan seluruh peserta diskusi.
- Membangun kerjasama tim
- Memberikan umpan balik (feedback) yang konstruktif
- Memberikan penilaian yang adil terhadap setiap mahasiswa dengan memberikan kesempatan
dan perhatian yang sama selama diskusi
- Memberikan penilaian terhadap log-book dan laporan pelaksanaan kelompok diskusi
3. LANGKAH-LANGKAH TUTORIAL
Metode tutorial yang dilakukan di FK USU adalah:
1. Ice Breaking (mencairkan suasana agar lebih akrab dan tidak kaku)
2. Perkenalan (Tutor terlebih dahulu memperkenalkan diri, yang diikuti dengan seluruh peserta
tutorial)
3. Pemilihan ketua dan sekretaris kelompok. Bila diperlukan tutor dapat mengingatkan kembali
peran setiap personalia tutorial.
4. Membuat atau mengingatkan kembali peraturan yang sudah disepakati oleh kelompok di
dalam kegiatan tutorial (ground rules)
5. Tutor membagikan lembaran pemicu kepada mahasiswa
6. Mahasiswa membahas masalah pemicu dengan prinsip Seven Jumps.
7. Tutor menuliskan learning issue dan hal-hal yang tidak diketahui (we don’t know) dituliskan di
lembaran berita acara
8. Sebelum menutup tutorial, fasilitator akan:
Divisi Kurikulum MEU FK USU 2022/2023
Membagikan absensi
Mengisi lembar berita acara mengenai pelaksanaan tutorial
Membagi lembar feedback tutorial dan fasilitator
Memasukkan seluruh berkas ke dalam map yang tersedia
Pada tutorial-1, Tutor mengingatkan mahasiswa agar mengisi log-book tutorial dan
menyusun mind map
Pada tutorial ke-2, Tutor mengoreksi log-book mahasiswa.
9. Memberikan umpan balik yang konstruktif terhadap pelaksanaan tutorial, mengucapkan kata
penutup misalnya “alhamdulillah” atau kata-kata lainnya yang memberikan motivasi
terhadap mahasiswa.
PEMICU 2
Deskripsi singkat
Pemicu ke-2 pada blok gastrointestinal system -2 ini adalah mengenai atresia bilier. Atresia bilier adalah
penyakit saluran empedu intrahepatik atau ekstrahepatik dengan etiologi yang belum diketahui. Kondisi
ini muncul pada neonatus dengan manifestasi ikterus, tinja berwarna seperti tanah liat, dan
hepatomegali. Kompetensi dokter umum untuk atresia bilier adalah 2 menurut SKDI 2012. Namun
pentingnya pengenalan sejak dini akan kemungkinan penyakit ini akan menentukan prognosis pasien ke
depannya mengingat 80% tindakan operasi Kasai berhasil jika dilakukan sebelum usia 60 hari.
Kasus
Lembar 1
Seorang bayi laki laki berusia 4 bulan dibawa ke puskesmas karena perut terlihat membesar dalam 1
bulan terakhir. Bayi juga terlihat kuning pada mata dan seluruh tubuh yang dialami sejak usia 1 bulan,
disertai BAB pucat seperti dempul.
Lembar 2
Dari anamnesis diketahui bahwa kuning awalnya di bagian mata kemudian ke seluruh badan. Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan normal sesuai usia. Bayi hanya diberi ASI. Bayi lahir spontan, kurang
bulan (usia gestasi 36 minggu), segera menangis, gerak aktif, berat lahir 2500 gram. Bayi adalah anak
keempat. Ketiga saudara kandung pasien sehat. Usia ibu saat mengandung 35 tahun.
Pada pemeriksaan fisik, anak tampak sakit ringan, aktif, sklera ikterik, tidak teraba pembesaran kelenjar
getah bening. Perut membesar simetris, hati teraba 3 cm bawah arkus kosta kanan dan 1/4 bawah
Divisi Kurikulum MEU FK USU 2022/2023
prosesus xiphoideus - umbilikal, konsistensi padat, permukaan rata, pinggir tajam dan tidak ada nyeri
tekan. Limpa tidak teraba, perkusi timpani. Ikterus pada wajah dan seluruh tubuh.
Lembar 3
Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb : 12.3 gr%; Leukosit : 6.500/ mm3; Trombosit : 180.000/ mm3;
Bilirubin total = 9,9 mg/dL; bilirubin direk = 7,6 mg/dL; SGOT = 190 IU/ml; SGPT = 200 IU/ml; Alkaline
phospatase = 888 IU/ml; Albumin 4,8 g/dl, Gamma GT 289 u/l, HBsAg (nonreaktif); Ig M anti HAV (-);
IgM anti HBc (-); Anti HCV (-).
Urinalisis: Warna: gelap/ teh pekat; Protein (-); Bilirubin (++); Urobilinogen (-); Reduksi (-)
Lembar 1
1. Mahasiswa mampu menjelaskan struktur anatomi dan histologi hepar, kandung empedu, saluran
empedu & pankreas (Anatomi/Histologi)
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologi fungsi hepar, kandung empedu, saluran empedu &
pankreas (Fisiologi)
3. Mahasiswa mampu menjelaskan proses metabolisme bilirubin (Biokimia)
4. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme terjadinya kuning pada mata dan seluruh tubuh
(Fisiologi)
5. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis banding perut membesar pada anak (IKA)
6. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme BAB pucat seperti dempul pada kasus (Fisiologi)
Divisi Kurikulum MEU FK USU 2022/2023
Lembar 2
7. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dan etiologi ikterik (IKA)
8. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi ikterik menurut cara terjadinya(Prehepatik, Hepatik,
Post hepatik) dan menurut pembentukannya (Conjugated dan Unconjugated) (IKA)
9. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dan interpretasi hasil pemeriksaan fisik pasien
(IKA/Fisiologi)
Lembar 3
10. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab dan gejala klinis atresia bilier (IKA)
11. Mahasiswa mampu menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium (PK)
12. Mahasiswa mampu menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan radiologi (Radiologi)
13. Mahasiswa mampu menjelaskan penegakan diagnosis atresia bilier (IKA)
14. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor risiko terjadinya atresia bilier (IKA)
15. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan atresia bilier secara farmakologis dan non
farmakologis (Farmakologi/IKA/Bedah)
16. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi rawat inap dan indikasi rujuk pasien dengan atresia
bilier (IKA/Bedah)
17. Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis atresia bilier pada kasus (IKA)
Kerangka Berpikir
Divisi Kurikulum MEU FK USU 2022/2023
1. Struktur anatomi dan histologi hepar, kandung empedu, saluran empedu & pankreas
(Anatomi/Histologi)
Jawaban:
2. Fisiologi fungsi hepar, kandung empedu, saluran empedu & pankreas (Fisiologi)
Jawaban:
Hepar memiliki ratusan fungsi yang dapat dikelompokkan ke dalam 3 hal:
• regulasi metabolisme
• regulasi hematologik
• produksi empedu
Sistem bilier meliputi hepar, kandung empedu, duktus yang masing-masing memiliki peran
dalam membuat, menyimpan, dan menyalurkan cairan empedu.
Darah (dari hepatic portal vein + hepatic artery) melewati sinusoid mengalami absorbsi
& sekresi material oleh hepatosit; sehingga terbentuk cairan empedu (bile) ditampung di
bile canaliculi; selanjutnya disalurkan ke:
bile duct hepatic duct (right & left)
common hepatic duct, dapat berlanjut ke 2 jalur:
Common bile duct duodenal ampulla (cairan empedu langsung digunakan
dalam proses pencernaan di usus halus)
Cystic duct masuk ke kandung empedu (disimpan & dipekatkan)
Di dalam kandung empedu, kadar setiap komponen dalam cairan empedu mengalami
perubahan akibat adanya proses pemekatan. Komposisi cairan empedu adalah sbb:
Divisi Kurikulum MEU FK USU 2022/2023
Sekresi eksokrin disalurkan dari acini ke duodenum melalui duktus pankreatik (Wirsung) ke
ampula duodenal (Vater) dan ampula asesori (Santorini). Yang melalui ampula duodenal
akan dikeluarkan bersama dengan cairan empedu.
3. Proses metabolisme bilirubin (Biokimia)
Jawaban:
oxidized there to urobilins (colored compounds) and are excreted in the feces.
Darkening of feces upon standing in air is due to the oxidation of residual
urobilinogens to urobilins
IKA
Diagnosis banding perut membesar terdapat pada gambar dibawah ini:
Divisi Kurikulum MEU FK USU 2022/2023
Bedah
Hirschsprung
Tanda :
1. Obstruksi neonatal – Delayed meconium (<24jam)
2. Distensi abdomen
3. Muntah bilious
4. Perforasi caecal atau appendix
5. Enterocolitis -> HAEC (Hirschsprung Associated Enterocolitis) ~ 10% kasus
Demam
Distensi abdomen
Diare • Obstruksi fungsional -> pertumbuhan bakteri↑↑ -> infeksi sekunder
↓↓ produksi mucin dan Ig -> invasi mikroorganisme (Clostridium difficile dan rotavirus)
Penanganan :
1. Dekompresi : rectal tube, NGT
Divisi Kurikulum MEU FK USU 2022/2023
2. Resusitasi cairan
3. Antibiotik profilaksis
4. Rectal washout
5. Deteksi kelainan VACTERL lainnya
6. Colostomy sementara sampai usia 6-12 bulan (dekompresi kolon)
7. Operasi
Duhamel (definitive)
Soave
Swenson
Necrotizing enterocoloits
Tanda :
1. Derajat I : NEC ringan, diduga NEC, gejala sistemik dan pencernaan ringan
2. Derajat II : NEC moderate, gejala sistemik moderate dengan distensi abdomen yang
menonjol, nyeri abdomen, dan edema dinding abdomen, trombositopeni dan asidosis
metabolic
3. Derajat III : NEC lanjut, perburukan gejala stadium II disertai hipotensi, tanda
peritonitis, asidosis metabolic berat dan syok
Penanganan :
1. Derajat I : Observasi klinis ketat, pemberhentian enteral feeding
2. Derajat II : Dekompresi abdomen, pemberian cairan IV, antibiotic spektrum luas,
observasi klinis ketat, observasi hasil laboratorium dan radiologi
3. Derajat III : Laparotomi eksplorasi dan reseksi usus nektrotik, drainase peritonium
pada beberapa kasus (sindrom kompartemen abdomen atau berat <750g).
Atresia duodedum
Tanda :
1. Gejala obstruksi usus
2. Muntah terus menerus
3. Meconium yang keluar sedikit, konsistensi lebih kering dan berwarna lebih keabu-
abuan
4. Distensi abdomen
5. Saat auskultasi terlihat gelombang peristaltic gastrik yang melewati epigastrium dari
kiri ke kanan atau gelombang peristaltic duodenum pada kuadran kanan atas.
Penanganan :
1. Side-to-side duodenoduodenostomi,
2. Diamnond shape duodenoduodenostomi,
3. Partial web resection with heineke mikulick type duodenoplasty, dan
4. Tapering duodenoplasty.
Atresia jejunum – ileal
Tanda :
1. Distensi abdomen
2. Emesis
3. Terkadang terdapat keterlambatan keluar meconium
Penanganan :
1. Dekompresi dengan NGT
Divisi Kurikulum MEU FK USU 2022/2023
Ikterik adalah perubahan warna kuning pada sklera, kulit, dan mukosa membran.
Etiologi:
Divisi Kurikulum MEU FK USU 2022/2023
Referensi:
Beattie M., Dhawan A., Puntis J., Batra A., Kyrana E. (2018). Paediatric gastroenterology,
hepatology, and nutrition (2nd edition). USA: Oxford University Press
Divisi Kurikulum MEU FK USU 2022/2023
8. Klasifikasi ikterik menurut cara terjadinya(Prehepatik, Hepatik, Post hepatik) dan menurut
pembentukannya (Conjugated dan Unconjugated) (IKA)
Jawaban:
Etiologi yang mendasari terjadinya atresia bilier bersifat multifaktorial. Beberapa penyebab
dari atresia bilier yang sudah dipaparkan yaitu:
- Infeksi virus,
- Toksin,
- Viarasi genetik,
Divisi Kurikulum MEU FK USU 2022/2023
Anak dengan atresia bilier akan mengalami gejala segera setelah lahir. Gejala yang muncul
yaitu: jaundice, alcholic stools (feses dempul), dan urine hitam. Pada infants, gejala yang
dapat terjadi adalah failure to thrive. Gejala seperti asites, ataupun hepatosplenomegaly
merupakan gejala akhir dari atresia bilier yang umumnya tidak muncul sebelum 80 – 90 hari.
Referensi:
1. Vij M, Rela M. Biliary atresia: pathology, etiology and pathogenesis. Future Sci OA.
2020 Mar 17;6(5):FSO466. doi: 10.2144/fsoa-2019-0153. PMID: 32518681; PMCID:
PMC7273417.
2. Davenport M, Thomas-Hughes A. Biliary Atresia. In: General Principles and Newborn
Surgery. Springer. 2020.
Ultrasonografi abdomen pada atresia bilier menunjukkan triangular cord sign, yang mewakili
massa fibrotik kranial berbentuk kerucut terhadap bifurkasi vena portal. Biopsi hati perkutan
pada atresia bilier ditandai dengan proliferasi ductus empedu, adanya sumbatan empedu,
dan edema dan fibrosis portal atau perilobular, dengan arsitektur dasar lobular hati yang
intak.
Referensi:
Kliegman, R. M., & Joseph, S. G. (2019). Nelson textbook of pedriatrics (21th edition). UK:
Elsevier
intrahepatik.
Untuk lesi pasien yang tidak dapat diperbaiki, prosedur hepatoportoenterostomi (Kasai) harus
dilakukan. Alasan untuk operasi ini adalah sisa-sisa saluran empedu yang kecil, yang
mewakili residu saluran, mungkin ada di jaringan fibrosa porta hepatis; seperti saluran
mungkin terhubung
langsung dengan sistem duktus intrahepatik. Dalam kasus seperti itu, transeksi porta hepatis
dengan anastomosis usus ke permukaan proksimal transeksi memungkinkan drainase
empedu. Jika aliran tidak cepat terbentuk pada bulan pertama kehidupan, obliterasi dan
sirosis progresif terjadi. Jika diameter saluran yang paten secara mikroskopis >150μm
ditemukan, memungkinkan pembentukan aliran empedu pasca operasi. Tingkat keberhasilan
untuk membuat aliran empedu yang baik setelah Operasi Kasai jauh lebih tinggi (90%) jika
dilakukan sebelum 8 minggu kehidupan. Oleh karena itu, rujukan dini dan evaluasi segera
pada bayi dengan suspek atresia bilier penting.
Beberapa pasien dengan atresia bilier, bahkan dari tipe yang tidak dapat dikoreksi,
memperoleh manfaat jangka panjang dari intervensi seperti prosedur Kasai. Manfaat jangka
pendek dari hepatoportoenterostomi adalah dekompresi dan drainase yang cukup untuk
mencegah timbulnya sirosis dan mempertahankan pertumbuhan sampai transplantasi hati
yang berhasil dapat dilakukan. Penggunaan steroid yang mengikuti prosedur Kasai belum
terbukti meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien. Demikian pula, tidak ada data
yang meyakinkan untuk mendukung penggunaan antibiotik atau agen koleretik setelah
operasi.
Referensi:
Kliegman, R. M., & Joseph, S. G. (2019). Nelson textbook of pedriatrics (21th edition). UK:
Elsevier
Bedah
Terapi farmakologis
Terapi suportif
Stimulasi aliran empedu: asam ursodeoksikolat 10-20 mg/kg berat badan dibagi
dalam 2-3 dosis
Nutrisi diberikan untuk menunjang pertumbuhan optimal (kebutuhan kalori umumnya
dapat mencapai 130-150% kebutuhan bayi normal) dan mengandung lemak rantai
sedang (Medium chain trigliseride -MCT).
Vitamin yang larut dalam lemak:
- A 5000-25.000 IU
- D: calcitriol 0,05-0,2 ug/kg/hari
- E 25-200 IU/kk/hari
- K1 2,5-5 mg: 2-7 x/ minggu
Mineral dan trace element : Ca, P, Mn, Zn, Se, Fe
Terapi komplikasi lain: misalnya hiperlipidemia/xantelasma: Obat HMG-coA reductase
inhibitor contohnya kolestipol, simvastatin
Pruritus: salah satu di bawah : antihistamin: difenhidramin 5-10 mg/kg/hati, hidroksisin
2-5 mg/kg/hati, Rifampisin 10 mg/kg/hari, Kolestiramin 0,25-0,5g/kg/hari
Terapi Non Farmakologis
Peri-Operatif Kolangiogram
Peri-operatif Kolangiogram akan secara definitif mendiagnosis atresia bilier dengan
kegagalan masuknya zat warna ke dalam sistem bilier intrahepatik dan ekstrahepatik.
Porto-Enterostomy
Teknik pembedahan standar adalah pembuatan porto-enterostomi hepar Roux-en-Y
(prosedur Kasai) di mana eksisi sisa-sisa bilier fibrotik, transaksi lempeng portal fibrosa
dengan diseksi yang meluas hingga ke percabangan vena porta dilakukan. Lingkaran Roux-
Divisi Kurikulum MEU FK USU 2022/2023
16. Indikasi rawat inap dan indikasi rujuk pasien dengan atresia bilier (IKA/Bedah)
Jawaban:
Tidak ada indikasi rawat inap ataupun indikasi rujuk khusus untuk kasus atresia bilier. Semua
kasus atresia bilier harus segera ditatalaksana setelah diagnosis ditegakkan.Penundaan
tatalaksana akan meningkatkan risiko terjadi fibrosis maupun sirosis pada anak.
Sesuai dengan standard kompetensi dokter indonesia (SKDI), kondisi ini termasuk
kompetensi 2 yang artinya setelah diagnosis ditegakkan, anak langsung dirujuk ke Sp.A/
Sp.BA agar mendapatkan tatalaksana segera
Referensi:
Tessier, M.E.M. and Shneider, B.L. (2020), 60 Days in Biliary Atresia: A Historical Dogma
Challenged. Clinical Liver Disease, 15: S3-S7. https://doi.org/10.1002/cld.843
Berdasarkan laporan dari Inggris dan Wales, setelah prosedur Kasai, jaundice clearance
terjadi pada 55% anak. Native liver survival selama 5 – 10 tahun yaitu 47% dan 43%.
Referensi:
1. Siddiqui AI, Ahmad T. Biliary Atresia. [Updated 2022 Jun 27]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537262/
2. Davenport M, Thomas-Hughes A. Biliary Atresia. In: General Principles and Newborn
Surgery. Springer. 2020.
Divisi Kurikulum MEU FK USU 2022/2023
KESIMPULAN
Dengan pembahasan kasus tersebut di atas maka diharapkan mahasiswa mampu untuk menjelaskan
kemungkinan diagnosis banding untuk ikterik dan pembesaran perut pada anak serta dapat
menegakan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan serta
mengetahui indikasi merujuk dan pencegahan pada kasus atresia bilier. Mahasiswa diharapkan
membahas kasus tersebut dari berbagai aspek keilmuan seperti anatomi, fisiologi, biokimia, histologi,
farmakologi, radiologi, ilmu kesehatan anak dan bedah.