Anda di halaman 1dari 15

BUKU PANDUAN TUTOR

BLOK KETERAMPILAN PEMBELAJARAN PEMICU 1


Kode: KPB P-1-T1/T2
………………………………………………………

Pemicu 1
Page
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Kegiatan belajar Problem Base Learning (PBL) menggunakan metode 2 (dua) kali diskusi
kelompok (tutorial) untuk setiap pemicu (trigger) dan 1 (satu) kali pertemuan pleno, yang
dihadiri para pakar terkait dengan blok Keterapilan Pembelajaran (KPB).
Diskusi dilaksanakan dalam kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 10-12
mahasiswa dan didampingi oleh seorang tutor yang berperan sebagai fasilitator, dan
berlangsung selama 2x50 menit untuk setiap pertemuan tutorial. Dosen bertindak sebagai
tutor yang memfasilitasi jalannya tutorial, dan bukan sebagai narasumber.
Metode pembelajaran ini bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam belajar
mandiri, menentukan materi pembelajaran, mencari informasi sesuai dengan kebutuhannya,
mengasah keterampilan berfikir kritis (critical thinking) melalui masalah yang relevan
dengan keadaan sebenarnya yang diberikan dalam pemicu, serta mengkomunikasikannya
secara efektif dalam diskusi maupun presentasi.

PELAKSANAAN TUTORIAL
1. PERAN TUTOR
Peran Tutor dalam proses tutorial sangatlah penting, tujuan pembelajaran diharapkan
dapat tercapai melalui peran tutor dalam menciptakan suasana yang kondusif,
menyenangkan dan terarah dalam dinamika kelompok diskusi.
Peran tutor antara lain:
- Berperan sebagai fasilitator yang berfungsi untuk memfasilitasi jalannya diskusi,
bukan sebagai narasumber.
- Membangun keterampilan berfikir metacognitive dari mahasiswa
- Membangun suasana yang menyenangkan sehingga mahasiswa dapat
mengekspresikan pendapat dan perasaannya secara bebas tanpa merasa takut, malu,
atau tertekan.
- Membangun dinamika kelompok yang aktif dengan mengikutsertakan seluruh
peserta diskusi.
- Membangun kerjasama tim
- Memberikan umpan balik (feedback) yang konstruktif
- Memberikan penilaian yang adil terhadap setiap mahasiswa dengan memberikan
kesempatan dan perhatian yang sama selama diskusi
- Memberikan penilaian terhadap log-book dan laporan pelaksanaan kelompok
diskusi

2. TATA TERTIB TUTOR


Berikut ini adalah tata tertib yang harus diketahui untuk kelancaran proses tutorial:
1. Tutor diharapkan hadir 15 menit sebelum proses tutorial berlangsung.
2. Jika Tutor tidak dapat hadir sesuai jadwal yang ditentukan, Tutor wajib melapor ke
penanggungjawab tutorial KPB paling lambat 1 hari sebelumnya dengan
menghubungi dr. Siti Hardianti, M,Biomed - HP. 085258898732.

Pemicu 1
Page
3. Tutor harus berada di ruangan tutorial selama proses tutorial berlangsung yaitu
selama 2x50 menit.
4. Setiap tutor wajib mengisi lembaran penilaian terhadap mahasiswa dan lembar
berita acara tutorial dan mengembalikannya kepada pengelola tutorial setelah
proses tutorial selesai.

3. LANGKAH-LANGKAH TUTORIAL
Metode tutorial yang dilakukan di FK IKMLP adalah:
1. Ice Breaking (mencairkan suasana agar lebih akrab dan tidak kaku)
2. Perkenalan (Tutor terlebih dahulu memperkenalkan diri, yang diikuti dengan
seluruh peserta tutorial)
3. Pemilihan ketua dan sekretaris kelompok. Bila diperlukan tutor dapat
mengingatkan kembali peran setiap personalia tutorial.
4. Membuat atau mengingatkan kembali peraturan yang sudah disepakati oleh
kelompok di dalam kegiatan tutorial (ground rules)
5. Tutor membagikan lembaran pemicu kepada mahasiswa
6. Mahasiswa membahas masalah pemicu dengan prinsip Seven Jumps.
7. Tutor menuliskan learning issue dan hal-hal yang tidak diketahui (we don’t know)
dituliskan di lembaran berita acara
8. Sebelum menutup tutorial, tutor akan:
 Membagikan daftar hadir
 Mengisi lembar berita acara mengenai pelaksanaan tutorial
 Membagi lembar feedback tutorial dan fasilitator
 Memasukkan seluruh berkas ke dalam map yang tersedia
 Pada tutorial-1, Tutor mengingatkan mahasiswa agar mengisi log-book
tutorialnya
 Pada tutorial ke-2, Tutor mengoreksi log-book mahasiswa.
9. Memberikan umpan balik yang konstruktif terhadap pelaksanaan tutorial,
mengucapkan kata penutup misalnya “alhamdulillah” atau kata-kata lainnya
yang memberikan motivasi terhadap mahasiswa.

SKEMA LANGKAH-LANGKAH TUTORIAL (SEVEN JUMPS)

Pemicu 1
Page
Langkah 1-5 dilaksanakan pada pertemuan pertama,
langkah 6 merupakan kegiatan belajar mandiri, dan
langkah 7 dilaksanakan pada pertemuan kedua.

PEMICU 1

Judul: KETERAMPILAN BELAJAR YANG TIDAK EFEKTIF DAN KEMAMPUAN


KOMUNIKASI YANG BURUK

Deskripsi singkat
Keterampilan belajar mahasiswa di Fakultas Kedokteran merujuk pada kemampuan dan
strategi yang digunakan untuk mengasimilasi, memahami, mengingat, dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan dalam program studi kedokteran.
Keterampilan komunikasi bagi mahasiswa di Fakultas Kedokteran adalah kemampuan untuk
berkomunikasi secara efektif dengan pasien, rekan kerja, dan tenaga medis lainnya dalam
konteks praktik medis. Keterampilan komunikasi yang baik sangat penting dalam bidang
kedokteran, karena mahasiswa akan berinteraksi dengan pasien yang membutuhkan
perawatan dan pengobatan.

Skenario

Lembar 1
Rani seorang mahasiswa FK IKMLP merasa kebingungan dan kesulitan setelah mengikuti
kegiatan kuliah, keterampilan klinik, tutorial dan praktikum pada semester 1. Rani menjalani
proses pembelajaran problem-based learning (PBL) sebagai salah satu strategi student
centered learning (SCL) yang sebelumnya terbiasa dengan teacher centered learning (TCL)
semasa belajar di SMA.

Pemicu 1
Page
Lembar 2
Rani sering kesulitan dalam memahami dan mengingat informasi yang diajarkan dengan
berbagai metode pembelajaran yang diikutinya. Dia cenderung merasa kewalahan dengan
jumlah materi yang harus dipelajari dan kesulitan menghubungkan konsep-konsep yang
berbeda dan mengidentifikasi pola-pola dalam materi pelajaran.

Lembar 3
Rani seringkali tidak aktif dalam diskusi kelas dan tidak mengajukan pertanyaan kepada
dosen. Saat ada pertanyaan dari dosen, Rani tampak tidak percaya diri dan tidak mampu
memberikan jawaban dengan jelas dan terstruktur serta sering gagal dalam menyusun
argumen yang koheren atau mengartikulasikan gagasan dengan tepat.

Learning objectives:
1. Menjelaskan proses pembelajaran student centered learning (SCL)
2. Menyebutkan perbedaan student centered learning (SCL) dengan teacher centered
learning (TCL)
3. Menjelaskan kesulitan yang mungkin dihadapi mahasiswa pada proses pembelajaran
student centered learning (SCL)
4. Menjelaskan Keterampilan Belajar yang efektif bagi mahasiswa kedokteran
5. Menjelaskan penyebab kesulitan yang mungkin dihadapi mahasiswa mempelajari dan
menerapkan Keterampilan Belajar yang efektif mahasiswa kedokteran
6. Menjelaskan Keterampilan Komunikasi yang baik bagi mahasiswa kedokteran
7. Menjelaskan penyebab kesulitan yang mungkin dihadapi mahasiswa mempelajari dan
menerapkan Keterampilan Komunikasi yang baik mahasiswa kedokteran

Langkah tutorial pertemuan pertama


Step 1: Mengklarifikasi istilah yang tidak dimengerti.
Pada tahap ini mahasiswa akan mengidentifikasi dan menyatukan persepsi
mengenai beberapa istilah yang dirasakan asing sehingga dalam diskusi berikutnya
mahasiswa memiliki pemahaman yang sama mengenai kasus yang dibahas. Lebih
lanjut hal ini harus dibahas oleh kelompok dan merupakan bagian dari isu
pembelajaran.

Step 2: Merumuskan masalah yang akan didiskusikan.


1. Pembelajaran student centered learning (SCL) di fakultas kedokteran
2. Perbedaan SCL dengan teacher centered learning (TCL)
3. Kesulitan yang mungkin dihadapi mahasiswa pada proses pembelajaran SCL
4. Keterampilan Belajar yang efektif bagi mahasiswa kedokteran
5. Kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari dan menerapkan Keterampilan Belajar
yang efektif mahasiswa kedokteran.
6. Keterampilan Komunikasi yang baik bagi mahasiswa kedokteran
7. Kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari dan menerapkan Keterampilan
Komunikasi yang baik mahasiswa kedokteran.

Pemicu 1
Page
Step 3: Brainstorming menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya oleh
masing-masing mahasiswa, merumuskan hipotesis atau penjelasan yang paling
mungkin mengenai kasus.
Pada tahap ini mahasiswa diharapkan dapat menganalisis bahwa masalah di atas
mungkin timbul akibat kondisi-kondisi berikut ini:
a. Kesulitan dalam mengadopsi pendekatan SCL.
b. Kesulitan yang mungkin dialami terkait dengan keterampilan belajar mahasiwa
kedokteran.
c. Kesulitan yang mungkin dialami mahasiswa kedokteran dalam mempelajari
keterampilan komunikasi.

Step 4: Menganalisis hipotesis.


Pada tahap ini mahasiswa diharapkan akan mendiskusikan kasus sesuai dengan
pengetahuan yang mereka miliki.
a. Menjelaskan kesulitan dalam mengadopsi pendekatan SCL pada kasus yang
dialami Rani
b. Menjelaskan kesulitan yang dialami Rani dengan keterampilan belajarnya.
c. Menjelaskan kesulitan yang dialami Rani dalam mempelajari keterampilan
komunikasi.

Step 5: Merumuskan tujuan pembelajaran (learning objectives)


Pada akhir tutorial pertama mahasiswa diharapkan dapat merumuskan tujuan
pembelajaran yakni:
1. Menjelaskan proses pembelajaran student centered learning (SCL)
2. Menyebutkan perbedaan student centered learning (SCL) dengan teacher
centered learning (TCL)
3. Menjelaskan kesulitan yang mungkin dihadapi mahasiswa pada proses
pembelajaran student centered learning (SCL)
4. Menjelaskan Keterampilan Belajar yang efektif bagi mahasiswa kedokteran
5. Menjelaskan penyebab kesulitan yang mungkin dihadapi dalam mempelajari dan
menerapkan Keterampilan Belajar yang efektif mahasiswa kedokteran
6. Menjelaskan Keterampilan Komunikasi yang baik bagi mahasiswa kedokteran
7. Menjelaskan penyebab kesulitan yang mungkin dihadapi mahasiswa mempelajari
dan menerapkan Keterampilan Komunikasi yang baik mahasiswa kedokteran

Langkah tutorial pertemuan kedua

1. Mahasiswa mendiskusikan hasil belajar mandiri masing-masing bersama kelompok.


2. Setiap mahasiswa diharuskan membawa minimal 3 bahan referensi berupa jurnal atau
buku teks yang diperoleh melalui belajar mandiri.
3. Pembahasan hasil belajar mandiri tidak harus dalam bentuk pemaparan dan presentasi
dalam bentuk power point, melainkan dapat juga berupa diskusi.
4. Presentasi dalam bentuk power point terutama bermanfaat dalam memaparkan diagram
atau gambar, namun tidak disarankan untuk sekadar narasi.

Pemicu 1
Page
5. Untuk mengaktifkan setiap mahasiswa dan mengevaluasi hasil belajar mandiri mereka,
tutor dapat berimprovisasi dengan menunjuk mahasiswa untuk memaparkan hasil belajar
mandiri, tidak semata-mata berdasarkan pembagian tugas yang disepakati oleh
kelompok.
6. Kelompok akan menyimpulkan hasil tutorial. Mahasiswa diharapkan mampu membuat
beberapa kesimpulan hasil belajar.
Kesimpulan pemicu ini adalah:
1. Pembelajaran student centered learning (SCL).
2. Keterampilan Belajar yang efektif mendukung kesuksesan belajar mahasiswa
kedokteran.
3. Keterampilan Komunikasi yang baik mendukung kesuksesan belajar mahasiswa
kedokteran.

Jawaban learning objectives sebagai bahan panduan bagi tutor

1 Proses pembelajaran student centered learning (SCL)

Pertanyaan pendukung :
Bagaimana prosesnya?

Jawaban:
Student Centered Learning (SCL) adalah pendekatan pembelajaran di mana mahasiswa
berperan aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri. Dalam konteks mahasiswa
kedokteran, Student Centered Learning merujuk pada pendekatan di mana mahasiswa
memiliki kendali yang lebih besar atas pembelajaran mereka dan diberi kesempatan
untuk mengambil peran aktif dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan
mereka.

Berikut adalah proses SCL bagi mahasiswa kedokteran:

a) Orientasi: Pada tahap ini, mahasiswa diberikan pengenalan terhadap pendekatan


SCL dan pemahaman tentang peran mereka sebagai pemimpin dalam proses
pembelajaran. Mereka juga diperkenalkan dengan metode pembelajaran aktif
yang melibatkan partisipasi aktif dalam diskusi, kolaborasi dengan teman
sejawat, dan pemecahan masalah mandiri.
b) Penentuan tujuan belajar: Mahasiswa kedokteran diajak untuk merumuskan
tujuan belajar mereka sendiri berdasarkan kurikulum yang telah ditentukan.
Mereka dapat memilih area atau topik tertentu yang ingin mereka eksplorasi lebih
dalam dan mengembangkan keterampilan spesifik yang relevan dengan minat
mereka.
c) Pembelajaran mandiri: Mahasiswa diberikan otonomi dalam mempelajari
materi secara mandiri. Mereka memiliki akses ke sumber daya pembelajaran
yang relevan, seperti buku teks, jurnal ilmiah, materi kuliah online, dan bahan
belajar interaktif. Mahasiswa juga didorong untuk mengembangkan keterampilan
literasi informasi, evaluasi kritis, dan pengorganisasian waktu.
d) Diskusi kelompok: Mahasiswa kedokteran diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam diskusi kelompok kecil dengan mahasiswa sejawat atau
Pemicu 1
Page
dalam format tutorial. Diskusi ini memungkinkan mereka untuk berbagi
pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman dalam konteks medis. Diskusi juga
dapat merangsang keterlibatan aktif, mempromosikan pemecahan masalah
kolaboratif, dan meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.
e) Praktik klinis dan simulasi: Bagian penting dari pendidikan kedokteran adalah
pengalaman klinis langsung. Dalam konteks SCL, mahasiswa kedokteran
didorong untuk mengambil peran aktif dalam praktik klinis, termasuk
pengamatan dan interaksi dengan pasien. Selain itu, simulasi medis juga
digunakan sebagai alat pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan
keterampilan klinis, beradaptasi dengan situasi klinis yang kompleks, dan
mempraktikkan prosedur medis.
f) Evaluasi formatif: Dalam SCL, evaluasi bukan hanya tentang penilaian akhir,
tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk membantu mahasiswa mengukur
kemajuan mereka, mengidentifikasi kelemahan, dan merencanakan perbaikan.
Evaluasi formatif melibatkan umpan balik terkait kinerja dan pemahaman
mahasiswa yang diberikan secara teratur selama proses pembelajaran.
g) Refleksi dan pembelajaran berkelanjutan: Mahasiswa kedokteran didorong
untuk melakukan refleksi terhadap pengalaman pembelajaran mereka secara
teratur. Mereka diminta untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta
mengembangkan rencana tindakan untuk meningkatkan diri mereka secara
berkelanjutan. Pembelajaran sepanjang hayat juga ditekankan, di mana
mahasiswa diberikan keterampilan untuk terus belajar dan mengembangkan diri
setelah lulus.

Dalam keseluruhan proses SCL, dosen dan pengajar berperan sebagai fasilitator, mentor,
dan sumber daya bagi mahasiswa. Mereka membimbing, memberikan umpan balik, dan
merancang lingkungan pembelajaran yang mendukung pengalaman belaja yang berpusat
pada mahasiswa.
2 Menyebutkan perbedaan Student Centered Learning (SCL) dengan Teacher Centered
Learning (TCL)

Pertanyaan pendukung : Apa perbedaan SCL dengan TCL


Jawaban:

Pemicu 1
Page
3 Kesulitan yang mungkin dihadapi mahasiswa pada proses pembelajaran Student
Centered Learning (SCL)

Pertanyaan pendukung: Apa saja kesulitan yang mungkin dihadapi mahasiswa


kedokteran mengikuti proses SCL?

Jawaban:
Mahasiswa kedokteran yang melaksanakan Student Centered Learning (SCL) sering
menghadapi beberapa masalah yang mungkin dapat memengaruhi proses pembelajaran
mereka. Berikut adalah beberapa masalah umum yang sering dihadapi oleh mahasiswa
kedokteran saat melaksanakan SCL:
a) Pengorganisasian waktu: SCL menekankan pada pembelajaran mandiri dan
inisiatif pribadi. Mahasiswa harus mengatur jadwal belajar mereka sendiri,
mencari materi, dan mempersiapkan diri untuk diskusi atau presentasi.
Terkadang, pengorganisasian waktu yang efektif bisa menjadi tantangan,
terutama jika mahasiswa memiliki beban kerja yang berat atau komitmen lain di
luar kegiatan akademik.
b) Keterbatasan sumber daya: SCL memerlukan akses yang memadai terhadap
sumber daya pendidikan, termasuk perpustakaan, jurnal ilmiah, dan literatur
terkait. Tidak semua mahasiswa memiliki akses penuh terhadap sumber daya ini,
terutama jika mereka berada di daerah yang terpencil atau kurang mendapatkan
dukungan finansial.
c) Kolaborasi antar mahasiswa: SCL mendorong kolaborasi dan diskusi antara
mahasiswa. Namun, beberapa mahasiswa mungkin menghadapi kesulitan dalam
bekerja dalam kelompok atau berkomunikasi dengan baik dengan rekan mereka.
Perbedaan dalam gaya belajar, kepribadian, atau perbedaan bahasa juga dapat
menjadi hambatan dalam kolaborasi yang efektif.

Pemicu 1
Page
d) Kurangnya panduan atau arahan: Dalam SCL, mahasiswa memiliki tanggung
jawab yang lebih besar dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri. Namun,
terkadang panduan atau arahan yang jelas tidak tersedia, sehingga mahasiswa
kesulitan memahami harapan atau tujuan pembelajaran. Hal ini dapat
menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian dalam melaksanakan SCL.
e) Evaluasi yang adil: SCL sering kali melibatkan penilaian formatif, seperti
diskusi kelompok, presentasi, atau tugas proyek. Mahasiswa mungkin
menghadapi tantangan dalam menilai sejauh mana mereka telah mencapai tujuan
pembelajaran, terutama jika kriteria penilaian tidak jelas atau tidak konsisten.
f) Pengembangan keterampilan mandiri: SCL mengharuskan mahasiswa untuk
mengembangkan keterampilan mandiri seperti pemecahan masalah, berpikir
kritis, dan pengorganisasian diri. Beberapa mahasiswa mungkin mengalami
kesulitan awal dalam mengembangkan keterampilan ini, dan membutuhkan
waktu dan dorongan tambahan untuk menjadi terbiasa dengan pendekatan
pembelajaran ini.
Penting bagi mahasiswa kedokteran untuk menyadari tantangan ini dan mencari solusi
yang sesuai. Mencari bantuan dari dosen, tutor, atau kolega sejawat, serta mengambil
inisiatif untuk meningkatkan keterampilan mandiri, dapat membantu mengatasi masalah
yang muncul selama pelaksanaan SCL

4 Keterampilan Belajar yang efektif bagi mahasiswa kedokteran

Pertanyaan pendukung: Bagimana Keterampilan Belajar yang efektif?

Jawaban:
Ketika menggunakan pendekatan Student Centered Learning (SCL) atau pembelajaran
berpusat pada mahasiswa, terdapat beberapa keterampilan belajar yang efektif yang dapat
membantu mahasiswa dalam memaksimalkan pengalaman pembelajaran mereka. Berikut
adalah beberapa keterampilan belajar yang penting:
a) Kemampuan Mengatur Diri (Self-Regulation): Mahasiswa harus dapat
mengatur waktu, mengelola tugas, dan menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk belajar. Kemampuan mengatur diri melibatkan membuat jadwal,
menetapkan prioritas, menghindari gangguan, dan mematuhi batas waktu yang
ditetapkan.
b) Kemampuan Berpikir Kritis (Critical Thinking): Mahasiswa perlu mampu
menganalisis, mengevaluasi, dan menghubungkan informasi yang mereka
pelajari. Kemampuan berpikir kritis melibatkan kemampuan untuk mengajukan
pertanyaan, menganalisis argumen, mengidentifikasi asumsi, dan mencari solusi
alternatif.
c) Kemampuan Berkomunikasi Efektif (Effective Communication): Mahasiswa
harus mampu menyampaikan ide-ide mereka secara jelas dan efektif, baik secara
lisan maupun tertulis. Kemampuan berkomunikasi efektif melibatkan
kemampuan menyusun gagasan, menyampaikan pesan dengan jelas,
mendengarkan dengan aktif, dan berpartisipasi dalam diskusi.

Pemicu 1
Page
d) Kemampuan Kolaborasi (Collaboration): Mahasiswa harus dapat bekerja sama
dengan rekan sekelompok, berbagi pengetahuan, dan memecahkan masalah
secara bersama-sama. Kemampuan kolaborasi melibatkan kemampuan untuk
mendengarkan, menghargai pandangan orang lain, dan berkontribusi dalam kerja
tim.
e) Kemampuan Belajar Seumur Hidup (Lifelong Learning): Mahasiswa perlu
mengembangkan sikap terbuka terhadap pembelajaran sepanjang hayat. Mereka
harus siap untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan baru di luar
kelas. Kemampuan belajar seumur hidup melibatkan motivasi intrinsik untuk
belajar, refleksi diri, dan kemauan untuk mengatasi tantangan.
f) Kemampuan Memecahkan Masalah (Problem Solving): Mahasiswa harus
mampu mengidentifikasi masalah, menganalisis faktor-faktor yang terlibat, dan
mengembangkan strategi yang efektif untuk memecahkan masalah tersebut.
Kemampuan memecahkan masalah melibatkan kemampuan berpikir kreatif,
mengumpulkan informasi, dan mengambil keputusan yang baik.
g) Kemampuan Belajar Mandiri (Self-Learning): Mahasiswa perlu dapat
mengembangkan kebiasaan belajar mandiri di luar lingkungan kelas. Mereka
harus mampu mencari sumber daya, membaca, mencatat, dan mencari
pemahaman sendiri tentang topik tertentu.
h) Kemampuan Teknologi (Technology Literacy): Mengingat pendekatan SCL
sering melibatkan penggunaan teknologi, mahasiswa harus memiliki kemampuan
dasar dalam menggunakan perangkat dan alat teknologi yang relevan untuk
pembelajaran, seperti komputer, internet, perangkat lunak, dan platform
pembelajaran online.

Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan ini, mahasiswa dapat


mengoptimalkan pengalaman belajar mereka dalam pendekatan Student Centered
Learning. Penting bagi mereka untuk terus berlatih dan mengasah keterampilan-
keterampilan ini seiring berjalannya waktu.
5 Penyebab kesulitan yang mungkin dihadapi mahasiswa mempelajari dan menerapkan
Keterampilan Belajar yang efektif mahasiswa kedokteran

Pertanyaan pendukung: Apa saja kesulitan yang mungkin dihadapi mahasiswa


mempelajari dan menerapkan Keterampilan Belajar yang efektif

Jawaban:
Mahasiswa kedokteran seringkali menghadapi tantangan dan kesulitan dalam
mempelajari dan menerapkan keterampilan belajar yang efektif. Beberapa penyebab
umum kesulitan tersebut antara lain:

a) Beban studi yang tinggi: Mahasiswa kedokteran seringkali dihadapkan pada


beban studi yang sangat berat. Kurikulum yang padat dan materi yang kompleks
dapat membuat sulit bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan jumlah
informasi yang harus dipelajari dan dipahami dalam waktu yang terbatas.

Pemicu 1
Page
b) Kompleksitas materi: Bidang kedokteran melibatkan pemahaman mendalam
tentang anatomi, fisiologi, farmakologi, patologi, dan berbagai konsep medis
lainnya. Materi ini seringkali sulit dipahami dan memerlukan upaya ekstra untuk
mempelajarinya dengan baik.
c) Keterbatasan waktu: Mahasiswa kedokteran seringkali memiliki jadwal yang
padat dengan kuliah, praktek klinik, dan tugas-tugas lainnya. Keterbatasan waktu
dapat membuat sulit bagi mereka untuk mengatur waktu belajar dengan efektif
dan efisien.
d) Teknik/gaya belajar yang kurang efektif: Beberapa mahasiswa mungkin tidak
memiliki pemahaman yang memadai tentang strategi dan teknik belajar yang
efektif. Mereka mungkin tidak tahu bagaimana mengatur waktu, membuat catatan
yang baik, atau memanfaatkan sumber daya belajar yang ada.
e) Stres dan tekanan: Kedokteran adalah bidang yang menuntut tingkat kecemasan
yang tinggi dan memiliki tekanan yang besar. Stres yang berlebihan dapat
mempengaruhi kemampuan belajar mahasiswa dan menghambat kinerja mereka.
f) Kurangnya dukungan sosial: Kurikulum kedokteran seringkali menuntut kerja
kelompok dan kerjasama antara mahasiswa. Kurangnya dukungan sosial dan
kolaborasi yang buruk dapat membuat mahasiswa merasa terisolasi dan kesulitan
dalam memahami materi dengan baik.

6 Keterampilan Komunikasi yang baik bagi mahasiswa kedokteran

Pertanyaan pendukung: Bagimana Keterampilan Komunikasi yang baik?

Jawaban:
Keterampilan komunikasi yang baik sangat penting bagi mahasiswa yang melaksanakan
Student Centered Learning (SCL) karena mereka harus berinteraksi secara efektif dengan
dosen dan rekan mahasiswa. Berikut adalah beberapa keterampilan komunikasi yang
dapat membantu mahasiswa dalam mengoptimalkan pengalaman SCL mereka:
a) Mendengarkan dengan aktif: Mahasiswa harus mampu mendengarkan dengan
saksama dan memahami apa yang dikatakan oleh dosen atau rekan mereka. Hal
ini melibatkan fokus penuh pada pembicara, menghindari gangguan, dan
mengajukan pertanyaan jika ada hal yang kurang jelas.
b) Berbicara dengan jelas dan terstruktur: Mahasiswa perlu mengungkapkan
pemikiran mereka secara jelas dan terstruktur. Mereka harus mampu
menyampaikan ide-ide mereka dengan bahasa yang tepat dan mengorganisir
gagasan mereka dengan baik agar mudah dipahami oleh dosen dan rekan sejawat.
c) Mengajukan pertanyaan yang tepat: Sebagai mahasiswa yang terlibat dalam
SCL, penting bagi mereka untuk mengajukan pertanyaan yang relevan dan
bermanfaat. Pertanyaan tersebut harus mendorong diskusi dan pemikiran kritis,
dan membantu dalam pemahaman yang lebih baik tentang topik yang sedang
dibahas.
d) Memberikan umpan balik konstruktif: Mahasiswa harus mampu memberikan
umpan balik yang konstruktif kepada rekan mereka dalam SCL. Umpan balik ini

Pemicu 1
Page
harus jelas, objektif, dan membantu dalam pengembangan keterampilan dan
pemahaman mereka. Mahasiswa juga harus terbuka menerima umpan balik dari
rekan mereka.
e) Berempati: Kemampuan untuk memahami dan menghargai sudut pandang orang
lain adalah keterampilan penting dalam komunikasi. Mahasiswa yang terlibat
dalam SCL harus dapat berempati terhadap pandangan dan pengalaman rekan
mereka, menghormati perbedaan, dan menciptakan lingkungan yang inklusif.
f) Kolaborasi: Mahasiswa perlu mampu bekerja sama dalam kelompok,
mendengarkan pendapat orang lain, dan berkontribusi dalam mencapai tujuan
bersama. Mereka harus dapat bernegosiasi, mengatasi konflik, dan menghargai
kontribusi dari setiap anggota tim.
g) Penggunaan media dan teknologi: Mahasiswa harus dapat menggunakan media
dan teknologi komunikasi dengan efektif. Mereka harus terampil dalam
penggunaan alat-alat seperti email, platform pembelajaran online, dan alat
kolaborasi digital lainnya untuk berkomunikasi dan berbagi informasi dengan
dosen dan rekan mahasiswa.
h) Keterampilan menulis: Selain keterampilan komunikasi lisan, keterampilan
menulis juga penting dalam SCL. Mahasiswa perlu mampu menulis dengan jelas,
terstruktur, dan dengan tata bahasa yang benar. Keterampilan menulis yang baik
akan membantu mereka dalam menyampaikan pemikiran dan analisis secara
efektif.

Melalui pengembangan keterampilan komunikasi yang baik, mahasiswa akan dapat


menjalin hubungan yang lebih baik dengan dosen dan rekan mereka, serta
mengoptimalkan pengalaman
7 Penyebab kesulitan yang mungkin dihadapi mahasiswa mempelajari dan menerapkan
Keterampilan Komunikasi yang baik mahasiswa kedokteran

Pertanyaan pendukung: Apa saja kesulitan yang mungkin dihadapi mahasiswa


mempelajari dan menerapkan Keterampilan komunikasi yang baik

Jawaban:
Mahasiswa mungkin menghadapi beberapa kesulitan saat mempelajari dan menerapkan
keterampilan komunikasi yang baik. Beberapa kesulitan yang umum dihadapi mahasiswa
adalah sebagai berikut:
a) Kecemasan dan ketakutan berbicara di depan umum: Banyak mahasiswa
merasa cemas dan takut saat berbicara di depan umum. Rasa gugup ini bisa
mengganggu kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan jelas dan percaya
diri.
b) Kurangnya keterampilan mendengarkan yang efektif: Mahasiswa mungkin
kesulitan dalam mendengarkan dengan seksama saat berkomunikasi dengan orang
lain. Mereka bisa terlalu fokus pada diri sendiri atau teralihkan oleh gangguan
lainnya, sehingga mereka tidak sepenuhnya memahami apa yang dikatakan orang
lain.

Pemicu 1
Page
c) Kesulitan dalam menyusun dan menyampaikan pesan dengan jelas: Mahasiswa
mungkin mengalami kesulitan dalam merumuskan dan menyampaikan pesan
mereka secara efektif. Mereka mungkin kesulitan menyusun ide-ide mereka dengan
baik, menggunakan bahasa yang tepat, atau menyampaikan pesan mereka dengan
cara yang mudah dipahami oleh pendengar.
d) Kurangnya pemahaman tentang budaya dan konteks komunikasi: Mahasiswa
sering kali berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya
yang berbeda. Kurangnya pemahaman tentang budaya dan konteks komunikasi bisa
menjadi hambatan dalam membangun hubungan yang baik dan memahami norma-
norma komunikasi yang berlaku.
e) Konflik dan ketegangan dalam komunikasi antar pribadi: Mahasiswa bisa
mengalami kesulitan dalam menghadapi konflik dan ketegangan dalam komunikasi
antarpribadi. Hal ini bisa meliputi perbedaan pendapat, keinginan untuk
mempertahankan diri sendiri, atau kesulitan dalam mengekspresikan emosi dengan
tepat.
f) Kurangnya penggunaan bahasa tubuh yang efektif: Keterampilan komunikasi
yang baik melibatkan penggunaan bahasa tubuh yang efektif, seperti kontak mata,
sikap tubuh yang terbuka, dan gerakan tangan yang tepat. Mahasiswa mungkin
kesulitan dalam menggunakan bahasa tubuh ini dengan benar dan memahami pesan
nonverbal yang dikirimkan oleh orang lain.
g) Kurangnya keterampilan dalam menggunakan teknologi komunikasi: Dalam
era digital saat ini, mahasiswa juga perlu menguasai keterampilan komunikasi yang
baik melalui teknologi. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam menggunakan
alat komunikasi digital, seperti email, pesan teks, atau platform komunikasi online.
h) Kurangnya kesadaran diri dan refleksi: Kesadaran diri dan refleksi merupakan
aspek penting dalam pengembangan keterampilan komunikasi yang baik.
Mahasiswa mungkin kesulitan dalam mengenali kelemahan mereka sendiri dan
mencari cara untuk memperbaikinya melalui refleksi diri.

Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut, mahasiswa dapat mencari pelatihan


keterampilan komunikasi, bergabung dalam kelompok diskusi, berlatih berbicara di
depan umum, membaca buku atau artikel tentang komunikasi efektif, dan mencari
umpan balik dari orang lain untuk meningkatkan keterampilan mereka.

KERANGKA BERPIKIR

Pemicu 1
Page
PENUTUP

Dengan pembahasan kasus ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan mengenai prinsip
pewarisan sifat, serta peran materi genetika di dalam pewarisan sifat, dan kelainan kromosom
dalam proses fertilisasi dalam hal ini terjadinya kelebihan kromosom X.

Pemicu 1
Page

Anda mungkin juga menyukai