Anda di halaman 1dari 15

Page 1 of 15

BUKU PANDUAN TUTOR


BLOK HEMATOLOGIC & IMMUNOLOGIC
SYSTEM-1

PEMICU 1
Kode: HIS1Pc1

………………………………………………………

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 2 of 15

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


Kegiatan belajar Problem Base Learning (PBL) menggunakan metode 2 (dua) kali diskusi kelompok
(tutorial) untuk setiap pemicu (trigger) dan 1 (satu) kali pertemuan pleno, yang dihadiri para pakar
dari setiap departemen terkait dengan blok HIS
Diskusi dilaksanakan dalam kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 12-15 mahasiswa dan
didampingi oleh seorang tutor yang berperan sebagai fasilitator, dan berlangsung selama 3x50 menit
untuk setiap pertemuan tutorial. Dosen bertindak sebagai tutor yang memfasilitasi jalannya tutorial,
dan bukan sebagai narasumber.
Metode pembelajaran ini bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam belajar mandiri,
menentukan materi pembelajaran, mencari informasi sesuai dengan kebutuhannya, mengasah
keterampilan berfikir kritis (critical thinking) melalui masalah yang relevan dengan keadaan
sebenarnya yang diberikan dalam pemicu, serta mengkomunikasikannya secara efektif dalam diskusi
maupun presentasi.

PELAKSANAAN TUTORIAL
1. PERAN TUTOR
Peran Tutor dalam proses tutorial sangatlah penting, tujuan pembelajaran diharapkan dapat
tercapai melalui peran tutor dalam menciptakan suasana yang kondusif, menyenangkan dan
terarah dalam dinamika kelompok diskusi.
Peran tutor antara lain:
- Berperan sebagai fasilitator yang berfungsi untuk memfasilitasi jalannya diskusi, bukan
sebagai narasumber.
- Membangun keterampilan berfikir metacognitive dari mahasiswa
- Membangun suasana yang menyenangkan sehingga mahasiswa dapat mengekspresikan
pendapat dan perasaannya secara bebas tanpa merasa takut, malu, atau tertekan.
- Membangun dinamika kelompok yang aktif dengan mengikutsertakan seluruh peserta
diskusi.
- Membangun kerjasama tim
- Memberikan umpan balik (feedback) yang konstruktif
- Memberikan penilaian yang adil terhadap setiap mahasiswa dengan memberikan
kesempatan dan perhatian yang sama selama diskusi
- Memberikan penilaian terhadap log-book dan laporan pelaksanaan kelompok diskusi

2. TATA TERTIB TUTOR


Berikut ini adalah tata tertib yang harus diketahui untuk kelancaran proses tutorial:
1. Tutor diharapkan hadir 15 menit sebelum proses tutorial berlangsung.
2. Jika Tutor tidak dapat hadir sesuai jadwal yang ditentukan, Tutor wajib melapor ke penjab
tutorial BBS paling lambat 1 hari sebelumnya dengan menghubungiAdek Syahputra no.
HP 081331499359 atau ke MEU 061-8223645
3. Tutor harus berada di ruangan tutorial selama proses tutorial berlangsung yaitu selama
3x50 menit.
4. Setiap fasilitator wajib mengisi lembaran penilaian terhadap mahasiswa dan lembar berita
acara tutorial dan mengembalikannya kepada pengelola tutorial setelah proses tutorial
selesai.

3. LANGKAH-LANGKAH TUTORIAL
Metode tutorial yang dilakukan di FK USU adalah:
1. Ice Breaking (mencairkan suasana agar lebih akrab dan tidak kaku)
2. Perkenalan (Tutor terlebih dahulu memperkenalkan diri, yang diikuti dengan seluruh
peserta tutorial)

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 3 of 15

3. Pemilihan ketua dan sekretaris kelompok. Bila diperlukan tutor dapat mengingatkan
kembali peran setiap personalia tutorial.
4. Membuat atau mengingatkan kembali peraturan yang sudah disepakati oleh kelompok di
dalam kegiatan tutorial (ground rules)
5. Tutor membagikan lembaran pemicu kepada mahasiswa
6. Mahasiswa membahas masalah pemicu dengan prinsip SevenJumps.
7. Tutor menuliskan learning issue dan hal-hal yang tidak diketahui (we don’t know)
dituliskan di lembaran berita acara
8. Sebelum menutup tutorial, fasilitator akan:
 Membagikan absensi
 Mengisi lembar berita acara mengenai pelaksanaan tutorial
 Membagi lembar feedback tutorial dan fasilitator
 Memasukkan seluruh berkas ke dalam map yang tersedia
 Pada tutorial-1, Tutor mengingatkan mahasiswa agar mengisi log-book tutorialnya
 Pada tutorial ke-2, Tutor mengoreksi log-book mahasiswa.
9. Memberikan umpan balik yang konstruktif terhadap pelaksanaan tutorial, mengucapkan
kata penutup misalnya“Alhamdulillah” atau kata-kata lainnya yang memberikan
motivasi terhadap mahasiswa.

SKEMA LANGKAH-LANGKAH TUTORIAL (SEVEN JUMPS)

Step 1 Step 2 Step 3


Identify and clarify Define the problem(s) to Brainstorming, suggesting possible
unfamiliar terms be discussed explanations on basis of prior
knowledge
Generate hypotheses

Step 6 Step 5 Step 4


Independent study Formulate learning Arrange explanations into
objectives tentative solutions

Step 7
Sharing results of
Langkah 1-5 dilaksanakan pada pertemuan pertama,
independent study langkah 6 merupakan kegiatan belajar mandiri, dan
langkah 7 dilaksanakan pada pertemuan kedua.

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 4 of 15

PEMICU 1
Judul: Pucat

Deskripsi singkat
Anemia defisiensi besi( ADB) merupakan salah satu penyakit hematologi yang memiliki
level kompetensi 4A. Manifestasi klinis berupa pucat, lemah , menurun aktivitas, iritabel .
Melalui pemicu ini mahasiswa diharapkan mampu membandingkan berbagai penyakit
dengan manifestasi klinis pucat dan merencanakan strategi penatalaksanaan kasus anemia
defisiensi besi sesuai dengan kompetensi 4A.

Skenario

Lembar 1:
Seorang anak laki2, usia 4thn 3 bln dibawa ibu ke Puskesmas dengan keluhan pucat dan
suka makan pasir . Keluhan pucat ini disadari ibu sejak 2 bulan yang lalu dan suka makan
pasir sudah sejak 1 bulan . Menurut ibu , anak tampak lemah, mudah capek kalau bermain
dan berlari dan kurang nafsu makan .

Lembar 2:
Pasien tampak lemah dan malas beraktivitas dalam 1 bulan ini. Pasien anak ke dua dari 3
orang saudara ,tinggal dirumah bersama orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik dan
ibu berjualan kebutuhan rumah tangga di rumah , rumah lantai semen , mempunyai fasilitas
jamban keluarga .
Pada pemeriksaan fisik:
Anak sadar , pucat, ikterus (-) , sesak (-). Keadaan umum sedang , keadaan penyakit
sedang , keadaan gizi kurang. Berat Badan: 13 kg, Tinggi badan 92 cm .Temp 37,3 C.
Tanda vital Frekwensi nadi 98 x/mnt, reguler, t/v cukup,Frekwensi nafas : 28 x/mnt,
Jantung dan paru : HR 98x/menit ditemukan desah sistolik tkt II-III. Pernafasan normal tanpa
suara tambahan. Hepar teraba 2 cm BAC kanan dengan permukaan rata, tepi tumpul dan
tanpa nyeri tekan. Limpa tidak teraba .

Lembar 3:
Berdasar hasil laboratorium diperoleh Hb 3.5 gr/dL, Lekosit 6050/mm3, dif.tel
(6/1/21/41/26/5 ) dengan LED 30 mm/jam , trombosit 550.000/mm3 , MCV 56 fL, MCH 20
pg, MCHC 21 gr/dL , RDW 19 % .
Pemeriksaan morfologi darah tepi : mikrositer-hipokromik, sel target . Bentuk lekosit dan
trombosit normal .Tidak ditemukan parasit malaria.
Pada pemeriksaan tinja ditemukan telur cacing .

Langkah tutorial pertemuan pertama

STEP 1: Mengklarifikasi istilah yang tidak dimenegerti


Pada tahap ini mahasiswa akan mengidentifikasi dan menyatukan persepsi
mengenai beberapa istilah yang dirasakan asing sehingga dalam diskusi berikut
mahasiswa memiliki pemahamahan yang sama mengenai kasus yang dibahas.
STEP 2: Merumuskan masalah yang akan didiskusikan
Masalah pada lembar 1: Kondisi apa saja yang dapat menyebabkan anemia ?
Masalah pada lembar 2 : Bagaimana pengaruh nutrisi dan infeksi terhadap terjadi
Anemia defisiensi besi dan bagaimana manifestasi klinis ?
STEP 3: Brainstorming menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya
oleh masing-masing mahasiswa, merumuskan hipotesis atau penjelasan
yang paling mungkin mengenai kasus.

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 5 of 15

Pada pembahasan lembar 1 , Pada tahap ini mahasiswa diharapkan dapat menganalisis
bahwa masalah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal , yakni:
1. Penyebab anemia secara garis besar
2. Gangguan produksi sel darah : - asupan nutrisi tidak adekuat
- anemia akibat infeksi dan penyakit kronis
- anemia aplastik dan hipoplastik
3. Anemia akibat pemecahan sel darah merah : diturunkan dan didapat
4. Anemia akibat perdarahan

Dari seluruh hipotesis yang ada , mahasiswa diharapkan dapat menentukan hipotesis
berdasarkan penjelasan hasil anamnesis dan faktor resiko yang sesuai .
Setelah diberikan lembar 2 , hipotesis mahasiswa akan lebih terarah kepada diagnosis
diferensial : (1) . Anemia defisiensi besi ; (2) Anemia penyakit kronis ; (3) . Talasemia minor
dengan berdasarkan hasil anamnesis dengan laboratorium diperoleh anemia mikrositik
hipokromik .

Lembar 3 :

Pemeriksaan penunjang :
Saturasi transferin :8%
Feritin : 8 g/dL
TIBC : 280 g/dL
Serum Iron : 7 µg /dL
FEP : 150 µg/dL

Pemeriksaan Hb elektroforesis : Hb A 98.5 % , Hb A2 : 1.5%

STEP 4 : Menganalisis hipotesis

Pada tahap ini mahasiswa diharapkan akan mendiskusikan kasus sesuai dengan
pengetahuan yang mereka miliki
Masalah pada lembar 1:
- Bagaimana histologi sistem hematopoiesis
- Bagaimana metabolisme besi
- Patofisiologi terjadi pucat pada anemia defisiensi besi
- Patofisiologi ADB pada kecacingan
- Klasifikasi anemia
- Diagnosa banding anemia mikrositik hipokromik
- Dignosa banding anemia normositik hipokromik

Masalah pada lembar 2:


- Penyebab anemia defisiensi besi pada bayi , anak dan remaja , dewasa , lansia
- Bagaimana pembagian anemia berdasarkan indeks eritrosit
- Bagaimana peran atau fungsi zat besi pada sintesis heme / hemoglobin
- Bagaimana proses absorbsi dan distribusi zat besi pada anemia
- Apa yang mempengaruhi absorbsi besi
- Bagaimana hubungan asupan nutrisi pada anemia defisiensi besi
- Bagaimana terjadinya anemia defisiensi besi pada kecacingan

Masalah pada lembar 3 :


- Apa saja pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis anemia defisiensi
besi: Pemeriksaan analisa indeks eritrosit dan profile besi serta interpretasinya?

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 6 of 15

- Terangkan diagnosis banding anemia defisiensi besi


- Terangkan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan DB dan ADB
- Bagaimana prinsip penatalaksanaan DB dan ADB
- Bagaimana prinsip pemilihan nutrisi pada ADB bayi, anak dan remaja
- Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik preparat besi dan anti helmintik
- Apa saja komplikasi anemia defisiensi besi pada bayi , anak, remaja , dewasa ?
- Bagaimana pencegahan terjadinya anemia defisiensi besi ?
- Apa saja bahan makanan sumber zat besi dan faktor yang berkaitan dengan
bioavailabilitas zat besi

Step 5: Merumuskan tujuan pembelajaran (learning objectives)


Pada akhir tutorial pertama , mahasiswa diharapkan dapat merumuskan tujuan pembelajaran ,
yakni :
a. Pembagian anemia secara garis besar berdasar etiologi
b. Pembagian anemia berdasar indeks eritrosit
c. Etiologi anemia defisiensi besi secara garis besar
d. Bagaimana patofisiologi anemia defisiensi besi
e. Bagaimana membedakan antara anemia defisiensi besi , anemia penyakit
kronis dan talasemia minor
f. Bagaimana penatalaksanaan anemia defisiensi besi : diagnosis , terapi
( farmakologi dan non-farmaka ) dan pencegahan
g. Bagaimana komplikasi anemia defisiensi besi

Langkah tutorial pertemuan kedua

1. Mahasiswa mendiskusikan hasil belajar mandiri masing-masing bersama kelompok.


2. Setiap mahasiswa diharuskan membawa minimal 3 bahan referensi berupa jurnal atau
buku teks yang diperoleh melalui belajar mandiri.
3. Pembahasan hasil belajar mandiri tidak harus dalam bentuk pemaparan dan presentasi
flipchart, melainkan dapat juga berupa diskusi.
4. Presentasi dalam bentuk flipchart terutama bermanfaat dalam memaparkan diagram atau
gambar, namun tidak disarankan untuk sekadar narasi.
5. Untuk mengaktifkan setiap mahasiswa dan mengevaluasi hasil belajar mandiri mereka,
tutor dapat berimprovisasi dengan menunjuk mahasiswa untuk memaparkan hasil belajar
mandiri, tidak semata-mata berdasarkan pembagian tugas yang disepakati oleh
kelompok.
6. Kelompok akan menyimpulkan hasil tutorial. Mahasiswa diharapkan mampu membuat
beberapa kesimpulan hasil belajar, tidak hanya kesimpulan diagnosis.
Kesimpulan pemicu ini adalah:
A. Etiologi anemia secara garis besar
B. Etiologi defisiensi besi secara garis besar
C. Patofisiologi anemia defisiensi besi
D. Mampu membedakan anemia defisiensi besi , anemia penyakit kronis dan
talasemia minor secara klinis ( anamnesis dan fisik diagnostik) dan laboratorium
E. Penatalaksanaan anemia defisiensi besi : diagnosis , terapi farmaka dan non
farmaka , pencegahan
F. Komplikasi anemia defisiensi besi

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 7 of 15

KERANGKA KONSEP
Pucat , lemah, makan pasir
Tanpa organomegali

Diagnosa Banding :
1. Anemia Defisiensi Besi
2. Anemia Penyakit Kronis
3.Talasemia minor

Prinsip pemilihan Pemeriksaan Penunjang


Interpretasi

Darah lengkap & Tinja


Analisa apusan darah tepi
Profil besi ( Serum Iron , saturasi
Transferin, Serum iron , Serum Ferritin ,
TIBC )

Komplikasi dan Penatalaksanaan


Anemia Defisiensi Besi
Prognosis

Farmakologik : Nonfarmakologik :
preparat besi, vitamin Tunjangan nutrisi
antihelmentik Edukasi ,
Transfusi komponen darah

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 8 of 15

Jawaban learning issues sebagai bahan panduan bagi tutor

Nilai hemoglobin

Level Hemoglobin and Hematocrit ( WHO 2001 )

3
HIS-2013

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 9 of 15

Normal red blood cell values in children

AGE HEMOGLOBIN (g/dl) MCV (fl)


Mean -2 SD Mean -2 SD
Birth (cord blood) 16.5 13.5 108 98
1-3 days (capillary) 18.5 14.5 108 95
1 week 17.5 13.5 107 88
2 weeks 16.5 12.5 105 86
1 month 14.0 10.0 104 85
2 months 11.5 9.0 96 77
3-6 months 11.5 9.5 91 74
0.5-2 years 12.0 10.5 78 70
2-6 years 12.5 11.5 81 75
6-12 years 13.5 11.5 86 77
12-18 years, female 14.0 12.0 90 78
12-18 years, male 14.5 13.0 88 78
18-49 years, female 14.0 12.0 90 80
18-49 years, male 15.5 13.5 90 80
6

Klasifikasi anemia berdasar nilai MCV

Classification of Anemia

Screening Hb ↓ CBC:
MCV- MCH
Peripheral blood
smear
Reticuloyte index
Microcytic, Normocytic, Macrocytic
hypochromic normochromic
MCV >95 fL
MCV <80 fL MCV 80-95 fL
MCH <27 pg MCH ≥ 27 pg

Megaloblastic:
Iron deficiency anemia Hemolytic anemia
vitamin B12
Thalassemia Anemia chronic disease deficiency or folat
Anemia chronic disease Non-megaloblastic:
Anemia due to bleeding
Lead poisoning alcohol, liver
Renal disease
Sideroblastic anemia disease,
Mixed deficiency myelodysplasia
Bone marrow failure Aplastic anemia
HIS-2013 15

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 10 of 15

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Definisi anemia adalah berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin
dibawah 2 SD dari rerata hemoglobin sesuai usia .
Anemia nutrisional (WHO,1968), adalah kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari
normal sesuai dengan usia, jenis kelamin , kondisi fisiologis dan ketinggian dari permukaan
laut akibat kekurangan bahan nutrisi seperti besi , asam folat, vitamin B 12 dan tembaga
(Cu ),vitamin C, E ,A. Terminologi anemia nutrisional sudah jarang digunakan saat ini , tetapi
masih digunakan oleh International Nutritional Anemia Consultative Group (INACG). WHO
dalam laporan pada INACG 2000 maupun UNICEF melaporkan 2 milyar penduduk dunia
menderita anemia dan yang terbanyak akibat defisiensi besi terutama dinegara sedang
berkembang.
Besi terdapat dalam tubuh dalam dua bentuk yaitu yang berfungsi untuk metabolik dan
cadangan . Bila cadangan besi menurun maka disebut defisiensi besi sedang bila berlanjut
sehingga kadar hemoglobin turun dibawah normal disebut anemia defisiensi besi.

Defisiensi besi merupakan defisiensi mikronutrien terbanyak didunia .


Anemia defisinsi besi bila ditemukan rata rata volume sel darah merah rendah ,
berkurangnya kadar besi serum , berkurangnya kadar ferritin serum , peningkatan kapasitas
pengikatan besi serum , peninggian protoporphyrin sel darah merah , peningkatan distribusi
sel darah merah ( RDW = Red cell width) , peningkatan konsentrasi hemoglobin setelah
pemberian terapi besi .
Anemia defisiensi besi merupakan kelainan nutrisi yang paling banyak pada masa infant
yang selanjutnya memberi efek pada komunitas di Negara maju maupun berkembang
antara lain hilangnya selera makan, mudah lelah , perubahan perilaku, produktivitas
bekerja, kapasitas kognitif dan intelektual, gangguan prestasi belajar, berkurangnya daya
tahan terhadap infeksi, penurunan imunitas, takikardia akhirnya pembesaran jantung. Pada
anak yang lebih besar akan terjadi berkurangnya motorik dan kognitif dan tidak mampu
konsentrasi.
Anemia defisiensi besi ditemukan pada 25% bayi dan anak diseluruh dunia . Prevalensi ADB
anak Di Indonesia , berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas) 2013 , hampir 30%
anak usia 1 – 14 tahun menderita ADB sedang data dari South East Asia Nutritian Survey
(SEANUTS) tahun 2013 didapat 55% anak usia 6 -21 bulan menderita anemia defisiensi besi.
Besi bersama protein (globin) dan protoporfirin berperan penting dalam pembentukan
hemoglobin. Aspek klinis dan pengaruhnya pada tumbuh kembang anak terjadi akibat
kekurangan pembelahan sel dan sintesis hemoglobin .Penelitian saat ini menilai pengaruh
mikronutrien terhadap tumbuh kembang anak terutama terhadap perkembangan otak .
Salah satu mikronutrien adalah besi dimana defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan otak yang permanen. Konsekwensi dari defisiensi besi
adalah anemia , gangguan tumbuh kembang , perubahan epitel saluran cerna , pika .

METABOLISME BESI

Besi merupakan elemen yang sangat penting pada komplek heme. Terdapat pada
hemoglobin , mioglobin , sitokrom untuk transportasi oksigen dan besi yang tidak terikat

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 11 of 15

merupakan radikal bebas yang akan bersifat toksik terhadap sel sehingga menyebabkan
kerusakan jaringan maupun lemak. Besi diabsorbsi di duodenum ,kemudian diangkut ke
dalam plasma oleh protein pembawa (transferin) menuju sel-sel tubuh untuk disimpan atau
digunakan. Total kadar besi tubuh dewasa 55 mg/Kg BB , kira kira 67% sebagai pembawa
oksigen (hemoglobin) , 3% terdapa pada mioglobin, 30% pada ferritin dan hemosiderin ,
0.07% sebagai transferin besi dan 0.2% sebagai heme enzim. .
Absorbsi besi memegang peranan penting pada regulasi homeostasis besi. Absorbsi akan
meningkat bila cadangan besi tubuh rendah atau eritropoesis meningkat dan absorbsi akan
turun bila cadangan besi cukup.
Bioavailabilitas besi dipengaruhi oleh komposisi zat gizi dalam makanan . Absorbsi besi
dipengaruhi interaksi antara makanan dan kandungan makanan tersebut apakah besi heme
atau non heme. Bahan yang dapat menghambat absorbsi besi adalah kulit padi (phytat) ,
tanin (terdapat dalam teh, kopi) , kuning telur, tanah liat ,laundry starch, kelebihan besi
(iron overload) . Bahan yang dapat menambah absorbsi besi yaitu makanan yang kaya
vitamin seperti asam askorbat , asam sitrat yang diberi saat makan , asam amino (berasal
dari daging, ikan , unggas ) dan kondisi defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi merupakan tingkat terakhir atau puncak gunung es dari tingkatan
kekurangan besi pada manusia. Tingkatan defisiensi besi yaitu :
1. Storage iron defiiency ( Prelatent iron deficiency )
Pada stadium ini cadangan besi menurun , absorbsi besi meningkat pada saluran
cerna. Ditemukan penurunan serum ferritin , konentrasi besi dalam sumsum tulang
dan jaringan hati menurun .
2. Iron limited erythropoiesis ( Latent iron deficiency)
Cadangan besi menurun. Pada stadium ini terjadi penurunan serum ferritin, serum
iron da saturasi transferrin, peningkatan total iron binding capacity, peningkatan FFP
sedang kadar hemoglobin masih dalam batas normal.
3. Iron deficiency anemia
Akibat balans besi negatif yang berkepanjangan maka produksi sel darah merah
terganggu yang mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin yang menyebabkan
anemia mikrositik hipokromik.Terjadi penurunan Hb, MCV, MCH dan MCHC , serum
iron, peningkatan TIBC, penurunan saturasi transferrin.
Penyebab kekurangan besi disebabkan karena :
1. Berkurangnya masukan besi akibat kandungan besi yang rendah dalam diet ,
rendahnya bioavailabilitas besi dari makanan yang dikonsumsi .
2. Menurunnya absorbsi besi . hal ini akibat malabsorbsi besi akibat diare kronik ,
sindrom malabsorbsi , alergi susu sapi, sprue, gastrektomi parsial atau total
3. Pengeluaran besi yang kronis.Misal akibat perdarahan saluran cerna , infestasi cacing
terutama dinegara sedang berkembang, feto-maternal transfusion , obat-obatan .
4. Peningkatan kebutuhan besi misal pada masa pertumbuhan : prematuritas, infant ,
anak dan remaja .

ASPEK KLINIS

Defisiensi besi pada anak terutama terjadi pada usia antara 6 bulan – 3 tahun dan 11 - 17
tahun karena pada masa itu merupakan pertumbuhan cepat dan penambahan masa sel
darah merah. Manifestasi klinis yang ditemukan

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 12 of 15

1. Saluran cerna :
- Anoreksia
- Pika yaitu merupakan kebiasaan memakan bahan yang tidak biasa dimakan
misalnya : pagophagia (makan es) , geophagia (makan pasir, lumpur), serabut
pakaian (amylophagia)
- Perubahan epitel : atrophy glossitis , angular stomatitis,mukosa lambung
- Disfagia
- Penurunan keasaman lambung (gastric achlorhydria)
- Sindrom malabsbsorbsi

2. Sistem saraf pusat dan perubahan behavior


- Mudah lelah
- Mudah marah
- Gangguan penghantaran
- Perkembangan mental dan motorik yang terlambat : ditentukan dengan
Bayley scale
- Prestasi kognitif dan behavioral pada anak kurang
Pada infant (usia 0-12 bulan) dan anak pra sekolah (usia 1-5 tahun) anemia
defisiensi besi mengakibatkan perkembangan yang terlambat, gangguan
behavior seperti menurunnya aktifitas motorik, interaksi sosial dan perhatian.
Perkembangan yang terlambat akan menetap jika kekurangan besi tidak di
atasi.
3. Sistem kardiovaskuler
- Peningkatan denyut jantung dan curah jantung
- Hipertropi jantung
- Peningkatan volume plasma
- Peningkatan nilai pernafasan per-menit
4. Sistem muskuloskeletal
- Defisiensi mioglobin dan cytochrome C
- koilonychia (kuku konkav atau spoon shape )
- Menurunnya kemampuan fisik
- Perubahan gambaran radiografi yaitu pelebaran ruang diploeic
- Efek pada penyembuhan fraktur
5. Retardasi pertumbuhan

DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik , pemeriksaan penunjang.
Bila sarana terbatas ,diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:
- anemia tanpa perdarahan
- tanpa organomegali
- respon terhadap terapi besi

Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap : jumlah sel darah merah, Hb, Ht, berkurang. Blood
smear; mikrositik hipokromik sel darah merah , kadang ditemukan anisositosis , sel
target. Trombositosis dapat ditemukan pada anemia defisiensi besi.

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 13 of 15

2. Free erythrocyte protoporphyrin meningkat


3. Serum ferritin menurun
(Test yang paling efisien untuk mengukur cadangan besi tubuh yaitu : Serum ferritin )
4. Serum iron menurun
5. Peningkatan TIBC
6. Pemeriksaan sumsum tulang : bila dibutuhkan

Lanzkowsky menyimpulkan ADB dapat diketahui melalui :


1. Pemeriksaan apusan darah tepi hipokromik mikrositer , dikonfirmasi dengan kadar
MCV, MCH, MCHC,yang menurun
2. Red cell Distribution width (RDW) >17%
3. FEP meningkat
4. Serum Ferritin menurun
5. Fe serum menurun , TIBC meningkat , ST < 16%
6. Respon terhadap pemberian preparat besi
Trial pemberian preparat besi elemental dosis 3 – 5 mg/KgBB/hari selama 3- 4
minggu , terjadi peningkatan kadar Hb 1 – 2 g/dL, maka dapat dipastikan ADB .

Kriteria diagnosis ADB menurut WHO:


1.Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
2.Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata31% ( N:32-35%)
3.Kadar Fe serum < 50 ug/dL (N:80-180 ug/dL)
4.Saturasi transferin<15% (N:20-50%)

PENATALAKSANAAN

1.Mengetahui faktor penyebab: riwayat kelahiran dan nutrisi , adanya perdarahan yang
abnormal , paska pembedahan kemudian mengatasinya serta memberi terapi pengganti
dengan preparat besi
2.Preparat besi
Preparat yang tersedia ferous sulfat,ferous glukonat,ferous fumarat,ferous suksinat. Untuk
mendapatkan respon pengobatan dipakai dosis besi elemental 3 - 5 mg/KgBB/hari diberi
dalam 2- 3 dosis. Respon terapi dengan menilai kenaikan kadar Hb/Ht setelah satu bulan
atau retikulosit meningkat dalam 3 – 5 hari dimulai pengobatan , mencapai puncak hari ke 7
– 10 . Bila respon ditemukan, terapi dilanjut sampai 2-3 bulan.
Bahan yang tersedia :
Sediaan Kandungan besi (mg) Besi elemental (mg) % besi
Per tablet Per tablet

Ferrous fumarate 200 66 33


Ferrous gluconate 300 36 12
Ferrous sulphate 300 60 20
Ferrous sulphate 200 74 37
(anhydrous)

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 14 of 15

3.Transfusi darah
Jarang diperlukan, hanya diberi pada keadaan anemia yang sangat berat dengan kadar Hb <
6 g/dL. Komponen darah yang diberi PRC dimulai dengan dosis 5 mL/Kg BB. .
4. Pengobatan masal / masyarakat
Pendekatan secara holistik diperlukan dalam menanggulangi anemia defisiensi besi seperti
memperbaiki sanitasi , air yang bersih , imunisasi , perawatan kesehatan dan kebersihan diri
(personal hygiene )seperti mandi , cuci tangan dengan air mengalir .
Infeksi kecacingan seperti cacing tambang dan investasi cacing lainnya harus segera diobati.
Edukasi pemilihan bahan nutrisi , pemberian nutrisi mencegah ADB sejak bayi , anak dan
remaja .
5.Tahapan pemberian nutrisi pada malnutrisi dengan ADB pada bayi , anak dan remaja
(div.nutrisi dan metabolik IKA)

PENCEGAHAN
1. Nasehat mengenai nutrisi antara lain mempertahankan pemberian ASI eksklusif
sampai usia kira kira 6 bulan dan penambahan besi 1 mg/Kg/hari.
2. Pemberian fortifikasi besi 6 – 12 mg/L pada susu formula sampai usia 1 tahun dan
fortifikasi besi pada cereal dari usia 6 bulan samapi 1 tahun.
3. Makanan padat pertama yang kaya besi diberi pada usia 6 bulan dan memberikan
sumber makanan alami terutama berasal dari hewani ( mengandung besi heme)
yang mudah diserap dan makanan yang mengandung vitamin C dan A .
Menghindari faktor-2 yang mengurangi absorbsi besi seperti tannin,phytates.
4. Whole cow’s milk sebaiknya ditunda sampai usia satu tahun karena dapat
menyebabkan occult gastrointestinal bleeding.
5. Pemakaian PASI ( susu formula ) yang mengandung besi
6. Kontrol infeksi virus , bakteri , parasit.Mengobati infeksi akibat kecacingan.
7. Suplementasi besi merupakan cara paling tepat untuk menanggulangi ADB di daerah
dengan prevalensi tinggi. Dosis yang dianjurkan:
- bayi berat badan normal dimulai sejak usia 6 bulan dianjurkan 1 mg/Kg BB/hari
- bayi 1.5-2.0 Kg : 2 mg/kGBB/hari
- bayi 1.0-1.5 Kg : 3 mg/KgBB/hari
- bayi < 1 Kg : 4 mg/KgBB
8. Fortifikasi bahan makanan pendamping ASI seperti sereal .

Kepustakaan:
1.Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia .Manual of Pediatric Hematology and Oncology
.Edisi ke-6. London:Elsevier inc,2016.h.69-83.
2.RISKESDAS 2013.Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan.kementrian Kesehatan
RI,2013.
3. Rini P, Murti A, Harry Raspati .Anemia defisiensi besi.Dalam:Windiastuti E, Nancy YM ,
Mulatsih S, sudarmanto B,Ugrasena IDG ,penyunting. Buku Ajar Hematologi-Onkologi
Anak.Jakarta-BP IDAI,2018.h.27-40.
4. Sills R .Iron Deficiency Anemia . Dalam: Kleigman RM,Stanton BF,St Geme JW, Schor NF,
penyunting Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-20. Philadelphia :Elsevier Inc. 2016 ;
455:2323-26.

[Type text] [Type text] [Type text]


Page 15 of 15

5.Will AM.Disorders of iron metabolism: iron deficiency, iron overload and sideroblastic
anemias. Dalam:Arceci RJ,Hann IM,Smith OP,penyunting .Pediatric Hematology.Edisi ke-3.
New York:Blackwell,2006.h.79-104.

[Type text] [Type text] [Type text]

Anda mungkin juga menyukai