Anda di halaman 1dari 40

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. W DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR OTAK
DI BANGSAL ARAFAH NO BED 6 RS PKU MUHAMADIYAH SELOGIRI

DI SUSUN OLEH :

1.

ALVIN SYAH GINTING KARYADI ( S18217 / S18E )


2. FERNANDA NUGRAHA ARSWANDI ( S18C /
S18127 )
3. FIKA NOPIA SARI ( S18234 / S18E )
4. LINDA LIDYANA ( S18188 / S18D )
5. MAHARANI ANNISA PUTRI ( S19189 / S18D )
6. MAHENDRA DWI HERMAWAN ( S18243 / S18E )
7. MEGA FRISTA AYUNINGTYAS ( S18190 / S18D )
8. MEGA UTAMI ( S18244 / S18E )
9. MEY FITA DWI SULISTIYANI ( S18245 / S18E )

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2020 / 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada system
saraf, di samping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor otak ini
dapat berupa tumor yang sifatnya primer ataupun yang merupakan
metastasis dari tumor pada organ lainnya (Hakim, 2018;
Wahjoepramono, 2019). Menurut The Central Brain Tumor Registry
of the United States (CBTRUS), tumor otak primer adalah termasuk
dalam 10 besar penyebab kematian terkait kanker. Diperkirakan sekitar
13.000 orang di Amerika Serikat meninggal dunia akibat tumor ini
setiap tahunnya. Data dari Mayo Klinik, berdasarkan analisis dari
tahun 2005 sampai 2015, dikatakan bahwa insiden tumor otak primer
adalah 19,1 per 100.000 orang pertahun (11,8 per 100.000 untuk tumor
yang simtomatik dan 7,3 per 100.000 untuk tumor yang asimtomatik).
Data ini sama dengan data dari CBTRUS yang memberikan angka
11,47 per 100.000 per tahun.
Di Eropa rata- rata survival rate pasien tumor otak maligna dewasa
adalah 18,7%. Prognosis penderita tumor otak primer beragam, pada
tumor otak primer yang maligna median survivalnya ± 12 bulan. Pada
penelitian lain yang mengukur (survival rate) pasien tumor didapatkan
survival rate dalam 5 tahun pasien tumor otak yang terburuk adalah
glioblastoma sebesar 3% sedangkan yang tertinggi adalah
ependymoma yaitu 74% (Wahjoepramono, 2017; Arber, 2011; Sloan
2018). Berdasarkan data-data dari Central Brain Tumor Registry Of
the United State (CBTRUS), pada tahun 2019 kasus baru tumor otak
sekitar 40,900 dan pada tahun 2020 meningkat kira-kira sekitar 62,930
kasus baru dan 23,720 merupakan tumor malignan dan 32,210
benigna. Diperkirakan selama tahun 2018 lebih dari 612.000 orang di
Amerika Serikat hidup dengan diagnosis tumor otak. Untuk tumor otak
primer dan jenis tumor sistem saraf pusat lainnya sedikit lebih tinggi
mengenai perempuan 19,88/100,000 dan pada laki-laki 18.71/100.000
pada tahun 2018 sedangkan pada tahun 2019 sedikit lebih tinggi pada
laki-laki 14,2/100,000 dan pada perempuan 13,9/100,000.
Diperkirakan pada tahun 2018 sekitar 4.030 anak dibawah 20 tahun di
diagnosis dengan tumor otak primer tumor otak jinak maupun ganas.
Dari jumlah tersebut 2.880 kasus terjadi pada usia kurang dari 15 tahun
dan 1.150 kasus pada usia antara 15 dan 19 tahun. Angka kejadian
pada anak 4.71/100.000 orang setiap tahunnya tingkat kejadian pada
anak sedikit lebih tinggi mengenai laki-laki dari pada wanita.
Menurut data WHO, pada tahun 2012 ada sekitar 4900 kasus tumor
otak yang terjadi di Indonesia. Jika dilihat dari jenis kelaminnya, maka
pengidap tumor otak berjenis kelamin pria sedikit lebih banyak
dibanding wanita. Penyakit genetik seperti neurofibromatosis
(penyakit genetik yang menyebabkan tumor tumbuh di saraf) bisa
meningkatkan risiko munculnya tumor otak. Namun, penyebab utama
dari kebanyakan tumor otak belum diketahui. Tumor otak tidak
mengenal usia dan biasa menjangkiti siapa saja, termasuk anak-anak.
(WHO 2012). Permasalahan klinis pada tumor otak agak berbeda
dengan tumor lain karena efek yang ditimbulkannya, dan keterbatasan
terapi yang dapat dilakukan. Kerusakan pada jaringan otak secara
langsung akan menyebabkan gangguan fungsional pada sistem saraf
pusat, berupa gangguan motorik, sensorik, panca indera, bahkan
kemampuan kognitif. Selain itu efek massa yang ditimbulkan tumor
otak juga akan memberikan masalah serius mengingat tumor berada
dalam rongga tengkorak yang pada orang dewasa merupakan suatu
ruang tertutup dengan ukuran tetap (Wahjoepramono, 2016). Dari
jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237 juta penduduk ada sekitar
237.000 penderita kanker/tumor baru setiap tahunnya. Sejalan dengan
itu, data empiris juga menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit
ini kian meningkat. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDA) tahun 2016, prevalensi kanker/tumor di Indonesia adalah
4,3 per 1000 penduduk dan merupakan penyebab kematian nomor 7
(5,7%) setelah stroke, TB, hipertensi, cedera, perintal dan diabetes
militus. Tingginya kematian akibat penyakit ini dikarenakan
terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya dari tumor ini,
tanda-tanda dini dari tumor, faktor-faktor resiko, cara
penanggulangannya secara benar serta membiasakan diri dengan pola
hidup sehat dan pasien sering datang berobat ke tempat yang salah
sehingga datang ke Rumah Sakit dalam keadaan yang sudah lanjut
sehingga biaya pengobatannya lebih mahal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan
masalah yaitu “ Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien Ny W dengan diagnosa medis Tumor Otak di Ruang Arafah
No. 6 RS PKU MUHAMADIYAH SELOGIRI?”
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini terbagi berikut :
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran nyata pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien Ny W dengan diagnosa medis Tumor Otak di Ruang
Arafah No. 6 RS PKU MUHAMADIYAH SELOGIRI
2. Tujuan Khusus
Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien Ny W dengan diagnosa medis Tumor
Otak di Ruang Arafah No. 6 RS PKU MUHAMADIYAH
SELOGIRI, dan menganalisa kesenjangan-senjangan antara teori
dan kasus khususnya dalam hal ini :
a. Pengkajian
b. Analisa Data
c. Diagnosa Keperawatan
d. Perencanaan
e. Implementasi
f. Evaluasi

BAB II

Daftar Pustaka

A. Definisi
Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul
dalam sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi
glia. (Liau, 2012).
Tumor otak intrakranial dapat diklasifikasikan menjadi tumor otak
benigna dan maligna. tumor otak benigna umumnya ektrasaksial, yaitu
tumbuh dari meningen, saraf kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan
kompresi ekstrinsik pada substansi otak. meskipun dinyatakan benigna
secara histologis, tumor ini dapat mengancam nyawa karena efek yang
ditimbulkan. tumor maligna sendiri umumnya terjadi intrasaksial yaitu
berasal dari parenkim otak. tumor maligna dibagi menjadi tumor maligna
primer yang umumnya berasal dari sel glia dan tumor otak maligna
sekunder yang merupakan metastasis dari tumor maligna di bagian tubuh
lain (Ginsberg, 2011)
Pada kasus kanker, terdapat sekumpulan sel normal atau abnormal
yang tumbuh tak terkontrol membentuk massa atau tumor. Pada saat tumor
otak terjadi, pertumbuhan sel yang tidak diperlukan secara berlebihan
menimbulkan penekanan dan kerusakan pada sel-sel lain di otak dan
mengganggu fungsi otak bagian tersebut. tumor tersebut akan menekan
jaringan otak sekitar dan menimbulkan tekanan oleh karena tekanan
berlawanan oleh tulang tengkorak, dan jaringan otak yang sehat, serta area
sekitar saraf. Sebagai hasilnya, tumor akan merusak jaringan otak (Cook &
Freedman, 2012).
Tumor intracranial termasuk juga lesi desak ruang,(lesi organ yang
karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada
disekitarnya,sehingga organ tersebut dapat mengalami gangguan)jinak
maupun ganas,yang tumbuh diotak meningen dan tengkorak (Ariyani,
2012).
B. Etiologi
Faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya suatu tumor otak adalah:
a. Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada Meningioma, Astrocytoma dan Neurofibroma dapat
dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau
penyakit Struge-Weber yang dapat dianggap sebagai manisfestasi
pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma ( Mehta, 2011).
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi
dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional
tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
Kraniofaringioma, terotoma intracranial dan kordoma (Mehta ,
2011)
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi
dapat memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah
dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi (Mehta , 2011 )
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran
infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat
ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat (Mehta , 2011)
e. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang
karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan (Stark-Vance,
et al., 2011).
C. Manifestasi Klinis
Menurut Ariani (2012) adalah:
a. Nyeri kepala.
b. Mual dan muntah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan
intracranial.
c. Perubahan neuromuscular meliputi: gerakan yang janggal atau tidak
terkoordinasi,hilangnya keseimbangan.
d. Gangguan vokal (bicara terganggu, berdesis, afasia).
e. Perubahan perilaku meliputi: penurunan selera makan, gagal
tumbuh, keletihan (sering tidur siang), koma, perilaku ganjil
(pandangan kosong, gerakan otomatis).

D. Klasifikasi
Klasifikasi Tumor Otak Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Berdasarkan Jenis Tumor
1) Jinak
 Acoustic neuroma
 Meningioma
 Pituitary adenoma
 Astrocytoma (grade I)
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak
menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang
berada di bawahnya. Tumor ini sering kali memiliki banyak
pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat
dilakukan pemeriksaan CT scan otak.

2) Malignant
 Astrocytoma (grade 2,3,4)
 Oligodendroglioma : Tumor ini dapat timbul sebaga dapat timbul
sebagai gangguan kejang i gangguan kejang parsial yang parsial
yang dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif
dan menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan
tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang
paling bersifat kemosensitif. kemosensitif.
 Apendymoma : Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari
hubungan erat pada ependim yang menutup ventrikel. Tumor ini
lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor
utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan
kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak
anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk
progmosisnya.

b. Berdasarkan Lokasi
1) Tumor Supratentorial Hemisfer otak, terbagi lagi :
Glioma :
 Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi
di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi otak dan sering
menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus kolosum.
 Astroscytoma
 Oligodendroglioma merupakan lesi yang tumbuh lambat
menyerupai astrositoma tetapi terdiri dari sel-sel
oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan cenderung
mengalami klasifikasi biasanya dijumpai pada hemisfer otak
orang dewasa muda.
2. Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan
perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas
karena adanya psedokapsul dari membran araknoid.
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung
araknoid dan dura.
Tumor Infratentoria
Schwanoma akustikus
Tumor metastasisc
Hemangioblastoma Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur
vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam
serebelum.

E. Komplikasi
Komplikasi tumor otak menurut Ariani (2012) :
a. Edema serebral
b. Hidrosefalus
c. Herniasi otak
d. Epilepsi
e. Metastase ketempat lain

F. Patofisiologi dan Pathway


Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif . faktor
– faktor yang menyebabkan tumor otak yaitu genetik , lingkungan , virus ,
trauma , radiasi dan bahan kimia . tumor otak tumbuh dan timbul
perbedaan tekanan osmotik pada edema sekitar tumor terjadi kerusakan
saluran darah otak ke obstruksi vena dan edema dan trjadi peningkatan
TIK maka penurunan asupan makanan menurun maka terjadi defisit nutrisi
. timbulah perubahan masa dalam tengkorak lalu gangguan fokal otak
menjalar ke suplai darah terjadi nekrosis jaringan darah maka terjadi risiko
perfusi serebral tidak efektif
Pada gangguan neurologis terjadi pembedahan , proses berpikir
terganggu dan pola nafas berubah maka terjadi nyeri akut . gangguan
neurologis terjadi penurunan kekuata otot , nyeri , kekuatan otot menurun
maka gangguan mobilitas fisik

Pathway
Genetik Lingkungan Virus Trauma Radiasi Bahan kimia

Tumor otak

Berproliferasi / tumbuh

Timbul perbedaan tekanan osmotik

Edema sekitar tumor


perubahan masa dalam
tengkorak
Kerusakan saluran darah otak
Gangguan Neurologis

Gangguan fokal otak


Obstruksi vena & edema
Pembedahan
Perubahan suplai darah

Peningkatan TIK
Proses berfikir
terganggu
nekrosis jaringan darah

Penurunan Asupan Makanan

Pola nafas
Risiko perfusi berubah
serebral tidak efektif

Defisit Nutrisi
Tek
anan darah meningkat

Nyeri akut

Penurunan

Kekuatan otot

Gangguan Kekuatan otot


Nyeri
mobilitas fisik menurun

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Computerized Tomography (CT-Scan kepala)
Memberikan informasi tentang lokasi tumor tetapi MRI telah menjadi
pilihan untuk kebanyakan karena gambaran jaringan lunak yang lebih jelas
(Schober, 2010).
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Membuat diagosa yang lebih dini dan akurat serta lebih defititif. Gambar
otak tersebut dihasilkan ketika medan magnet berinteraksi dengan jaringan
pasien itu ( Satyanegara, 2010).
c. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot
pectoralis, radang tenggorokan.
d. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
e. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah
bermetastase
H. Penatalaksanaan ( Medis dan keperawatan )
a. Medis
b. Rontgen foto (X-ray)
kepala lebih banyak sebagai screening test, jika ada tanda-tanda
peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat indikasi perlunya
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
c. Angiografi
d. suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam
pembuluh darah leher agar dapat melihat gambaran peredaran darah
(vaskularisasi) otak.

Keperawatan
 Obat-obatan lain untuk mengontrol gejala termasuk obat untuk
mengontrol edema otak atau akumulasi cairan,
 Diuretik untuk mengurangi pembengkakan otak,
 Analgesik untuk mengurangi rasa sakit,
 Antasida untuk mengurangi stres ulkus
 Antikonvulsan untuk mengurangi kejang.

I. Asuhan Keperawatan Sesuai Teori


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama , usia , jenis kelamin , pendidikan , pekerjaan , dan
identitas penanggung jawab.

b. Keluhan Utama
Kaji keluhan yang dirasakan pasien mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif , Quality , Regio , Skala , dan Time)

c. Riwayat Kesehatan

1.) Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji status pasien saat dilakukan pengkajian mulai dari


keluhan hingga ke rumah sakit.

2.) Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji penyakit yang pernah dialami,riwayat kesehatan dahulu


terutama yang berkaitan dengan gangguan tumor otak .
Ataupun riwayat dirawat di rumah sakit atau pembedahan.

3.) Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui


apakah ada penyakit keturunan di keluarga pasien.

d. Pola-pola fungsi kesehatan


1.) Pola nutrisi/metabolism
mengkaji diet khsusus yang diterapkan pasien, perubahan BB,
dan gambaran diet pasien dalam sehari untuk mengetahui
adanya konsumsi makanan yang mengganggu tumor otak
2.) Pola Eliminasi
Kaji kebiasaan berkemih serta masalah yang dialami. Ada atau
tidaknya inkontinesia , retensi dan gangguan lainnya. Kaji
penggunaan alat bantu.
3.) Pola Aktivitas/olahraga
Pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yang
disebabkan oleh kesehatan tertentu atau penggunaan alat bantu
yang memengaruhi kebiasaan pasien
4.) Pola Istirahat tidur
Kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami

e. Pemeriksaan fisik
1.) Kaji tanda-tanda vital meliputi :

a.) Tekanan darah (Normal : 144/74 mmHg)

b.) Suhu (Normal : 36,5-37,5֯C)

c.) Respirasi (12-20x/menit)

d.) Nadi (Normal :60-100 x/menit)

2.) Abdomen

Tidak nyeri tekan , bising usus , tidak ada lesi

3.) Genetalia wanita

Inflamasi , nodul , lesi , adanya sekret dari meatus , keadaan


atropi jaringan vagina

4.) Genatalia laki-laki

Kebersihan,adanya lesi,adanya pembesaran skrotum

5.) Intake dan output cairan

a.) Kaji intake dan outuput cairan dalam sehari (24 jam)

Untuk menentukan status keseimbangan cairan tubuh dan


memudahkan kontrol terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit

b.) Kebiasaan minum dirumah

c.) Intake cairan infus,oral

d.) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui


ketidakseimbangan cairan dan frekuensi nya.

e.) Output urine dari urinal , cateter bag , sistostomi

f.) Karakteristik urine : Warna,kejernihan,bau,kepekatan

2. Diagnosa Keperawatan
 Resiko perfusi serebral tidak efektif (D.0054)

Definisi berisiko penurunan sirkulasi darah ke otak

Faktor Risiko :

1). Tumor otak

2). Cedera kepala

3). Hipertensi

4). Neoplasma otak

5). Infark miokard akut

6). Diseksi arteri

7). Infeksi otak ( mis. Meningitis , ensefalitis , abses serebri)

 Defisit nutrisi ( D.0019)

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


metabolisme

Penyebab :

1. Ketidakmampuan menelan makanan

2. Ketidakmampuan mencerna makanan

3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi

4. Peningkatan kebutuhan metabolisme

5. Faktor ekonomi ( mis, finansial tidak mencukupi )

6. Faktor psikologis ( mis. Stres , keengganan untuk makan

Batasan karakteristik :

a). Gejala dan tanda mayor

Subjektif

( tidak tersedia )
Objektif

1). Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

b). Gejala dan tanda minor

Subjektif

1). Cepat kenyang setelah makan

2). Kram / nyeri abdomen

3). Nafsu makan menurun

Objektif

1). Bising usung hiperaktif

2). Otot pengunyah lemah

3). Otot menelan lemah

4). Membran mukosa pucat

5). Sariawan

6). Serum albumin turun

7). Rambut rontok berlebihan

8). Diare

 Nyeri Akut ( D.0064)

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan


kerusakan jaringan aktual atau fungsional , dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab

1. Agen pencedera fisiologis

2. Agen pencedera kimiawi

3. Agen pencedera fisik


Batasan Karakteristik :

a). Gejala dan tanda mayor

Subjektif :

Mengeluh Nyeri

Objektif :

1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

b). Gejala dan tanda minor

Subjektif

( tidak tersedia )

Objektif

1. Tekanan darah meningkat

2. Nafsu makan berubah

3. Proses berpikir terganggu

4. Menarik diri

5. Pola nafas berubah

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaforesis

 Mobilitas fisik ( D.0054)

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas


secara mandiri
Penyebab :

1. Ketidakbugaran fisik

2. Penurunan kekuatan otot

3. Kekakuan sendi

4. Efek agn farmakalogis

5. Nyeri

6. Kecemasan

7. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik

Batasan Karakteristik :

a). Gejala dan tanda mayor

Subjektif :

Mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas

Objektif :

1. kekuatan otot menurun

2. rentang gerak ( ROM ) menurun

b). Gejala dan tanda minor

Subjektif

1. Nyeri saat gerak

2. Enggan melakukan pergerakan

3. Merasa cemas saat bergerak

Objektif
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
3. Perencanaan Keperawatan

 Perfusi serebral (L.02014)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


perfusi serebral klien meningkat

Kriteria hasil (SLKI) :

1.) Tingkat kesadaran dari skala 2 (cukup menurun ) ke skala 5


( meningkat )

2.) Sakit kepala dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 5


( meningkat )

3.) Tingkat kesadaran dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 5


( meningkat )

4.) Gelisah dari skala 2 (cukup menurun ) ke skala 5 ( meningkat )

5.) Kecemasan dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 5


( meningkat )

6.) Reflek saraf dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 5


( meningkat )

Intervensi (SIKI) :

Manajemen peningkatan tekanan intrakranial ( l.09325)

1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK

2. Monitor tanda / gejala peningkatan TIK

3. Monitor intake dan output cairan

4. Berikan posisi semi flower

5. Cegah terjadinya kejang

6. Pertahankan suhu tibuh normal

7. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan , jika perlu

 Defisit nutrisi (L.03030)


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah status
nutrisi dapat membaik

Kriteria Hasil (SLKI) :

1. Porsi makan yang dihabiskan dari skala 1 ( menurun ) ke skala


4 ( cukup meningkat )

2. Perasaan cepat kenyang dari skala 1 ( menurun ) ke skala 4


( cukup meningkat )

3. Berat badan dari skala 2 (cukup menurun ) ke skala 3 ( sedang


)

4. Frekuensi makan dari skala 1 ( menurun ) ke skala


( meningkat )

5. Nafsu makan dari skala 1 ( menurun ) ke skala 5 ( meningkat )

6. Membran mukosa dari skala 1 ( menurun ) ke skala 5


meningkat

Intervensi (SIKI)

Manajemen nutrisi ( l.03119)

1. Identifikasi status nutrisi

2. Identifikasi kebutuhan kalori dan nutrisi

3. Monitor asupan makanan

4. Berikan suplemen makanan , jika perlu

5. Ajarkan diet yang di programkan

6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan


jenis nutrisi yang dibutuhkan , jika perlu

 Nyeri Akut

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah nyeri


dapat teratasi
Kriteria Hasil (SLKI)

Tingkat Nyeri (L.08066)

1.) Keluhan nyeri menurun ke skala 4

2.) Meringis menurun ke skala 4

3.) Fungsi berkemih ke skala 4

4.) Frekuensi nadi ke skala 4

Intervensi (SIKI)

Manajemen Nyeri (I.08238)

1.) Identifikasi
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri

2.) Identifikasi skala nyeri

3.) Monitor efek samping penggunaan analgetik

4.) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

5.) Fasilitasi istirahat dan tidur

6.) Anjurkan teknik nonfarmakalogis untuk mengurangi rasa nyeri

7.) Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

 Mobilitas fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah


mobilitas fisik dapat meningkat

Kriteria Hasil (SLKI)

Mobilitas fisik ( L.05042)

1. Pergerakan ekstermitas dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala


4 ( cukup meningkat )

2. Kekuatan otot dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 4


( cukup meningkat )
3. Nyeri dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 4 ( cukup
meningkat )

4. Gerakan terbatas dari skala 2 ( cukup menurun ) ke skala 4


( cukup meningkat )

Intervensi (SIKI)

Dukungan Ambulasi ( l.06171)

1. Identifikasi adanya nyeri atau keluahan fisik lainnya

2. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu

3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan


ambulasi

4. Anjurkan melakukan ambulasi dini

BAB III

Asuhan Keperawatan
BAB IV

Pembahasan

Intervensi (SIKI)

Manajemen Nyeri (I.08238)

1) Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
nyeri (Observasi)

2) Identifikasi skala nyeri(Observasi)

3) Monitor efek samping penggunaan analgetik(Observasi)

4) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


(Terapeutik)

5) Fasilitasi istirahat dan tidur (Terapeutik)

6) Anjurkan teknik nonfarmakalogis untuk mengurangi rasa


nyeri(Edukasi)

7) Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu (Kolaborasi)

Manajemen Nutrisi (l.03119)

1) Identifikasi status nutrisi ( observasi)

2) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi ( observasi)

3) Berikan suplemen makanan , jika perlu ( Terapeutik)

4) Ajarkan diet yang di programkan ( Edukasi )

5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan


jenis nutrisi yang dibutuhkan ( kolaborasi )

Antara Intervensi dan Implementasi dilaksanakan semua. Untuk


teori Intervensi yang sudah diambil dari SIKI diimplementasikan
sesuai dengan teori yang ada. Tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik langsung dilapangan.
Untuk teori manajemen nyeri yang mengkaju secara rinci
PQRST,dan memonitor adanya efek samping penggunaan
analgetik,senantiasa memberikan analgetik dan menganjurkan teknik
nonfarmakologis. Didalam praktik lapangan langsung telah mengkaji
PQRST yang berkaitan dengan nyeri pasien dan juga memberi obat
analgetik yaitu metamizole untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
pasien. Dapat disimpulkan tidak adanya kesenjangan teori dan praktik
di lapangan.

Untuk pelaksanaan manajemen nutrisi senantiasa memonitor


asupan gizi klien yaitu berkolaborasi dengan ahli gizi agar sesuai
dengan apa yang dibutuhkan klien. Klien diberi obat dexametasone
agar mengurangi/mencegah mual pada klien. Point-point yang tertera
pada Intervensi dari Observasi,Terapeutik,Edukasi dan Kolaborasi
dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Hingga tidak ditemukan
kesenjangan teori
BAB V

Penutup

A. Kesimpulan

Untuk teori Intervensi yang sudah diambil dari SIKI


diimplementasikan sesuai dengan teori yang ada. Tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktik langsung dilapangan.

B. Saran

Secara menyeluruh dari asuhan keperawatan yang penulis lakukan


pada Pasien tersebut dan penulisan karya tulis ilmiah ini tentunya tidak
luput dari berbagai kesalahan dan kekurangan, baik dari segi prosesnya
maupun dari segi penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran yang membangun dari pihak-pihak yang berhubungan untuk
kebaikan penulis dan pembaca yang budiman.

Untuk rumah sakit dan pihak-pihak terkait dimohon memberikan


solusi terbaik untuk bersama, terutama masalah keramahan terhadap
pasien dan keluarga dalam proses pemberian pelayanan kesehatan dirumah
sakit. Terima Kasih.
Daftar Pustaka

Indar. D ( 2016 ) Asuhan Keperawatan tumor otak , Daerah Abdul Wahab


Sjahranie Samarinda

Laurent. ( 2017) . Askep pasien dengan tumor otak. Brain Tumor


Management: One Day Symposium and workshop

Swari. G ( 2016) . Tumor otak


https://id.scribd.com/document/319504954/LP-Tumor-Otak

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan,;Definisi dan kriteria hasil


keperawatan ,Edisi 1.Jakarta ;DPP PPNI

PPNI.(2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :Definisi dan


indicator diagnostic,Edisi 1: Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai