Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Otak adalah bagian penting dari tubuh manusia karena otak merupakan syaraf
pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia. Cidera
sedikit pada otak dapat mengakibatkan hal yang fatal bagi seseorang, oleh sebab itu perlu
pemeliharaan kesehatan otak agar tidak diserang penyakit. Salah satu penyakit berbahaya
yang menyerang otak adalah Space Occupying Lesion (SOL). Space Occupying Lesion
(SOL) (lesi desak ruang intrakranial) merupakan neoplasma bisa berupa jinak atau ganas
dan primer atau sekunder, serta setiap inflamasi yang berada di dalam rongga tengkorak
yang menempati ruang di dalam otak menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.
Space Occupying Lesion (SOL) meliputi tumor, hematoma, dan abses.
Data WHO menyebutkan di tahun 2017 terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka
kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di
dunia mengalami kejadian SOL. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi SOL di
Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013
menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2017. Prevalensi kanker tertinggi adalah di
provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per
1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2018).
Menurut Hakim (2005) SOL baik primer ataupun metastasis, merupakan salah satu
penyakit yang ditakuti masyarakat karena dapat menyebabkan kematian atau kecacatan
yang akan menimbulkan gejala yang serius. Gejala SOL bisa ditandai dengan nyeri
kepala, nausea, muntah, papil edema, kejang- kejang dll. Penyebab dari SOL belum
diketahui namun ada beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe SOL. Agent
tersebut meliputi faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi.
Penyebab lain SOL bisa dapat terjadi akibat sekunder dari peradangan dan trauma
cerebral. Untuk penatalaksanaan SOL yang perlu diperhatikan yaitu usia, general health,
ukuran, lokasi dan jenis. Metode yang dapat dilakukan antara lain: chemotherapy,
radiotherapy, dan pembedahan. Salah satu pembedahan yang bisa di lakukan yaitu
craniotomy (Ejaz Butt, 2005).
Kista fosa fosterior (arachnoid cyst)  adalah kantong yang berisi cairan yang
terbentuk diantara membran arachnoid dengan otak atau saraf tulang belakang. Kista
sering berisi cairan serebrospinal, yaitu cairan bening yang melindungi dan menutrisi
otak serta saraf di tulang belakang. Kista arachnoid pada anak-anak biasanya adalah
bawaan lahir, yang disebut kista arachnoid primer. Laki-laki kemungkinannya lebih
tinggi dari perempuan. Kista arachnoid seringkali tidak bergejala, seringkali ditemukan
karena pemeriksaan akibat kejadian yang lain, misalnya cedera kepala. Tetapi pada
keadaan yang jarang bisa juga mengakibatkan gejala
Pilihan terapi ada beberapa, diantaranya dengan memasang selang drainasae cairan
kista ke tempat lain seperti ruang peritoneum (di perut), dengan membuat lubang yang
menuju kista kemudian cairannya dihisap, atau dengan operasi terbuka atau kraniotomi
dan mengangkat kista beserta isinya. Tiap pilihan terapi mengandung resiko, misalnya
apabila menggunakan selang maka selang harus dipasang terus menerus dan 30% kasus
membutuhkan perbaikan posisi, jika hanya membuat lubang kejadian kista berulang
tinggi, dan operasi terbuka juga memiliki resiko seperti perdarahan dan lain sebagainya.
Craniotomy adalah operasi untuk membuka bagian tengkorak (tempurung kepala)
dengan tujuan memperbaiki dan mengetahui kerusakan yang ada di otak. Pembedahan
tersebut bertujuan memperbaiki dan mengetahui kerusakan yang ada di otak dengan cara
membuka tengkorak jadi sementara waktu pasien post op craniotomy akan mengalami
gangguan mobilissasi bahkan bisa terjadi penurunan kesadaran. Untuk mengurangi atau
meminimalisir komplikasi yang terjadi akibat pembedahan pasien post operasi
craniotomy memerlukan perawatan yang intensif.
Stabilisasi kondisi hemodinamik, pemasangan berbagai alat monitoring maupun
support kehidupan, pasien post op dan penurunan kesadaran baik fisiologis maupun
program sedasi menjadi tantangan perawat untuk memobilisasi pasien kritis. Perawat
sebagai bagian dari tenaga kesehatan, mempunyai peran yang sangat penting dalam
memberikan asuhan keperawatan. Perawat memberikan perawatan langsung kepada
pasien dan mempunyai peranan penting dalam melakukan edukasi kepada pasien tentang
pengelolaan penyakitnya, serta mencegah dari rehospitalisasi. Perawat dapat mengetahui
kebutuhan pasien, merancang dan mengimplementasikan proses keperawatan secara
spesifik, memberikan umpan balik pasien, transparan dan jujur. Perawat profesional
sangat dibutuhkan dalam melakukan proses keperawatan secara optimal terutama pada
pasien kritis
Berdasarkan latar belakang tersebut kelompok kami tertarik untuk memberikan
asuhan keperawatan pada Ny.LL dengan diagnosa Post OP Kista Fusso Fosterior di
ruangan Bedah G2 atas RSUD,Prof.Dr.H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
2. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan
a. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Post OP
Kista Fusso Fosterior di ruangan Bedah G2 atas RSUD,Prof.Dr.H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo.
b. Mampu melakukan pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi dan
dokumentasi pada klien dengan Post OP Kista Fusso Fosterior di ruangan Bedah G2
atas RSUD,Prof.Dr.H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Tujuan penanganan pasien
a. Mampu mangatasi mengatasi masalah keperawtan yang dialami klien dengan Post OP
Kista Fusso Fosterior di ruangan Bedah G2 atas RSUD,Prof.Dr.H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo baik masalah keperawatan aktual, resiko, dan promosi kesehatan.
3. Manfaat
a. Bagi peneliti
Mengasah kemampuan terutama dalam penerapan memberikan asuhan keperawatan
yang profesional bidang keperawatan klien dengan Post OP Kista Fusso Fosterior.
b. Bagi instansi pendidikan
Sebagai bahan masukan kepada institusi pendidikan yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan ajar untuk perbandingan dalam pemberian konsep asuhan keperawatan
secara teori dan praktis
c. Bagi RSUD,Prof.Dr.H. Aloei Saboe Kota
Sebagai bahan acuan kepada tenaga kesehatan RSUD,Prof.Dr.H. Aloei Saboe Kota
dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan menghasilkan pelayanan yang
memuaskan pada klien serta melihatkan perkembangan klien yang lebih baik serta untuk
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai