Anda di halaman 1dari 12

MODUL II

PENATALAKSANAAN KARIES

DIBERIKAN SEBAGAI

Disusun oleh:
drg. Fadil Abdillah Arifin, Sp.KG

BLOK KARIES
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Karies gigi atau sering disebut gigi berlubang digolongkan sebagai suatu penyakit kronik
karena terjadi dalam waktu yang lama. Karies ini merupakan penyakit yang paling sering terjadi
dan dapat menyerang baik anak-anak maupun dewasa dan merusak struktur jaringan gigi, bahkan
dapat menggangu kesehatan secara umum. Pada modul sebelumnya, telah banyak dibahas
mengenai etiologi, pathogenesis, klasifikasi karies dan juga pembahasan mengenai lesi non-karies.
Sebagai kelanjutan dari modul sebelumnya. Pada modul kedua ini disusun dengan skenario
yang mengarahkan mahasiswa untuk berpikir logis dalam mengetahui penatalaksanaan karies
secara komprehensif mulai dari pengertian serta jenis restorasi dan berbagai teknik restorasi pada
kasus karies gigi. Sehingga mahasiswa diharapkan dapat mampu memecahkan masalah pada
kasus karies dan pada akhirnya mampu merencanakan penatalaksaan kasus yang tepat.Skenario
tersebut akan dibahas mahasiswa berdasarkan tujuh langkah penyelesaian masalah.
Penyusunan modul ini tidak lepas dari bantuan personal, dan segala pihak yang terkait oleh
karenanya kami haturkan terima kasih yang mendalam. Saran dan kritik sangat kami harapkan
demi membangun dan meningkatkan kualitas modul menjadi lebih baik.

Tim Penyusun
PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL

Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok terdiri 7 orang
mahasiswa yang dipandu oleh seorang tutor sebagai fasilitator. Pada diskusi tutorial dipilih seorang
ketua dan sekretaris untuk memimpin diskusi. Sebelum diskusi dimulai seorang mahasiswa
memimpin doa bersama. Tutor akan membuka diskusi dengan memperkenalkan dirinya kepada
anggota kelompok dan demikian dengan tiap anggota kelompok. Setelah itu tutor menjelaskan
aturan dan kewajiban ketua dan sekretaris kelompok serta tujuan pembelajaran. Ketua dibantu
sekretaris akan memulai diskusi menggunakan tujuh lompatan untuk masalah yang ada dalam
skenario. Ketujuh lompatan tersebut adalah:
1. Klarifikasi istilah dan konsep yang tidak jelas
2. Menentukan permasalahan
3. Analisa masalah
4. Kesimpulan dari lompatan ketiga
5. Menentukan tujuan pembelajaran
6. Mengumpulkan informasi yang mendukung (belajar mandiri)
7. Sintesis/ evaluasi informasi yang baru

Penjelasan tentang ketujuh lompatan tersebut adalah sebagai berikut:

Klasifikasi istilah dan konsep


Istilah atau konsep yang tidak jelas atau yang dapat menyebabkan berbagai interpretasi perlu untuk
ditulis dan diklarifikasi dengan menggunakan kamus umum, atau kamus kedokteran gigi dan
menanyakan pada tutor

Menentukan Masalah
Masalah dalam wacana diidentifikasi dan diformulasikan dengan jelas

Menganalisa masalah
Memecahkan masalah melalui analisa dengan cara brain storming. Pada lompatan ini setiap
anggota dapat memberikan penjelasan secara tentatif, mekanismenya, penyebab yang
berhubungan dan kasus lainya

Menyimpulkan lompatan ketiga


Analisa masalah pada lompatan ketiga dirangkumkan

Menentukan tujuan pembelajaran


Pengetahuan dan informasi lain yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah ini diformulasikan
dan dibuat secara sistematis sebagai tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional khusus.

Mengumpulkan Informasi yang mendukung (belajar mandiri)


Pengetahuan yang dibutuhkan sebagai tujuan pembelajaran untuk pemecahan masalah didapatkan
lewat belajar mandiri menggunakan informasi yang diperoleh dari internet, jurnal, perpustakaan,
kuliah, dan konsultasi, dengan dokter gigi ahli.

Sintesis/evaluasi informasi yang baru


Sintesis dan evaluasi informasi yang terbaru adalah hasil yang diperoleh setelah mahasiswa
melakukan belajar mandiri.

Skenario dibicarakan dua kali pertemuan. Lompatan satu sampai lima dibahas pada
pertemuan pertama, lompatan enam dibahas di antara pertemuan pertama dan kedua. Lompatan
tujuh dibahas pada pertemuan kedua. Satu orang tutor bertanggung jawab sebagai fasilitator diskusi
dan membantu mahasiswa memecahkan masalah tanpa memberikan penjelasan ataupun kuliah
singkat.
Pimpinan diskusi, memimpin diskusi dengan memberi kesempatan pada setiap anggota
untuk mengutarakan ide, pertanyaan, mengingatkan bila ada seorang anggota yang mendominasi
diskusi dan memperingatkan anggota yang pasif selama diskusi. Pimpinan dapat mengakhiri brain
storming apabila dirasa telah cukup dan memastikan bahwa sekretaris telah menulis pokok-pokok
bahasan yang penting dari hasil diskusi pada papan tulis atau flip chart. Selama berlangsungnya
diskusi tutorial, keterbukaan dan kebersamaan harus dimunculkan. Mahasiswa bebas untuk
mengemukakan ide tanpa merasa khawatir bahwa ide yang akan disampaikannya itu salah atau
dianggap tidak penting oleh mahasiswa yang lain. Karena yang terpenting dalam diskusi tutorial
adalah proses di mana mahasiswa belajar untuk memecahkan masalah dan tidak terfokus pada
ketepatan pemecahan masalah.
Proses tutorial membutuhkan keaktifan mahasiswa dalam mencari informasi atau belajar
mandiri untuk memecahkan masalah. Belajar mandiri dapat didapatkan lewat informasi yang
diperoleh dari internet (jurnal-jurnal terbaru), perpustakaan (text book dan laporan penelitian),
kuliah dan konsultasi dengan dokter/ dokter gigi pakar.
Setiap akhir kegiatan ketua kelompok menyimpulkan hasil diskusi dan memimpin doa sebagai
penutup kegiatan tutorial.

JADWAL KEGIATAN
A. Pertemuan pertama dalam kelas besar, untuk penjelasan dan tanya jawab, membagi modul,
menjelaskan tentang cara penyelesaian modul dan membagi kelompok diskusi.
B. Pertemuan kedua, diskusi tutorial I, mahasiswa memilih ketua dan sekretaris kelompok diskusi,
untuk memimpin diskusi secara mandiri dan menyelesaikan langkah 1 – 5 dengan difasilitasi
oleh tutor.
C. Pertemuan ketiga, diskusi tutorial II, sama seperti tutorial I. Bertujuan untuk melaporkan
informasi baru yang diperoleh dari belajar mandiri (home group) dan melakukan klarifikasi,
analisa dan sintesis dari semua informasi.
D. Mahasiswa belajar mandiri (home group) dengan tujuan mencari informasi baru yang
diperlukan. Dapat dilakukan berulang-ulang di luar jadwal. Bila informasi telah cukup, dapat
digunakan untuk membuat laporan penyajian dan laporan tertulis.
E. Pertemuan keempat : diskusi panel dan tanya pakar. Tujuan : untuk melaporkan hasil analisa
dan sintesis informasi yang ditemukan untuk menyelesaikan masalah pada skenario. Bila ada
masalah yang belum jelas atau kesalahan persepsi, dapat diselesaikan oleh para pakar yang
hadir.
F. Masing-masing kelompok mahasiswa diberi tugas untuk menuliskan laporan tentang skenario
yang didiskusikan pada kelompoknya. Laporan ditulis dalam bentuk laporan penyajian dan
laporan lengkap.

Catatan Penting:
Tutorial I:
1. Tutorial modul ini menggunakan metode discussion problem, di mana pada akhir diskusi
tidak diharapkan memperoleh suatu penyelesaian kasus klinik.
2. Dalam tujuh langkah penyelesaian masalah, langkah pertama dilakukan klarifikasi istilah
atau konsep yang tidak jelas, kemudian langkah ke dua (menentukan permasalahan)
mahasiswa diarahkan untuk menjawab pertanyaan nomor satu yang tersedia di bawah
skenario
3. Langkah ke tiga (menganalisa masalah)
Mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam usaha mahasiswa
menjawab pertanyaan nomor 1 dalam daftar pertanyaan yang tersedia di bawah skenario.
4. Langkah ke empat (menyimpulkan lompatan ke tiga)
Mahasiswa mengisi tabel dari bahan diskusi 1 – 6
5. Langkah ke lima (menentukan tujuan pembelajaran)
Mahasiswa menganalisa skenario dari bahan diskusi 1 – 6 dengan menggunakan tabel
bahan diskusi 7

Tutorial II:
1. Setelah mahasiswa belajar mandiri dan mengumpulkan informasi yang mendukung apa
yang diperolehnya dalam langkah ke lima, maka dilakukan pertemuan untuk tutorial II
2. Mahasiswa melihat kembali apa yang diperolehnya dalam pertemuan tutorial pertama dan
menganalisa kembali dengan menggunakan bahan-bahan pembelajaran yang
ditemukannya dalam langkah ke enam (belajar mandiri) dengan sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Langkah ke tujuh (sintesis informasi yang baru)
TEORI
Restorasi didefinisikan sebagai suatu perawatan kedokteran gigi yang bertujuan untuk
mengembalikan fungsi mahkota gigi yang telah rusak. Adapun fungsi yang akan dikembalikan
adalah fungsi pengunyahan (Mastikasi), fungsi keindahan (Estetika) dan mendekati bentuk anatomi
gigi asli.

Restorasi terbagi menjadi dua jenis:

1. Restorasi Direct: suatu perawatan restorasi dimana teknik dan bahan restorasi diaplikasikan
langsung pada gigi pasien pada hari yang sama dan diselesaikan dalam satu kali kunjungan.

2. Restorasi Indirect: teknik dan bahan dikerjakan di lab sebelum diaplikasikan ke gigi pasien

Restorasi direct Restorasi indirect

Teknik Restorasi Direct


A. Tahapan Persiapan
1. Pemeriksaan, penegakan diagnosis, rencana perawatan
2. Prosedur anestesi lokal (bila diperlukan)
3. Pembersihan daerah operasi dari plak, stain dan kalkulus
4. Pemilihan warna (terutama untuk gigi anterior)
5. Isolasi daerah kerja dengan cotton roll atau rubber dam
6. Cek kontak oklusi à memastikan bahan tidak berlebihan
B. Tahapan Preparasi Kavitas Gigi
Prinsip-prinsip Preparasi Kavitas
1. Outline form à menentukan batas perluasan kavitas agar tidak berlebihan (secara
konservatif)
2. Resistance form à membentuk kavitas agar restorasi dan gigi tidak pecah/tahan terhadap
tekanan kunyah
3. Retention form à membentuk kavitas agar restorasi tidak mudah terlepas
4. Convenience form à membentuk kavitas agar memudahkan aplikasi bahan restorasi
5. Removing carious dentin à membuang seluruh jaringan karies
6. Finishing enamel wall and margin à menghaluskan dan membentuk sudut pada dinding
email
7. Toilet of cavity à membersihkan kavitas

C. Tahapan Teknik Restorasi


Teknik Restorasi Resin Komposit
1. Aplikasi bahan adesif:
§ Aplikasi bahan etsa (37% phosphoric acid) ke seluruh permukaan kavitas, terutama pada
daerah enamel selama 15 detik à membuat mikroporositas enamel untuk retensi komposit
§ Bilas bahan etsa dengan semprotan air dan keringkan
§ Aplikasi bahan bonding menggunakan microbrush ke seluruh permukaan kavitas, biarkan
selama 10 detik hingga masuk ke dalam mikroporositas, polimerisasi dengan light-curing unit
selama 20 detik

2. Aplikasi bahan komposit:


§ Gunakan matrix jika karies meluas ke daerah proksimal
§ Aplikasikan bahan komposit secara selapis demi selapis (incremental) setebal 2 mm
menggunakan plastis instrumen dan kondensasi agar bahan merata ke dalam kavitas
§ Polimerisasi dengan light-curing unit selama 20 detik dengan jarak alat < 2 mm
§ Lakukan prosedur yang sama sampai kavitas terisi penuh
§ Buang kelebihan bahan dan bentuk anatomi gigi (cusp, fisur dan pit)

3. Finishing dan polishing Resin Komposit:


§ Cek oklusi dengan articulating paper
§ Finishing à prosedur pembuangan bahan yang berlebihan dan membentuk anatomi gigi
dengan fine finishing bur
§ Polishing à prosedur menghaluskan dan megkilapkan permukaan restorasi. Tujuannya agar
permukaan restorasi tidak kasar sehingga sisa makanan/zat warna tidak mudah melekat

Teknik Restorasi GIC


1. Manipulasi bahan GIC:
§ Aplikasi Dentin Conditioner (25% asam poliakrilik) selama 10 detik untuk membersihkan
debris, kemudian bilas dengan air.
§ Campur powder dan liquid GIC sesuai aturan pabrik pada kertas pengaduk dan agate spatel
(plastik) hingga homogen
2. Aplikasi bahan GIC:
§ Gunakan matrix jika karies meluas ke daerah proksimal
§ Bahan dimasukkan ke dalam kavitas gigi menggunakan plastis instrumen dan kondensasi
agar bahan merata ke dalam kavitas
§ Buang kelebihan bahan dan bentuk anatomi gigi (cusp, fisur dan pit)
§ Ulasi dengan petroleum gel agar mencegah bahan tidak larut oleh karena cairan mulut

3. Finishing dan polishing GIC:


§ Prosedur dilakukan 24 jam setelah penumpatan agar bahan setting sempurna
§ Cek oklusi dengan articulating paper
§ Gunakan fine finishing bur
§ Aplikasikan bahan varnish agar restorasi tahan lama

Teknik Restorasi Indirect

INLAY

Indikasi
§ Kerusakan sudah melibatkan setengah atau lebih permukaan gigi yang digunakan untuk
menggigit
§ Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang tersisa sedikit
Kontraindikasi
§ Permukaan oklusal yang berat
§ Keterbatasan pemeliharaan kebersihan
§ Preprasi mencapai subgingival

Tahap Preparasi
§ Membuat akses menuju restorasi lama/karies
§ Membuang seluruh jaringan karies
§ Membentuk dinding kavitas separalel mungkin/sejajar dengan menggunaka fisur bur
§ Mengurangi ketinggian cusp 0,5 mm untuk melindungi dari tekanan kunyah
§ Menghilangkan semua undercut
§ Membentuk bevel 135 derajat dari arah cavo-surface
§ Melapisi dasar kavitas dengan base atau liner untuk perlindungan pulpa
§ Pencetakan & prosedur lab

ONLAY

Indikasi
§ Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang tersisa sedikit (pada
gigi belakang).
§ Kerusakan gigi posterior yang menerima tekanan yang besar
§ Kemungkinan bisa terjadi fraktur cusp
§ Pengganti restorasi amalgam yang rusak
§ Lebar karies atau kavitas > 1/3 - 1/2 jarak antar cusp
§ Bila diperlukan perlindungan cusp. Dimana cusp yang ada sudah tidak kuat / memiliki resiko
fraktur karena kurangnya jaringan pendukung
§ Abrasi gigi posterior yang luas
§ Pasca endodontik
§ Mahkota klinis masih tinggi sebagai retensi dari onlay

Kontraindikasi
§ Dinding bukal dan lingual rusak
§ Mahkota klinis yang pendek
§ Oral Hygiene buruk
§ Frekuensi karies tinggi

Tahap Preparasi
§ Prinsip preparasi sama dengan Inlay
§ Pengurangan seluruh cusp sebesar 1-1,5mm

Referensi:

Ritter AV, Boushell LW, Walter R. Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 7th Ed.
2019. St. Louis, Missouri: Elsevier.
Summit JB, Robbins JW, Hilton TJ, Schwartz RS. Fundamentals of operative dentistry: a
contemporary approach. 3rd Ed. Quintessence
SKENARIO
Seorang perempuan berusia 21 tahun datang ke RSIGM FKG UMI dengan keluhan terdapat
beberapa gigi yang berlubang. Pasien mengatakan lubang pada sela-sela gigi kanan depan atas
sangat mengganggu kepercayaan dirinya. Selain itu, gigi kiri belakang bawah sudah tiga kali
ditambal namun selalu terlepas sehingga sangat mengganggu saat mengunyah makanan.

Pada pemeriksaan klinis didapatkan gigi 11 mengalami karies 2.2 hingga mencapai mesio-
insisal, pada kavitas terdapat banyak sisa makanan dan dentin yang lunak. Selain itu, pada gigi
36 mengalami karies 2.3 dengan kehilangan sebagian cusp mesiobukal dan pada kavitas masih
terdapat sisa bahan tumpatan sebelumnya. Pasien ingin agar gigi depannya dirawat dengan
tambalan yang menyerupai warna gigi dan gigi belakang dirawat dengan bahan yang kuat dan
tahan lama.

Anda mungkin juga menyukai