Anda di halaman 1dari 13

PROBLEM BASED LEARNING

(PBL) HAND BOOK


7th Semester

FOR STUDENT

MKK GASTRO

Medical Faculty
Universitas Brawijaya
2023
7th SEMESTER
ACADEMIC YEAR 2023/2024

Belajar Sepanjang Hayat dengan Belajar Berbasis Masalah 7 Langkah


(Problem Based Learning 7 Jumps)
Oleh: MEU FKUB

Metode belajar berbasis masalah dengan 7 langkah (PBL 7 jumps) merupakan salah
satu metode belajar yang sering digunakan di dunia pendidikan kedokteran. Metode ini
pertama kali dikenalkan oleh Barrow (1980) sebagai bentuk pembelajaran yang diyakini dapat
menstimulus kemampuan penalaran klinis calon dokter. Barrow dan Tamblyn (1980), yang
dianggap sebagai Bapak-bapak PBL, mengatakan bahwa selama berpuluh-puluh tahun
pembelajaran di kedokteran terlalu menekankan pada hafalan yang seringkali tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung untuk menyelesaikan masalah kedokteran riil. Mereka berpikir
alangkah baiknya bila pembelajaran mendekatkan masalah riil dengan ilmu yang akan
digunakan sehingga pada saat menjumpai masalah, ilmu, konsep dan teori dapat lebih
optimal digunakan. Oleh karena itu metode yang dikenalkan oleh Barrow dan Tamblyn ini
dilakukan dengan memberikan kepada mahasiswa masalah pasien untuk dipelajari dan
diselesaikan daripada menjejali dengan materi kuliah berjam-jam. Pendekatan belajar ini
dengan demikian memiliki dua tujuan utama, yaitu: 1) mengasah kemampuan pemecahan
masalah (problem solving) sekaligus 2) mendapatkan pengetahuan yang terintegrasi yang
relevan dengan masalah yang dihadapi. Dalam perkembangannya metode belajar PBL ini
ternyata juga berkontribusi positif pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan
komunikasi kolaboratif serta aplikasi kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine).

Dalam dasawarsa terakhir, PBL telah menjadi salah satu trend setter pembelajaran di
fakultas kedokteran di dunia. Oleh karenanya, Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia
menjadikan PBL sebagai pendekatan standar untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi di
Pendidikan Dokter Indonesia. Metode pembelajaran PBL biasanya didisain sebagai suatu
pembelajaran dalam kelompok yang terdiri dari 10-15 mahasiswa yang sering disebut
kelompok diskusi kecil yang difasilitasi oleh seorang dosen yang disebut dengan Tutor. Tutor
dalam PBL bukanlah seorang pakar/narasumber dalam diskusi namun sebagai penstimulus
dinamika kelompok serta memonitor jalannya diskusi dalam mencapai sasaran belajar yang
telah ditetapkan. Diskusi PBL dimulai dengan paparan masalah yang biasanya berupa
deskripsi dari suatu fenomena yang membutuhkan penjelasan. Masalah ini sering disebut
dengan skenario pemicu. Kelompok diskusi kecil, tutor dan skenario pemicu merupakan tiga
unsur utama dalam pembelajaran PBL.

2|Page
7th SEMESTER
ACADEMIC YEAR 2023/2024

Gambar 1 Tiga Unsur Utama dalam Pembelajaran PBL

Langkah-langkah dalam PBL 7 Jumps


PBL 7 jumps, seperti namanya terdiri dari 7 langkah sebagai berikut:

1. Reading the Case and Clarifing unclear terms or concepts


2. Define the problem
3. Analyze the problem using prior knowledge
4. Order Ideas and systematically analyze them in depth
5. Formulate learning objective
6. Seek additional information (individual learning)
7. Synthesize and test the new information by sharing

Pembelajaran PBL 7 jumps biasanya dibagi dalam dua sesi pembelajaran yang dilakukan
dalam hari yang berbeda. Langkah 1 s/d 5 dilakukan pada sesi pertama, dan langkah 7
dilakukan pada sesi kedua, sementara langkah 6 dilakukan diantara dua sesi sebagai bentuk
tugas individu. Dalam KBK Pendidikan Dokter, sesi I biasanya dilakukan pada hari Senin,
sementara untuk sesi II dilakukan pada hari Rabu atau Kamis. Sementara belajar individu
dilakukan dengan cara menggali informasi dari kuliah-kuliah terjadwal, wawancara
narasumber, praktikum, maupun mencari informasi dari literatur di internet maupun text
book di perpustakaan dilakukan diantara sesi I dan Sesi II. Pada sesi II setiap individu
melaporkan hasil belajarnya dalam kelompok diskusi untuk kemudian disusun menjadi hasil
diskusi kelompok dalam bentuk Laporan Diskusi PBL.

Langkah 1 : Membaca skenario pemicu (trigger scenario)

Hal pertama yang perlu dilakukan dalam menghadapi masalah adalah membuat segala yang
tidak jelas, terutama terhadap penggunaan istilah dalam masalah. Dengan melakukan hal ini
diharapkan setiap peserta diskusi memiliki pandangan yang sama tentang skenario yang
dihadapi serta ruang lingkupnya.

3|Page
7th SEMESTER
ACADEMIC YEAR 2023/2024

Setidaknya ada tiga aktivitas yang dilakukan langkah pertama ini, yaitu;

1. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi memiliki pemahaman yang sama terhadap
istilah (cue and clue) yang ada dalam skenario
2. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi memiliki gambaran ruang lingkup yang
sama dari kasus yang akan didiskusikan
3. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi menyepakati hal-hal apa yang diluar ruang
lingkup diskusi

Langkah 2: Define the problem (menentukan masalah)

Pada tahap ini, peserta diskusi harus memiliki kesepakatan terhadap masalah atau fenomena
yang membutuhkan penjelasan dan hubungan-hubungan teoritik yang ada diantara masalah.
Kadang masalah sudah jelas sejak awal sehingga kelompok dapat langsung menuju langkah 3.
Namun demikian pada beberapa kasus, hubungan variable penting dalam kasus tidak selalu
jelas dan membutuhkan penjelasan. Dalam langkah ini, kelompok mengidentifikasi hal-hal
yang kemungkinan menjadi masalah dalam kasus dari cue and clue yang ada.

Langkah 3: Analyze the problem (menganalisa masalah, dengan brainstorming)

Langkah ini merupakan langkah untuk menggunakan pengetahuan yang telah didapatkan
sebelumnya untuk menjelaskan daftar masalah yang telah disepakati pada langkah kedua.
Masing-masing peserta tim diharapkan dapat berkontribusi menyumbangkan ide
konstruktifnya dalam menjelaskan masalah yang ditemukan berdasarkan pengetahuan
terbaik yang telah dimiliki.

Langkah 4: Order Ideas and systematically analyze them in depth

Pada tahap ini, peserta diskusi diharapkan telah memiliki kerangka konsep yang lebih jelas
dari masalah-masalah yang telah dijelaskan, termasuk hubungan antara pertanyaan dan
variabel baru yang muncul saat brainstorming. Pada tahap ini pemimpin diskusi diharapkan
mampu membuat anggota kelompok menyepakati urutan prioritas masalah yang akan
menjadi tujuan belajar.

4|Page
7th SEMESTER
ACADEMIC YEAR 2023/2024

Langkah 5 State Learning Objective (Menentukan Tujuan Belajar)

Langkah ini merupakan konklusi sementara dari langkah 4, dimana semua peserta diskusi
bersepakat terhadap masalah yang dapat dipahami (dapat dijelaskan secara logis dan
meyakinkan) serta masalah mana yang menjadi kebutuhan bersama untuk dipelajari baik dari
kuliah, baca literatur, diskusi dengan pakar serta aktivitas akademik lain yang mungkin
dilakukan pada langkah 6. Pada langkah ini anggota kelompok menyepakati rencana aksi
(action plan) dengan distribusi tugas masing-masing anggota.

Langkah 6 Seek additional information (individual learning)

Masing-masing peserta diskusi mencari informasi terkait dengan teori, konsep, atau
penjelasan akademik yang relevan dengan daftar tujuan belajar yang telah ditetapkan pada
langkah 6.

Langkah 7 :Synthesize and test the new information by sharing

Anggota kelompok bertemu kembali untuk mendiskusikan informasi yang didapat masing-
masing sebagai tahap akhir dari PBL. Pada tahap ini peserta diskusi menyepakati bentuk
laporan bersama

Pembagian Peran dalam Diskusi PBL


Dalam pelaksanaan belajar kelompok kecil dalam PBL, mahasiswa membagi diri kedalam
peran-peran tertentu untuk melancarkan jalannya diskusi. Diantara peran yang dijalankan
antara lain:

A. Chair/leader (pemimpin diskusi)

Seperti namanya, tugas pemimpin diskusi adalah menjamin agar diskusi berjalan lancar
sesuai dengan tahap-tahapnya. Pemimpin bertanggung jawab mendistribusikan
kesempatan setiap anggota diskusi untuk berpendapat, menjaga dinamika diskusi dan
melakukan monitor terhadap waktu serta hasil diskusi. Tugas pemimpin diskusi juga
memastikan scribe dapat mengimbangi jalannya/dinamika diskusi serta melakukan
perekaman pendapat yang muncul dalam diskusi secara akurat. Pemimpin juga memiliki
tanggung jawab dalam memastikan pembagian tugas belajar kelompok.

B. Scribe (Sekretaris kelompok)

Tugas dari Scribe adalah mencatat jalannya diskusi, termasuk merekam sumber-sumber
belajar yang dikemukakan atau digunakan di dalam diskusi. Scribe mengumpulkan
catatan atau ide dari semua anggota dan menyarikannya sebagai hasil diskusi kelompok.

5|Page
7th SEMESTER
ACADEMIC YEAR 2023/2024

C. Anggota Diskusi

Peran anggota diskusi adalah mengikuti langkah-langkah diskusi sesuai tahapannya dan
secara aktif berpartisipasi dalam diskusi. Kelancaran diskusi ditentukan oleh keterbukaan
masing-masing anggota kelompok untuk saling mendengar dan menerima/berbagi
informasi yang dimiliki serta saling menghargai pendapat yang dikemukaan di dalam
diskusi.

Peran Tutor dalam PBL


Secara umum, peran tutor dalam PBL adalah untuk memfasilitasi, menciptakan
pembelajaran aktif, serta mendorong seluruh anggota kelompok untuk berkolaborasi
mengembangkan ide-ide dan konsep yang relevan dengan masalah yang disajikan. Para tutor
harus dilatih, mereka tidak menyajikan informasi maupun memberikan jawaban. Dalam grup
yang baik, para siswa lah yang aktif mengidentifikasi masalah, berbagi informasi, dan mencari
kejelasan dari kesulitan yang mereka hadapi. Para tutor diharapkan dapat menyesuaikan
pendekatan pembelajaran mereka dengan tingkat pengetahuan siswa, kualitas interaksi
dalam grup PBL, dan konten dari permasalahan yang disajikan (Sefron & Frommer, 2013).
Dalam PBL, tutor memiliki beberapa peran yang spesifik, yaitu :
1. The tutor as diagnostician
Tutor harus mampu menentukan dan mendiagnosis sejauh mana pengetahuan dan
keterampilan (prior knowledge)para siswa dalam konteks masalah yang disajikan.
Dengan mengetahui prior knowledge mereka, tutor akan dapat melihat secara
langsung bagaimana para siswa belajar, dan selanjutnya akan mempermudah tutor
dalam menfasilitasi proses belajar. Pada tahap ke tujuh (information sharing), tutor
juga diharapkan mengobservasi sampai sejauh mana para siswa mampu menguasai
materi, dan apakah mereka mampu mengaplikasikan pengetahuan mereka ke dalam
masalah yang disajikan.
2. The tutor as challenger
Siswa, baik secara individu maupun kelompok, tidak selalu dalam kondisi terdorong
untuk memaksa diri mereka sendiri untuk terlibat dalam proses belajar dan berpikir,
baik di dalam maupun di luar proses tutorial. Seringkali para tutor harus menantang
para siswa untuk bereksperimen dengan strategi belajar yang baru. Contohnya, pada
tahap diskusi (reporting), siswa cenderung hanya semata-mata menjawab
pertanyaan dari LO tanpa keinginan atau rasa penasaran tentang bagaimana
mengaplikasikannya pada kasus riil atau kasus lainnya. Disinilah tugas tutor untuk
merangsang mereka berpikir dan menvisualisasikannya.

6|Page
7th SEMESTER
ACADEMIC YEAR 2023/2024

3. The tutor as role model


Pemberian contoh (modelling) bisa dilakukan secara lebih eksplisit atau kurang
eksplisit, tergantung dari problem yang dihadapi dalam dinamika kelompok. Dengan
mengembangkan berbagai keterampilan yang diperlukan untuk ber-PBL, tidak hanya
tutor, namun para siswa pun, juga dapat menjadi contoh yang efektif dalam strategi
belajar dan berpikir, serta mengembangkan keterampilan yang esensial dalam
problem-based learning.
4. The tutor as activator
Para siswa, terutama pada tingkat lanjut, seringkali sudah memiliki cukup prior
knowledge serta strategi belajar dan berpikir yang memadai, namun sayangnya
mereka belum berhasil untuk menggunakan modal ini dengan baik pada saat PBL.
Disinilah para tutor berperan sebagai activator, mengaktivasi para siswanya untuk
mengaplikasikan pengetahuan mereka secara efektif. Peran tutor sebagai activator
berbeda dengan peran tutor sebagai challenger, dimana pada peran ini siswa sudah
memiliki pengetahuan dan keterampilan namun belum mampu mengemasnya secara
optimal. Sedangkan peran challenger, lebih cenderung kepada mendorong dan
merangsang siswa untuk mencoba perilaku belajar yang baru serta memaksa diri
mereka sendiri untuk memaksimalkan potensi sesuai dengan konteks permasalahan
yang disajikan dalam PBL.
5. The tutor as monitor
Tugas ini mengharuskan tutor untuk melihat keseluruhan proses dan progress dari
grup tutorial serta masing-masing anggotanya selama PBL berlangsung. Selain itu,
tutor juga diharapkan mampu menentukan sejauh mana ketercapaian tujuan belajar
selama proses pembelajaran dalam PBL. Contohnya, jika tujuan belajar kelompok
yang disepakati terlalu simpel atau sedikit, maka tutor boleh menambahkan atau
menambah kompleksitas dari masalah. Pada tahap ini tentunya tutor harus dapat
menentukan terlebih dahulu tingkat pengetahuan siswanya, sehingga tutor bisa
menggiring para siswa sedekat mungkin dengan konteks kasus sebenarnya.
6. The tutor as evaluator
Pada akhir sesi, para tutor akan diminta untuk berperan sebagai evaluator. Tahap
assessment ini akan memfokuskan terutama pada keterampilan profesional siswa
secara keseluruhan serta attitude mereka selama proses PBL berlangsung. Selain itu,
tutor diharapkan mampu menstimulasi refleksi dari para siswa selama proses PBL,
sehingga para siswa dan tutor sendiri bisa mengevaluasi kemampuan masing-masing
dalam proses pembelajaran.

OVERVIEW OF STUDENT SKILLS in PBL

7|Page
7th SEMESTER
ACADEMIC YEAR 2023/2024

STEP DESCRIPTION CHAIR SCRIBE


1 Clarifying unfamiliar § Invites group members to read the problem • Divides the
terms § Checks if everyone has read the problem blackboiard into
§ Checks if there are unfamiliar terms in the three parts
Unfamiliar terms is the problem • Notes down the
problem text are clarified § Concludes and proceeds to the next phrase unfamiliar terms
2 Problem definition(cue • Asks the group for possible problem • Notes down the
and clue) definitions problem
• Paraphrases contributions of group definitions
The tutorial group defines members
the problem in a set of • Checks if everyone is satisfied with the
questions problem definitions
• Concludes and proceeds to the next phrase
3 Brainstorming • Allows all group members to contribute one • Makes brief and
(dari cue and clue bisakah by one clear summaries
dibikin cerita sendiri) • Summarizes contributions of group members of contributions
• Stimulates all group members to contribute • Distinguishes
Preexisting knowledge is • Summarizes at the end of the brainstorm between main
activated and determined, • Makes sure that a critical analysis of all points and side
hypothesis are generated contributions is postphoned until step four issues
4 Analyzing the • Makes sure that all points from the • Makes brief and
problem(skala prioritas, brainstorm are discussed clear summaries
mana LO yg menjadi • Summarizes contributions of groups contributions
prioritas utama dst) members • Indicates relations
• Asks questions, promotes depth in the between topics,
Explanations and discussion makes schemata
hypotheses are discussed • Makes sure the group does not stray from
in depth and are the subject
systematically analyzed to • Stimulates group members to find relations
each other between topics
• Stimulates all group members to contribute
5 Formulating learning • Asks for possible learning issues • Notes down the
issues • Paraphrases contributions of group member learning issues
• Checks if everyone is satisfied with the
It is determined what learning issues
knowledge the group • Checks if all obscurities and contradictions
lacks, and learning issues from the problem analysis have been
are formulated on these converted into learning issues
topics
7 Reporting • Prepares the structure of the reporting phase • Makes brief and
• Makes an inventory ofa what sources have clear summaries
Findings from the been used of contributions
literature are reported • Repeats every learning issue and asks what • Indicates relations
and answers to the has been found between topics,
learning issues are • Summarizes contributions of group members makes schemata
discussed • Asks questions, promotes depth in the • Distinguishes
discussion between main

8|Page
7th SEMESTER
ACADEMIC YEAR 2023/2024

• Stimulates group members to find relations points and side


between topics issues
• Stimualtes all group members to contribute
• Concludes the discussion of each learning
issue with a summary

9|Page
7th SEMESTER
ACADEMIC YEAR 2023/2024

Topic tree/LO Blok

10 | P a g e
7th SEMESTER
ACADEMIC YEAR 2023/2024

CASES
SECTION

11 | P a g e
PBL Tutorial Session 1

TOPIK
Diare Kronik

SKENARIO
Seorang wanita usia 37 tahun datang ke poliklinik umum dengan keluhan perut mules
disertai BAB diare/mencret sejak 3 bulan yang lalu dengan konsistensi feces cair dan
sesekali disertai sedikit darah bercampur lendir . Frekuensi BAB sekitar 3-4 kali per
hari sekitar setengah gelas setiap kali BAB.
Pasien juga menyampaikan adanya penurunan nafsu makan,rasa begah dan penuh
di perut . Dalam 3 bulan ini pasien mengalami penurunan BB hingga 4 kg. Pasien
adalah mahasiswa S3 di sebuah PTN dan sedang mengerjakan thesisnya. Penderita
mengeluhkan pembimbing beberapa kali tidak sepakat dengan konsep penelitian
yang dia ajukan, sehingga dia sering merasa tidak percaya diri. Kadang sulit tidur bila
memikirkan studinya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan bising usus dan nyeri tekan ringan
pada abdomen kiri bawah. Nenek penderita pernah didiagnosis keganasan usus
besar dan menjalani operasi pemasangan stoma dan chemotherapy 5 tahun yang lalu
. Pasien oleh dokter yang memeriksa setelah melakukan fisik diagnostik ,disarankan
untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan feses lengkap.
Referensi

1. Juckett G, Trivedi R. Evaluation of chronic diarrhea. Am Fam Phys.


2011;84(10):1119-26.
2. Thielman NM, Guerran RL. Acute infectious diarrhea. N Eng J Med. 2004;350:38.
3. American Gastroenterological Association Medical Position Statement:
Guidelines for the evaluation and management of chronic diarrhea. Gastroenterol.
1999;116:1461.
4. Bonis PAL, LaMont JT, Rutgeerts P. Approach to the patient with chronic diarrhea.
Uptodate; 2009 [disitasi 10 Juni 2012]. Available online: http://www.uptodate.com.
5. Fenollar F. Chronic diarrhea. In: Cohen J, Opal SM, Powderly WG, eds. Cohen &
Powderly: infectious diseases. 3rd edition. London: Mosby Elvesier; 2010. p. 389-
99.
6. Fan X, Sellin JH. Review article: small intestinal bacterial overgrowth, bile acid
malabsorption and gluten intolerance as possible causes of chronic watery
diarrhoea. Aliment Pharmacol Ther. 2009;29:1069–77.
7. Schiller LR, Sellin JH. Diarrhea. In: Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ, edis.
Feldman: Sleisenger and Fordtran’s gastrointestinal and liver disease. 9th edition.
Philadelphia: Saunders Elvesier; 2010. p. 211-32.
8. Simadibrata M. Pendekatan dan penatalaksanaan diare kronis. In: Rani A,
Simadibrata M, Syam AF, eds. Buku ajar gastroenterologi. 1st edition. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2011. p. 188-92.
9. Kementerian Kesehatan RI. Situasi diare di Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2011.
10. Thomas PD, Forbes A, Green J, Howdle P, et al. Guidelines for the investigation
of chronic diarrhea. Gut. 2003;52:1-5.
11. Abdullah M. Kanker kolon. In: Rani A, Simadibrata M, Syam AF, eds. Buku ajar
gastroenterologi. 1st edition. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam;
2011. p. 460-74.
12. Quigley EMM, Shanab AA. Small intestinal bacterial overgrowth. Infect Dis Clin N
Am. 2010:24:943-59.
13. Valdovinos MA, Camilleri M, Zimmerman BR. Chronic diarrhea in diabetes
mellitus: mechanisms and an approach to diagnosis and treatment [abstrak].
Mayo Clin Proc. 1993;68(7):691-702.
14. Persson J. Alcohol and the small intestine [abstrak]. Scand J Gastroenterol.
1991;26:3–15.

Anda mungkin juga menyukai