Anda di halaman 1dari 14

BUKU PANDUAN TUTOR

BLOK SPECIAL SENSE SYSTEM – 1

PEMICU 1
Kode: SSS1Pc1
………………………………………………………

1
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Kegiatan belajar Problem Base Learning (PBL) menggunakan metode 2 (dua) kali diskusi
kelompok (tutorial) untuk setiap pemicu (trigger) dan 1 (satu) kali pertemuan pleno, yang
dihadiri para pakar dari setiap departemen terkait dengan blok Special Sense System.
Diskusi dilaksanakan dalam kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 8 -10 mahasiswa
dan didampingi oleh seorang tutor yang berperan sebagai fasilitator, dan berlangsung selama
2,5 x50 menit untuk setiap pertemuan tutorial. Dosen bertindak sebagai tutor yang memfasilitasi
jalannya tutorial, dan bukan sebagai narasumber.
Metode pembelajaran ini bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam belajar
mandiri, menentukan materi pembelajaran, mencari informasi sesuai dengan kebutuhannya,
mengasah keterampilan berfikir kritis (critical thinking) melalui masalah yang relevan dengan
keadaan sebenarnya yang diberikan dalam pemicu, serta mengkomunikasikannya secara
efektif dalam diskusi maupun presentasi.

PELAKSANAAN TUTORIAL
1. PERAN TUTOR
Peran Tutor dalam proses tutorial sangatlah penting, tujuan pembelajaran diharapkan
dapat tercapai melalui peran tutor dalam menciptakan suasana yang kondusif,
menyenangkan dan terarah dalam dinamika kelompok diskusi.
Peran tutor antara lain:
- Berperan sebagai fasilitator yang berfungsi untuk memfasilitasi jalannya diskusi,
bukan sebagai narasumber.
- Membangun keterampilan berfikir metacognitive dari mahasiswa
- Membangun suasana yang menyenangkan sehingga mahasiswa dapat
mengekspresikan pendapat dan perasaannya secara bebas tanpa merasa takut,
malu, atau tertekan.
- Membangun dinamika kelompok yang aktif dengan mengikutsertakan seluruh peserta
diskusi.
- Membangun kerjasama tim
- Memberikan umpan balik (feedback) yang konstruktif
- Memberikan penilaian yang adil terhadap setiap mahasiswa dengan memberikan
kesempatan dan perhatian yang sama selama diskusi
- Memberikan penilaian terhadap log-book dan laporan pelaksanaan kelompok diskusi

2. TATA TERTIB TUTOR


Berikut ini adalah tata tertib yang harus diketahui untuk kelancaran proses tutorial:
1. Tutor diharapkan hadir 15 menit sebelum proses tutorial berlangsung.
2. Jika Tutor tidak dapat hadir sesuai jadwal yang ditentukan, Tutor wajib melapor ke
penjab tutorial GUSpaling lambat 1 hari sebelumnya dengan menghubungi Igit
Sisworo, Hp 082165267669
3. Tutor harus berada di ruangan tutorial selama proses tutorial berlangsung yaitu
selama 2,5 x50 menit.
4. Setiap fasilitator wajib mengisi lembaran penilaian terhadap mahasiswa dan lembar
berita acara tutorial dan mengembalikannya kepada pengelola tutorial setelah proses
tutorial selesai.

3. LANGKAH-LANGKAH TUTORIAL
Metode tutorial yang dilakukan di FK USU adalah:
1. Ice Breaking (mencairkan suasana agar lebih akrab dan tidak kaku)
2. Perkenalan (Tutor terlebih dahulu memperkenalkan diri, yang diikuti dengan seluruh
peserta tutorial)
3. Pemilihan ketua dan sekretaris kelompok. Bila diperlukan tutor dapat mengingatkan
kembali peran setiap personalia tutorial.
4. Membuat atau mengingatkan kembali peraturan yang sudah disepakati oleh
kelompok di dalam kegiatan tutorial (ground rules)
5. Tutor membagikan lembaran pemicu kepada mahasiswa
6. Mahasiswa membahas masalah pemicu dengan prinsip SevenJumps.

2
7. Tutor menuliskan learning issue dan hal-hal yang tidak diketahui (we don’t know)
dituliskan di lembaran berita acara
8. Sebelum menutup tutorial, fasilitator akan:
 Membagikan absensi
 Mengisi lembar berita acara mengenai pelaksanaan tutorial
 Membagi lembar feedback tutorial dan fasilitator
 Memasukkan seluruh berkas ke dalam map yang tersedia
 Pada tutorial-1, Tutor mengingatkan mahasiswa agar mengisi log-book
tutorialnya
 Pada tutorial ke-2, Tutor mengoreksi log-book mahasiswa.
9. Memberikan umpan balik yang konstruktif terhadap pelaksanaan tutorial,
mengucapkan kata penutup misalnya “alhamdulillah” atau kata-kata lainnya yang
memberikan motivasi terhadap mahasiswa.

SKEMA LANGKAH-LANGKAH TUTORIAL (SEVEN JUMPS)

Step 1 Step 2 Step 3


•Identify and clarify •Define the problem(s) to •Brainstorming, suggesting possible
unfamiliar terms be discussed explanations on basis of prior
knowledge
•Generate hypotheses

Step 6 Step 5 Step 4


•Independent study •Formulate learning •Arrange explanations
objectives into tentative solutions

Step 7 Langkah 1-5 dilaksanakan pada pertemuan pertama,


•Sharing results of langkah 6 merupakan kegiatan belajar mandiri, dan
independent study
langkah 7 dilaksanakan pada pertemuan kedua.

3
PEMICU 1

Judul: Mata merah

Deskripsi singkat
Mata merah merupakan salah satu keluhan yang sering dikeluhkan oleh pasien. Salah satu
penyebab keluhan ini adalah penyakit konjungtivitis. Konjungtivitis sendiri merupakan salah satu
penyakit yang memiliki level kompetensi 4A SKDI 2012. Kondisi ini dapat dihadapi oleh seorang
dokter praktik kapan saja bahkan tanpa diperkirakan. Melalui pemicu ini mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan tanda dan gejala, melakukan penatalaksanaan secara cermat sesuai
dengan kompetensi 4A, memperkirakan komplikasi yang mungkin timbul, serta usaha
pencegahan tanpa komplikasidan senantiasa melindungi diri dan pasien dengan tetap awas
terhadap aspek etik dan medikolegal yang mungkin muncul.

Skenario
Lembar 1:
Seorang anak perempuan berusia 15 tahun, siswa di sebuah Sekolah Menengah Atas, datang
bersama orangtua ke praktek dokter dengan keluhan mata merah pada kedua mata yang telah
dialami sejak 2 hari yang lalu.

Lembar 2:
Keluhan mata merah disertai mata berair, banyak keluar kotoran mata berwarna kuning dan
sulit membuka mata terutama pagi hari setelah bangun tidur. Mata terasa gatal dan seperti
berpasir. Keluhan tidak disertai pandangan kabur. Penderita telah diberi obat tetes mata yang
dibeli bebas di warung, namun tidak ada perbaikan.

Lembar 3:
Pada pemeriksaan ophthalmikus ditemukan visus 6/6, palpebra superior dan inferior mengalami
sedikit bengkak, conjungtiva tarsalis hiperemis, conjungtiva bulbi hiperemis dan ditemukan
injeksi conjungtiva, kornea jernih. Pada pemeriksaan kultur swab ditemukan Staphylococcus
aureus

Langkah tutorial pertemuan pertama


Step 1: Mengklarifikasi istilah yang tidak dimengerti.
Pada tahap ini mahasiswa akan mengidentifikasi dan menyatukan persepsi mengenai
beberapa istilah yang dirasakan asing sehingga dalam diskusi berikutnya mahasiswa
memiliki pemahaman yang sama mengenai kasus yang dibahas.

Step 2: Merumuskan masalah yang akan didiskusikan.


Masalah pada lembar 1: Bagaimana patofisiologi terjadinya mata merah?
Masalah pada lembar 2: Bagaimana patofisiologi terjadinya gejala lainnya pada kasus?
Bagaimana pula mekanisme kerja obat tetes mata bebas?
Masalah pada lembar 3: Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan pada kasus
konjungtivitis?

Step 3: Brainstorming menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya oleh


masing-masing mahasiswa, merumuskan hipotesis atau penjelasan yang paling
mungkin mengenai kasus.
Pada pembahasan lembar 1, pada tahap ini mahasiswa diharapkan dapat
menganalisis bahwa masalah mata merah yang disebabkan oleh beberapa hal, yakni:
1. Konjungtivitis
2. Skleritis
3. Pingueculitis
4. Keratitis
5. Uveitis
6. Glaukoma Akut
Dari seluruh hipotesis yang ada, mahasiswa diharapkan dapat menentukan hipotesis
yang tepat. Setelah diberikan lembar 2, hipotesis mahasiswa akan lebih terarah
kepada anamnesis yang diperlukan untuk menentukan penyebab pasti konjungtivitis.
Setelah dibagikan lembar 3, mahasiswa dapat menentukan diagnosis pasti.

4
Step 4: Menganalisis hipotesis.
Pada tahap ini mahasiswa diharapkan akan mendiskusikan kasus sesuai dengan
pengetahuan yang mereka miliki. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
Lembar 1:
1. Struktur makroskopis dari konjungtiva dan sklera (Anatomi)
2. Struktur mikroskopis dari konjungtiva dan sklera ( Histologi)
3. Mekanisme dan patogenesis mata merah (Patologi Anatomi)
4. Diagnosis banding dari mata merah (Mata)

Lembar 2:
5. Fungsi umum penglihatan, lintasan penglihatan dan fungsi airmata (Fisiologi)
6. Patofisiologi mata berair, mata terasa berpasir dan mata gatal (Fisiologi)
7. Patogenesis keluar kotoran mata berwarna kuning (Fisiologi)
8. Mekanisme kerja dari obat tetes mata yang dijual bebas (Farmakologi)

Lembar 3:
9. Patogenesis mata bengkak pada palpebra (Patologi Anatomi)
10. Bakteri, jamur, virus penyebab infeksi pada konjungtiva dan pemeriksaan
penunjangnya (Mikrobiologi)
11. Aspek farmakologi obat-obat anti inflamasi dan anti mikroba pada mata dan
aplikasinya (Farmakologi)
12. Definisi, etiologi, klasifikasi, prognosis, komplikasi konjungtivitis (Mata)
13. Penatalaksanaan farmakologis (disertai penulisan resep) dan non-farmakologis
dari konjungtivitis (Mata/Farmakologi)
14. Prinsip pencegahan pada konjungtivitis (Mata/IKK)

Step 5: Merumuskan tujuan pembelajaran (learning objectives)


Pada akhir tutorial pertama mahasiswa diharapkan dapat merumuskan tujuan
pembelajaran yakni:
a. Patofisiologi mata merah dan penyakit-penyakit yang mungkin mendasarinya
b. Menentukan diagnosis mata merah yang disebabkan Staphylococcus aureus
(anamnesis, pemeriksaan fisik diagnostik dan pemeriksaan penunjang)
c. Penatalaksanaan konjungtivitis

Langkah tutorial pertemuan kedua


1. Mahasiswa mendiskusikan hasil belajar mandiri masing-masing bersama kelompok.
2. Setiap mahasiswa diharuskan membawa minimal 3 bahan referensi berupa jurnal atau
buku teks yang diperoleh melalui belajar mandiri.
3. Pembahasan hasil belajar mandiri tidak harus dalam bentuk pemaparan dan presentasi
flipchart, melainkan dapat juga berupa diskusi.
4. Presentasi dalam bentuk flipchart terutama bermanfaat dalam memaparkan diagram atau
gambar, namun tidak disarankan untuk sekadar narasi.
5. Untuk mengaktifkan setiap mahasiswa dan mengevaluasi hasil belajar mandiri mereka,
tutor dapat berimprovisasi dengan menunjuk mahasiswa untuk memaparkan hasil belajar
mandiri, tidak semata-mata berdasarkan pembagian tugas yang disepakati oleh kelompok.
6. Kelompok akan menyimpulkan hasil tutorial. Mahasiswa diharapkan mampu membuat
beberapa kesimpulan hasil belajar, tidak hanya kesimpulan diagnosis.

Jawaban learning issues sebagai bahan panduan bagi tutor

1. Struktur makroskopis dari konjungtiva dan sklera (Anatomi)


Jawaban:
Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior
sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersatu dengan kulit pada tepi kelopak

5
(persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva
palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus.
Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (di forniks
superior dan inferior) dan membungkus episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.
Konjugtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbita di forniks dan melipat berkali-
kali. Lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan
konjungtiva sekretorik.

Gambar anatomi konjungtiva


2. Struktur mikroskopis dari konjungtiva dan sklera (Histologi)
Jawaban:
Struktur histologi cornea :

Struktur histologi conjunctiva :

6
3. Mekanisme dan patogenesis mata merah (Patologi Anatomi)
Jawaban:
Mata merah adalah merupakan salah satu tanda cardinal dari mekanisme
peradangan akibat stimulus jejas. Proses radang merupakan suatu respons
perlidungan yang melibatkan sel tubuh, pembuluh darah, serta protein dan mediator
lain dengan tujuan mengeliminasi penyebab utama jejas sel.
Manifestasi eksternal dari radang, seringkali disebut tanda cardinal , adalah panas (
kalor ) , warna kemerahan (rubor ), bengkak ( tumor ) , nyeri ( dolor ) , dan hilngnay
fungsi ( functio laesa).
Gambaran Umum Suatu Radang:
- Merupakan respons pertahanan tubuh terhadap benda asing dan jaringan
nekrotik, tetapi radang itu itu sendiri bisa mengakibatkan kerusakan jaringan
- Komponen utama radang adalah reaks vascular dan respons sel , keduanya
diaktifkan oleh mediator yang berasal dari protein plasma dan berbagai sel
- Respons radang merupakan 5 langkah :
1. Pengenalan agem merugikan
2. Pengumpulan leukosit
3. Pembuangan agen penyebab
4. Regulasi ( control ) respons
5. Resolusi (pemulihan jaringan )

4. Diagnosis banding dari mata merah (Mata)


Jawaban:
1. Konjungtivitis
2. Skleritis
3. Pingueculitis
4. Keratitis
5. Uveitis
6. Glaukoma Akut

7
5. Fungsi umum penglihatan, lintasan penglihatan dan fungsi airmata (Fisiologi)
Jawaban:

Jalur penglihatan (visual pathway):

• Akson dari sel-sel ganglion retina membentuk nervus optikus


• Serat-serat medial dari nervus optikus bersilang di kiasma optikum
• Sebagian besar serabut saraf traktus optikus berjalan menuju korpus
genikulatum lateralis di talamus
• Serabut saraf lainnya berakhir di kolikulus superior (inisiasi refleks
penglihatan) dan nukleus pretectal (berhubungan dengan refleks pupil)
• Dari talamus serabut-serabut saraf akan menuju korteks penglihatan

8
Fungsi air mata: air mata (lacrimal fluid) mengandung mukus, antibodi dan lysozyme,
suatu enzim yang dapat menghancurkan bakteri/mikroorganisme. Oleh sebab itu, air
mata berfungsi untuk membersihkan dan melindungi permukaan mata, serta
melembabkan dan melubrikasikannya.

6. Patofisiologi mata berair, mata terasa berpasir dan mata gatal (Fisiologi)
Jawaban:
Pada konjungtivitis terjadi peradangan (inflamasi) pada konjungtiva. Kelenjar-kelenjar
kecil yang terdapat pada konjungtiva menjadi membengkak dan terlalu aktif akibat
peradangan sehingga menghasilkan cairan yang lebih banyak dan membuat mata
menjadi berair serta mata terasa seperti berpasir. Rasa gatal disebabkan oleh
stimulasi dari mediator inflamasi misalnya histamin.
7. Patofisiologi keluar kotoran mata berwarna kuning (Fisiologi)
Jawaban:
Dalam keadaan normal, kotoran mata bisa dijumpai. Ketika mata berkedip, air mata
membasahi mata dan kotoran mata akan segera dikeluarkan sebelum mengeras.
Namun, ketika kita tidur, kotoran atau debris mata akan terakumulasi dan
mengeras/berkerak pada ujung mata ataupun di sepanjang garis bulu mata. Kotoran
mata ketika diproduksi berlebihan dan berwarna kuning (yellow discharge)
merupakan pertanda adanya infeksi, terutama infeksi bakteri. Berbeda dengan infeksi
virus yang biasanya menghasilkan kotoran mata yang berwarna jernih (watery
discharge).

8. Mekanisme kerja dari obat tetes mata yang dijual bebas (Farmakologi)
Jawaban:
Obat tetes mata yang dijual bebas (OTC) mengindikasikan penggunaannya untuk
mengatasi gejala mata merah dan mata kering.
1. OTC untuk mengatasi gejala mata merah
Gejala mata merah diakibatkan oleh adanya vasodilatasi dari pembuluh darah di
konjunctiva. Bahan aktif yang terkandung dalam sediaan ini adalah
Tetrahydrozolin HCl 0.05% yang merupakan vasokonstriktor. Tetrahydrozolin
merupakan turunan dari imidazolin yang dapat merangsang reseptor adrenergik
alpha-1.
Efek vasokontriksi sistemik berupa nyeri kepala, hiperensi dan palpitasi dapat
timbul akibat penggunaan yang sering dan jangka panjang serta pada dosis
berlebih. Absorbsi obat dapat terjadi melalui kapiler di konjunctiva, tanpa
mengalami first pass metabolism dan perluasan absorbsi dapat terjadi melalui
mukosa hidung dan faring karena obat masuk melewati duktus nasolakrimalis,
dan kemudian tertelan dan diabsorbsi di saluran cerna.

9
2. OTC untuk mengatasi mata kering (artificial tears)
Diindikasikan untuk mengatasi mata kering dan iritasi akibat produksi air mata
yang kurang atau karena gangguan dari tear film preocular. Artifical tears
berfungsi memberikan lubrikasi pada permukaan mata dengan cara membentuk
lapisan pelindung yang bersifat hidrofilik sehingga tear film dapat bertahan lebih
lama.
Contoh : Hydroxypropyl methylcellulose (Hypromellose), carboxymethylcellulose,
derivat polyvinyl, chndroitin sulfate, sodium hyaluronate
9. Patogenesis mata bengkak pada palpebra (Patologi Anatomi)

10. Bakteri, jamur, virus penyebab infeksi pada konjungtiva dan pemeriksaan
penunjangnya (Mikrobiologi)
Jawaban:
Bakteri :
 Staphylococcus aureus
 Streptococcus pneumoniae
 Haemophilus influenzae
 Moraxella sp.
 Neisseria sp.
 Chlamydia trachomatis
 Pseudomonas aeruginosa*
*These organisms are particularly associated with contact lens use.

Virus :
 Adenoviruses
 Enteroviruses
 Herpes simplex virus
 Varicella zoster virus
 Coxsackie virus

Jamur :
 Candida sp.
 Blastomyces sp.

Diagnosis laboratorium tidak rutin dilaksanakan pada kebanyakan kasus


konjungtivitis, terutama jika diduga sebagai penyebab adalah virus. Jika diperlukan
pemeriksaan mikrobiologi diambil swab kongjungtiva dan dilanjutkan dengan
pewarnaan gram , kultur dan uji kepekaan untuk diagnosa bakteri penyebab dan
pemeriksaan diagnostik untuk virus (PCR, imunofluorescent staining)

12. Definisi, etiologi, klasifikasi, prognosis, komplikasi konjungtivitis (Mata)


Jawaban:
Definisi:
Peradangan conjunctiva ditandai dengan discharge (sekret) dapat berair, mucoid,
mucopurulent atau purulent

10
Klasifikasi berdasarkan etiologi
 Infective conjunctivitis : bacterial, chlamydial, viral, fungi, spirochaetal,
protozoal, paracitic,etc,
 Allergic conjunctivitis
 Irritative conjunctivitis
 Keratocinjunctivitis associated with diseases of skin and mucous membrane
 Traumatic conjunctivitis
 Keratoconjunctivitis of unknown etiology

Viral Bacteri Chlamydial Allergic

Gatal Minimal Minimal Minimal Hebat

Hyperemia Menyeluru Menyeluru Menyeluruh Menyeluruh


h h (merah muda)
Lakrimasi Hebat Sedang Sedang Sedang

Sekret Minimal Paling Hebat Hebat


Hebat
Nodule Sering Jarang Sering pd Tidak ada
inclusion
Scraping, Monosit Bacteri PMN < plasma Eosinofil
pewarnaan PMN sel
Demam Kadang Kadang Tidak ada Tidak ada

Gejala-gejala umum conjunctivitis


1. Merasa seperti ada benda asing
2. Merasa panas (burning/scratching sensation)
3. Perasaan mata bengkak (fullness around the eye)
4. Gatal
5. Fotofobia (jika terkena kornea)

Tanda-tanda umum conjunctivitis


1. Hiperemi
2. Banyak air mata
3. Chemosis (oedem conjunctiva bulbi )
4. Exudation/discharge ( kotoran mata )
5. Pseudoptosis
6. Hypertrophy papil
7. Folicle
8. Pseudomembran
9. Granuloma
10. Preauriculer adenopathy (pembesaran kelenjar preauriculer)

Bacterial conjunctivitis

11
Penanganan
• Tergantung kausa
• Bersihkan sekret di pagi hari
• Mencegah pemakaian barang sama (handuk, sapu tangan, dsb)
• Hindari faktor iritasi atau alergen
• Antibiotik tetes / salep tergantung jenis konjungtivitis 3-4x/hari selama 5- 7
hari

Komplikasi
1. Keratitis
2. Ulkus kornea
3. Blefaritis

Prognosis
Fungsionam : dubia et bonam

13. Penatalaksanaan farmakologis (disertai penulisan resep) dan non-farmakologis


dari konjungtivitis (Mata/Farmakologi)
Jawaban:

Many cases of mild bacterial conjunctivitis are selflimiting and resolve without
treatment. However, antibiotic therapy often lessens the patient’s anxiety and ocular
symptoms, shortens the duration of the disease, and prevents recurrence or spread
to the fellow eye. Contagion is also a significant risk. Several severe bacterial
conjunctivitis outbreaks have been reported. Among the more common requests in
ophthalmic practice are releases permitting patients who had conjunctivitis to return
to work or school. Epidemiologic data support the clinical and public health benefits of
early treatment. Current initial treatment for bacterial conjunctivitis is application of a
broad-spectrum topical antibiotic. With the introduction of the highly effective fourth-
generation fluoroquinolones many clinicians have adopted these agents as a first
choice for treating bacterial conjunctivitis. Benefits of the fourth-generation
fluoroquinolones include enhanced tissue penetration, a generally better dosing
profile (moxifloxacin), reduced likelihood for causing resistant strains, and excellent
gram-positive, gram-negative, and atypical mycobacterium coverage.The fourth-
generation fluoroquinolones are also effective against many organisms resistant to
previous generation fluoroquinolones. Alternatively, antibiotics such as
trimethoprimpolymyxin B (Polytrim), gentamicin, or tobramycin solution,instilled as
one drop four times daily for 5 to 7 days,or prior generation fluoroquinolones such as

12
ciprofloxacin, ofloxacin, or levofloxacin, dosed four times daily for 5 to 7 days, may be
prescribed. Bacitracin-polymyxin B (Polysporin), erythromycin, gentamicin,
tobramycin, or ciprofloxacin ointment may be used at bedtime as supplemental
therapy or four times daily in children or other patients who are not comfortable with
eyedrops.

Topical steroids are not indicated for most cases of acute bacterial conjunctivitis. The
exception is acute conjunctivitis accompanied by severe inflammation or
pseudomembranes or true membranes. Concurrent topical antibiotic–steroid therapy
hastens resolution of inflammatory response; however, caution is prudent in cases in
which the infectious agent has not been definitively identified and until the infection
has clearly responded to antibiotic therapy.

Penulisan Resep

Contoh penulisan resep untuk pemberian Gentamycin Eye drop (4 kali sehari 1 tetes
pada mata kanan dan kiri) dan Eye Ointment (1 kali sehari sebelum tidur pada mata
kanan dan kiri)

R/ Gentamycin Eyedrops fl I
S o.4.h gtt I o.d.s
-----------//-------------------- paraf

R/ Gentamycin Eye ointment 5g tube I


S 1 d.d applic o.d.s a.n
---------------//---------------- paraf
14. Prinsip pencegahan pada konjungtivitis (Mata/IKK)
Jawaban:

13
KERANGKA BERPIKIR

MATA MERAH Mekanisme dan patogenesis


- Faktor predisposisi
- Penyebaran infeksi
- Pathology
- Clinical types
DIAGNOSIS BANDING - Clinical pictures
- Clinical course

CONJUNCTIVITIS

Based on type of exudate Based on onset Based on ethiology


Based on conjunctival
 INFEKSI
response  Serous Acute
  Bacterial
• Follicular  Catarrhal Subacute
  Viral
• Papillary  Purulent Chronic
 Chlamydial
• Granulomatous.  Mucopurulent
 Fungal
 Membranous
 Parasitic
 Pseudomembranous
NON INFEKSI
 Allergic
 Irritants
 Endogenous or autoimmune
 Dry eye
 Toxic
 Factitious or
selfinflicted,artefacta
 Idiophatic

PEMERIKSAAN
- Kultur

KOMPLIKASI
Mekanisme - Marginal corneal ulcer
- Superfisial keratitis DIAGNOSIS Kriteria Diagnoosis
dan
Diagnosis Banding
patofisiologi - Blepharitis
- Dacryocystitis

Obat-obat anti mikroba dan anti


inflamasi
- Farmakokinetik dan Farmakodinamik
PREVENSI DAN REHABILITASI
- Indikasi dan indikasikontra TERAPI - Prevensi primer : kaca mata
- Efek samping - Farmakoiogik PROGNOSIS
pelindung
- Non farmakologik - Rehabilitasi dini dan jangka
panjang

Non Farmakologik
- Irigasi saccus conjunctiva
- kompres hangat

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dengan pembahasan kasus ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan


penatalaksanaan kasus konjungtivitis secara komprehensif (kompetensi4A), mulai dari
menegakkan diagnosis melalui anamnesis yang terarah dan pemeriksaan fisik yang tepat,
menentukan pemeriksaan penunjang yang sesuai, hingga memberikan terapi secara
tepat.

14

Anda mungkin juga menyukai