Anda di halaman 1dari 18

MODUL PROBLEM-BASED

LEARNING (PBL) MKK


INTEGUMEN
SEMESTER III
FOR STUDENT

PJMK DAN TIM MKK INTEGUMEN


TIM PBL
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016/2017
Belajar Sepanjang Hayat dengan Belajar Berbasis Masalah 7 Langkah
(Problem Based Learning 7 Jumps)
Oleh : MEU FKUB

Metode belajar berbasis masalah dengan 7 langkah (PBL 7 jumps) merupakan salah
satu metode belajar yang sering digunakan di dunia pendidikan kedokteran. Metode ini
pertama kali dikenalkan oleh Barrow (1980) sebagai bentuk pembelajaran yang diyakini
dapat menstimulus kemampuan penalaran klinis calon dokter. Barrow dan Tamblyn (1980),
yang dianggap sebagai Bapak-bapak PBL, mengatakan bahwa selama berpuluh-puluh tahun
pembelajaran di kedokteran terlalu menekankan pada hafalan yang seringkali tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung untuk menyelesaikan masalah kedokteran riil. Mereka
berpikir alangkah baiknya bila pembelajaran mendekatkan masalah riil dengan ilmu yang
akan digunakan sehingga pada saat menjumpai masalah, ilmu, konsep dan teori dapat lebih
optimal digunakan. Oleh karena itu metode yang dikenalkan oleh Barrow dan Tamblyn ini
dilakukan dengan memberikan kepada mahasiswa masalah pasien untuk dipelajari dan
diselesaikan daripada menjejali dengan materi kuliah berjam-jam. Pendekatan belajar ini
dengan demikian memiliki dua tujuan utama, yaitu: 1) mengasah kemampuan pemecahan
masalah (problem solving) sekaligus 2) mendapatkan pengetahuan yang terintegrasi yang
relevan dengan masalah yang dihadapi. Dalam perkembangannya metode belajar PBL ini
ternyata juga berkontribusi positif pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan
komunikasi kolaboratif serta aplikasi kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine).
Dalam dasawarsa terakhir, PBL telah menjadi salah satu trend setter pembelajaran di
fakultas kedokteran di dunia. Oleh karenanya, Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia
menjadikan PBL sebagai pendekatan standar untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi di
Pendidikan Dokter Indonesia. Metode pembelajaran PBL biasanya didisain sebagai suatu
pembelajaran dalam kelompok yang terdiri dari 10-15 mahasiswa yang sering disebut
kelompok diskusi kecil yang difasilitasi oleh seorang dosen yang disebut dengan Tutor. Tutor
dalam PBL bukanlah seorang pakar/narasumber dalam diskusi namun sebagai penstimulus
dinamika kelompok serta memonitor jalannya diskusi dalam mencapai sasaran belajar yang
telah ditetapkan. Diskusi PBL dimulai dengan paparan masalah yang biasanya berupa
deskripsi dari suatu fenomena yang membutuhkan penjelasan. Masalah ini sering disebut
dengan skenario pemicu. Kelompok diskusi kecil, tutor dan skenario pemicu merupakan tiga
unsur utama dalam pembelajaran PBL.
Gambar 1 Tiga Unsur Utama dalam Pembelajaran PBL

Langkah-langkah dalam PBL 7 Jumps


PBL 7 jumps, seperti namanya terdiri dari 7 langkah sebagai berikut:
1. Reading the Case and Clarifing unclear terms or concepts
2. Define the problem
3. Analyze the problem using prior knowledge
4. Order Ideas and systematically analyze them in depth
5. Formulate learning objective
6. Seek additional information (individual learning)
7. Synthesize and test the new information by sharing

Pembelajaran PBL 7 jumps biasanya dibagi dalam dua sesi pembelajaran yang dilakukan
dalam hari yang berbeda. Langkah 1 s/d 5 dilakukan pada sesi pertama, dan langkah 7
dilakukan pada sesi kedua, sementara langkah 6 dilakukan diantara dua sesi sebagai bentuk
tugas individu. Dalam KBK Pendidikan Dokter, sesi I biasanya dilakukan pada hari Senin,
sementara untuk sesi II dilakukan pada hari Rabu atau Kamis. Sementara belajar individu
dilakukan dengan cara menggali informasi dari kuliah-kuliah terjadwal, wawancara
narasumber, praktikum, maupun mencari informasi dari literatur di internet maupun text
book di perpustakaan dilakukan diantara sesi I dan Sesi II. Pada sesi II setiap individu
melaporkan hasil belajarnya dalam kelompok diskusi untuk kemudian disusun menjadi hasil
diskusi kelompok dalam bentuk Laporan Diskusi PBL.

Langkah 1 : Membaca skenario pemicu (trigger scenario)


Hal pertama yang perlu dilakukan dalam menghadapi masalah adalah membuat segala yang
tidak jelas, terutama terhadap penggunaan istilah dalam masalah. Dengan melakukan hal ini
diharapkan setiap peserta diskusi memiliki pandangan yang sama tentang skenario yang
dihadapi serta ruang lingkupnya.

Setidaknya ada tiga aktivitas yang dilakukan langkah pertama ini, yaitu;
1. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi memiliki pemahaman yang sama terhadap istilah
(cue and clue) yang ada dalam skenario
2. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi memiliki gambaran ruang lingkup yang sama dari
kasus yang akan didiskusikan
3. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi menyepakati hal-hal apa yang diluar ruang lingkup
diskusi
Langkah 2: Define the problem (menentukan masalah)
Pada tahap ini, peserta diskusi harus memiliki kesepakatan terhadap masalah atau
fenomena yang membutuhkan penjelasan dan hubungan-hubungan teoritik yang ada
diantara masalah. Kadang masalah sudah jelas sejak awal sehingga kelompok dapat langsung
menuju langkah 3. Namun demikian pada beberapa kasus, hubungan variable penting dalam
kasus tidak selalu jelas dan membutuhkan penjelasan. Dalam langkah ini, kelompok
mengidentifikasi hal-hal yang kemungkinan menjadi masalah dalam kasus dari cue and clue
yang ada.

Langkah 3: Analyze the problem (menganalisa masalah, dengan brainstorming)


Langkah ini merupakan langkah untuk menggunakan pengetahuan yang telah didapatkan
sebelumnya untuk menjelaskan daftar masalah yang telah disepakati pada langkah kedua.
Masing-masing peserta tim diharapkan dapat berkontribusi menyumbangkan ide
konstruktifnya dalam menjelaskan masalah yang ditemukan berdasarkan pengetahuan
terbaik yang telah dimiliki.

Langkah 4: Order Ideas and systematically analyze them in depth


Pada tahap ini, peserta diskusi diharapkan telah memiliki kerangka konsep yang lebih jelas
dari masalah-masalah yang telah dijelaskan, termasuk hubungan antara pertanyaan dan
variabel baru yang muncul saat brainstorming. Pada tahap ini pemimpin diskusi diharapkan
mampu membuat anggota kelompok menyepakati urutan prioritas masalah yang akan
menjadi tujuan belajar.

Langkah 5 State Learning Objective (Menentukan Tujuan Belajar)


Langkah ini merupakan konklusi sementara dari langkah 4, dimana semua peserta diskusi
bersepakat terhadap masalah yang dapat dipahami (dapat dijelaskan secara logis dan
meyakinkan) serta masalah mana yang menjadi kebutuhan bersama untuk dipelajari baik
dari kuliah, baca literatur, diskusi dengan pakar serta aktivitas akademik lain yang mungkin
dilakukan pada langkah 6. Pada langkah ini anggota kelompok menyepakati rencana aksi
(action plan) dengan distribusi tugas masing-masing anggota.

Langkah 6 Seek additional information (individual learning)


Masing-masing peserta diskusi mencari informasi terkait dengan teori, konsep, atau
penjelasan akademik yang relevan dengan daftar tujuan belajar yang telah ditetapkan pada
langkah 6.

Langkah 7 : Synthesize and test the new information by sharing


Anggota kelompok bertemu kembali untuk mendiskusikan informasi yang didapat masing-
masing sebagai tahap akhir dari PBL. Pada tahap ini peserta diskusi menyepakati bentuk
laporan bersama
Pembagian Peran dalam Diskusi PBL
Dalam pelaksanaan belajar kelompok kecil dalam PBL, mahasiswa membagi diri kedalam
peran-peran tertentu untuk melancarkan jalannya diskusi. Diantara peran yang dijalankan
antara lain:
A. Chair/leader (pemimpin diskusi)

Seperti namanya, tugas pemimpin diskusi adalah menjamin agar diskusi berjalan lancar
sesuai dengan tahap-tahapnya. Pemimpin bertanggung jawab mendistribusikan
kesempatan setiap anggota diskusi untuk berpendapat, menjaga dinamika diskusi dan
melakukan monitor terhadap waktu serta hasil diskusi. Tugas pemimpin diskusi juga
memastikan scribe dapat mengimbangi jalannya/dinamika diskusi serta melakukan
perekaman pendapat yang muncul dalam diskusi secara akurat. Pemimpin juga memiliki
tanggung jawab dalam memastikan pembagian tugas belajar kelompok.
B. Scribe (Sekretaris kelompok)

Tugas dari Scribe adalah mencatat jalannya diskusi, termasuk merekam sumber-sumber
belajar yang dikemukakan atau digunakan di dalam diskusi. Scribe mengumpulkan
catatan atau ide dari semua anggota dan menyarikannya sebagai hasil diskusi kelompok.
C. Anggota Diskusi

Peran anggota diskusi adalah mengikuti langkah-langkah diskusi sesuai tahapannya dan
secara aktif berpartisipasi dalam diskusi. Kelancaran diskusi ditentukan oleh keterbukaan
masing-masing anggota kelompok untuk saling mendengar dan menerima/berbagi
informasi yang dimiliki serta saling menghargai pendapat yang dikemukaan di dalam
diskusi.

Peran Tutor dalam PBL


Secara umum, peran tutor dalam PBL adalah untuk memfasilitasi, menciptakan
pembelajaran aktif, serta mendorong seluruh anggota kelompok untuk berkolaborasi
mengembangkan ide-ide dan konsep yang relevan dengan masalah yang disajikan. Para tutor
harus dilatih, mereka tidak menyajikan informasi maupun memberikan jawaban. Dalam grup
yang baik, para siswa lah yang aktif mengidentifikasi masalah, berbagi informasi, dan
mencari kejelasan dari kesulitan yang mereka hadapi. Para tutor diharapkan dapat
menyesuaikan pendekatan pembelajaran mereka dengan tingkat pengetahuan siswa,
kualitas interaksi dalam grup PBL, dan konten dari permasalahan yang disajikan (Sefron &
Frommer, 2013).
Dalam PBL, tutor memiliki beberapa peran yang spesifik, yaitu :
1. The tutor as diagnostician
Tutor harus mampu menentukan dan mendiagnosis sejauh mana pengetahuan dan
keterampilan (prior knowledge) para siswa dalam konteks masalah yang disajikan. Dengan
mengetahui prior knowledge mereka, tutor akan dapat melihat secara langsung bagaimana
para siswa belajar, dan selanjutnya akan mempermudah tutor dalam menfasilitasi proses
belajar. Pada tahap ke tujuh (information sharing), tutor juga diharapkan mengobservasi
sampai sejauh mana para siswa mampu menguasai materi, dan apakah mereka mampu
mengaplikasikan pengetahuan mereka ke dalam masalah yang disajikan.
2. The tutor as challenger
Siswa, baik secara individu maupun kelompok, tidak selalu dalam kondisi terdorong untuk
memaksa diri mereka sendiri untuk terlibat dalam proses belajar dan berpikir, baik di dalam
maupun di luar proses tutorial. Seringkali para tutor harus menantang para siswa untuk
bereksperimen dengan strategi belajar yang baru. Contohnya, pada tahap diskusi (reporting),
siswa cenderung hanya semata-mata menjawab pertanyaan dari LO tanpa keinginan atau
rasa penasaran tentang bagaimana mengaplikasikannya pada kasus riil atau kasus lainnya.
Disinilah tugas tutor untuk merangsang mereka berpikir dan menvisualisasikannya.
3. The tutor as role model
Pemberian contoh (modelling) bisa dilakukan secara lebih eksplisit atau kurang eksplisit,
tergantung dari problem yang dihadapi dalam dinamika kelompok. Dengan mengembangkan
berbagai keterampilan yang diperlukan untuk ber-PBL, tidak hanya tutor, namun para siswa
pun, juga dapat menjadi contoh yang efektif dalam strategi belajar dan berpikir, serta
mengembangkan keterampilan yang esensial dalam problem-based learning.
4. The tutor as activator
Para siswa, terutama pada tingkat lanjut, seringkali sudah memiliki cukup prior knowledge
serta strategi belajar dan berpikir yang memadai, namun sayangnya mereka belum berhasil
untuk menggunakan modal ini dengan baik pada saat PBL. Disinilah para tutor berperan
sebagai activator, mengaktivasi para siswanya untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka
secara efektif.
Peran tutor sebagai activator berbeda dengan peran tutor sebagai challenger, dimana pada
peran ini siswa sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan namun belum mampu
mengemasnya secara optimal. Sedangkan peran challenger, lebih cenderung kepada
mendorong dan merangsang siswa untuk mencoba perilaku belajar yang baru serta
memaksa diri mereka sendiri untuk memaksimalkan potensi sesuai dengan konteks
permasalahan yang disajika dalam PBL.
5. The tutor as monitor
Tugas ini mengharuskan tutor untuk melihat keseluruhan proses dan progress dari grup
tutorial serta masing-masing anggotanya selama PBL berlangsung. Selain itu, tutor juga
diharapkan mampu menentukan sejauh mana ketercapaian tujuan belajar selama proses
pembelajaran dalam PBL. Contohnya, jika tujuan belajar kelompok yang disepakati terlalu
simpel atau sedikit, maka tutor boleh menambahkan atau menambah kompleksitas dari
masalah. Pada tahap ini tentunya tutor harus dapat menentukan terlebih dahulu tingkat
pengetahuan siswanya, sehingga tutor bisa menggiring para siswa sedekat mungkin dengan
konteks kasus sebenarnya.
6. The tutor as evaluator
Pada akhir sesi, para tutor akan diminta untuk berperan sebagai evaluator. Tahap assessment
ini akan memfokuskan terutama pada keterampilan profesional siswa secara keseluruhan
serta attitude mereka selama proses PBL berlangsung. Selain itu, tutor diharapkan mampu
menstimulasi refleksi dari para siswa selama proses PBL, sehingga para siswa dan tutor
sendiri bisa mengevaluasi kemampuan masing-masing dalam proses pembelajaran.

OVERVIEW OF STUDENT SKILLS in PBL


STEP DESCRIPTION CHAIR SCRIBE
1 Clarifying unfamiliar Invites group members to read
terms the problem Divides the
Checks if everyone has read the blackboiard into
Unfamiliar terms is problem three parts
the problem text are Checks if there are unfamiliar
clarified terms in the problem Notes down the
Concludes and proceeds to the unfamiliar terms
next phrase
2 Problem Asks the group for possible Notes down the
definition(cue and problem definitions problem definitions
clue) Paraphrases contributions of
group members
The tutorial group Checks if everyone is satisfied
defines the problem with the problem definitions
in a set of questions Concludes and proceeds to the
next phrase
3 Brainstorming Allows all group members Makes brief
(dari cue and clue to contribute one by one and clear
bisakah dibikin cerita Summarizes contributions summaries of
sendiri) of group members contributions
Stimulates all group Distinguishes
Preexisting members to contribute between main
knowledge is Summarizes at the end of points and side
activated and the brainstorm issues
determined, Makes sure that a critical
hypothesis are analysis of all contributions is
generated postphoned until step four
4 Analyzing the Makes sure that all points from Makes brief and
problem(skala the brainstorm are discussed clear summaries
prioritas, mana LO yg Summarizes contributions of contributions
menjadi prioritas groups members Indicates relations
utama dst) Asks questions, promotes depth between topics,
in the discussion makes schemata
Explanations and Makes sure the group does not
hypotheses are stray from the subject
discussed in depth Stimulates group members to
and are find relations between topics
systematically Stimulates all group members to
analyzed to each contribute
other
5 Formulating learning Asks for possible learning issues Notes down the
issues Paraphrases contributions of learning issues
group member
It is determined Checks if everyone is satisfied
what knowledge the with the learning issues
group lacks, and Checks if all obscurities and
learning issues are contradictions from the problem
formulated on these analysis have been converted
topics into learning issues
7 Reporting Prepares the structure of the Makes brief and
reporting phase clear summaries of
Findings from the Makes an inventory ofa what contributions
literature are sources have been used Indicates relations
reported and Repeats every learning issue and between topics,
answers to the asks what has been found makes schemata
learning issues are Summarizes contributions of Distinguishes
discussed group members between main
Asks questions, promotes depth points and side
in the discussion issues
Stimulates group members to
find relations between topics
Stimualtes all group members to
contribute
Concludes the discussion of
each learning issue with a
summary
CASES
SECTION
Skenario 1
Bentol sana, Bentol sini

Skenario Kasus

Seorang laki-laki, usia 32 tahun, seorang pekerja perusahaan asuransi, datang ke


poliklinik Kulit RS dengan keluhan utama kulit bentol dan gatal. Bentol hilang timbul
hampir setiap hari dan telah berlangsung selama 3 minggu. Bentol biasanya menghilang
dalam beberapa jam hingga 24 jam tanpa meninggalkan bekas. Bentol biasanya muncul
di badan, lengan, kaki, wajah. Tidak terdapat riwayat bibir atau mata bengkak, dan sesak
nafas yang menyertai. Pasien merasa bentol timbul sesaat setelah makan telor dan
ayam. Bentol juga timbul pada saat hawa dingin.
Pasien sudah berobat ke Puskesmas, diberi obat anti alergi oleh dokter,
keluhan berkurang bila pasien minum obat, tetapi timbul kembali bila obat dihentikan.
Oleh dokter Puskesmas pasien disarankan untuk ke RS, dokter poliklinik RS
mendiagnosis pasien sebagai utikaria.
Riwayat penyakit dahulu : Penderita sering bersin-bersin bila kena debu, Tidak ada
riwayat demam sebelumnya. Pasien punya tambalan gigi dan giginya saat ini terasa
cekot-cekot. Sebelum gatal kambuh, pasien sempat membeli obat anti nyeri untuk gigi
cekot-cekotnya.
Riwayat penyakit keluarga : anggota keluarga tidak ada yang gatal seperti
ini. Ibu pasien sering mengalami gatal yang membasah di kakinya sejak lebih dari 2
tahun.

Foto pasien
Referensi Buku Wajib
1. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, LeffellDJ.
Fitzpatricks dermatology in general medicine, 8th ed. New York: The
McGraw-Hill; 2012
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Diseases of The Skin
Clinical Dermatology, 11th ed. Saunders Elsevier: 2011
Skenario 2

Kok Jerawatan Terus Sih..

Skenario Kasus

Seorang perempuan, usia 18 tahun, seorang mahasiswa, datang ke poliklinik Kulit RS


dengan keluhan utama kulit wajah berjerawat. Keluhan jerawat dirasakan sejak 3 tahun
ini. Keluhan dirasakan memberat saat pasien kurang tidur dan menjelang menstruasi.
Pasien sudah pernah berobat ke klinik kecantikan, mendapatkan terapi sabun wajah,
obat jerawat dan krim malam selama 2 bulan, jerawat sempat membaik tapi kemudian
muncul lagi dan semakin memberat. Karena tidak ada perbaikan, maka pasien
memutuskan untuk periksa ke poli Kulit Rumah Sakit.
Riwayat penyakit dahulu : Penyakit lain tidak ada.
Riwayat penyakit keluarga : Saat masih muda, ayah pasien juga menderita jerawat yang
parah.
Riwayat kebiasaan : selalu menggunakan alas bedak/foundation dan bedak padat,
membersihkan wajah 2 kali sehari.

Foto pasien
Referensi Buku Wajib
1. Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks
Dermatologi In General Medicine. 8th edition. McGraw Hill, 2012.
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Diseases of The Skin Clinical
Dermatology, 11th ed. Saunders Elsevier: 2011
Skenario 3

Aduuuhh Gatal Sekali..

Skenario Kasus

Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan gatal di kedua
lipat paha. Gatal disertai bercak merah yang melebar sejak 1 bulan yang lalu. Gatal
dirasakan terutama saat penderita berkeringat. Penderita juga memiliki penyakit
Diabetes Mellitus dan Gagal jantung. Riwayat terapi dari toko berupa krim oles. Gatal
berkurang tetapi bercak semakin melebar. Pemeriksaan dermatologi sesuai dengan
gambar pasien.

A-50 years old male present to health care centre with itchy on both side groin. Itchy
accompanied with red patch become wider since 1 month ago. Itchy was more
prominent especially when sweating. Patient also had Diabetes Mellitus and heart
failure. Patient got topical cream from drug store. Itchy was decrease but the red patch
became wider. Dermatology examination is showed in picture.

Referensi Buku Wajib


1. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, LeffellDJ. Fitzpatricks
dermatology in general medicine, 8th ed. New York: The McGraw-Hill; 2012
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Diseases of The Skin Clinical
Dermatology, 11th ed. Saunders Elsevier: 2011
Skenario 4

WAJAH NYERI DAN MELEPUH

Skenario Kasus
Seorang laki-laki, usia 55 tahun, seorang pekerja perusahaan asuransi, datang ke poliklinik
Kulit RS dengan keluhan utama kulit lepuh dan nyeri pada dahi dan wajah kanan. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan terus menerus. 4 hari sebelumnya, pasien mengeluh
badan demam ringan, nyeri sendi dan sakit kepala, kemudian sakit kepala semakin
memberat diikuti kemerahan di dahi kanan dan wajah kanan, 2 hari kemudian mulai muncul
lepuh kecil-kecil didaerah yang sama. Pasien mengeluhkan penglihatan mata kanan sedikit
kabur sejak 2 hari ini. Pasien sudah berobat ke Puskesmas, diberi obat anti nyeri oleh dokter
dan disarankan untuk ke RS, dokter poliklinik RS mendiagnosis pasien sebagai herpes zoster.
Riwayat penyakit dahulu : Cacar air saat usia 7 tahun, penyakit lain tidak ada.
Riwayat penyakit keluarga : anggota keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.
Riwayat kebiasaan : merokok 5-10 batang per hari, kebiasaan minum jamu tradisional saat
badan merasa letih.

Foto pasien

Referensi Buku Wajib


1. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, LeffellDJ. Fitzpatricks
dermatology in general medicine, 8th ed. New York: The McGraw-Hill; 2012
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Diseases of The Skin Clinical Dermatology,
11th ed. Saunders Elsevier: 2011
Skenario 5

Kugaruk garuk..ku tak bisa tidur

Skenario Kasus
Seorang laki-laki, usia 9 tahun, seorang pelajar dan santri, datang ke poliklinik Kulit RS
dengan keluhan utama gatal pada pergelangan tangan, sekitar perut, dan sekitar kemaluan.
Gatal dirasakan terutama pada malam hari, kadang hingga mengganggu tidurnya. Keluhan
ini sudah dirasakan sejak 2 minggu terakhir. Keluhan serupa juga dialami oleh beberapa
temannya di pondok pesantren. Pasien sudah berobat ke Puskesmas, diberi obat anti alergi
oleh dokter dan disarankan untuk ke RS, dokter poliklinik RS mendiagnosis pasien sebagai
gudik atau skabies.
Riwayat penyakit keluarga : adik menderita keluhan serupa.
Riwayat kebiasaan : mandi sehari 2 kali, mengganti pakaian sehari sekali, mengganti pakaian
dalam 2 hari sekali. Kadang pasien bertukar pakaian, sarung atau handuk dengan teman
sesama santri di pondok pesantren.

Foto pasien

REFERENSI
1. Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks
Dermatologi In General Medicine. 8th edition. McGraw Hill, 2012.
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Diseases of The Skin Clinical
Dermatology, 11th ed. Saunders Elsevier: 2011

Anda mungkin juga menyukai