Anda di halaman 1dari 10

PBL STUDENT GUIDE

SEMESTER 2

Faculty of Medicine
Universitas Brawijaya
2022

TIM PBL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


PJMK BMS 5
Belajar Sepanjang Hayat dengan Belajar Berbasis Masalah 7 Langkah

(Problem Based Learning 7 Jumps)


Oleh: MEU FKUB

Metode belajar berbasis masalah dengan 7 langkah (PBL 7 jumps) merupakan salah satu
metode belajar yang sering digunakan di dunia pendidikan kedokteran. Metode ini pertama kali
dikenalkan oleh Barrow (1980) sebagai bentuk pembelajaran yang diyakini dapat menstimulus
kemampuan penalaran klinis calon dokter. Barrow dan Tamblyn (1980), yang dianggap sebagai
Bapak-bapak PBL, mengatakan bahwa selama berpuluh-puluh tahun pembelajaran di
kedokteran terlalu menekankan pada hafalan yang seringkali tidak dapat dimanfaatkan secara
langsung untuk menyelesaikan masalah kedokteran riil. Mereka berpikir alangkah baiknya bila
pembelajaran mendekatkan masalah riil dengan ilmu yang akan digunakan sehingga pada saat
menjumpai masalah, ilmu, konsep dan teori dapat lebih optimal digunakan. Oleh karena itu
metode yang dikenalkan oleh Barrow dan Tamblyn ini dilakukan dengan memberikan kepada
mahasiswa masalah pasien untuk dipelajari dan diselesaikan daripada menjejali dengan materi
kuliah berjam-jam. Pendekatan belajar ini dengan demikian memiliki dua tujuan utama, yaitu: 1)
mengasah kemampuan pemecahan masalah (problem solving) sekaligus 2) mendapatkan
pengetahuan yang terintegrasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Dalam
perkembangannya metode belajar PBL ini ternyata juga berkontribusi positif pada peningkatan
penguasaan pengetahuan, kemampuan komunikasi kolaboratif serta aplikasi kedokteran
berbasis bukti (evidence-based medicine).

Dalam dasawarsa terakhir, PBL telah menjadi salah satu trend setter pembelajaran di
fakultas kedokteran di dunia. Oleh karenanya, Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia
menjadikan PBL sebagai pendekatan standar untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi di
Pendidikan Dokter Indonesia. Metode pembelajaran PBL biasanya didisain sebagai suatu
pembelajaran dalam kelompok yang terdiri dari 10-15 mahasiswa yang sering disebut kelompok
diskusi kecil yang difasilitasi oleh seorang dosen yang disebut dengan Tutor. Tutor dalam PBL
bukanlah seorang pakar/narasumber dalam diskusi namun sebagai penstimulus dinamika
kelompok serta memonitor jalannya diskusi dalam mencapai sasaran belajar yang telah
ditetapkan. Diskusi PBL dimulai dengan paparan masalah yang biasanya berupa deskripsi dari
suatu fenomena yang membutuhkan penjelasan. Masalah ini sering disebut dengan skenario
pemicu. Kelompok diskusi kecil, tutor dan skenario pemicu merupakan tiga unsur utama dalam
pembelajaran PBL.
Gambar 1 Tiga Unsur Utama dalam Pembelajaran PBL

Langkah-langkah dalam PBL 7 Jumps

PBL 7 jumps, seperti namanya terdiri dari 7 langkah sebagai berikut:

1. Reading the Case and Clarifing unclear terms or concepts


2. Define the problem
3. Analyze the problem using prior knowledge
4. Order Ideas and systematically analyze them in depth
5. Formulate learning objective
6. Seek additional information (individual learning)
7. Synthesize and test the new information by sharing

Pembelajaran PBL 7 jumps biasanya dibagi dalam dua sesi pembelajaran yang dilakukan dalam
hari yang berbeda. Langkah 1 s/d 5 dilakukan pada sesi pertama, dan langkah 7 dilakukan pada
sesi kedua, sementara langkah 6 dilakukan diantara dua sesi sebagai bentuk tugas individu.
Dalam KBK Pendidikan Dokter, sesi I biasanya dilakukan pada hari Senin, sementara untuk sesi II
dilakukan pada hari Rabu atau Kamis. Sementara belajar individu dilakukan dengan cara
menggali informasi dari kuliah-kuliah terjadwal, wawancara narasumber, praktikum, maupun
mencari informasi dari literatur di internet maupun text book di perpustakaan dilakukan
diantara sesi I dan Sesi II. Pada sesi II setiap individu melaporkan hasil belajarnya dalam
kelompok diskusi untuk kemudian disusun menjadi hasil diskusi kelompok dalam bentuk
Laporan Diskusi PBL.

Langkah 1: Membaca skenario pemicu (trigger scenario)

Hal pertama yang perlu dilakukan dalam menghadapi masalah adalah membuat segala yang
tidak jelas, terutama terhadap penggunaan istilah dalam masalah. Dengan melakukan hal ini
diharapkan setiap peserta diskusi memiliki pandangan yang sama tentang skenario yang
dihadapi serta ruang lingkupnya.
Setidaknya ada tiga aktivitas yang dilakukan langkah pertama ini, yaitu;

1. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi memiliki pemahaman yang sama terhadap
istilah (cue and clue) yang ada dalam skenario.
2. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi memiliki gambaran ruang lingkup yang sama
dari kasus yang akan didiskusikan.
3. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi menyepakati hal-hal apa yang diluar ruang
lingkup diskusi.

Langkah 2: Define the problem (menentukan masalah)

Pada tahap ini, peserta diskusi harus memiliki kesepakatan terhadap masalah atau fenomena
yang membutuhkan penjelasan dan hubungan-hubungan teoritik yang ada diantara masalah.
Kadang masalah sudah jelas sejak awal sehingga kelompok dapat langsung menuju langkah 3.
Namun demikian pada beberapa kasus, hubungan variable penting dalam kasus tidak selalu jelas
dan membutuhkan penjelasan. Dalam langkah ini, kelompok mengidentifikasi hal-hal yang
kemungkinan menjadi masalah dalam kasus dari cue and clue yang ada.

Langkah 3: Analyze the problem (menganalisa masalah, dengan brainstorming)

Langkah ini merupakan langkah untuk menggunakan pengetahuan yang telah didapatkan
sebelumnya untuk menjelaskan daftar masalah yang telah disepakati pada langkah kedua.
Masing-masing peserta tim diharapkan dapat berkontribusi menyumbangkan ide konstruktifnya
dalam menjelaskan masalah yang ditemukan berdasarkan pengetahuan terbaik yang telah
dimiliki.

Langkah 4: Order Ideas and systematically analyze them in depth

Pada tahap ini, peserta diskusi diharapkan telah memiliki kerangka konsep yang lebih jelas dari
masalah-masalah yang telah dijelaskan, termasuk hubungan antara pertanyaan dan variabel
baru yang muncul saat brainstorming. Pada tahap ini pemimpin diskusi diharapkan mampu
membuat anggota kelompok menyepakati urutan prioritas masalah yang akan menjadi tujuan
belajar.

Langkah 5: State Learning Objective (Menentukan Tujuan Belajar)

Langkah ini merupakan konklusi sementara dari langkah 4, dimana semua peserta diskusi
bersepakat terhadap masalah yang dapat dipahami (dapat dijelaskan secara logis dan
meyakinkan) serta masalah mana yang menjadi kebutuhan bersama untuk dipelajari baik dari
kuliah, baca literatur, diskusi dengan pakar serta aktivitas akademik lain yang mungkin dilakukan
pada langkah 6. Pada langkah ini anggota kelompok menyepakati rencana aksi (action plan)
dengan distribusi tugas masing-masing anggota.
Langkah 6: Seek additional information (individual learning)

Masing-masing peserta diskusi mencari informasi terkait dengan teori, konsep, atau penjelasan
akademik yang relevan dengan daftar tujuan belajar yang telah ditetapkan pada langkah 6.

Langkah 7: Synthesize and test the new information by sharing

Anggota kelompok bertemu kembali untuk mendiskusikan informasi yang didapat masing-
masing sebagai tahap akhir dari PBL. Pada tahap ini peserta diskusi menyepakati bentuk laporan
bersama

Pembagian Peran dalam Diskusi PBL


Dalam pelaksanaan belajar kelompok kecil dalam PBL, mahasiswa membagi diri kedalam peran-
peran tertentu untuk melancarkan jalannya diskusi. Diantara peran yang dijalankan antara lain:

A. Chair/leader (pemimpin diskusi)

Seperti namanya, tugas pemimpin diskusi adalah menjamin agar diskusi berjalan lancar
sesuai dengan tahap-tahapnya. Pemimpin bertanggung jawab mendistribusikan kesempatan
setiap anggota diskusi untuk berpendapat, menjaga dinamika diskusi dan melakukan
monitor terhadap waktu serta hasil diskusi. Tugas pemimpin diskusi juga memastikan scribe
dapat mengimbangi jalannya/dinamika diskusi serta melakukan perekaman pendapat yang
muncul dalam diskusi secara akurat. Pemimpin juga memiliki tanggung jawab dalam
memastikan pembagian tugas belajar kelompok.

B. Scribe (Sekretaris kelompok)

Tugas dari Scribe adalah mencatat jalannya diskusi, termasuk merekam sumber-sumber
belajar yang dikemukakan atau digunakan di dalam diskusi. Scribe mengumpulkan catatan
atau ide dari semua anggota dan menyarikannya sebagai hasil diskusi kelompok.

C. Anggota Diskusi

Peran anggota diskusi adalah mengikuti langkah-langkah diskusi sesuai tahapannya dan
secara aktif berpartisipasi dalam diskusi. Kelancaran diskusi ditentukan oleh keterbukaan
masing-masing anggota kelompok untuk saling mendengar dan menerima/berbagi informasi
yang dimiliki serta saling menghargai pendapat yang dikemukaan di dalam diskusi.
Peran Tutor dalam PBL

Secara umum, peran tutor dalam PBL adalah untuk memfasilitasi, menciptakan
pembelajaran aktif, serta mendorong seluruh anggota kelompok untuk berkolaborasi
mengembangkan ide-ide dan konsep yang relevan dengan masalah yang disajikan. Para tutor
harus dilatih, mereka tidak menyajikan informasi maupun memberikan jawaban. Dalam grup
yang baik, para siswa lah yang aktif mengidentifikasi masalah, berbagi informasi, dan mencari
kejelasan dari kesulitan yang mereka hadapi. Para tutor diharapkan dapat menyesuaikan
pendekatan pembelajaran mereka dengan tingkat pengetahuan siswa, kualitas interaksi dalam
grup PBL, dan konten dari permasalahan yang disajikan (Sefron & Frommer, 2013).

Dalam PBL, tutor memiliki beberapa peran yang spesifik, yaitu :

1. The tutor as diagnostician


Tutor harus mampu menentukan dan mendiagnosis sejauh mana pengetahuan dan
keterampilan (prior knowledge) para siswa dalam konteks masalah yang disajikan.
Dengan mengetahui prior knowledge mereka, tutor akan dapat melihat secara langsung
bagaimana para siswa belajar, dan selanjutnya akan mempermudah tutor dalam
menfasilitasi proses belajar. Pada tahap ke tujuh (information sharing), tutor juga
diharapkan mengobservasi sampai sejauh mana para siswa mampu menguasai materi,
dan apakah mereka mampu mengaplikasikan pengetahuan mereka ke dalam masalah
yang disajikan.
2. The tutor as challenger
Siswa, baik secara individu maupun kelompok, tidak selalu dalam kondisi terdorong
untuk memaksa diri mereka sendiri untuk terlibat dalam proses belajar dan berpikir,
baik di dalam maupun di luar proses tutorial. Seringkali para tutor harus menantang
para siswa untuk bereksperimen dengan strategi belajar yang baru. Contohnya, pada
tahap diskusi (reporting), siswa cenderung hanya semata-mata menjawab pertanyaan
dari LO tanpa keinginan atau rasa penasaran tentang bagaimana mengaplikasikannya
pada kasus riil atau kasus lainnya. Disinilah tugas tutor untuk merangsang mereka
berpikir dan menvisualisasikannya.
3. The tutor as role model
Pemberian contoh (modelling) bisa dilakukan secara lebih eksplisit atau kurang eksplisit,
tergantung dari problem yang dihadapi dalam dinamika kelompok. Dengan
mengembangkan berbagai keterampilan yang diperlukan untuk ber-PBL, tidak hanya
tutor, namun para siswa pun, juga dapat menjadi contoh yang efektif dalam strategi
belajar dan berpikir, serta mengembangkan keterampilan yang esensial dalam problem-
based learning.
4. The tutor as activator
Para siswa, terutama pada tingkat lanjut, seringkali sudah memiliki cukup prior
knowledge serta strategi belajar dan berpikir yang memadai, namun sayangnya mereka
belum berhasil untuk menggunakan modal ini dengan baik pada saat PBL. Disinilah para
tutor berperan sebagai activator, mengaktivasi para siswanya untuk mengaplikasikan
pengetahuan mereka secara efektif.
Peran tutor sebagai activator berbeda dengan peran tutor sebagai challenger, dimana
pada peran ini siswa sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan namun belum
mampu mengemasnya secara optimal. Sedangkan peran challenger, lebih cenderung
kepada mendorong dan merangsang siswa untuk mencoba perilaku belajar yang baru
serta memaksa diri mereka sendiri untuk memaksimalkan potensi sesuai dengan
konteks permasalahan yang disajika dalam PBL.

5. The tutor as monitor


Tugas ini mengharuskan tutor untuk melihat keseluruhan proses dan progress dari grup
tutorial serta masing-masing anggotanya selama PBL berlangsung. Selain itu, tutor juga
diharapkan mampu menentukan sejauh mana ketercapaian tujuan belajar selama
proses pembelajaran dalam PBL. Contohnya, jika tujuan belajar kelompok yang
disepakati terlalu simpel atau sedikit, maka tutor boleh menambahkan atau menambah
kompleksitas dari masalah. Pada tahap ini tentunya tutor harus dapat menentukan
terlebih dahulu tingkat pengetahuan siswanya, sehingga tutor bisa menggiring para
siswa sedekat mungkin dengan konteks kasus sebenarnya.

6. The tutor as evaluator


Pada akhir sesi, para tutor akan diminta untuk berperan sebagai evaluator. Tahap
assessment ini akan memfokuskan terutama pada keterampilan profesional siswa
secara keseluruhan serta attitude mereka selama proses PBL berlangsung. Selain itu,
tutor diharapkan mampu menstimulasi refleksi dari para siswa selama proses PBL,
sehingga para siswa dan tutor sendiri bisa mengevaluasi kemampuan masing-masing
dalam proses pembelajaran.
OVERVIEW OF STUDENT SKILLS IN PBL

STEP DESCRIPTION CHAIR SCRIBE


1 Clarifying unfamiliar ▪ Invites group members to read • Divides the
terms the problem blackboard into
▪ Checks if everyone has read the three parts
Unfamiliar terms is problem • Notes down the
the problem text are ▪ Checks if there are unfamiliar unfamiliar terms
clarified terms in the problem
▪ Concludes and proceeds to the
next phrase

2 Problem definition • Asks the group for possible • Notes down the
(cue and clue) problem definitions problem definitions
• Paraphrases contributions of
The tutorial group group members
defines the problem in • Checks if everyone is satisfied
a set of questions with the problem definitions
• Concludes and proceeds to the
next phrase

3 Brainstorming • Allows all group members to • Makes brief and


contribute one by one clear summaries of
Preexisting knowledge • Summarizes contributions of contributions
is activated and group members • Distinguishes
determined, • Stimulates all group members to between main points
hypothesis are contribute and side issues
generated • Summarizes at the end of the
brainstorm
• Makes sure that a critical analysis
of all contributions is postponed
until step four

4 Analyzing the problem • Makes sure that all points from • Makes brief and
(skala prioritas, mana the brainstorm are discussed clear summaries
LO yang menjadi • Summarizes contributions of contributions
prioritas utama dst) groups members • Indicates relations
• Asks questions, promotes depth between topics,
Explanations and in the discussion makes schemata
hypotheses are • Makes sure the group does not
discussed in depth stray from the subject
and are systematically • Stimulates group members to
analyzed to each find relations between topics
other • Stimulates all group members to
contribute

5 Formulating learning • Asks for possible learning issues • Notes down the
issues • Paraphrases contributions of learning issues
group member
It is determined what • Checks if everyone is satisfied
knowledge the group with the learning issues
lacks, and learning • Checks if all obscurities and
issues are formulated contradictions from the problem
on these topics analysis have been converted
into learning issues
7 Reporting • Prepares the structure of the • Makes brief and
reporting phase clear summaries of
Findings from the • Makes an inventory of what contributions
literature are reported sources have been used • Indicates relations
and answers to the • Repeats every learning issue and between topics,
learning issues are asks what has been found makes schemata
discussed • Summarizes contributions of • Distinguishes
group members between main points
• Asks questions, promotes depth and side issues
in the discussion
• Stimulates group members to
find relations between topics
• Stimulates all group members to
contribute
• Concludes the discussion of each
learning issue with a summary

Topic tree
CASES
SECTION
Skenario/Problem
Kinan, usia 22 tahun, seorang mahasiswi semester akhir, dibawa oleh anggota keluarganya
datang ke IGD Rumah Sakit karena nyeri perut di kuadran kanan bawah yang dialaminya. Nyeri
perut dirasakan sejak 12 jam yang lalu dan semakin memberat sejak 6 jam yang lalu. Nyeri perut
terasa tajam, terus-menerus, dan bertambah berat dengan pergerakan. Kinan juga mengalami
mual, muntah dan penurunan nafsu makan. Kinan tidak memiliki riwayat penyakit lain, tidak ada
riwayat alergi obat/makanan sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan temperatur aksila 38,5ᴼC dan nyeri McBurney. Hasil
pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan leukositosis 14.800/mm3. Pada
pemeriksaan differential leukocytes count menunjukkan hasil shift to the left. Tidak didapatkan
kelainan pada hasil urinalisis.
Dari hasil keseluruhan pemeriksaan dan USG Abdomen yang didapatkan, dokter menjelaskan
kepada orang tua Kinan bahwa Kinan mengalami radang akut pada appendiksnya.
Dokter menyarankan untuk segera dilakukan operasi. Pascaoperasi, spesimen hasil operasi
dikirimkan ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dilakukan pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik.

Scenario/Problem
Kinan, a 22-year-old female college student who is in her final semester, was taken to the
emergency unit at the general hospital by her family members due to right lower quadrant
abdominal pain. The pain has been felt since 12 hours before admission, and the intensity of the
pain has increased gradually since 6 hours ago. The pain was sharp, constant and was
aggravated by movement. Kinan also experienced nausea, vomiting and loss of appetite. She has
no previous medical history or food/drug allergy.
Physical examination result showed 38,5ᴼC of axillary temperature and tenderness at
McBurney's point. Laboratory examination complete blood count result showed leukocytosis
14.800/mm3. Differential leukocytes count result showed shift to the left. Urinalysis revealed no
abnormality.
From overall examination and ultrasound result, doctor explained to Kinan's parents that she
had an acute inflammation in her appendix.
Doctor recommended surgery for Kinan’s problem. The post-operative specimen was then sent
to the Anatomical Pathology Laboratory for macroscopic and microscopic examination.

Anda mungkin juga menyukai