Anda di halaman 1dari 42

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Dengan Kasus Tumor Otak

DISUSUN OLEH :

Enjelina Marlina 241911001

Khoiriyah Dwi Agustin 241911004

Siska Rahayu 241911006

Yulia Puspitasari 241911010

AKADEMI KEPERAWATAN ANTARIKSA

TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Tumor Otak” dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada ibu selaku Dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna serta dapat menambah wawasan
dan pengetahuan kita mengenai “Keperawatan Medikal Bedah II”. Semoga
makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya,
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.

Jakarta, 06 Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otak adalah bagian penting dari tubuh manusia karena otak
merupakan syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan
pemikiran manusia,oleh sebab itu sangat perlu memelihara kesehatan otak,
karena cedera kepala sedikit saja dapat mengakibatkan malapetaka besar
bagi seseorang. Seperti halnya penyakit tumor otak, tumor merupakan
pertumbuhan yang tidak normal dalam tubuh. Dari segi klinis tumor otak
dibedakan menjadi 2 yaitu primary brain tumor dan metastatic brain tumor
dapat pula disebut tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna)
(Thieara Ramadanika, 2011).
Tumor intracranial termasuk juga lesi desak ruang,(lesi organ yang
karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada
disekitarnya,sehingga organ tersebut dapat mengalami gangguan)jinak
maupun ganas,yang tumbuh diotak meningen dan
tengkorak(Ariyani,2012).
Data WHO menyebutkan di tahun 2017 terdapat 18,1 juta kasus
baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5
laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian SOL.
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi SOL di Indonesia menunjukkan
adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi
1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2017. Prevalensi kanker tertinggi
adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti
Sumatera Barat 2,47 79 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000
penduduk (Riskesdas, 2018).
Menurut data WHO, pada tahun 2012 ada sekitar 4900 kasus tumor
otak yang terjadi di Indonesia. Jika dilihat dari jenis kelaminnya, maka
pengidap tumor otak berjenis kelamin pria sedikit lebih banyak dibanding
wanita. Penyakit genetik seperti neurofibromatosis (penyakit genetik yang
menyebabkan tumor tumbuh di saraf) bisa meningkatkan risiko munculnya
tumor otak. Namun, penyebab utama dari kebanyakan tumor otak belum
diketahui. Tumor otak tidak mengenal usia dan bisa menjangkiti siapa
saja, termasuk anak-anak. (WHO 2012).
Berdasarkan data di atas maka dari iti penulis tertarik untuk
membuat makalah berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Tumor Otak”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan pasien
dengan tumor otak, serta mampu memberikan asuhan keperawatan
pada penderita tumor otak.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Definisi Dari Tumor Otak
2. Untuk Mengetahui Etiologi Dari Tumor Otak
3. Untuk Mengetahui Anatomi Tumor Otak
4. Untuk Mengetahui Pathway Dari Tumor Otak
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi Tumor Otak
6. Untuk Mengetahui Manifestasi Tumor Otak
7. Untuk Mengetahui Komplikasi Tumor Otak
8. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak
9. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Dari Tumor Otak
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi

Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul


dalam sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi
glia. (Liau, 2012).
Istilah tumor kurang lebih merupakan sinonim dari istilah
neoplasma. Semua istilah tumor diartikan secara sederhana sebagai
pembengkakan atau gumpalan, dan kadang-kadang istilah “ tumor sejati”
dipakai untuk membedakan neoplasma dengan gumpalan lainnya.
Neoplasma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya ada yang jinak dan
ada pula yang ganas (Price et al., 2012).
Berdasarkan pertumbuhannya tumor dapat dibedakan menjadi 2
yaitu : malignant tumor (tumor ganas) dan benign tumor (tumor jinak).
Perbedaan keduanya tampak sangat jelas, malignant tumor disebut juga
dengan kanker. Kanker dapat menyerang bahkan merusak jaringan dan
bermetastase (gerakan atau penyebaran sel kanker dari organ ke organ
lainnya). Sedangkan benign tumor tidak menyerang jaringan dan tidak
bermetastase, namun dapat tumbuh besar. Kanker sudah pasti tumor
namun tumor belum pasti kanker (Saleh , 2016).
Tumor adalah benjolan jinak, secara mikroskopis dan makroskopik
benjolan tidak menyerang jaringan di sekitarnya. Pertumbuhan tumor jinak
dapat dihentikan memalui prosedur operasi lokal sehinggga pasien dapat
bertahan hidup. Tumor jaringan lunak adalah tumor yang di klasifikasikan
berdasarkan jaringan berasal dari lemak, neurovaskular, dan masih banyak
lagi. Beberapa tumor jaringan lunak memiliki derivasi yang tidak
diketahui (Kumar, 2015)

2.2 Etiologi
Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor
otak primer. Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering
kali dapat diidentifikasi, mekanisme yang menyebabkan sel bertindak
abnormal tetap belum diketahui. Kecenderungan keluarga, imunosupresi,
dan faktor-faktor lingkungan sedang diteliti. Waktu puncak untuk kejadian
tumor otak adalah decade kelima dan ketujuh. Selain itu, pria terkena lebih
sering dari pada wanita.
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara
pasti. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat
dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Dibawah 5% penderita
glioma mempunyai sejarah keluarga yang menderita brain tumor.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial
yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti
yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat
pada neoplasma.
b. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi
dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional
tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi
dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa
meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi
virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga
mendesak massa otak akhirnya terjadi tumor otak.
2.3 Pathway Pertumbuhan sel otak
abnormal
Etiologi

Obstruksi sirkulasi cairan


serebrospinal dari ventrikel Tumor otak
Penekanan jaringan otak
lateral ke sub arachnoid
terhadap sirkulasi darah dari Massa dalam otak
Hidrocepalus O2 bertambah

Kerusakan aliran darah


Mengganggu spesifik
keotak Penurunan suplai o2
bagian otak tempat tumor
kejaringan otak akibat
Perpindahan cairan obstruksi sirkulasi otak
intravaskuler
Timbul manifestasi
kejaringan serebral
Hipoksia serebral klinik/gejala lokal sesuai
Peningkatan fokal tumor
volumen intrakranial

Peningkatan TIK Kompensasi (butuh waktu berhari- Tubuh melakukan


hari sampai berbulan-bulan kompensasi dengan
deng\an cara : mempercepat pernafasan
- Penuruna volume intrakranial.
- Penurunan volume cairan
Kematian
cerebrospinal.
- Penurunan kandungan cairan
Herniasi cerebral
intrasel. Nyeri (kepala)
- Mengurangi sel-sel parekim
Bergesernya ginus
Kompresi subkorutikal &
radialis labis temporal ke
Tidak terkompensasi batang otak
inferiorn melalui insisura
tentorial
Kehilangan auto regulasi
Subkortikal tertekan
serebral
Statis vena serebral

Suhu tubuh meningkat Iritasi vegal dimedula


Obstruksi system serebral, obstruksi
drainage vena retina, tumor pada oblongata
Ketidakefektifan
lobus oksipitalis
termoregulasi Muntah
Papil edema
Ketidakseimbangan nutrisi
Kompresi saraf kurang dari kebutuhan
optikus (N.III/IV) Gangguan penglihatan

Resiko jatuh
2.4 Patofisiologi
Thofisiologi Tumor intrakranial menyebabakan gangguan
neurologis progresif. Gangguan neurologis pada tumor intrakranial
biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor, yaitu gangguan fokal
disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
1) Gangguan fokal Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak,
dan infiltrasi atau infasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar
terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya:
gliomablastoma multiforme) Perubahan suplai darah akibat tekanan
yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis
jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer. Serangan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan
dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak
sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal, seperti
bicara terganggu,berdesis, dan afasia.
2) Peningkatan tekanan intracranial. Dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor: bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema
sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor
akan mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruang
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam
jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya belum seluruhnya dipahami,
tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan
penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan
perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi
cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid
menimbulkan hidrosefalus. Peningkatan tekanan intrakranial akan
membahayakan jika perkembanganya cepat. Mekanisme kompensasi
bekerja menurunkan volume darah intracranial,volume cairan
serebrospinal,kandungan cairan intra sel dan mengurangi selsel
parenkim.
Peningkatan tekanan intracranial yang tidak diobati mengakibatkan
herniasi unkus atau serebellum. Herniasi ulkus timbul bila girus medialis
lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa
dalam hemisfer otak. Herniasinmenekan menensefalon, menyebabkan
hilangnya kesadaran dan saraf kranial III. Pada herniasi serebellum,tonsil
serebellum tergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa
posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti pernafassan terjadi
dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat penngkatan
intracranial yang cepat adalah brakikardi progresif, hipertensi sistemik
(pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan. Muttaqin (2008) dan
Ariani (2012)

2.5 Manifestasi Klinis


1. Sakit kepala (nyeri)
Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-menerus, tumpul,
dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat saat pagi hari dan
menjadi lebih hebat saat beraktivitas yang biasanya meningkatkan TIK,
seperti membungkuk, batuk, atau mengejan sewaktu buang air besar.
Nyeri kepala akibat tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran
struktur peka nyeri (arteri, vena, sinus-sinus vena, dan saraf otak) dalam
rongga intrakranial. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama
dalam tumor fosa posterior. Bila keluhan nyeri kapala terjadi menyeluruh
maka kurang dapat ditentukan lokasinya dan biasanya menunjukkan
pergeseran aktensif kandungan intracranial akibat peningkatan ICP.
2. Mual Muntah
Gejala ini terjadi akibat rangsangan pusat muntah di medulla
oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak dan berhubungan
dengan peningkatan ICP disertai pergeseran batang otak. Muntak dapat
terjadi tanpa didahului mual dan dapat bersifat proyektil.
3. Papiledema
Papilla edema adalah penumpukan cairan yang berlebih pada
pupil. Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan dan
perbesaran diskus optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi,
tanda ini mengisyaratkan peningkatan ICP. Dapat terjadi gangguan
penglihatan yang berkaitan dengan papilledema. Gangguan ini adalah
perbesaran bintik dan amaurosis fugaks (ketika pengihatan berkurang).
4. Lokalisasi gejala
Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang
tidak diketahui, lokasi tumor dapat ditentukan, pada bagiannya, dengan
mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.
5. Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi,
bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar
atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
6. Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
7. Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
8. Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
9. Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot
wajah
10. Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan
11. Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia,
hiperekstremitas esndi
Gejala tumor otak bervariasi dari satu penderita ke penderita lain
tergantung pada ukuran dan bagian otak yang terjangkit. Tumor bisa
membuat area otak yang terjangkiti tidak berfungsi dengan baik dan
menekan jaringan otak sehingga menyebabkan sakit kepala serta kejang-
kejang. Berikut ini tanda dan gejala umum tumor otak berupa (Schiff,
2011., Youmans,2012) :
1) Muncul sakit kepala atau perubahan pola sakit kepala
2) Sakit kepala secara bertahap menjadi makin sering dan makin
parah 3) Mual atau muntah tanpa sebab
3) Masalah penglihatan, seperti penglihatan kabur, dan lainlain
4) Secara bertahap hilang sensasi atau gerakan tangan atau kaki
5) Sulit menjaga keseimbangan
6) Sulit berbicara
7) Kebingungan terhadap persoalan sehari-hari
8) Perubahan kepribadian atau kebiasaan
9) Kejang khususnya pada seseorang yang tidak pernah mengalami
kejang
10) Masalah pendengaran

2.6 Komplikasi
Komplikasi tumor otak menurut Ariani (2012) :
1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar
lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying).
Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel
(sitotoksik).
2. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa
dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi
obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
3. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus,
dan singuli.
4. Epilepsi
5. Metastase ketempat lain

2.7 Penatalaksanaan Medis


Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian, salah satu
peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) atau dari kerusakan otak. Pasien
dengan tumor otak harus diobati segera bila memungkinkan sebelum
kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat
dan memusnakan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa
meningkatnya neurologik (kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan
mengangkat sebagian. Salah satu variasai dapat digunakan pendekatan
spesifik bergantung tipe tumor bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan
kemampuannya untuk dicapai dengan mudah.
1. Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan
pembedahan merupakan tindakan yang kuratif. Untuk tumor primer
maligna atau tumor sekunder biasanya sangat sulit disembuhkan.
Pembedahan tumor primer seringkali diindikasikan untuk mencapai
diagnosis histologis, dan jika mungkin untuk meringankan gejala
dengan mengurangi massa tumor. Pemeriksaan histologis dari biopsi
tumor dapat mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu glioma dan
bukan neoplasma lainnya, misalnya limfoma, atau bahkan kondisi non
neoplasia, misalnya abses. Kadang-kadang pembedahan tidak
disarankan, misalnya pada pasien dengan kecurigan gioma derajat
rendah dengan gejala epilepsy. Pembedahan juga tidak tepat dilakukan
pada metastasis otak multiple, dimana diagnosannya jelas, walaupun
beberapa metastasis soliter dapat ditangani dengan reseksi.
2. Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada
sebagian tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh
otak. Radioterapi juga dapat digunakan dalam tatalaksana beberapa
tumor jinak, misalnya tumor hipofisis.
3. Radiografi tengkorak
Memberikan informasi : struktur tulang, penebalan, dan kalsifikasi;
posisi kelenjar pinealis; posisi sela tursika.
4. EEG (echoensefalogram)
Memberikan informasi perubahan kepekaan neuron, pergeseran
kandungan intraserebral.
5. Scan otak radioaktif
Memperlihatkan daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
6. Terapi medikamentosa
Antikonvulsan untuk epilepsi, kortikosteroid (dekstametason),
untuk peningkatan TIK. Steroid juga dapat memperbaiki deficit
neurologis fokal sementara dengan mengobati oedema otak.
Kortikosteroid boleh digunakan sebelum pengobatan sesuai dengan
diperbolehkannya penggunaan obat ini yang didasari melalui evaluasi
dignostik dan kemudian menurunkan oedema serebral dan
meningkatkan kelancaran serta pemulihan lebih cepat.
7. Kemoterapi
Diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagian acuan
pembedahan dan radioterapi, dengan penganasan unit spesialitik neuro
onkologi. Terapi radiasi, merupakan dasar pada beberapa tumor otak,
juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. CT scan dan MRI : memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi
prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang
progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah
satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit
membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada : dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal
dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal
ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal : dilakukan untuk melihat adanya sel-sel
tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan
terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya
diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi,
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses
infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik : dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan
tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan
informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral : memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan
letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG) : mendeteksi gelombang otak abnormal pada
daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk
mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang

2.9 Asuhan Keperawatan


2.9.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjectif dan
objectif ( mis : tanda vital, wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan
fisik) dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik.
Perawat juga mengumpulkan informasi tentang kekuatan (untuk
mengidentifikasi peluang promosi kesehatan) dan resiko (area yang
perawat dapat mencegah atau potensi masalah yang dapat ditunda)
(Nanda, 2017).
1. Identitas Klien dan Keluarga (Penanggung Jawab)
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
perkawinan, alamat, dll.
2. Pengkajian Primary Survay
a. Airway Pasien
dengan post op craniotomy akan terpasang ventilator sebagai
penunjang alat pernafasan serta juga terpasang ETT, OPA.
Pada jalan akan tertumpuk secret karena terjadi penurunan
kesadaran.
b. Breathing
Terpasang ventilator. Suara nafas ronchi. Pernafasan pada
pasien dengan post op craniotomy tidak teratur dan
kedalamannya juga tidak teratur.
c. Circulation
Pasien dengan post op craniotomy tekanan darahnya tidak
menentu. Akralnya dingin, warna kulitnya pucat karena
ketika operasi banyak menghabiskan darah dan menyebabkan
Hb nya menjadi renda.
d. Disability
Kesadaran akan menurun karena telah di lakukan
pembedahan pada otak. Besar pupil normal (±2 mm). Reflek
terhadap cahaya ada. Semua aktifitas di bantu karena
mengalami penurunan kesadaran serta harus bedrest total.
3. Pengkajian Secondary Survey
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien dengan post op craniotomy mengalami
penurunan kesadaran atau masih d bawah pengaruh obat
(GCS < 15), lemah, terdapat luka di daerah kepala, terdapat
secret pada saluran pernafasan kadang juga kejang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu harus diketahui baik berhubungan
dengan sistem persarafan maupun riwayat penyakit sistemik
lainnya. Biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit seperti
kepala terbentur atau jatuh, riwayat hipertensi, riwayat stroke.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien dengan post op craniotomy mempunyai riwayat
keturunan seperti penyakit hipertensi dan stroke.
4. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi
pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan
umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1) Pernafasan B1 (Breath)
Adanya peningkatan irama pernafasan (pola napas tidak
teratur) dan sesak napas terjadi karena tumor mendesak
otak sehingga hermiasi dan kompresi medulla oblongata.
Bentuk dada dan suara napas klien normal, tidak
menunjukkan batuk, adanya retraksi otot bantu napas, dan
biasanya memerlukan alat bantu pernapasan dengan kadar
oksigen 2 LPM.
2) Kardiovaskular B2 (Blood)
Desak ruang intracranial akan menyebabkan peningkatan
tekanan intracranial sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan darah. Selain itu terjadi ketidakteraturan irama
jantung (irreguler) dan bradikardi. Klien tidak mengeluhkan
nyeri dada, bunyi jantung normal, akral hangat, nadi
bradikardi.
3) Persyarafan B3 (Brain)
a. Penglihatan (mata)  : Penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia.
b. Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus
temporal
c. Penciuman (hidung)  : Mengeluh bau yang tidak
biasanya, pada lobus frontal
d. Pengecapan (lidah)    : Ketidakmampuan sensasi
(parathesia atau anasthesia)
1) Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata,
reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun
kombinasi dari keduanya.
2) Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman
tangan tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
3) GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi
koma atau tidak) dengan menilai respon pasien
terhadap rangsangan yang diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score)
dengan rentang angka 1– 6 tergantung responnya
yaitu :

a) Eye (respon membuka mata)


(4):Spontan
(3):Dengan rangsang suara (suruh pasien
membuka mata).
(2):Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan
nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1): Tidak ada respon
b) Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering
bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan
waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi
kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu
kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
c) Motor (respon motorik)
(6):Mengikuti perintah
(5):Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4):Withdraws (menghindar/menarik ekstremitas
atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(3):Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya
posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri).
(2):Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya
extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal &
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1):Tidak ada respon
Berdasarkan Fokal
Tumor Lobus Frontalis
a. Gangguan keperibadian dan mental seperti
apatis,kesukaran dalam pandangan ke depan,
regresi dalam tingkah laku social
b. Graps refleks (reflek memegang)
c. Spasme tonik pada jari-jari kaki atau tangan
d. Kejang fokal atau wajah
e. Todd’s paralisis
f. Afasia motorik
g. Jika terjadi di traktus kortikospinalis :hemiparesis
sampai hemiplegia kontralateral lesi
h. Sindrom foster kennedy
Tumor lobus temporalis
a. Kajang parsiil
b. Movement motoric automatic
c. Nyeri epigastrium
d. Perasaan fluttering di epigastrik atau toraks
e. Dejavu
Tumor lobus parietalis
a. Astereognosis
b. Antopognosis
c. Hemianestesia
d. Tidak dapat membedakan kanan taua kiri
e. Loss of body image
Tumor lobus oksipitalis
a. Gangguan yojana penglihatan
b. Nyeri kepala di daerah oksipital
c. Hemianopsia homonym
Tumor Serebellum
a. Nyeroi kepala, muntah ban pupil edema
b. Ganguan gait dan gangguan koordinasi
c. Bila berjalan kan jatuh ke sisi lesi
d. Ataksia, tremor, nistagmus hipotonia
Tumor daerah thalamus
a. Refleks babinsky positif, hemiparesis,
hiperrefleks
b. Tekanan intracranial yang tinggi
c. Lama kelamaan bisa menjadi hidrosefalus
Tumor daerah pineal/epifise
a. Tanda perinaud fenomena bell
b. Fenomena puppenkoft
c. Pupil argyl Robertson
d. Pubertas prekoks
e. Diabetes insipidus
Tumor batang otak
a. Kesadaran menurun
b. Gangguan N III
c. Sindrom webber
d. Sindrom benedict
e. Sindrom claude
Tumor sudut sereblo pontin
a. Gangguan pendengaran
b. Vertigo

Berdasarkan PTIK
Nyeri kepala,kejang, gangguan mental,
pembesaran kepala, papiledema, sensasi
abnormal di kepala, false localizing sign
4) Perkemihan B4 (Bladder)
Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk
alat kelamin normal, uretra normal, produksi urin normal
5) Pencernaan B5 (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan
intracranial sehingga menekan pusat muntah pada otak. Gejala
mual dan muntah ini biasanya akan diikuti dengan penurunan
nafsu makan pada pasien. Kondisi mulut bersih dan mukosa
lembab
6) Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan
bahkan kelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi bebas,
kondisi tubuh kelelahan.

2.9.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (D.0078)
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis
(D.0005)
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan tumor
otak (D.0017)
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan (D.0019)
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular (D.0054)
6. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
(D.0074)

2.9.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi
Hasil
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri (SIKI 1.082338)
berhubungan keperawatan 3x24 jam Observasi :
dengan diharapkan keluhan nyeri -Identifikasi
infiltrasi tumor menurun, dengan kriteria lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi
(D.0078) hasil: ,kualitas,intensitas nyeri
-keluhan nyeri menurun -indentifikasi skala nyeri
-meringis menurun -identifikasi respon non verbal
-gelisah menurun Terapeutik :
-Kesulitan tidur menurun -Berikan teknik non farmakologis untuk
-sikap proteksi menurun mengurangi rasa nyeri
(SLKI L.08066) -kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
-fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
-jelaskan penyebab,periode,dan pemicu
nyeri
-jelaskan stategi meredakan nyeri
-anjurkan memonitori nyeri secara
mandiri
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian analgenik,jika
perlu

2. Pola nafas Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas (SLKI 1.01011)
tidak efektif keperawatan 3x24 jam Observasi :
berhubungan diharapkan ventilasi -monitor pola nafas
dengan menjadi adekuat, dengan -Monitor bunyi nafas
gangguan kriteria hasil: -monitor sputum
neurologis 1. Ventilasi semenit Terapeutik:
(D.0005) meningkat -posisikan semi fowler da fowler
2. Kapasitas vital -berikan minum hangat
meningkat - berikan oksigen jika perlu
3. Dipsnea menurun Edukasi:
4. Frekuensi napas -ajukan asupan cairan 2000ml/hari,jika
membaik kontraindikasi
5. Kedalaman napas -ajarkan batuk efektif
membaik Kolaborasi:
(L.01004) -kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,mukolitik,jika
perlu

3. Risiko perfusi Setelah dilakukan asuhan Manajemen peningkatan tekanan


serebral tidak
efektif keperawatan 3x24 jam intracranial (SIKI 1.06194)
berhubungan aliran darah serebral Observasi :
dengan tumor menjadi adekuat, dengan -Identifikasi penyebab peningkatan TIK
otak (D.0017) kriteria hasil: -memonitori tanda gejala peningkatan
1. Tingkat kesadaran TIK
meningkat -monitor intake dan output cairan
2. Tekanan Intrakranial Terapeutik:
menurun -berika posisi semi fowler
3. Sakit kepala menurun -pertahanan suhu tubuh normal
4. Nilai rata-rata tekanan Kolaborasi:
darah membaik -kolaborasi pemberiansedasi dan anti
5. Kesadaran membaik konvulsan,jika perlu
(L.02014)
4. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Dukungan Mobilisasi (SIKI 1.05173)
mobilitas fisik keperawatan 3x24 jam Observasi :
berhubungan diharapkan pergerakan -identifikasi adanya nyeri atau keluhan
dengan ekstremitas meningkat, fisik linnya
gangguan dengan kriteria hasil: -identifikasi toleransi fisik melakukan
neuromuscular 1. Kekuatan otot pergerakan
(D.0054) meningkat -monitor frekuensi jantung dan tekan
2. Nyeri menurun darah sebelum memulai mobilisasi
3. Kelemahan fisik Terapeutik:
menurun -fasilitas aktivitas mobilisasi dan alat
(L. 05042) bantu
-fasilitas melakukan pergerakan,jika
perlu
-libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi:
-jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
-anjurkan melakukan mobilisasi dini

5. Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan Terapi Relaksasi (SIKI 1.09326)


nyaman keperawatan 3x24 jam Observasi:
berhubungan diharapkan kesejahteraan -Identifikasi tempat yang tenang dan
dengan gejala meningkat, dengan nyaman
penyakit kriteria hasil: -Monitor secara berkala untuk
(D.0074) 1. Kesejahteraan memastikan otot rileks
fisikmeningkat Terapeutik:
2. Keluhan tidak nyaman -atur lingkungan agar tidak ada
menurun gangguan saat terapi
(L. 08064) -berikan posisi bersandar pada kursi atau
posisi lainnya yang nyaman
-hentikan sesi relaksasi secara bertahap
Edukasi:
-anjurkan memakai pakaian yang
nyaman dan tidak sempit
-anjurkan relaksasi otot rahang
-anjurkan bernapas dalam dan perlahan
-anjurkan focus pada sensasi otot yang
relaks
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kasus
Tn. A usia 25 tahun di diagnosa medis mengalami tumor otak.
Pasien mengalami nyeri kepala yang sangat berat hingga mual dan
muntah, serta ada riwayat kejang. Berdasarkan hasil pemeriksaan
menunjukkan RR 30x/menit, TD 140/100 mmHg, Nadi 100x/menit, S
37,8˚C, CRT 4 detik. Terdengar suara ronchi. Pernapasan klien tampak
tersengal-sengal dan tidak nafsu makan akhir-akhir ini, akral klien teraba
hangat dan warnanya pucat. Berjalan tidak seimbang selama 1 bulan.
Terdapat papiledema, penglihatan kabur. Pasien mengalami penurunan
kesadarn dengan GCS 4,4,5 dan terlihat lemah.

 Asuhan Keperawatan pada Tn/Ny……. dengan Gangguan


Sistem…………………;……………………
Di Ruang……………………………………………Rumah
Sakit…………………….

Bangsal/ruangan : ....................... Tanggal Masuk:


Nomor kamar : ....................... Tanggal Pengkajian :

3.2 Pengkajian
3.2 1 Identitas
a. Klien
Nama Klien : Tn. A
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : √ Laki-laki Perempuan
Status marital : √ Belum menikah Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Betawi
Bahasa yang digunakan : √ Indonesia
Daerah : ................
Asing : ................
Pendidikan : S1 Ekonomi
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat Rumah : Jl. Lebak Bulus Rt. 008/008 Jakarta Selatan
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 54 tahun
Alamat Rumah : Jl. Lebak Bulus Rt. 008/008 Jakarta
Selatan
Hubungan dengan klien : Ibu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3.2.2 Data Medik
Diagnosa Medis
 Saat masuk : Tumor Otak
 Saat pengkajian : Tumor Otak
Alasan masuk rumah sakit : Pasien mengatakan nyeri kepala yang
sangat berat hingga mual dan muntah, serta ada riwayat kejang.
Keluhan utama saat pengkajian : Pasien mengatakan nyeri kepala yang
sangat hebat
Riwayat kesehatan saat ini : (PQRST)
Paliatif/penyebab
Qualitas
Region
Skala
Timing
Riwayat kesehatan masa lalu :
a. Penyakit yang pernah diderita : Hipertensi
b. Pernah dirawat : ya √ tidak

c. Pernah dioperasi : ya √ tidak

d. Alergi terhadap obat, makan, dll : ya √ tidak


e. Kebiasaan merokok, alkohol dan obat-obatan : ya √ tidak

3.2.3 Riwayat kesehatan keluarga:


a. Susunan anggota keluarga
Genogram : ( 3 generasi)

b. Faktor risiko penyakit tertentu dalam keluarga, seperti :

Kanker √ Hipertensi Diabetes


melitus

Penyakit jantung Epilepsi TBC


3.2.4 Pola Fungsi Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan (persepsi
pasien/keluarga terhadap konsep sehat dan sakit dan upaya dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan perilaku yang menjadi gaya hidup
untuk mempertahankan kondisi sehat).
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………………………………………….

b. Pola Nutrisi Dan Metabolisme


Keterangan Sebelum sakit Saat sakit

Frekuensi 3x/hari 3x/hari


Jenis Nasi Lauk Sayur ML
Porsi 1 piring ¼ piring
Total Konsumsi 3 piring ¾ piring
Keluhan/ pantangan Makanan asik dan Makanan asik dan
berlemak berlemak

c. Pola Istirahat Tidur


Keterangan Sebelum sakit Saat sakit

Jumlah jam tidur siang - 1 jam


Jumlah jam tidur malam 6 jam 4 jam
Pengantar tidur - -
Gangguan tidur - Nyeri kepala
Perasaan waktu bangun Senang Gelisah

d. Pola Aktivitas dan Latihan


1) Alat bantu : Tidak ada
2) Kebersihan diri :
1. Mandi : 2 x/hari
2. Gosok gigi : 1 x/hari
3. Kebersihan rambut :-
4. Kebersihan kuku : 1 x/minggu
3) Aktivitas sehari-hari : Dibantu sebagian
4) Kemampuan perawat diri :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mobilisasi rutin √

Waktu senggang √

Eliminasi/toileting √

Mobilisasi di tempat tidur √

Mandi √

Berjalan √

Makan dan minum √

Berpakaian √

Berhias √

Tingkat ketergantungan √

Ket:
Skor: 0 : Mandiri
1: Dibantu Sebagian
2: Perlu Bantuan Orang Lain
3: Perlu Bantuan Orang Lain dan Alat
4 : Tergantung/Tidak Mamp

e. Pola Eliminasi
1) Eliminasi Urine
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 5 x/hari 3 x/hari
Pancaran Normal Normal
Jumlah 200 cc 250 cc
Bau Normal Pesing
Warna Kuning jernih Kuning pekat
Perasaan setelah BAK Baik Baik
Total produksi urine 1000 cc/hari 750 cc/hari
Keluhan - Sulit BAK

f. Eliminasi Alvi

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


Frekuensi 1 x/hari 1 x/3hari
Konsistensi Padat Padat
Bau Normal Normal
Warna Normal Normal
Keluhan - Sulit BAB

g. Pola Nilai dan Kepercayaan


Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Nilai khusus
Praktik ibadah Baik Baik
Pengetahuan tentang Baik Baik
praktik ibadah selama
sakit

3.2.5 Pengkajian Fisik


a. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Berat Badan : 50 Kg
2) Tinggi Badan : 165 cm
3) Tekanan Darah : 140/100 mmHg
4) Nadi : 100 x/menit
5) Frekuensi nafas : 30 x/menit
6) Suhu tubuh : 37,8 0C
7) Keadaan Umum: Sedang
8) Kesadaran : CM
9) GCS : E: 4 V: 4 M: 5
b. Pemeriksaan integument, rambut dan kuku
1) Inspeksi : Adakah lesi ( + / - ), Jaringan parut ( + / - )
2) Warna Kulit : sawo matang
3) Palpasi : (Kenyal ) Tekstur ( ) Turgor kulit ( ) Struktur ( )
Nyeri tekan ( + / - ) pada daerah.........................................
4) Identifikasi luka / lesi pada kulit : ( ) Makula ( ) Papula ( )
Nodule ( ) Vesikula ( ) Pustula ( ) Ulkus ( ) Crusta ( )
Exsoriasi
5) Kelainan- kelainan pada kulit : ( ) Naevus Pigmentosus ( )
Hiperpigmentasi ( ) Vitiligo/Hipopigmentasi ( ) Tatto ( )
Haemangioma ( ) Angioma ( ) Spider Naevi ( ) Strie

6) Pemeriksaan Rambut
Ispeksi dan Palpasi : ( ) Penyebaran ( ) Bau ( ) Warna ( )
Alopesia ( ) Hirsutisme ( ) Alopesia
7) Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : ( ) Warna ( ) Bentuk ( ) Kebersihan
( ) Keadaan kuku
Keluhan
tambahan : ...............................................................................
c. Pemeriksaan Kepala, Wajah dan Leher
1) Inspeksi bentuk kepala : ( ) dolicephalus/ lonjong ( )
Brakhiocephalus ( ) kesimetrisan ( ) Hidrochepalus ( )
Luka ( ) Trepanasi
2) Palpasi kepala : ( ) Nyeri tekan
3) Pemeriksaan Mata
a) Posisi mata : ( ) Simetris ( ) Asimetris
b) Bentuk dan penyebaran bulu mata : ( ) Normal ( ) Tidak
normal
c) Kelopak mata : ( ) Normal ( ) Ptosis
d) Kedudukan kelopak : ( ) Eksoptalmus ( ) Endoftalmus
e) Konjungtiva : ( ) Merah muda ( ) Anemis ( ) Sangat
merah
f) Kornea : ( ) Warna....... ( ) Keruh/berkabut ( ) Terdapat
perdarahan
g) Sklera : ( ) Ikterik ( ) kemerahan ( ) Produksi air mata
berlebih
h) Pupil : ( ) Isokor ......... ( ) Anisokor ............ ( ) Refleks
cahaya....... ( ) Midriasis ( ) Miosis
i) Otot-otot mata : ( ) Nigtasmus ( ) Strabismus
j) Fungsi penglihatan : ( ) Baik ( ) Kabur ( ) Diplopia
k) Tanda-tanda peradangan :
l) Pemakaian kaca mata :
m) Pemakaian lensa kontak :
n) Lapang pandang :
d. Pemeriksaan Telinga
1) Daun telinga : ( ) Normal ( ) Tidak normal
2) Karakteristik serumen (Warna, konsistensi, bau) :
3) Kondisi telinga tengah : ( ) Normal ( ) Kemerahan ( )
Bengkak ( ) Terdapat lesi
4) Cairan dari telinga : ( ) Ada ( ) Tidak ada
5) Perasaan penuh di telinga : ( ) Ya ( ) Tidak
6) Tinitus : ( ) Ya ( ) Tidak
7) Fungsi pendengaran : ( ) Normal ( ) Tuli, kanan/kiri
8) Penggunaan alat bantu dengar : ( ) Ya ( ) Tidak
9) Uji kemampuan kepekaan telinga :
Tes bisik ........................................
Dengan arloji ..................................
Uji weber : seimbang / lateralisasi kanan / lateralisasi kiri
Uji rinne : hantaran tulang lebih keras / lemah / sama
dibanding dengan hantaran udara
Uji swabach : memanjang / memendek / sama
e. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi : ( ) Posisi septum nasi ( ) Amati meatus :
perdarahan ( + / - ), Kotoran ( + / - ), Pembengkakan ( + / -),
pembesaran / polip ( + / - )
f. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
Amati bibir : Kelainan konginetal ( ) Labioseisis ( ) Palatoseisis (
) Labiopalatoseisis ( ) Warna bibir ( ) Lesi ( ) Bibir pecah ( )
Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( +/-), Kotoran ( + / - ), Gigi
palsu ( + / - ), Gingivitis ( + / - ), Warna lidah : ………...
Perdarahan ( + / - ) dan abses ( + / - ).
Amati orofaring atau rongga mulut : ( ) Bau mulut ( ) Uvula
simetris / tidak ( ) Benda asing ada / tidak, adakah pembesaran
tonsil, T 0 / T 1 / T 2 / T 3 / T 4
Ada tidaknya perubahan suara klien : ( Berubah atau tidak )
g. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien : tegang / rileks
Warna dan kondisi wajah klien : …………………...............
Struktur wajah klien : …………………...........................
Kelumpuhan otot-otot fasialis ( + / - )................................
h. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan: Bentuk leher
(simetris atau asimetris), peradangan ( + / - ), jaringan parut ( + /
- ), perubahan warna ( + / - ), massa ( + / - )
Kelenjar tiroid, pembesaran ( + / - ), Vena jugularis, pembesaran
(+/-)
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe ( + / - ), kelenjar tiroid ( + / - ),
posisi trakea (simetris/tidak simetris)
Keluhan
tambahan : ............................................................................
i. Pemeriksaan Payudara Dan Ketiak
Inspeksi; Bentuk payudara (simetris / asimetris), Adanya
pembengkakan (+ /- ), Kulit payudara : warna ..................., lesi
( + / - ), Areola : perubahan warna (+ / - ), Putting : cairan yang
keluar ( + / - ), ulkus ( + / - ), pembengkakan ( + / - )
Palpasi; Nyeri tekan ( + / - ), payudara teraba (keras/kenyal/lunak),
benjolan massa ( + / - )
Keluhan tambahan : .......................................................................
j. Pemeriksaan Torak Dan Paru
1) Jalan nafas : ( ) Bersih ( ) Ada sumbatan
2) Pernafasan : ( ) Inspirasi ( ) Ekspirasi
3) Menggunakan otot bantu pernafasan : ( ) Ya ( ) Tidak
4) Frekuensi : ...............x/menit, apakah tampak ( ) Retraksi
intercosta ( ) Retraksi suprasternal ( ) Pernafasan cuping
hidung
5) Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
6) Jenis pernapasan : ( ) Eupnea ( ) Takipneu ( ) Bradipnea ( )
Apnea ( ) Chene Stokes ( ) Biot’s ( ) Kusmaul
7) Kedalaman nafas : ( ) Dalam ( ) Dangkal
8) Batuk : ( ) Ya ( ) Tidak
9) Sputum : ( ) Ya ( ) Tidak, Konsistensi sputum : ( ) Kental (
) Encer, Warna sputum : ( ) Putih ( ) Kuning ( ) Hijau ( )
Merah
10) Inpeksi dada : ( ) Normal chest ( ) Pigeon chest ( ) Funnel
chest ( ) Barrel chest ( ) Kyposis ( ) Scoliosis ( ) Lordosis
11) Palpasi dada : ( ) Taktil fremitus ( ) Vocal fremitus
12) Perkusi dada : ( ) Sonor ( ) Hipersonor
13) Suara nafas : ( ) Vesikuler ( ) Bronchial ( )
Bronkovesikuler ( ) Trakeal
14) Suara nafas tambahan : ( ) Rales ( ) Ronchi ( ) Wheezing (
) Pleural tricion rub
15) Suara ucapan : ( ) Bronkophoni ( ) Egophoni ( )
Pectoriloqy
16) Penggunaan alat bantu napas : ( ) Ya ( ) Tidak
17) Keluhan
tambahan : ...............................................................................
k. Pemeriksaan Jantung
1) Nadi ................x/menit, irama ( ) Regular ( ) Iregular,
Tekanan ( ) Kuat ( ) Lemah
2) Tekanan darah : ...............................mmHg
3) Distensi vena jugularis : ( ) Kanan ( ) Kiri
4) Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Sianosis ( ) Kemerahan
5) Inspeksi : ( ) Ictus cordis...........
6) Auskultasi : ( ) Bunyi Jantung I
( ) Bunyi Jantung II
( ) Bunyi Jantung III
7) Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop
8) Nyeri dada : ( ) Ya ( ) Tidak
9) Oedema : ( ) Tungkai atas ( ) Tungkai bawah ( ) Periorbital
( ) Muka ( ) Skrotalis ( ) Anasarka
10) Perkusi, Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ………………….. ( N = ICS II )
Batas bawah : …......................( N = ICS V)
Batas Kiri : …………………......( N =
ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : ………………...( N = ICS IV Mid
Sternalis Dextra)
11) Keluhan tambahan:...................................................................
l. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi
Bentuk abdomen : ( cembung / cekung / datar )
Massa/Benjolan ( + / - ), Kesimetrisan ( + / - ),
Bayangan pembuluh darah vena (+ /-)
2) Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus ........... x/menit ( N = 5 – 35 x/menit,
Borborygmi ( + / - )
3) Palpasi
Nyeri tekan ( + / - ), pembesaran ( + / - ), perabaan (keras /
lunak), permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi hepar
(tumpul / tajam) N = hepar tidak teraba.
Palpasi Lien :.......................................................
Palpasi Appendik :...................................................
Palpasi dan perkusi untuk mengetahui ada Acites atau tidak :
Shiffing Dullnes ( + / - ) Undulasi ( + / - )
Palpasi Ginjal :.....................................................
4) Keluhan tambahan: ..................................................

m. Pemeriksaan Genetalia
1) Genetalia Pria
Inspeksi : Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi ( + / - ),
benjolan ( + / - ) Lubang uretra : penyumbatan ( + / - ),
Hipospadia ( + / - ), Epispadia ( + / - )
Palpasi; Penis : nyeri tekan ( + / - ), benjolan ( + / - ),
cairan ....................... Scrotum dan testis : benjolan ( + / - ),
nyeri tekan ( + / - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum : Hidrochele
( + / - ), Scrotal Hernia ( +/- ), Spermatochele ( + / - )
Epididimal Mass/Nodularyti ( + / - ) Epididimitis ( + / - ),
Torsi pada saluran sperma ( + / -), Tumor testiscular ( +/- )
2) Pada Wanita
Inspeksi; Kebersihan rambut pubis (bersih / kotor), lesi ( + /
- ), eritema ( + / - ), keputihan ( + / - ), peradangan ( + /
- ).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( + / - )
n. Pemeriksaan Anus
Atresia ani ( + / - ), tumor ( + / - ), haemorroid ( + / - ), perdarahan
( + / - ), Perineum : jahitan ( + / - ), benjolan ( + / - ), Nyeri tekan
pada daerah anus ( + / - )

1. Pemeriksaan Ekstremitas
1) Inspeksi; Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris),
deformitas (+ / -), Fraktur (+ /-) lokasi fraktur
………………….., jenis fraktur …………………
kebersihan luka…………………….., terpasang Gibs ( + / - ),
Traksi ( + / - )
2) Palpasi
Lakukan uji kekuatan otat:
3.2.6 Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang Medis
a. Laboratorium :
1) Darah : ......................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
......
2) Feses :
...................................................................................................
...................................................................................................
............................................................................
3) Urin :
...................................................................................................
...................................................................................................
............................................................................
4) Sputum :
...................................................................................................
...................................................................................................
............................................................................
5) Lain-
lain: ...........................................................................................
...................................................................................................
....................................................................................
b. Radiologi :
1) EKG : ......................................................................
....................................
2) EEG : ......................................................................
....................................
3) USG : ......................................................................
....................................
4) Pemeriksaan lainnya
: ..............................................................................................

c. Program terapi :
1) Obat-obatan
................................................. ...........................................
......
.................................................
.................................................
.................................................
.................................................
.................................................
.................................................
2) Fisioterapi : .........................................................
..................

3.3 Analisa Data


Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS : - Gangguan neurologis Pola napas tidak
DO : efektif
a. Klien tampak sesak (D.0005)
b. RR 30x/menit
DS: Infiltrasi tumor Nyeri Kronis
Pasien mengeluh sakit (D.0078)
kepala
DO :
a. Skala nyeri 8
b. N 100x/menit
c. TD 140/100 mmHg
d. S 37,8 oC
DS : Ketidakmampuan mencerna Defisit Nutrisi
Klien mengatakan tidak makanan ( D.0019)
nafsu makan
DO :
a. Membrane mukosa
pucat
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis
(D.0005)
2. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (D.0078)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
(D.0019)

3.5 Intervensi Keperawatan

Mayapada Nursing Academy | 40


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Mayapada Nursing Academy | 41


DAFTAR PUSTAKA

Mayapada Nursing Academy | 42

Anda mungkin juga menyukai