Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN TUTOR

KEDOKTERAN GIGI KLINIK VIII

Penyusun Skenario : Team Teaching

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2017

1
I. PENDAHULUAN

1.1 GAMBARAN UMUM BLOK


Blok Kedokteran Gigi Klinik VIII ini akan dilaksanakan pada semester 8, tahun ke 4.
Blok ini akan mempelajari tentang prosedur perawatan dan aplikasi ilmu periodonsia,
orthodonsia, dan prosthodonsia dalam rangka menunjang perawatan pasien gigi dan mulut.
Sistem pembelajaran Blok ini dengan menggunakan strategi hybrid antara metode
Problem Base Learning, melalui diskusi tutorial, dan kuliah pakar.
1.2 TUJUAN UMUM BLOK (learning outcome)
Setelah mengikuti blok ini mahasiswa FKG IIK diharapkan mampu melakukan prosedur
perawatan orthodonsia mengenai Rapid maxilarry Ekspansion dan evaluasi perawatan
ortodonti lepasan, periodonsia mengenai kuretasi dan gingivektomi, dan prosthodonsia
mengenai gigi tiruan lengkap lepasan.
1.3 KETERKAITAN DENGAN BLOK LAIN
Blok ini merupakan lanjutan dari blok XVII

2
Metode Belajar

Pada kurikulum berbasis kompetensi, strategi utama yang digunakan adalah belajar berdasarkan
masalah atau problem base learning (PBL). Kegiatan belajar ini dilaksanakan dengan mengacu pada
skenario masalah yang memuat trigger atau pemicu melalui sebuah diskusi tutorial. Pengembangan
Informasi berikutnya diperoleh dari kuliah pakar, belajar mandiri, praktikum dan skills lab.Diskusi
Tutorial Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari sekitar 10
orang sampai 13 orang mahasiswa dan dibimbing oleh seorang tutor sebagai fasilitator. Dalam diskusi
tutorial perlu ditunjuk satu orang sebagai ketua diskusi dan satu orang sebagai sekretaris, keduanya
akan bertugas sebagai pimpinan diskusi. Ketua diskusi dan sekretaris ditunjuk secara bergiliran untuk
setiap skenario agar semua mahasiswa mempunyai kesempatan berlatih sebagai pemimpin dalam
diskusi. Oleh karena itu perlu difahami dan dilaksanakan peran dan tugas masing-masing dalam
tutorial sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Sebelum diskusi dimulai tutor akan membuka diskusi
dengan perkenalan antara tutor dengan mahasiswa dan antara sesama mahasiswa. Setelah itu tutor
menyampaikan aturan main dan tujuan pembelajaran secara singkat. Ketua diskusi dibantu sekretaris
memimpin diskusi dengan menggunakan 7 langkah atau seven jumps untuk mendiskusikan masalah
yang ada dalam skenario.
I. Tutorial Seven jumps meliputi :
1) mengklarifikasi istilah atau konsep.
2) menetapkan permasalahan.
3) menganalisis masalah.
4) menarik kesimpulan dari langkah 3.
5) menetapkan Tujuan Belajar.
6) mengumpulkan informasi tambahan (belajar mandiri)
7) mensintesis / menguji informasi baru.

I.1 Mengklarifikasi Istilah atau Konsep


Istilah-istilah dalam skenario yang belum jelas atau menyebabkan timbulnya banyak interpretasi
perlu ditulis dan diklarifikasi lebih dulu dengan bantuan, kamus umum, kamus kedokteran dan
tutor.

3
I.2 Menetapkan Permasalahan
Masalah-masalah yang ada dalam skenario diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas.

I.3 Menganalisis Masalah


Masalah-masalah yang sudah ditetapkan dianalisa dengan brainstorming. Pada langkah ini setiap
anggota kelompok dapat mengemukakan penjelasan tentative, mekanisme, hubungan sebab akibat,
dll tentang permasalahan.

I.4 Menarik Kesimpulan dari Langkah 3


Disimpulkan masalah-masalah yang sudah dianalisa pada langkah 3

I.5 Menetapkan Tujuan Belajar


Pengetahuan atau informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan
dirumuskan dan disusun secara sistematis sebagai tujuan belajar atau tujuan instruksional khusus
(TIK).

I.6 Mengumpulkan Informasi Tambahan (Belajar Mandiri)


Kebutuhan pengetahuan yang ditetapkan sebagai tujuan belajar untuk memecahkan masalah dicari
dalam bentuk belajar mandiri melalui akses informasi melalui internet, jurnal, perpustakaan, kuliah
dan konsultasi pakar. Tugas mandiri harus ditulis tangan dan harus bisa dibaca, bila tulisan tidak
terbaca akan mengurangi point penilaian. Penilaian tugas mandiri dari kelengkapan, kerapian serta
keakuratan sumber informasi.

I.7 Mensintesis / Menguji Informasi Baru


Mensintesis, mengevaluasi dan menguji informasi baru hasil belajar mandiri setiap anggota
kelompok . Open book hanya dilakukan untuk membentu saat memberikan penjelasan bukan
dibaca tanpa pemahaman.

Setiap skenario akan diselesaikan dalam satu minggu dengan dua kali pertemuan. Langkah 1
s/d 5 dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah 6 dilakukan di antara pertemuan pertama dan

4
kedua. Langkah 7 dilaksanakan pada pertemuan kedua. Tutor yang bertugas sebagai fasilitator akan
mengarahkan diskusi dan membantu mahasiswa dalam cara memecahkan masalah tanpa harus
memberikan penjelasan atau kuliah mini.
Dalam diskusi tutorial, tujuan instruksional umum atau TIU dapat digunakan sebagai pedoman
untuk menentukan tujuan belajar. Ketua diskusi memimpin diskusi dengan memberi kesempatan setiap
anggota kelompok untuk dapat menyampaikan ide dan pertanyaan, mengingatkan bila ada anggota
kelompok yang mendominasi diskusi serta memancing anggota kelompok yang pasif selama proses
diskusi. Ketua dapat mengakhiri brain storming bila dirasa sudah cukup dan memeriksa skretaris
apakah semua hal penting sudah ditulis. Ketua diskusi dibantu sekretaris bertugas menulis hasil diskusi
dalam white board atau flipchart.
Dalam diskusi tutorial perlu dimunculkan learning atmosphere disertai iklim keterbukaan dan
kebersamaan yang kuat. Mahasiswa bebas mengemukakan pendapat tanpa khawatir apakah
pendapatnya dianggap salah, remeh dan tidak bermutu oleh teman lain, karena dalam tutorial yang
lebih penting adalah bagaimana mahasiswa berproses memecahkan masalah dan bukan kebenaran
pemecahan masalahnya. Proses tutorial menuntut mahasiswa agar aktif dalam mencari informasi atau
belajar mandiri untuk memecahkan masalah. Belajar mandiri dapat dilakukan dengan akses informasi
baik melalui internet (jurnal ilmiah terbaru), perpustakaan (text book & laporan penelitian), kuliah dan
konsultasi pakar.

II. Kuliah
Kuliah dilaksanakan untuk memperjelas konsep atau teori yang sulit atau khusus sehingga
membutuhkan pakar untuk meningkatkan pemahaman, kuliah dapat diselenggarakan dalam bentuk
konsultasi interaktif berdasarkan masalah atau dapat diselenggarakan secara terjadwal, maupun atas
permintaan mahasiswa bila diperlukan.

5
MATERI PROSTODONSIA

PROSTODONSIA GTL

Gigi tiruan lengkap merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi asli beserta
bagian jaringan gusi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan lengkap memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk
merehabilitasi seluruh gigi yang hilang serta jaringannya sehingga dapat memperbaiki atau
mengembalikan fungsi pengunyahan, bicara, estetis, dan psikis, serta memperbaiki kelainan, gangguan,
dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous.

menyatakan bahwa pada orang yang telah kehilangan gigi-geliginya, dimensi vertikal akan berkurang
dan otot pipi akan turun karena tidak adanya penyangga. Selama berfungsi, rahang bawah berusaha
berkontak dengan rahang atas, sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah
akan menyebabkan hilangnya posisi sentrik dan mandibula menjadi protrusif, yang dapat menyebabkan
malposisi temporomandibular joint.

A. Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap


1. Adanya kehilangan seluruh gigi karena dicabut atau tanggal, atau masih mempunyai beberapa
gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak mungkin diperbaiki
2. Keadaan processus alveolaris masih baik
3. Kondisi mulut pasien baik
4. Keadaan umum pasien baik
5. Pasien bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap.

B. Kontraindikasi
1. Ada Alternatif perawatan lain
2. Kelainan mental/fisikal yang menyebabkan gangguan kemampuan pasien untuk kooperatif
selama pembuatan gigi tiruan dan selama penggunaan gigi tiruan
3. Pasien hipersensitif terhadap material gigi tiruan
4. Tidak tertarik sama sekali menggunakan gigi tiruan.

C. Komponen GTL
Gigi tiruan lepasan terdiri dari komponen-komponen:
1. Basis
2. Sadel
3. Elemen gigi tiruan
Bagian dari gigi tiruan yang merupakan bantuk gigi tiruan dari gigi asli yang hilang. Bahan
dasar gigi tiruan dapat bermacam-macam, yaitu resin akrilik, porselen, logam

6
D. Gigi tiruan berdasarkan tipe bahan :
1. Acrylic denture :
2. Flexy denture / valplas
3. Frame denture

E. Tahapan kerja
1. Anamnesa
2. Cetak anatomis
a. Sendok cetak : stock tray.
b. Bahan cetak : elastic impression (alginat) / irreversible hydrocoloid
c. Metode mencetak : mukostatik.
Cara mencetak : adonan alginat dibuat dengan konsistensi tertentu, dimasukkan kedalam sendok
cetak. Sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut dan ditekan pada proc. alveolaris RA dan RB
dengan otot-otot bibir dan pipi ditarik. Kemudian dilakukan muscle trimming agar bahan cetak
mencapai lipatan mukobukal. Posisi dipertahankan selama setting. Kemudian sendok diambil dan
hasil cetakan diamati untuk melihat kekurangan-kekurangannya.
3. Model studi
4. Individual tray
Mengambar outline batas mukosa bergerak dan tidak bergerak pada model studi. Outline individual
tray 2 mm di atas garis outline yang telah dibuat. Mengambar stopper pada model studi berbentuk
persegi panjang pada daerah caninus dan molar pertama dengan lebar 4 mm (rahang atsa lebih ke
bukal/labial, rahang bawah lebih ke lingual). Kemudian dilanjutkan dengan membuat spacer malam
menggunakan selapis malam model yang telah dilunakkan dan dipotong sesuai batas outline individual
tray. Dilanjutkan dengan membuat individual tray menggunakan self cure dan dibuat pegangan pada
bagian anterior individual tray.
5. Border moulding
Menyesuaikan individual tray dengan kondisi dalam mulut penderita. Yang perlu diperhatikan:
a. Tidak melebihi batas mukosa bergerak dan tidak bergerak
b. Membebaskan dari frenulum
c. Mengoreksi daerah tubermaksila dan retromylohioid apabila diperlukan
Setelah dilakukan penyesuaian spacer malam dipotong 2 mm dari batas individual tray untuk
tempat border moulding (green stick). Border moulding dilakukan secara aktif (dilakukan oleh
pasien, terutama daerah posterior rahang atas dengan mengucapkan huruf A dan H, untu,
mendapatkan vibrating line) dan pasif (oleh operator dengan cara muscle trimming, untuk
mengaktivasi otot-otot pembuka dan penutup mulut)
6. Cetak fungsional
7. Model kerja
8. Galengan gigit
a. Terbuat dari malam merah yang terdiri dari lempeng dan galengan gigit.
b.Lempeng gigit dibuat mengikuti outline gigi tiruan.
7
c. Galengan gigit dibuat persis diatas puncak ridge yang telah dibuat garis dengan memproyeksikan
di tengah lengkung galengan gigit. Galengan gigit dibuat dengan lebar daerah insisivus 5 mm,
caninus 7 mm dan molar 10 mm. Anterior galengan gigit RA dibuat setinggi 18-20 mm dan RB
setinggi retromolar pad. Untuk menghindari perubahan bentuk sebaiknya direndam dalam air
setiap kali pelunakan.
d. Bidang labial dan bukal galengan gigit tidak boleh melebihi sulcus labial dan bukal.
9. Penetapan gigit.
Menyesuaikan galengan gigit RA di dalam mulut meliputi :
1. Penyesuaian dengan bibir penderita (estetik)
2. Penyesuaian kontur labial yang memberikan lips support
3. Kesejajaran bidang oklusal RA dengan cara:
a. Arah depan sejajar dengan garis interpupil
b. Arah samping sejajar sengan bidang camper (tragus alanasi )
4. Menyesuaikan galengan gigit RA dengan RB sehingga terjadi kontak merata dan seimbang.
5. Menetapkan relasi vertical atau tinggi gigit.
a. Posisi kepala tragus alannasi sejajar lantai
b. Buat titik di ujung hidung dan dagu.
c. Penderita relaks dan melakukan gerakan menelan berkali-kali.
d. Ukur jarak kedua titik berulang ulang dan ambil rata-ratanya ,missal x cm
e. Masukkan daan gigit n oklusikan galeng RA dan RB hingga tingginya sama dengan
perhitungan jarak x cm tersebut dikurangi free way space 2-4 mm atau sampai penderita
dapat mengucapkan bebrapa huruf atau kalimat dengan leluasan tanpa hambatan missal
MISSISIPI,
f. Tinggi gigit dianggap benar bila terjadi keseimbangan kontak dan kesejajaran bidang
posterior galengan gigi RA dan RB.
g. Cara ini merupakan cara niswonger dan silverman
Menetapkan relasi horizontal atau letak gigit
1. Penderita diinstruksikan membuka dan menutup mulut berulang kali sampai lelah kemudian
menutup mulut dan galengan gigit dalam kondisi kontak.
2. Buat keratan vertical pada daerah premolar glengan gigit RA-RB kemudian dilakukan gerakan
menelan berulang ulang bila keratin tidak segaris perlu dilakukan koreksi ulang.
3. Bila sudah tidak ada perubahan buat garis pada galengan gigit yaitu :
1. Garis median wajah
2. Garis senyum, merupakan ukuran 2/3 tinggi gigit anterior
3. Garis canine, merupakan panduan memilih lebar gigi anterior distal c-c
Mencatat relasi sentrik
a. Buat cekungan pada RA dan RB pada likasi yang berhadapan
b. Letakan malam lunak sedikit tebal
c. Lunakan relasi sentrik kembali, kemudian fiksir dengan menggunakan isi staples atau
bantuan pisau panas
8
d. Bila takut akan terjadi perubahan bentuk rendam dengan air es.
10. Penyusuan gigi
Prinsip penyusunan gigi adalah :
1. Terletak pada puncak ridge
2. Dapat memenuhi fungsi kunyah , fungsi estetik , fungsi bicara dan comfort
Penyusunan gigi anterior , didasarkan pada :
1. Incisivus 1sesuai bentuk muka
2. Inklinasi gigi
3. Jeniskelamin dan keinginan penderita
4. Menunjang retensi GTL
Penyusunan gigi Posterior, didasarkan pada :
1. Kondisi fungsional (membantu retensi, estetik, mengunyah makanan dan comfort )
2. Panduan terletak pada gigi atas , oleh karena itu penyusunan gigi atas lebih dahulu disbanding
bawah.
3. Tempat kedudukan cups palatinal gigi posterior gigi posterior atas adalah garis yang melalui
puncak retromolar pada ke depan sepanjang crst dari ridge bawah.
4. Sagital compensating curve of spee
5. Transversal compensating curve of monsoon
11. Mencoba gigi
Fungsi : menyesuaikan dengan kondisi rongga mulut (posisi rahang dan mukosa )
Dilakukan bertahap ,gigi anterior terlebih dahulu baru gigi posterior .
12. Pasang percobaan
Sebelum dilakukan pemasangan akhir yang sesungguhnya, gigi tiruan terlebih dahulu dicobakan
kepada penderita satu persatu , mulai dari rahang atas (RA)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahapan ini adalah :
1. Denture outline atau denture border, apabila :
a. over extention, perlu pengurangan panjang sayap
b. under extention ,perlu diperhatikan lebih lanjut, apakah perlu relining atau dibiarkan
kedua hal ini berkaitan dengan retensi gigi tiruan
2. Retensi dan stabilitas perlu di uji karena
a. retensi , di uji dengan memberikan tarikan arah vertical
b. stabilitas, di uji dengan memberikan tekanan pada masing-masing sisi oklusal dan daerah
insisivus.
13. Insersi
Sebelum dilakukan insersi terlebih dahulu harus mempersiapkan penderita yaitu :
1. Pada penederita yang telah memakai gigi tiruan , gigi tiruan lama harus ditinggalkan dulu
sedikitmya 24 jam sebelum gigi tiruan baru dpakai
2. Penderita diberi penjelasan untuk mematuhi instruksi operator dan tidak memperhatikan
komentar orang lain.

9
Setelah insersi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Oklusi sentrik, bila sudah baik bias dipasang , namun bila dirasa belum harmonis perlu
dilakukan record dan remounting ulang untuk dilakukan selective grinding lagi.
2. Estetik dan penampilan ( appearance ) penderita
3. Test ponetik
14. Kontrol
1. Setelah pemasangan akhir penderita diwajibkan untuk kontrol
2. Waktu kontrol
Kontrol 1 : 24 jam setelah pemasangan
Kontrol 2 : 3 hari setelah pemasangan
Kontrol 3 : 7 hari setelah kontrol 2

10
MATERI ORTODONSIA
ARCH EXPANSION
Ekspansi lengkung geligi dapat dihasilkan dari beberapa macam perawatan ortodonti, dan dapat
digunakan bersamaan dengan peranti ortodonti cekat.
Tipe ekspansi dibagi menjadi 3 macam :
1. Orthodontic expansion
2. Passive expansion
3. Orthopedic expansion

FIGURE 14-12 An acrylic splint RME appliance


that is bonded to the maxillary primary molars and
the permanent first molars. The occlusal coverage of
acrylic produces a posterior bite block effect on the
RME
vertical dimension. (Adapted from McNamara and
Brudon.1)

TRANSPALATAL WIDTH

11
ACTIVE PHASE EXPANSION COMPLETE

Dihasilkan diastema anterior RA diantara insisive sentral


- Terjadi gerakan tipping insisive sentral dan lateral setelah pelepasan RME
- Diperlukan penggunaan bracket setelah 3-4 bln pelepasan RME, untuk menutup space diastema
gigi anterior
RME ( RAPID MAXILLARY EXPANSION )
- Digunakan untuk perawatan gigitan silang posterior jurusan transversal karena diskrepansi skeletal
- Disebut juga RPE (Rapid Palatal Expansion)
- Macam RME adalah :
1. SME (Slow Maxillary Expansion)
2. SRME (Semi Rapid Maxillary Expansion)
3. SARME ( Surgically Assisted Rapid Maxillary Expansion)
- Tujuan : untuk melebarkan maksila dan lengkung geligi yang sempit secara ortopedi
- Kekuatan yang mengenai gigi akan diteruskan ke tulang dan maksila akan terpisah
- Dilakukan pada masa pubertal growth spurt (dibawah 15 thn)
- Aktivasi : ¼ putaran /hari : 5-10kg , menghasilkan pelebaran sutura 0,5 mm /hari
- 2-3 minggu terjadi pemisahan sutura maksimal (10mm), karena kekuatan besar

SLOW MAXILLARY EXPANSION


- Kekuatan lebih ringan daripada RME, bisa digunakan pada masa geligi pergantian
- Digunakan kekuatan 1-2kg, pelebaran : 1mm/minggu
- Membutuhkan waktu 10-12 minggu untuk melebarkan sutura (10mm)
- Trauma lebih kecil terhadap gigi dan rahang, terjadi sedikit perdarahan, lebih fisiologis
- Metode ini lebih dianjurkan

12
- Pada foto RO tidak terlihat terpisahnya sutura, tidak terdapat diastema sentral, tetapi terjadi efek
pelebaran maksila maupun lengkung geligi

SEMI RAPID MAXILLARY EXPANSION


- Pada dasarnya adalah RME, tetapi sesudah terjadi pemisahan palatum dilakukan ekspansi cara
lambat
- Menghasilkan pelebaran sutura 0,25mm/hari

SARME (Surgically Assisted Rapid Maxillary Expansion)


- Dilakukan pada usia diatas 30 thn
- Bila digabung dengan ortodonti cekat, bisa mengatasi masalah umur
- Dilakukan osteotomi rahang atas, sesudah peranti ortodonti cekat dipasang, kemudian
dilakukan aktivasi sekrup
Indeks digunakan untuk menilai secara obyektif kebutuhan perawatan untuk Memaksimalkan
kegunaan sumber daya yang terbatas . Kebutuhan perawatan dan hasil perawatan telah dinilai selama
bertahun -tahun oleh indeks seperti Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) dan Peer assessment
Rating Index (PAR Index), Dental aesthetic Index (DAI) dan masih banyak yang lainnya.
Bagaimanapun, dari beberapa indeks , tersebut, belum ada satupun yang efektif didesain untuk menilai
kebutuhan perawatan, hasil yang didapat setelah perawatan, kekomplekan kasus dan derajat perubahan
oleh berbagai perawatan yang dilakukan sampai pada berkembangnya Index of Complexity, Outcome
and Need (ICON).
Berdasarkan pada opini para ahli ortodontik yang terdiri dari 97 orang yang berasal dari Jerman,
Yunani, Hongaria, Italia, Belanda, Spanyol, UK, dan Amerika, indeks tersebut merupakan indeks
internasional yang menyediakan metode penilaian tunggal untuk mencatat kekomplekan, Kebutuhan
dan keberhasilan perawatan. Indeks ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat untuk menilai,
meneliti dan pembuat keputusan ortodontik.
Index of Complexity, Outcome and Need (ICON) terdiri dari 5 komponen, yang masing- masing
memiliki bobot yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Komponen pertama diadaptasi dari
komponen estetik IOTN. Komponen lainnya termasuk berdesakan/diastema rahang atas, crossbite,
openbite/overbite anterior, dan relasi anteroposterior segmen bukal. Masing- masing komponen dapat

13
dilihat dari model studi dan model progres. Skor ICON mencerminkan tingkat dari kebutuhan,
kekomplekan dan derajat perubahan sebagai hasil dari perawatan.
Model studi dan model progress diamati kelima komponen Index of Complexity, Outcome and
Need (ICON) untuk dicatat skornya masing -masing komponen.
1. Komponen Estetik Gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah pada model dioklusikan, kemudian
dibandingkan dan dipilih yang paling mendekati dengan keadaan gigi -geligi yang ada pada foto
hitam putih. Lalu diberi skor sesuai dengan skor yang ada pada foto tersebut. Skala tersebut antara
1, untuk estetik yang baik, sampai 10, untuk komponen estetik yang terburuk.

14
2. Crossbite Gigi -geligi rahang atas dan rahang bawah pada model dioklusikan, kemudian dilihat ada
tidaknya crossbite . Skor yang diberikan bila dijumpai adanya crossbite adalah 1 dan 0 bila tidak.

3. Relasi Vertikal Anterior


Disini yang dilihat adalah adanya gigitan terbuka (open bite) dan gigitan dalam (deep bite)

15
1. Diastema/Berdesakan Rahang Atas Komponen ini didapat dengan mengukur diskrepansi jumlah
lebar mesiodistal gigi dengan lengkung geligi.

2. Relasi Anteroposterior Segmen Bukal


Gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah pada model dioklusikan dan dilihat bagaimana relasi
anteroposterior pada sisi kanan dan kiri, kemudian skor kedua sisi tersebut dijumlahkan.
Setelah kelima komponen Index of Complexity, Outcome and Need (ICON) pada model studi dan
progres dicatat skornya masing-masing, kemudian skor tersebut dikalikan dengan bobot yang
dimiliki oleh masing-masing komponen dan dijumlahkan.

16
Pada model studi, angka yang didapatkan dari penjumlahan tersebut digunakan sebagai petunjuk untuk
mengetahui kebutuhan perawatan dan juga tingkat keparahan maloklusi.

17
Pada model progres, angka yang didapatkan dari penjumlahan tersebut digunakan sebagai petunjuk
untuk mengetahui tingkat keberhasilan perawatan. Cara yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan perawatan adalah dengan mengurangi skor yang diperoleh dari penghitungan pada model
studi dengan empat (4) kali skor yang didapatkan dari penghitungan pada model progres.

18
MATERI PERIODONSIA

A. Gingivektomi

Gingivektomi : pemotongan jarinagn gingiva untuk


membuang dinding poket gingiva.
PENGERTIAN
Gingivoplasti : pemotongan jaringan gingiva untuk
membentuk kembali kontur gingiva fisiologis.
1. Menghilangkan poket periodontal.
2. Mengembalikan kontur gingiva fisiologis.
3. Menambah visibilitas.
TUJUAN
4. Memperoleh pencapaian alat yang optimal untuk
membersihkan deposit dan penghalusan akar gigi
secara menyeluruh.
1. Poket gingiva dan poket periodontal supraboni
yang dangkal dengan dinding poket yang fibriotik.
INDIKASI 2. Pembesaran gingiva atau tumor gingiva yang
disebabkan oleh obat-obatan dan faktor hormonal.
3. Gingiva fibromatosis idiopatik.
1. Gingiva cekat tidak adekuat.
2. Perawatan yang membutuhkan bedah tulang atau
pemeriksaan bentuk dan morfologi tulang.
3. Poket infraboni.
4. Dasar poket di apikal mucogingival junction.
KONTRAINDIKASI
5. Perawatan yang membutuhkan pertimbangan
astetik, terutama pada gigi anterior atas.
6. Pada kasusu kerusakan tulang yang dalam dengan
bentuk tidak rata dan menonjol/menebal pada
bagian fasial atau oral.

19
PROSEDUR A. Alat :
1. Alat diagnostik + probe UHD + nabors.
2. Alat suntik.
3. Pocket marker.
4. Kuret.
5. Alat irigasi.
6. Pisau bedah (pisau Kirkland dan pisau Orban).
7. Gunting.
8. Pinset anatomis.
9. Pinset bedah.
10. Skeler ultrasonik.
11. Alat gingivoplasti (alat elektrokauterisasi, bur,
bone file, pisau bedah).

B. Bahan :
1. Kasa steril.
2. Antiseptik.
3. Anestetikum.
4. Pek periodontal, coe pack.
5. Cairan fisiologis.
6. Analgetik & antipiretik.

C. Cara kerja :
1. Mengukur tekanan darah.
2. Asepsis daerah gingivektomi.
3. Anestesi lokal daerah gingivektomi.
4. Menentukan letak dasar poket dengan pocket
marker.
5. Menentukan garis insisi.
6. Insisi permukaan fasial dan lingual dengan

20
pisau Kirkland/pisau periodontal.
7. Insisi dan eksisi gingiva interdental dengan
pisau Orban.
8. Mengangkat jaringan gingiva yang sudah
tereksisi.
9. Menguret jaringan granulasi, hilangkan sisa
kalkulus dan sementum yang nekrosis,
penghalusan akar.
10. Gingivoplasti, untuk membentuk kembali
gingiva sesuai bentuk/kontur fisiologis.
11. Irigasi dengan antiseptik.
12. Tutup dengan pek periodontal.
13. Pemberian analgetik dan obat kumur
(antibiotik bila perlu).
1. Kontrol 1 minggu pasca operasi, membuka
pek periodontal.

B. Kuretase

Pengambilan jaringan lunak dinding lateral poket yang


PENGERTIAN
patologis dengan cara pengerokan.
Mengurangi kedalaman poket dengan menghilangkan
TUJUAN
gingiva yang udernatus.
1. Membuang poket supraboni dan infraboni yang
masih terjangkau alat kuret dengan dinding poket
odematus.
2. Kedalaman poket gingiva 3-4 mm, poket
INDIKASI
periodontal kurang dari 6mm.
3. Perawatan bedah pendahuluan.
4. Perawatan pemeliharaan berkala.
5. Bila ada indikasi kontra karena umur, penyakit

21
sistemik, psikologis.
1. Pengguna antikoagulan, bakteremia.
2. Poket supraboni dan infarboni yang tidak
KONTRAINDIKASI
terjangkau alat kuret dengan dinding poket
fibrotik.
PROSEDUR A. Alat :
1. Set alat diagnostik + probe UHD + nabors.
2. Alat suntik.
3. Alat kuret.
4. Alat irigasi.

B. Bahan :
1. Anestetikum.
2. Periodontal pack(bila perlu), coe pack.
3. Antiseptik.
4. Analgetik dan antibiotik (bila perlu).

C. Cara kerja :
1. Mengukur tekanan darah.
2. Asepsis daerah operasi.
3. Anestesi infitrasi/blok.
4. Kuretase dinding gingiva poket untuk
menghilangkan jaringan lunak yang patologis
dengan gerakan mengerok mulai dasar poket
ke arah koronal.
5. Melepas perlekatan epitel papil fasiat dan
lingual.
6. Irigasi dengan larutan antiseptik (H2O2 3%,
aquades steril, Povidon Iodin).
7. Gingiva dipalpasi dari arah apikal ke koronal.

22
8. Menutup luka dengan periodontal pack (bila
perlu).
9. Pemberian obat kumur, analgetik, dan
antibiotik (bila perlu)
10. Pack dibuka setelah 1 minggu.
11. Kontrol pasca kuret sebanyak 3x dengan
interval (1 minggu, 3 minggu, dan 5 minggu
pasca kuretase).

TATAP MUKA TAMBAHAN : KULIAH KLARIFIKASI

PEMBAGIAN TUTOR KGK IX

TUTOR Skenario 1 skenario 2 Skenario 3 Skenario 4


drg. Dwi Leni, M.Imun 1 6 7 8
drg. Ige Frameski 2 7 8 9
drg. Ria 3 8 9 1
drg. Dyah Noviana 4 9 1 2
drg. Ilvana 5 1 2 3
drg. Della Fatmasari 6 2 3 4
drg. Niswatun, M.Si 7 3 4 5
drg. Apreliantino 8 4 5 6

Ruangan menyesuaikan

Pemetaan tutorial

Hari,tanggal Kegiatan
Senin, 24 September 2018 Overview
Senin, 5 November 2018 TM1 skenario 1
Sabtu, 10 November 2018 Kuliah PROSTO: tahapan pembuatan
GTL (Border moulding, cetak
fungsional, penetapan gigit, penyusunan
gigi, SG1&2, denture insertion & after
care)
drg. Endang P, M.Kes, Sp. Prosto(K)

Rabu, 7 November 2018 TM2 skenario 1


Sabtu, 17 November 2018 Kuliah PERIO: Mampu menjelaskan

23
prosedur diagnosa dan menentukan
diagnosa di bidang periodonsia.
Mampu memahami definisi poket dan
gingival enlargment
Mampu menjelaskan cara pengukuran
poket dan menentukan grade gingival
enlargment.
Mampu menjelaskan macam-macam
poket.
drg. Herrina Firmantini, Sp.perio

Senin, 12 November 2018 TM1 skenario 2


Sabtu, 24 November 2018 Kuliah PROSTO: single denture &
over denture
drg. Endang P, M.Kes, Sp. Prosto(K)

Rabu, 14 November 2018 TM2 skenario 2


Sabtu, 1 Desember 2018 Kuliah ORTHO: Mampu menjelaskan
macam-macam arch expansion.Mampu
menjelaskan RME.
Mampu menjelaskan macam-macam
RME.
drg. Indah Nur Evi, Sp.ort

Senin, 19 November 2018 TM1 skenario 3


Kamis, 8 Desember 2018 Kuliah ORTHO:Mampu menjelaskan
macam-macam indeks maloklusi.
drg. Indah Nur Evi, Sp.ort

Rabu, 21 November 2018 TM2. Skenario 3


Sesi 1. Kuliah ORTHO: Mampu
menentukan titik- titik sefalometri

Sesi 2. Kuliah ORTHO: Mampu


menjelaskan tracing sefalometri
drg. Indah Nur Evi, Sp.ort

26-28 November 2018 BKGN


Senin, 3 Desember 2018 TM1. Skenario 4
Kuliah PROSTO: Relining & rebasing
drg. Endang P, M.Kes, Sp. Prosto(K)

Rabu, 5 Desember 2018 TM2. Skenario 4


Sesi 1. Kuliah PERIO: Mampu
memahami definisi kuretase dan
24
gingivektomi
Mampu menentukan indikasi dan
kontraindikasi
kuretase dan gingivektomi.

Sesi 2. Kuliah PERIO: Mampu


menyebutkan alat dan bahan kuretase,
gingivektomi dan menjelaskan
fungsinya.
Mampu menjelaskan prosedur kuretase,
gingivektomi
Mampu menjelaskan evaluasi
perawatan kuretase dan
gingivektomi.
drg. Herrina Firmantini, Sp.perio

25

Anda mungkin juga menyukai