FOR STUDENT
MKK PULMONOLOGI
& KEDOKTERAN RESPIRASI
MKK IKM-KP
Contributors,
dr. NUNUK SRI MUKTIARTI, Sp.P(K)
dr. TEGUH R SARTONO, Sp.P(K)
dr. YANI JANE SUGIRI, Sp. P(K)
Dr. dr. SUSANTHY DJAJALAKSANA, Sp.P(K)
dr. NGAKAN PUTU P PUTRA, Sp.P(K)
dr. TRIWAHJU ASTUTI, M.Kes, Sp.P(K)
dr. SURYANTI DWI PRATIWI, Sp.P(K)
dr. IIN NORCHOZIM, Sp.P(K)
dr. UNGKY AGUS SETYAWAN, Sp.P
dr. RAHCMAD SARWO BEKTI, MMed
dr. YHUSI KARINA R., MSc.
dr. DEWI MUSTIKA, M.Biomed
Medical Faculty
Universitas Brawijaya
2016
PBL HANDBOOK FOR TUTOR
6th SEMESTER
ACADEMIC YEAR 2016/2017
Metode belajar berbasis masalah dengan 7 langkah (PBL 7 jumps) merupakan salah
satu metode belajar yang sering digunakan di dunia pendidikan kedokteran. Metode ini
pertama kali dikenalkan oleh Barrow (1980) sebagai bentuk pembelajaran yang diyakini
dapat menstimulus kemampuan penalaran klinis calon dokter. Barrow dan Tamblyn (1980),
yang dianggap sebagai Bapak-bapak PBL, mengatakan bahwa selama berpuluh-puluh tahun
pembelajaran di kedokteran terlalu menekankan pada hafalan yang seringkali tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung untuk menyelesaikan masalah kedokteran riil. Mereka
berpikir alangkah baiknya bila pembelajaran mendekatkan masalah riil dengan ilmu yang
akan digunakan sehingga pada saat menjumpai masalah, ilmu, konsep dan teori dapat lebih
optimal digunakan. Oleh karena itu metode yang dikenalkan oleh Barrow dan Tamblyn ini
dilakukan dengan memberikan kepada mahasiswa masalah pasien untuk dipelajari dan
diselesaikan daripada menjejali dengan materi kuliah berjam-jam. Pendekatan belajar ini
dengan demikian memiliki dua tujuan utama, yaitu: 1) mengasah kemampuan pemecahan
masalah (problem solving) sekaligus 2) mendapatkan pengetahuan yang terintegrasi yang
relevan dengan masalah yang dihadapi. Dalam perkembangannya metode belajar PBL ini
ternyata juga berkontribusi positif pada peningkatan penguasaan pengetahuan,
kemampuan komunikasi kolaboratif serta aplikasi kedokteran berbasis bukti (evidence
based medicine).
Dalam dasawarsa terakhir, PBL telah menjadi salah satu trend setter pembelajaran
di fakultas kedokteran di dunia. Oleh karenanya, Standar Pendidikan Profesi Dokter
Indonesia menjadikan PBL sebagai pendekatan standar untuk Kurikulum Berbasis
Kompetensi di Pendidikan Dokter Indonesia. Metode pembelajaran PBL biasanya didisain
sebagai suatu pembelajaran dalam kelompok yang terdiri dari 10-15 mahasiswa yang sering
disebut kelompok diskusi kecil yang difasilitasi oleh seorang dosen yang disebut dengan
Tutor. Tutor dalam PBL bukanlah seorang pakar/narasumber dalam diskusi namun sebagai
penstimulus dinamika kelompok serta memonitor jalannya diskusi dalam mencapai sasaran
belajar yang telah ditetapkan. Diskusi PBL dimulai dengan paparan masalah yang biasanya
berupa deskripsi dari suatu fenomena yang membutuhkan penjelasan. Masalah ini sering
disebut dengan skenario pemicu. Kelompok diskusi kecil, tutor dan skenario pemicu
merupakan tiga unsur utama dalam pembelajaran PBL.
Pembelajaran PBL 7 jumps biasanya dibagi dalam dua sesi pembelajaran yang dilakukan
dalam hari yang berbeda. Langkah 1 s/d 5 dilakukan pada sesi pertama, dan langkah 7
dilakukan pada sesi kedua, sementara langkah 6 dilakukan diantara dua sesi sebagai bentuk
tugas individu. Dalam KBK Pendidikan Dokter, sesi I biasanya dilakukan pada hari Senin,
sementara untuk sesi II dilakukan pada hari Rabu atau Kamis. Sementara belajar individu
dilakukan dengan cara menggali informasi dari kuliah-kuliah terjadwal, wawancara
narasumber, praktikum, maupun mencari informasi dari literatur di internet maupun text
book di perpustakaan dilakukan diantara sesi I dan Sesi II. Pada sesi II setiap individu
melaporkan hasil belajarnya dalam kelompok diskusi untuk kemudian disusun menjadi hasil
diskusi kelompok dalam bentuk Laporan Diskusi PBL.
Hal pertama yang perlu dilakukan dalam menghadapi masalah adalah membuat segala yang
tidak jelas, terutama terhadap penggunaan istilah dalam masalah. Dengan melakukan hal ini
diharapkan setiap peserta diskusi memiliki pandangan yang sama tentang skenario yang
dihadapi serta ruang lingkupnya.
Setidaknya ada tiga aktivitas yang dilakukan langkah pertama ini, yaitu;
Pada tahap ini, peserta diskusi harus memiliki kesepakatan terhadap masalah atau
fenomena yang membutuhkan penjelasan dan hubungan-hubungan teoritik yang ada
diantara masalah. Kadang masalah sudah jelas sejak awal sehingga kelompok dapat
langsung menuju langkah 3. Namun demikian pada beberapa kasus, hubungan variable
penting dalam kasus tidak selalu jelas dan membutuhkan penjelasan. Dalam langkah ini,
kelompok mengidentifikasi hal-hal yang kemungkinan menjadi masalah dalam kasus dari
cue and clue yang ada.
Langkah ini merupakan langkah untuk menggunakan pengetahuan yang telah didapatkan
sebelumnya untuk menjelaskan daftar masalah yang telah disepakati pada langkah kedua.
Masing-masing peserta tim diharapkan dapat berkontribusi menyumbangkan ide
konstruktifnya dalam menjelaskan masalah yang ditemukan berdasarkan pengetahuan
terbaik yang telah dimiliki.
Pada tahap ini, peserta diskusi diharapkan telah memiliki kerangka konsep yang lebih jelas
dari masalah-masalah yang telah dijelaskan, termasuk hubungan antara pertanyaan dan
variabel baru yang muncul saat brainstorming. Pada tahap ini pemimpin diskusi diharapkan
mampu membuat anggota kelompok menyepakati urutan prioritas masalah yang akan
menjadi tujuan belajar.
Langkah ini merupakan konklusi sementara dari langkah 4, dimana semua peserta diskusi
bersepakat terhadap masalah yang dapat dipahami (dapat dijelaskan secara logis dan
meyakinkan) serta masalah mana yang menjadi kebutuhan bersama untuk dipelajari baik
dari kuliah, baca literatur, diskusi dengan pakar serta aktivitas akademik lain yang mungkin
dilakukan pada langkah 6. Pada langkah ini anggota kelompok menyepakati rencana aksi
(action plan) dengan distribusi tugas masing-masing anggota.
Masing-masing peserta diskusi mencari informasi terkait dengan teori, konsep, atau
penjelasan akademik yang relevan dengan daftar tujuan belajar yang telah ditetapkan pada
langkah 6.
Anggota kelompok bertemu kembali untuk mendiskusikan informasi yang didapat masing-
masing sebagai tahap akhir dari PBL. Pada tahap ini peserta diskusi menyepakati bentuk
laporan bersama
Seperti namanya, tugas pemimpin diskusi adalah menjamin agar diskusi berjalan lancar
sesuai dengan tahap-tahapnya. Pemimpin bertanggung jawab mendistribusikan
kesempatan setiap anggota diskusi untuk berpendapat, menjaga dinamika diskusi dan
melakukan monitor terhadap waktu serta hasil diskusi. Tugas pemimpin diskusi juga
memastikan scribe dapat mengimbangi jalannya/dinamika diskusi serta melakukan
perekaman pendapat yang muncul dalam diskusi secara akurat. Pemimpin juga memiliki
tanggung jawab dalam memastikan pembagian tugas belajar kelompok.
Tugas dari Scribe adalah mencatat jalannya diskusi, termasuk merekam sumber-sumber
belajar yang dikemukakan atau digunakan di dalam diskusi. Scribe mengumpulkan
catatan atau ide dari semua anggota dan menyarikannya sebagai hasil diskusi kelompok.
C. Anggota Diskusi
Peran anggota diskusi adalah mengikuti langkah-langkah diskusi sesuai tahapannya dan
secara aktif berpartisipasi dalam diskusi. Kelancaran diskusi ditentukan oleh
keterbukaan masing-masing anggota kelompok untuk saling mendengar dan
menerima/berbagi informasi yang dimiliki serta saling menghargai pendapat yang
dikemukaan di dalam diskusi.
CASES
SECTION
SCENARIO1
History
You ask Mr. Andi Agam some specific questions about his recent health and
the history is clarified. He has been having some breathlessness on
exertion for about eighteen months. He thinks it is fairly constant but never
happens at rest and never disturbs his sleep. He does not wheeze. He
has had a cough for as long as he can remember, worst in the
mornings, but also periodically during the day. He brings up 'about a
teaspoon' of brownish sputum during his morning coughing but He has
never coughed up any bright blood.
He has gradually gained weight (about 10 kg) over the last three or four
years. He puts this down to a less active job.
You review his history: Smokes: 30–40 cigarettes a day since his late teens;
Alcohol: 4 pots of beer on Friday nights
Past medical history: usually has 'bronchitis' each rainy season, requiring one
or two courses of antibiotics. No other past history of note. Family history: nil
of note.
Occupational history: He has worked in the mining industry since the age of
16 years, in Papua, and currently in South Sulawesi for 12 months. He has
never worked underground. When not working in the mining industry, he has
done contracting work for councils or builders. He has had occupational
exposure to gold, silver and copper – although mostly to 'diesel and dust!' he
says. To his knowledge he has never been exposed to uranium, asbestos or
nickel.
Skenario PBL
Skenario I
Suatu pagi, terjadi kebakaran di pemukiman warga di dekat pasar Kebalen di Kota Malang.
Dokter Amir, seorang dokter yang baru diterima PNS kota dan menjadi dokter fungsional di
puskesmas kedungkandang mendapatkan instruksi dari Kepala Puskesmas untuk membantu
penanganan korban sebagai tim medis bantuan. Amir agak gugup, karena selama menjadi
mahasiswa kedokteran belum pernah sekalipun terlibat dalam tim tanggap bencana. Kepala
Puskesmas yang sedang keluar kota menghadiri rapat, memberikan ultimatum tim harus
siap dalam waktu maksimal dua jam dan sudah harus segera meluncur ke Tempat Kejadian
Perkara karena Kepala Daerah setempat memberikan ultimatum seperti itu. Akhirnya
setelah melakukan koordinasi dengan perawat senior, tim tanggap bencana Puskesmas
Kedungkandang berangkat ke tempat kejadian perkara, terdiri dari 1 orang dokter, 3
perawat, 1 relawan dan 1 sopir.
Sesampainya di TKP Amir dan tim melihat api masih berkobar hebat, karena memang bulan
itu sedang musim kemarau dengan banyak angin. Segera perawat senior menghubungi
Koorlok penanggulangan bencana yang ada di tempat dan melaporkan fasilitas yang dapat
diberikan oleh Tim PKM Kedungkandang. Sesaat setelah lapor tim mendapatkan seorang
laki-laki paruh baya berusia 50 tahunan datang bersama petugas PMK dengan keluhan
lemas dan sesak. Wajah laki-laki tersebut berkeringat dan berwarna hitam jelaga. Menurut
petugas PMK, laki-laki tersebut ditemukan di salah satu lapak yang sedang terbakar saat
akan menyelamatkan barang dagangan. Dari pemeriksaan awal, pasien terlihat lemas
cenderung delirium, dengan kesulitan bernafas dengan disertai bunyi wheezing. Di saku
celana pasien ditemukan bungkus obat berisi salbutamol 10 mg dengan bungkus bertulisan
3 x 1.
Pada saat hampir bersamaan datang lagi relawan dengan membawa korban yang berteriak
kesakitan karena jempol kakinya remuk akibat kejatuhan balok kayu. Sementara itu dari
sebelah berlari-lari seorang wanita dengan berteriak “anakku-anakku !!, anakku masih di
dalam bedak sambil menangis dan memandang dr.Amir sambil memohon “anak saya masih
di dalam Pak, tolong Pak!”.
Apa yang dr.Amir lakukan kemudian?
Skenario II
Saat sedang menangani pasien sesak, petugas PMK yang lain datang dengan teriakan
lantang “minta jalan, ada korban tidak sadar” sambil membawa seorang wanita yang dalam
keadaan tidak sadar. Dari pemeriksaan Triage perawat senior PKM disampaikan data klinis
pasien sebagai berikut:
- Keadaan umum : GCS 234 dengan menekan di daerah dada saat ditanya apakah ada
yang sakit,
- TD : 80/50, Nadi : 120/mnt; RR: 30
- Akral dingin
Dr.Amir menduga korban ini sedang proses shock yang harus segera mendapatkan
pertolongan awal dan segera mendapatkan penanganan kegawatan di Rumah Sakit
terdekat.
Penanganan medis apa yang dibutuhkan pasien dr.Amir?
Skenario III
Seminggu setelah kejadian kebakaran, banyak penduduk di sekitar pasar yang bekerja
sebagai pedagang datang berobat ke PKM dengan keluhan sakit kepala, gastritis dan
gangguan tidur. Salah satu dari pasien-pasien tersebut adalah Pak Jayus, pedagang wadah-
wadah plastik yang kiosnya terbakar ludes beserta barang daganganannya ia merasa sakit
kepala yang berat sekali di bagian kiri-kanan, hilang bila diberi Panadol namun terus muncul
lagi, Pak Jayus jadi malas makan dan tidak semangat kalau diajak bicara, terutama terkait
dengan barang dagangan. Menurut anaknya yang mengantar Pak Jayus juga jadi sering
marah dan murung serta terbangun di malam hari lalu sulit tidur.
Dr.Amir menduga kasus Pak Jayus merupakan gambaran gunung es dari peningkatan insiden
gangguan psikologis dan mungkin juga psikiatrik pada penduduk yang menjadi korban
kebakaran, baik korban karena ada anggota keluarga yang meninggal atau sakit, atau karena
barang-dagangannya hangus terbakar. Dr.Amir berpikir PKM perlu membuat program yang
efektif untuk merespon tren ini.
Saat melakukan kunjungan ke para korban kebakaran yang dirawat di PKM, Kepala Dinas
Kesehatan mengingatkan Kepala Puskesmas untuk memperbarui perlengkapan dan SOP
penanganan kebakaran di PKM setelah disindir Walikota kalau Alat Pemadam Kebakarannya
di PKM Cuma satu itupun sudah sangat tua dan terlihat berkarat.
Apa yang dapat dilakukan oleh PKM untuk mencegah terjadinya morbiditas yang lebih buruk
pada warga di sekitar pasar?
Hari, Tanggal
No. JUDUL MODUL
PBL STEP 1-5 PBL STEP 6-7
1 Rabu, 1 Mar 2017 Jumat, 3 Mar 2017 Diesel and Dust : History
2 Jumat, 3 Mar 2017 Rabu, 8 Mar 2017 Diesel and Dust : Examination
3 Rabu, 8 Mar 2017 Jumat, 10 Mar 2017 Diesel and Dust : Laboratory Finding
Diesel and Dust : Further Advice, Progress, &
4 Jumat, 10 Mar 2017 Rabu, 15 Mar 2017
Outcome
5 Rabu, 15 Mar 2017 Jumat, 17 Mar 2017 Don’t Have Doctor in House
Don’t Have Doctor in House (Examination &
6 Jumat, 17 Mar 2017 Rabu, 22 Mar 2017
Investigation)
Don’t Have Doctor in House (Initial Treatment,
7 Rabu, 22 Mar 2017 Jumat, 24 Mar 2017
Progress & Outcome)
PBL HANDBOOK FOR TUTOR
6th SEMESTER
ACADEMIC YEAR 2016/2017