Anda di halaman 1dari 13

PBL STUDENT GUIDE

SEMESTER 4

1. dr. Aurick Yudha, Sp.EM

2. dr. Reyhan Andika, Sp.F

3. dr. DF Arieza Putri, Sp.FM

TIM PBL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


Belajar Sepanjang Hayat dengan Belajar Berbasis Masalah 7
Langkah
(Problem Based Learning 7 Jumps)
Oleh : MEU FKUB
Metode belajar berbasis masalah dengan 7 langkah (PBL 7 jumps)
merupakan salah satu metode belajar yang sering digunakan di dunia
pendidikan kedokteran. Metode ini pertama kali dikenalkan oleh Barrow (1980)
sebagai bentuk pembelajaran yang diyakini dapat menstimulus kemampuan
penalaran klinis calon dokter. Barrow dan Tamblyn (1980), yang dianggap
sebagai Bapak-bapak PBL, mengatakan bahwa selama berpuluh-puluh tahun
pembelajaran di kedokteran terlalu menekankan pada hafalan yang seringkali
tidak dapat dimanfaatkan secara langsung untuk menyelesaikan masalah
kedokteran riil. Mereka berpikir alangkah baiknya bila pembelajaran
mendekatkan masalah riil dengan ilmu yang akan digunakan sehingga pada
saat menjumpai masalah, ilmu, konsep dan teori dapat lebih optimal
digunakan. Oleh karena itu metode yang dikenalkan oleh Barrow dan Tamblyn
ini dilakukan dengan memberikan kepada mahasiswa masalah pasien untuk
dipelajari dan diselesaikan daripada menjejali dengan materi kuliah berjam-
jam. Pendekatan belajar ini dengan demikian memiliki dua tujuan utama, yaitu:
1) mengasah kemampuan pemecahan masalah (problem solving) sekaligus 2)
mendapatkan pengetahuan yang terintegrasi yang relevan dengan masalah
yang dihadapi. Dalam perkembangannya metode belajar PBL ini ternyata juga
berkontribusi positif pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan
komunikasi kolaboratif serta aplikasi kedokteran berbasis bukti (evidence
based medicine).
Dalam dasawarsa terakhir, PBL telah menjadi salah satu trend setter
pembelajaran di fakultas kedokteran di dunia. Oleh karenanya, Standar
Pendidikan Profesi Dokter Indonesia menjadikan PBL sebagai pendekatan
standar untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi di Pendidikan Dokter Indonesia.
Metode pembelajaran PBL biasanya didisain sebagai suatu pembelajaran
dalam kelompok yang terdiri dari 10-15 mahasiswa yang sering disebut
kelompok diskusi kecil yang difasilitasi oleh seorang dosen yang disebut
dengan Tutor. Tutor dalam PBL bukanlah seorang pakar/narasumber dalam
diskusi namun sebagai penstimulus dinamika kelompok serta memonitor
jalannya diskusi dalam mencapai sasaran belajar yang telah ditetapkan.
Diskusi PBL dimulai dengan paparan masalah yang biasanya berupa deskripsi
dari suatu fenomena yang membutuhkan penjelasan. Masalah ini sering
disebut dengan skenario pemicu. Kelompok diskusi kecil, tutor dan skenario
pemicu merupakan tiga unsur utama dalam pembelajaran PBL.
Gambar 1 Tiga Unsur Utama dalam Pembelajaran PBL

Langkah-langkah dalam PBL 7 Jumps


PBL 7 jumps, seperti namanya terdiri dari 7 langkah sebagai berikut:
1. Reading the Case and Clarifing unclear terms or concepts
2. Define the problem
3. Analyze the problem using prior knowledge
4. Order Ideas and systematically analyze them in depth
5. Formulate learning objective
6. Seek additional information (individual learning)
7. Synthesize and test the new information by sharing

Pembelajaran PBL 7 jumps biasanya dibagi dalam dua sesi pembelajaran yang
dilakukan dalam hari yang berbeda. Langkah 1 s/d 5 dilakukan pada sesi
pertama, dan langkah 7 dilakukan pada sesi kedua, sementara langkah 6
dilakukan diantara dua sesi sebagai bentuk tugas individu. Dalam KBK
Pendidikan Dokter, sesi I biasanya dilakukan pada hari Senin, sementara untuk
sesi II dilakukan pada hari Rabu atau Kamis. Sementara belajar individu
dilakukan dengan cara menggali informasi dari kuliah-kuliah terjadwal,
wawancara narasumber, praktikum, maupun mencari informasi dari literatur di
internet maupun text book di perpustakaan dilakukan diantara sesi I dan Sesi
II. Pada sesi II setiap individu melaporkan hasil belajarnya dalam kelompok
diskusi untuk kemudian disusun menjadi hasil diskusi kelompok dalam bentuk
Laporan Diskusi PBL.

Langkah 1 : Membaca skenario pemicu (trigger scenario)


Hal pertama yang perlu dilakukan dalam menghadapi masalah adalah
membuat segala yang tidak jelas, terutama terhadap penggunaan istilah dalam
masalah. Dengan melakukan hal ini diharapkan setiap peserta diskusi memiliki
pandangan yang sama tentang skenario yang dihadapi serta ruang lingkupnya.

Setidaknya ada tiga aktivitas yang dilakukan langkah pertama ini, yaitu;
1. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi memiliki pemahaman yang sama
terhadap istilah (cue and clue) yang ada dalam skenario
2. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi memiliki gambaran ruang lingkup
yang sama dari kasus yang akan didiskusikan
3. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi menyepakati hal-hal apa yang
diluar ruang lingkup diskusi

Langkah 2: Define the problem (menentukan masalah)


Pada tahap ini, peserta diskusi harus memiliki kesepakatan terhadap masalah
atau fenomena yang membutuhkan penjelasan dan hubungan-hubungan
teoritik yang ada diantara masalah. Kadang masalah sudah jelas sejak awal
sehingga kelompok dapat langsung menuju langkah 3. Namun demikian pada
beberapa kasus, hubungan variable penting dalam kasus tidak selalu jelas dan
membutuhkan penjelasan. Dalam langkah ini, kelompok mengidentifikasi hal-
hal yang kemungkinan menjadi masalah dalam kasus dari cue and clue yang
ada.

Langkah 3: Analyze the problem (menganalisa masalah, dengan


brainstorming)
Langkah ini merupakan langkah untuk menggunakan pengetahuan yang telah
didapatkan sebelumnya untuk menjelaskan daftar masalah yang telah
disepakati pada langkah kedua. Masing-masing peserta tim diharapkan dapat
berkontribusi menyumbangkan ide konstruktifnya dalam menjelaskan masalah
yang ditemukan berdasarkan pengetahuan terbaik yang telah dimiliki.

Langkah 4: Order Ideas and systematically analyze them in depth


Pada tahap ini, peserta diskusi diharapkan telah memiliki kerangka konsep
yang lebih jelas dari masalah-masalah yang telah dijelaskan, termasuk
hubungan antara pertanyaan dan variabel baru yang muncul saat
brainstorming. Pada tahap ini pemimpin diskusi diharapkan mampu membuat
anggota kelompok menyepakati urutan prioritas masalah yang akan menjadi
tujuan belajar.

Langkah 5 State Learning Objective (Menentukan Tujuan Belajar)


Langkah ini merupakan konklusi sementara dari langkah 4, dimana semua
peserta diskusi bersepakat terhadap masalah yang dapat dipahami (dapat
dijelaskan secara logis dan meyakinkan) serta masalah mana yang menjadi
kebutuhan bersama untuk dipelajari baik dari kuliah, baca literatur, diskusi
dengan pakar serta aktivitas akademik lain yang mungkin dilakukan pada
langkah 6. Pada langkah ini anggota kelompok menyepakati rencana aksi
(action plan) dengan distribusi tugas masing-masing anggota.

Langkah 6 Seek additional information (individual learning)


Masing-masing peserta diskusi mencari informasi terkait dengan teori, konsep,
atau penjelasan akademik yang relevan dengan daftar tujuan belajar yang telah
ditetapkan pada langkah 6.
Langkah 7 :Synthesize and test the new information by sharing
Anggota kelompok bertemu kembali untuk mendiskusikan informasi yang
didapat masing-masing sebagai tahap akhir dari PBL. Pada tahap ini peserta
diskusi menyepakati bentuk laporan bersama

Pembagian Peran dalam Diskusi PBL


Dalam pelaksanaan belajar kelompok kecil dalam PBL, mahasiswa membagi
diri kedalam peran-peran tertentu untuk melancarkan jalannya diskusi.
Diantara peran yang dijalankan antara lain:
A. Chair/leader (pemimpin diskusi)

Seperti namanya, tugas pemimpin diskusi adalah menjamin agar diskusi


berjalan lancar sesuai dengan tahap-tahapnya. Pemimpin bertanggung
jawab mendistribusikan kesempatan setiap anggota diskusi untuk
berpendapat, menjaga dinamika diskusi dan melakukan monitor terhadap
waktu serta hasil diskusi. Tugas pemimpin diskusi juga memastikan scribe
dapat mengimbangi jalannya/dinamika diskusi serta melakukan
perekaman pendapat yang muncul dalam diskusi secara akurat. Pemimpin
juga memiliki tanggung jawab dalam memastikan pembagian tugas belajar
kelompok.
B. Scribe (Sekretaris kelompok)

Tugas dari Scribe adalah mencatat jalannya diskusi, termasuk merekam


sumber-sumber belajar yang dikemukakan atau digunakan di dalam
diskusi. Scribe mengumpulkan catatan atau ide dari semua anggota dan
menyarikannya sebagai hasil diskusi kelompok.
C. Anggota Diskusi

Peran anggota diskusi adalah mengikuti langkah-langkah diskusi sesuai


tahapannya dan secara aktif berpartisipasi dalam diskusi. Kelancaran
diskusi ditentukan oleh keterbukaan masing-masing anggota kelompok
untuk saling mendengar dan menerima/berbagi informasi yang dimiliki
serta saling menghargai pendapat yang dikemukaan di dalam diskusi.
Peran Tutor dalam PBL

Secara umum, peran tutor dalam PBL adalah untuk memfasilitasi,


menciptakan pembelajaran aktif, serta mendorong seluruh anggota kelompok
untuk berkolaborasi mengembangkan ide-ide dan konsep yang relevan dengan
masalah yang disajikan. Para tutor harus dilatih, mereka tidak menyajikan
informasi maupun memberikan jawaban. Dalam grup yang baik, para siswa lah
yang aktif mengidentifikasi masalah, berbagi informasi, dan mencari kejelasan
dari kesulitan yang mereka hadapi. Para tutor diharapkan dapat menyesuaikan
pendekatan pembelajaran mereka dengan tingkat pengetahuan siswa, kualitas
interaksi dalam grup PBL, dan konten dari permasalahan yang disajikan
(Sefron & Frommer, 2013).
Dalam PBL, tutor memiliki beberapa peran yang spesifik, yaitu :
1. The tutor as diagnostician
Tutor harus mampu menentukan dan mendiagnosis sejauh mana
pengetahuan dan keterampilan (prior knowledge) para siswa dalam konteks
masalah yang disajikan. Dengan mengetahui prior knowledge mereka, tutor
akan dapat melihat secara langsung bagaimana para siswa belajar, dan
selanjutnya akan mempermudah tutor dalam menfasilitasi proses belajar.
Pada tahap ke tujuh (information sharing), tutor juga diharapkan
mengobservasi sampai sejauh mana para siswa mampu menguasai materi,
dan apakah mereka mampu mengaplikasikan pengetahuan mereka ke dalam
masalah yang disajikan.
2. The tutor as challenger
Siswa, baik secara individu maupun kelompok, tidak selalu dalam kondisi
terdorong untuk memaksa diri mereka sendiri untuk terlibat dalam proses
belajar dan berpikir, baik di dalam maupun di luar proses tutorial. Seringkali
para tutor harus menantang para siswa untuk bereksperimen dengan strategi
belajar yang baru. Contohnya, pada tahap diskusi (reporting), siswa cenderung
hanya semata-mata menjawab pertanyaan dari LO tanpa keinginan atau rasa
penasaran tentang bagaimana mengaplikasikannya pada kasus riil atau kasus
lainnya. Disinilah tugas tutor untuk merangsang mereka berpikir dan
menvisualisasikannya.
3. The tutor as role model
Pemberian contoh (modelling) bisa dilakukan secara lebih eksplisit atau
kurang eksplisit, tergantung dari problem yang dihadapi dalam dinamika
kelompok. Dengan mengembangkan berbagai keterampilan yang diperlukan
untuk ber-PBL, tidak hanya tutor, namun para siswa pun, juga dapat menjadi
contoh yang efektif dalam strategi belajar dan berpikir, serta
mengembangkan keterampilan yang esensial dalam problem-based learning.
4. The tutor as activator
Para siswa, terutama pada tingkat lanjut, seringkali sudah memiliki cukup prior
knowledge serta strategi belajar dan berpikir yang memadai, namun
sayangnya mereka belum berhasil untuk menggunakan modal ini dengan baik
pada saat PBL. Disinilah para tutor berperan sebagai activator, mengaktivasi
para siswanya untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka secara efektif.
Peran tutor sebagai activator berbeda dengan peran tutor sebagai challenger,
dimana pada peran ini siswa sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan
namun belum mampu mengemasnya secara optimal. Sedangkan peran
challenger, lebih cenderung kepada mendorong dan merangsang siswa untuk
mencoba perilaku belajar yang baru serta memaksa diri mereka sendiri untuk
memaksimalkan potensi sesuai dengan konteks permasalahan yang disajika
dalam PBL.
5. The tutor as monitor
Tugas ini mengharuskan tutor untuk melihat keseluruhan proses dan
progress dari grup tutorial serta masing-masing anggotanya selama PBL
berlangsung. Selain itu, tutor juga diharapkan mampu menentukan sejauh
mana ketercapaian tujuan belajar selama proses pembelajaran dalam PBL.
Contohnya, jika tujuan belajar kelompok yang disepakati terlalu simpel atau
sedikit, maka tutor boleh menambahkan atau menambah kompleksitas dari
masalah. Pada tahap ini tentunya tutor harus dapat menentukan terlebih
dahulu tingkat pengetahuan siswanya, sehingga tutor bisa menggiring para
siswa sedekat mungkin dengan konteks kasus sebenarnya.
6. The tutor as evaluator
Pada akhir sesi, para tutor akan diminta untuk berperan sebagai evaluator.
Tahap assessment ini akan memfokuskan terutama pada keterampilan
profesional siswa secara keseluruhan serta attitude mereka selama proses
PBL berlangsung. Selain itu, tutor diharapkan mampu menstimulasi refleksi
dari para siswa selama proses PBL, sehingga para siswa dan tutor sendiri bisa
mengevaluasi kemampuan masing-masing dalam proses pembelajaran.
OVERVIEW OF STUDENT SKILLS in PBL
STEP DESCRIPTION CHAIR SCRIBE
1 Clarifying ▪ Invites group members to • Divides the
unfamiliar terms read the problem blackboiard into
▪ Checks if everyone has three parts
Unfamiliar terms is read the problem • Notes down the
the problem text ▪ Checks if there are unfamiliar terms
are clarified unfamiliar terms in the
problem
▪ Concludes and proceeds
to the next phrase
2 Problem • Asks the group for • Notes down the
definition(cue possible problem problem
and clue) definitions definitions
• Paraphrases contributions
The tutorial group of group members
defines the • Checks if everyone is
problem in a set of satisfied with the problem
questions definitions
• Concludes and proceeds
to the next phrase
3 Brainstorming • Allows all group members • Makes brief and
(dari cue and clue to contribute one by one clear summaries
bisakah dibikin • Summarizes contributions of contributions
cerita sendiri) of group members • Distinguishes
• Stimulates all group between main
Preexisting members to contribute points and side
knowledge is • Summarizes at the end of issues
activated and the brainstorm
determined, • Makes sure that a critical
hypothesis are analysis of all
generated contributions is
postphoned until step four
4 Analyzing the • Makes sure that all points • Makes brief and
problem(skala from the brainstorm are clear summaries
prioritas, mana LO discussed contributions
yg menjadi • Summarizes contributions • Indicates
prioritas utama of groups members relations
dst) • Asks questions, promotes between topics,
depth in the discussion makes schemata
Explanations and • Makes sure the group
hypotheses are does not stray from the
discussed in depth subject
and are • Stimulates group
systematically members to find relations
analyzed to each between topics
other • Stimulates all group
members to contribute
5 Formulating • Asks for possible learning • Notes down the
learning issues issues learning issues
• Paraphrases contributions
It is determined of group member
what knowledge • Checks if everyone is
the group lacks, satisfied with the learning
and learning issues
issues are • Checks if all obscurities
formulated on and contradictions from
these topics the problem analysis have
been converted into
learning issues
7 Reporting • Prepares the structure of • Makes brief and
the reporting phase clear summaries
Findings from the • Makes an inventory ofa of contributions
literature are what sources have been • Indicates
reported and used relations
answers to the • Repeats every learning between topics,
learning issues issue and asks what has makes schemata
are discussed been found • Distinguishes
• Summarizes contributions between main
of group members points and side
• Asks questions, promotes issues
depth in the discussion
• Stimulates group
members to find relations
between topics
• Stimualtes all group
members to contribute
• Concludes the discussion
of each learning issue with
a summary
CASES
SECTION
Tema
Mass Fatality Management

Buku acuan:
1. Basic Disaster Life Support v.3.0, course manual, The national Disaster Life
Support Foundation, 2012
2. Disaster Victim Identification Guidelines, Interpol, 2008
3. Management of dead bodies after disaster: a field manual for first responders,
Washington DC, PAHO, 2006
Skenario/Problem

AWAN PANAS GUGURAN SEMERU

Terjadi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Semeru yang ditunjukkan dengan


terjadinya guguran awan panas yang mengarah ke Sungai Besuk Kobokan, Desa
Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, pada tanggal 4/12/2021.
Catatan yang dihimpun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG),
guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500-800 meter dengan
pusat guguran berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.

Sebagai respon cepat dari adanya kejadian guguran awan panas tersebut, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang telah mengeluarkan
imbauan kepada masyarakat dan para penambang untuk tidak beraktivitas di
sepajang Daerah Aliran Sungai (DAS) Mujur dan Curah Kobokan. Unsur potensi
Kesehatan diseluruh Lumajang dan wilayah Malang Raya berkoordinasi untuk
mengirimkan Disaster Medical Team dari masing masing fasilitas Kesehatan.

Korban dengan luka bakar sedang berat, segera dievakuasi ke RSUD Pasirian.
Beberapa korban dengan luka ringan dilakukan perawatan di PKM Candipuro dan
PKM Pronojiwo. Penyitas yang tidak mengalami luka, untuk sementara tinggal di
bebearapa balai desa, kantor kecamatan, beberapa fasilitas pendidikan dan rumah
ibadah terdekat untuk menjahui lokasi bencana.

Awan Panas Guguran tersebut menyebabkan Krisis Kesehatan. Banyak korban jiwa
dari penambang pasir dan warga yang terlambat atau tidak mampu melakukan
evakuasi mandiri. Korban meninggal ditemukan pada posisi dan lokasi yang berbeda-
beda disepanjang Sungai Curah Kobokan, dan beberapa rumah yang tertimbun awan
panas guguran. Luka bakar derajat III dan IV menyebabkan jenazah sulit dikenali.
Beberapa korban dengan triase hitam, dalam kondisi tangan dan kaki teramputasi.
Tercatat sebanyak 51 korban meninggal, 28 luka berat, 69 luka ringan, 5.824 penyitas
dan 6 potongan anggota badan belum teridentifikasi.

Anda mungkin juga menyukai