SEMESTER 1
TOPIK: THE WOMB SECRETE
KONTRIBUTOR:
Metode belajar berbasis masalah dengan 7 langkah (PBL 7 jumps) merupakan salah
satu metode belajar yang sering digunakan di dunia pendidikan kedokteran. Metode ini
pertama kali dikenalkan oleh Barrow (1980) sebagai bentuk pembelajaran yang diyakini dapat
menstimulus kemampuan penalaran klinis calon dokter. Barrow dan Tamblyn (1980), yang
dianggap sebagai Bapak-bapak PBL, mengatakan bahwa selama berpuluh-puluh tahun
pembelajaran di kedokteran terlalu menekankan pada hafalan yang seringkali tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung untuk menyelesaikan masalah kedokteran riil. Mereka berpikir
alangkah baiknya bila pembelajaran mendekatkan masalah riil dengan ilmu yang akan
digunakan sehingga pada saat menjumpai masalah, ilmu, konsep dan teori dapat lebih optimal
digunakan. Oleh karena itu metode yang dikenalkan oleh Barrow dan Tamblyn ini dilakukan
dengan memberikan kepada mahasiswa masalah pasien untuk dipelajari dan diselesaikan
daripada menjejali dengan materi kuliah berjam-jam. Pendekatan belajar ini dengan demikian
memiliki dua tujuan utama, yaitu: 1) mengasah kemampuan pemecahan masalah (problem
solving) sekaligus 2) mendapatkan pengetahuan yang terintegrasi yang relevan dengan
masalah yang dihadapi. Dalam perkembangannya metode belajar PBL ini ternyata juga
berkontribusi positif pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan komunikasi
kolaboratif serta aplikasi kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine).
Dalam dasawarsa terakhir, PBL telah menjadi salah satu trend setter pembelajaran
di fakultas kedokteran di dunia. Oleh karenanya, Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia
menjadikan PBL sebagai pendekatan standar untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi di
Pendidikan Dokter Indonesia. Metode pembelajaran PBL biasanya didisain sebagai suatu
pembelajaran dalam kelompok yang terdiri dari 10-15 mahasiswa yang sering disebut
kelompok diskusi kecil yang difasilitasi oleh seorang dosen yang disebut dengan Tutor.
Tutor dalam PBL bukanlah seorang pakar/narasumber dalam diskusi namun sebagai
penstimulus dinamika kelompok serta memonitor jalannya diskusi dalam mencapai sasaran
belajar yang telah ditetapkan. Diskusi PBL dimulai dengan paparan masalah yang biasanya
berupa deskripsi dari suatu fenomena yang membutuhkan penjelasan. Masalah ini sering
disebut dengan skenario pemicu. Kelompok diskusi kecil, tutor dan skenario pemicu
merupakan tiga unsur utama dalam pembelajaran PBL.
Pembelajaran PBL 7 jumps biasanya dibagi dalam dua sesi pembelajaran yang dilakukan
dalam hari yang berbeda. Langkah 1 s/d 5 dilakukan pada sesi pertama, dan langkah 7
dilakukan pada sesi kedua, sementara langkah 6 dilakukan diantara dua sesi sebagai bentuk
tugas individu. Dalam KBK Pendidikan Dokter, sesi I biasanya dilakukan pada hari Senin,
sementara untuk sesi II dilakukan pada hari Rabu atau Kamis. Sementara belajar individu
dilakukan dengan cara menggali informasi dari kuliah-kuliah terjadwal, wawancara
narasumber, praktikum, maupun mencari informasi dari literatur di internet maupun text book
di perpustakaan dilakukan diantara sesi I dan Sesi II. Pada sesi II setiap individu melaporkan
hasil belajarnya dalam kelompok diskusi untuk kemudian disusun menjadi hasil diskusi
kelompok dalam bentuk Laporan Diskusi PBL.
Setidaknya ada tiga aktivitas yang dilakukan langkah pertama ini, yaitu;
1. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi memiliki pemahaman yang sama
terhadap istilah (cue and clue) yang ada dalam skenario
2. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi memiliki gambaran ruang lingkup yang
sama dari kasus yang akan didiskusikan
3. Memastikan bahwa setiap peserta diskusi menyepakati hal-hal apa yang diluar
ruang lingkup diskusi
Tugas dari Scribe adalah mencatat jalannya diskusi, termasuk merekam sumber- sumber
belajar yang dikemukakan atau digunakan di dalam diskusi. Scribe mengumpulkan
catatan atau ide dari semua anggota dan menyarikannya sebagai hasil diskusi kelompok.
C. Anggota Diskusi
Peran anggota diskusi adalah mengikuti langkah-langkah diskusi sesuai tahapannya dan
secara aktif berpartisipasi dalam diskusi. Kelancaran diskusi ditentukan oleh keterbukaan
masing-masing anggota kelompok untuk saling mendengar dan menerima/berbagi
informasi yang dimiliki serta saling menghargai pendapat yang dikemukaan di dalam
diskusi.
Secara umum, peran tutor dalam PBL adalah untuk memfasilitasi, menciptakan
pembelajaran aktif, serta mendorong seluruh anggota kelompok untuk berkolaborasi
mengembangkan ide-ide dan konsep yang relevan dengan masalah yang disajikan. Para tutor
harus dilatih, mereka tidak menyajikan informasi maupun memberikan jawaban. Dalam grup
yang baik, para siswa lah yang aktif mengidentifikasi masalah, berbagi informasi, dan
mencari kejelasan dari kesulitan yang mereka hadapi. Para tutor diharapkan dapat
menyesuaikan pendekatan pembelajaran mereka dengan tingkat pengetahuan siswa, kualitas
interaksi dalam grup PBL, dan konten dari permasalahan yang disajikan (Sefron & Frommer,
2013).
Dalam PBL, tutor memiliki beberapa peran yang spesifik, yaitu :
1. The tutor as diagnostician
Tutor harus mampu menentukan dan mendiagnosis sejauh mana pengetahuan dan
keterampilan (prior knowledge) para siswa dalam konteks masalah yang disajikan.
Dengan mengetahui prior knowledge mereka, tutor akan dapat melihat secara
langsung bagaimana para siswa belajar, dan selanjutnya akan mempermudah tutor
dalam menfasilitasi proses belajar. Pada tahap ke tujuh (information sharing), tutor
juga diharapkan mengobservasi sampai sejauh mana para siswa mampu menguasai
materi, dan apakah mereka mampu mengaplikasikan pengetahuan mereka ke dalam
masalah yang disajikan.
2. The tutor as challenger
Siswa, baik secara individu maupun kelompok, tidak selalu dalam kondisi terdorong
untuk memaksa diri mereka sendiri untuk terlibat dalam proses belajar dan berpikir,
baik di dalam maupun di luar proses tutorial. Seringkali para tutor harus menantang
para siswa untuk bereksperimen dengan strategi
Womb Secret
Indah, Michael’s travel agent manager, is admitted at Local teaching hospital due to suspicion
of mild head trauma and vaginal bleeding. A few moment after being treated with ER
resident, it is confirmed from USG and pregnancy test that Indah has been in her 3 months
pregnancy. She does not look happy as usual mother should be, and even she looked anxious,
afraid of being known by her parents since she has been hiding the relationship with Michael
for last 9 month from her parents. She is afraid that her parent would heavily upset and angry
because her mother has never agreed that Indah had relationship with man who had different
nationality and religion. Though has been preparing carefully to provide the pregnancy
information to Indah privately, the hard sound of the resident and the thin curtain in
Emergency Room allowed Indah’s mother to hear the medical information
given. The information leakage has made Indah’s Mother abruptly insult the resident.
Indah’s mother cried to the resident that the result was completely wrong because Indah is not
married yet and nor being known to have relationship with any man. After such a hard talk,
Indah’s mother could accept the fact and become anger to Indah. She insisted Indah to
accept an abortion plan. Michael doesn’t want Indah to perform an abortion unless the
baby is not his baby. He asked Indah to perform DNA test, and promised that Indah would be
married as second wife and support all financial need for the baby including home and
household facility. Indah’s head is suddenly felt dizzy that she should have a stance of two
difficult choices, parent or Michael.
If you were the resident, what will you do in that situation?