PEMICU 1
Kode: SSS1Pc1
………………………………………………………
1
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Kegiatan belajar Problem Base Learning (PBL) menggunakan metode 2 (dua) kali diskusi
kelompok (tutorial) untuk setiap pemicu (trigger) dan 1 (satu) kali pertemuan pleno, yang
dihadiri para pakar dari setiap departemen terkait dengan blok Special Sense System.
Diskusi dilaksanakan dalam kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 8 -10 mahasiswa
dan didampingi oleh seorang tutor yang berperan sebagai fasilitator, dan berlangsung selama
2,5 x50 menit untuk setiap pertemuan tutorial. Dosen bertindak sebagai tutor yang memfasilitasi
jalannya tutorial, dan bukan sebagai narasumber.
Metode pembelajaran ini bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam belajar
mandiri, menentukan materi pembelajaran, mencari informasi sesuai dengan kebutuhannya,
mengasah keterampilan berfikir kritis (critical thinking) melalui masalah yang relevan dengan
keadaan sebenarnya yang diberikan dalam pemicu, serta mengkomunikasikannya secara
efektif dalam diskusi maupun presentasi.
PELAKSANAAN TUTORIAL
1. PERAN TUTOR
Peran Tutor dalam proses tutorial sangatlah penting, tujuan pembelajaran diharapkan
dapat tercapai melalui peran tutor dalam menciptakan suasana yang kondusif,
menyenangkan dan terarah dalam dinamika kelompok diskusi.
Peran tutor antara lain:
- Berperan sebagai fasilitator yang berfungsi untuk memfasilitasi jalannya diskusi,
bukan sebagai narasumber.
- Membangun keterampilan berfikir metacognitive dari mahasiswa
- Membangun suasana yang menyenangkan sehingga mahasiswa dapat
mengekspresikan pendapat dan perasaannya secara bebas tanpa merasa takut,
malu, atau tertekan.
- Membangun dinamika kelompok yang aktif dengan mengikutsertakan seluruh peserta
diskusi.
- Membangun kerjasama tim
- Memberikan umpan balik (feedback) yang konstruktif
- Memberikan penilaian yang adil terhadap setiap mahasiswa dengan memberikan
kesempatan dan perhatian yang sama selama diskusi
- Memberikan penilaian terhadap log-book dan laporan pelaksanaan kelompok diskusi
3. LANGKAH-LANGKAH TUTORIAL
Metode tutorial yang dilakukan di FK USU adalah:
1. Ice Breaking (mencairkan suasana agar lebih akrab dan tidak kaku)
2. Perkenalan (Tutor terlebih dahulu memperkenalkan diri, yang diikuti dengan seluruh
peserta tutorial)
3. Pemilihan ketua dan sekretaris kelompok. Bila diperlukan tutor dapat mengingatkan
kembali peran setiap personalia tutorial.
4. Membuat atau mengingatkan kembali peraturan yang sudah disepakati oleh
kelompok di dalam kegiatan tutorial (ground rules)
5. Tutor membagikan lembaran pemicu kepada mahasiswa
6. Mahasiswa membahas masalah pemicu dengan prinsip SevenJumps.
2
7. Tutor menuliskan learning issue dan hal-hal yang tidak diketahui (we don’t know)
dituliskan di lembaran berita acara
8. Sebelum menutup tutorial, fasilitator akan:
Membagikan absensi
Mengisi lembar berita acara mengenai pelaksanaan tutorial
Membagi lembar feedback tutorial dan fasilitator
Memasukkan seluruh berkas ke dalam map yang tersedia
Pada tutorial-1, Tutor mengingatkan mahasiswa agar mengisi log-book
tutorialnya
Pada tutorial ke-2, Tutor mengoreksi log-book mahasiswa.
9. Memberikan umpan balik yang konstruktif terhadap pelaksanaan tutorial,
mengucapkan kata penutup misalnya “alhamdulillah” atau kata-kata lainnya yang
memberikan motivasi terhadap mahasiswa.
3
PEMICU 1
Deskripsi singkat
Mata merah merupakan salah satu keluhan yang sering dikeluhkan oleh pasien. Salah satu
penyebab keluhan ini adalah penyakit konjungtivitis. Konjungtivitis sendiri merupakan salah satu
penyakit yang memiliki level kompetensi 4A SKDI 2012. Kondisi ini dapat dihadapi oleh seorang
dokter praktik kapan saja bahkan tanpa diperkirakan. Melalui pemicu ini mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan tanda dan gejala, melakukan penatalaksanaan secara cermat sesuai
dengan kompetensi 4A, memperkirakan komplikasi yang mungkin timbul, serta usaha
pencegahan tanpa komplikasidan senantiasa melindungi diri dan pasien dengan tetap awas
terhadap aspek etik dan medikolegal yang mungkin muncul.
Skenario
Lembar 1:
Seorang anak perempuan berusia 15 tahun, siswa di sebuah Sekolah Menengah Atas, datang
bersama orangtua ke praktek dokter dengan keluhan mata merah pada kedua mata yang telah
dialami sejak 2 hari yang lalu.
Lembar 2:
Keluhan mata merah disertai mata berair, banyak keluar kotoran mata berwarna kuning dan
sulit membuka mata terutama pagi hari setelah bangun tidur. Mata terasa gatal dan seperti
berpasir. Keluhan tidak disertai pandangan kabur. Penderita telah diberi obat tetes mata yang
dibeli bebas di warung, namun tidak ada perbaikan.
Lembar 3:
Pada pemeriksaan ophthalmikus ditemukan visus 6/6, palpebra superior dan inferior mengalami
sedikit bengkak, conjungtiva tarsalis hiperemis, conjungtiva bulbi hiperemis dan ditemukan
injeksi conjungtiva, kornea jernih. Pada pemeriksaan kultur swab ditemukan Staphylococcus
aureus
4
Step 4: Menganalisis hipotesis.
Pada tahap ini mahasiswa diharapkan akan mendiskusikan kasus sesuai dengan
pengetahuan yang mereka miliki. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
Lembar 1:
1. Struktur makroskopis dari konjungtiva dan sklera (Anatomi)
2. Struktur mikroskopis dari konjungtiva dan sklera ( Histologi)
3. Mekanisme dan patogenesis mata merah (Patologi Anatomi)
4. Diagnosis banding dari mata merah (Mata)
Lembar 2:
5. Fungsi umum penglihatan, lintasan penglihatan dan fungsi airmata (Fisiologi)
6. Patofisiologi mata berair, mata terasa berpasir dan mata gatal (Fisiologi)
7. Patogenesis keluar kotoran mata berwarna kuning (Fisiologi)
8. Mekanisme kerja dari obat tetes mata yang dijual bebas (Farmakologi)
Lembar 3:
9. Patogenesis mata bengkak pada palpebra (Patologi Anatomi)
10. Bakteri, jamur, virus penyebab infeksi pada konjungtiva dan pemeriksaan
penunjangnya (Mikrobiologi)
11. Aspek farmakologi obat-obat anti inflamasi dan anti mikroba pada mata dan
aplikasinya (Farmakologi)
12. Definisi, etiologi, klasifikasi, prognosis, komplikasi konjungtivitis (Mata)
13. Penatalaksanaan farmakologis (disertai penulisan resep) dan non-farmakologis
dari konjungtivitis (Mata/Farmakologi)
14. Prinsip pencegahan pada konjungtivitis (Mata/IKK)
5
(persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva
palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus.
Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (di forniks
superior dan inferior) dan membungkus episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.
Konjugtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbita di forniks dan melipat berkali-
kali. Lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan
konjungtiva sekretorik.
6
3. Mekanisme dan patogenesis mata merah (Patologi Anatomi)
Jawaban:
Mata merah adalah merupakan salah satu tanda cardinal dari mekanisme
peradangan akibat stimulus jejas. Proses radang merupakan suatu respons
perlidungan yang melibatkan sel tubuh, pembuluh darah, serta protein dan mediator
lain dengan tujuan mengeliminasi penyebab utama jejas sel.
Manifestasi eksternal dari radang, seringkali disebut tanda cardinal , adalah panas (
kalor ) , warna kemerahan (rubor ), bengkak ( tumor ) , nyeri ( dolor ) , dan hilngnay
fungsi ( functio laesa).
Gambaran Umum Suatu Radang:
- Merupakan respons pertahanan tubuh terhadap benda asing dan jaringan
nekrotik, tetapi radang itu itu sendiri bisa mengakibatkan kerusakan jaringan
- Komponen utama radang adalah reaks vascular dan respons sel , keduanya
diaktifkan oleh mediator yang berasal dari protein plasma dan berbagai sel
- Respons radang merupakan 5 langkah :
1. Pengenalan agem merugikan
2. Pengumpulan leukosit
3. Pembuangan agen penyebab
4. Regulasi ( control ) respons
5. Resolusi (pemulihan jaringan )
7
5. Fungsi umum penglihatan, lintasan penglihatan dan fungsi airmata (Fisiologi)
Jawaban:
8
Fungsi air mata: air mata (lacrimal fluid) mengandung mukus, antibodi dan lysozyme,
suatu enzim yang dapat menghancurkan bakteri/mikroorganisme. Oleh sebab itu, air
mata berfungsi untuk membersihkan dan melindungi permukaan mata, serta
melembabkan dan melubrikasikannya.
6. Patofisiologi mata berair, mata terasa berpasir dan mata gatal (Fisiologi)
Jawaban:
Pada konjungtivitis terjadi peradangan (inflamasi) pada konjungtiva. Kelenjar-kelenjar
kecil yang terdapat pada konjungtiva menjadi membengkak dan terlalu aktif akibat
peradangan sehingga menghasilkan cairan yang lebih banyak dan membuat mata
menjadi berair serta mata terasa seperti berpasir. Rasa gatal disebabkan oleh
stimulasi dari mediator inflamasi misalnya histamin.
7. Patofisiologi keluar kotoran mata berwarna kuning (Fisiologi)
Jawaban:
Dalam keadaan normal, kotoran mata bisa dijumpai. Ketika mata berkedip, air mata
membasahi mata dan kotoran mata akan segera dikeluarkan sebelum mengeras.
Namun, ketika kita tidur, kotoran atau debris mata akan terakumulasi dan
mengeras/berkerak pada ujung mata ataupun di sepanjang garis bulu mata. Kotoran
mata ketika diproduksi berlebihan dan berwarna kuning (yellow discharge)
merupakan pertanda adanya infeksi, terutama infeksi bakteri. Berbeda dengan infeksi
virus yang biasanya menghasilkan kotoran mata yang berwarna jernih (watery
discharge).
8. Mekanisme kerja dari obat tetes mata yang dijual bebas (Farmakologi)
Jawaban:
Obat tetes mata yang dijual bebas (OTC) mengindikasikan penggunaannya untuk
mengatasi gejala mata merah dan mata kering.
1. OTC untuk mengatasi gejala mata merah
Gejala mata merah diakibatkan oleh adanya vasodilatasi dari pembuluh darah di
konjunctiva. Bahan aktif yang terkandung dalam sediaan ini adalah
Tetrahydrozolin HCl 0.05% yang merupakan vasokonstriktor. Tetrahydrozolin
merupakan turunan dari imidazolin yang dapat merangsang reseptor adrenergik
alpha-1.
Efek vasokontriksi sistemik berupa nyeri kepala, hiperensi dan palpitasi dapat
timbul akibat penggunaan yang sering dan jangka panjang serta pada dosis
berlebih. Absorbsi obat dapat terjadi melalui kapiler di konjunctiva, tanpa
mengalami first pass metabolism dan perluasan absorbsi dapat terjadi melalui
mukosa hidung dan faring karena obat masuk melewati duktus nasolakrimalis,
dan kemudian tertelan dan diabsorbsi di saluran cerna.
9
2. OTC untuk mengatasi mata kering (artificial tears)
Diindikasikan untuk mengatasi mata kering dan iritasi akibat produksi air mata
yang kurang atau karena gangguan dari tear film preocular. Artifical tears
berfungsi memberikan lubrikasi pada permukaan mata dengan cara membentuk
lapisan pelindung yang bersifat hidrofilik sehingga tear film dapat bertahan lebih
lama.
Contoh : Hydroxypropyl methylcellulose (Hypromellose), carboxymethylcellulose,
derivat polyvinyl, chndroitin sulfate, sodium hyaluronate
9. Patogenesis mata bengkak pada palpebra (Patologi Anatomi)
10. Bakteri, jamur, virus penyebab infeksi pada konjungtiva dan pemeriksaan
penunjangnya (Mikrobiologi)
Jawaban:
Bakteri :
Staphylococcus aureus
Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzae
Moraxella sp.
Neisseria sp.
Chlamydia trachomatis
Pseudomonas aeruginosa*
*These organisms are particularly associated with contact lens use.
Virus :
Adenoviruses
Enteroviruses
Herpes simplex virus
Varicella zoster virus
Coxsackie virus
Jamur :
Candida sp.
Blastomyces sp.
10
Klasifikasi berdasarkan etiologi
Infective conjunctivitis : bacterial, chlamydial, viral, fungi, spirochaetal,
protozoal, paracitic,etc,
Allergic conjunctivitis
Irritative conjunctivitis
Keratocinjunctivitis associated with diseases of skin and mucous membrane
Traumatic conjunctivitis
Keratoconjunctivitis of unknown etiology
Bacterial conjunctivitis
11
Penanganan
• Tergantung kausa
• Bersihkan sekret di pagi hari
• Mencegah pemakaian barang sama (handuk, sapu tangan, dsb)
• Hindari faktor iritasi atau alergen
• Antibiotik tetes / salep tergantung jenis konjungtivitis 3-4x/hari selama 5- 7
hari
Komplikasi
1. Keratitis
2. Ulkus kornea
3. Blefaritis
Prognosis
Fungsionam : dubia et bonam
Many cases of mild bacterial conjunctivitis are selflimiting and resolve without
treatment. However, antibiotic therapy often lessens the patient’s anxiety and ocular
symptoms, shortens the duration of the disease, and prevents recurrence or spread
to the fellow eye. Contagion is also a significant risk. Several severe bacterial
conjunctivitis outbreaks have been reported. Among the more common requests in
ophthalmic practice are releases permitting patients who had conjunctivitis to return
to work or school. Epidemiologic data support the clinical and public health benefits of
early treatment. Current initial treatment for bacterial conjunctivitis is application of a
broad-spectrum topical antibiotic. With the introduction of the highly effective fourth-
generation fluoroquinolones many clinicians have adopted these agents as a first
choice for treating bacterial conjunctivitis. Benefits of the fourth-generation
fluoroquinolones include enhanced tissue penetration, a generally better dosing
profile (moxifloxacin), reduced likelihood for causing resistant strains, and excellent
gram-positive, gram-negative, and atypical mycobacterium coverage.The fourth-
generation fluoroquinolones are also effective against many organisms resistant to
previous generation fluoroquinolones. Alternatively, antibiotics such as
trimethoprimpolymyxin B (Polytrim), gentamicin, or tobramycin solution,instilled as
one drop four times daily for 5 to 7 days,or prior generation fluoroquinolones such as
12
ciprofloxacin, ofloxacin, or levofloxacin, dosed four times daily for 5 to 7 days, may be
prescribed. Bacitracin-polymyxin B (Polysporin), erythromycin, gentamicin,
tobramycin, or ciprofloxacin ointment may be used at bedtime as supplemental
therapy or four times daily in children or other patients who are not comfortable with
eyedrops.
Topical steroids are not indicated for most cases of acute bacterial conjunctivitis. The
exception is acute conjunctivitis accompanied by severe inflammation or
pseudomembranes or true membranes. Concurrent topical antibiotic–steroid therapy
hastens resolution of inflammatory response; however, caution is prudent in cases in
which the infectious agent has not been definitively identified and until the infection
has clearly responded to antibiotic therapy.
Penulisan Resep
Contoh penulisan resep untuk pemberian Gentamycin Eye drop (4 kali sehari 1 tetes
pada mata kanan dan kiri) dan Eye Ointment (1 kali sehari sebelum tidur pada mata
kanan dan kiri)
R/ Gentamycin Eyedrops fl I
S o.4.h gtt I o.d.s
-----------//-------------------- paraf
13
KERANGKA BERPIKIR
CONJUNCTIVITIS
PEMERIKSAAN
- Kultur
KOMPLIKASI
Mekanisme - Marginal corneal ulcer
- Superfisial keratitis DIAGNOSIS Kriteria Diagnoosis
dan
Diagnosis Banding
patofisiologi - Blepharitis
- Dacryocystitis
Non Farmakologik
- Irigasi saccus conjunctiva
- kompres hangat
14