Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Dengan Kasus Tumor Otak

DISUSUN OLEH :

Enjelina Marlina 241911001

Khoiriyah Dwi Agustin 241911004

Siska Rahayu 241911006

Yulia Puspitasari 241911010

AKADEMI KEPERAWATAN ANTARIKSA

TAHUN AJARAN 2020/2021

Mayapada Nursing Academy | 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Tumor Otak” dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan
juga kami berterima kasih kepada ibu selaku Dosen mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna serta dapat menambah wawasan
dan pengetahuan kita mengenai “Keperawatan Medikal Bedah II”. Semoga makalah
yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya, Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Jakarta, 06 Oktober 2021

Penulis

Mayapada Nursing Academy | 2


DAFTAR ISI

Cover 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang 5

1.2 Rumusan Masalah 6

1.3 Tujuan 6

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi 7
2.2 Etiologi 8
2.3 Anatomi Tulang 9
2.4 Pathway 11
2.5 Patofisiologi 11
2.6 Manifestasi Klinik 12
2.7 Komplikasi 14
2.8 Pemeriksaan Penunjang 15

Bab III PEMBAHASAN

3.1 Analisa Kasus 16

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

Mayapada Nursing Academy | 3


Daftar Pustaka

Mayapada Nursing Academy | 4


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otak adalah bagian penting dari tubuh manusia karena otak merupakan
syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan
pemikiran manusia,oleh sebab itu sangat perlu memelihara kesehatan otak,
karena cedera kepala sedikit saja dapat mengakibatkan malapetaka besar bagi
seseorang. Seperti halnya penyakit tumor otak, tumor merupakan
pertumbuhan yang tidak normal dalam tubuh. Dari segi klinis tumor otak
dibedakan menjadi 2 yaitu primary brain tumor dan metastatic brain tumor
dapat pula disebut tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna) (Thieara
Ramadanika, 2011).
Tumor intracranial termasuk juga lesi desak ruang,(lesi organ yang
karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada
disekitarnya,sehingga organ tersebut dapat mengalami gangguan)jinak
maupun ganas,yang tumbuh diotak meningen dan tengkorak(Ariyani,2012).
Data WHO menyebutkan di tahun 2017 terdapat 18,1 juta kasus baru
dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki-laki
dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian SOL. Berdasarkan data
Riskesdas, prevalensi SOL di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan
dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk
pada tahun 2017. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI
Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per 1000
penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2018).
Menurut data WHO, pada tahun 2012 ada sekitar 4900 kasus tumor
otak yang terjadi di Indonesia. Jika dilihat dari jenis kelaminnya, maka
pengidap tumor otak berjenis kelamin pria sedikit lebih banyak dibanding

Mayapada Nursing Academy | 5


wanita. Penyakit genetik seperti neurofibromatosis (penyakit genetik yang
menyebabkan tumor tumbuh di saraf) bisa meningkatkan risiko munculnya
tumor otak. Namun, penyebab utama dari kebanyakan tumor otak belum
diketahui. Tumor otak tidak mengenal usia dan bisa menjangkiti siapa saja,
termasuk anak-anak. (WHO 2012).

1.2 Tujuan
2.1 Untuk Mengetahui Definisi Dari Tumor Otak
2.2 Untuk Mengetahui Etiologi Dari Tumor Otak
2.3 Untuk Mengetahui Anatomi Tumor Otak
2.4 Untuk Mengetahui Pathway Dari Tumor Otak
2.5 Untuk Mengetahui Patofisiologi Tumor Otak
2.6 Untuk Mengetahui Manifestasi Tumor Otak
2.7 Untuk Mengetahui Komplikasi Tumor Otak
2.8 Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak
2.9 Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Dari Tumor Otak

Mayapada Nursing Academy | 6


BAB II

TINJAUAN TEORI

.9 Definisi

Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam
sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia. (Liau,
2012).
Istilah tumor kurang lebih merupakan sinonim dari istilah neoplasma.
Semua istilah tumor diartikan secara sederhana sebagai pembengkakan atau
gumpalan, dan kadang-kadang istilah “ tumor sejati” dipakai untuk
membedakan neoplasma dengan gumpalan lainnya. Neoplasma dapat
dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya ada yang jinak dan ada pula yang ganas
(Price et al., 2012).
Berdasarkan pertumbuhannya tumor dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
malignant tumor (tumor ganas) dan benign tumor (tumor jinak). Perbedaan
keduanya tampak sangat jelas, malignant tumor disebut juga dengan kanker.
Kanker dapat menyerang bahkan merusak jaringan dan bermetastase (gerakan
atau penyebaran sel kanker dari organ ke organ lainnya). Sedangkan benign
tumor tidak menyerang jaringan dan tidak bermetastase, namun dapat tumbuh
besar. Kanker sudah pasti tumor namun tumor belum pasti kanker (Saleh ,
2016).

Mayapada Nursing Academy | 7


Tumor adalah benjolan jinak, secara mikroskopis dan makroskopik
benjolan tidak menyerang jaringan di sekitarnya. Pertumbuhan tumor jinak
dapat dihentikan memalui prosedur operasi lokal sehinggga pasien dapat
bertahan hidup. Tumor jaringan lunak adalah tumor yang di klasifikasikan
berdasarkan jaringan berasal dari lemak, neurovaskular, dan masih banyak
lagi. Beberapa tumor jaringan lunak memiliki derivasi yang tidak diketahui
(Kumar, 2015)

.9 Etiologi
Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor otak
primer. Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali dapat
diidentifikasi, mekanisme yang menyebabkan sel bertindak abnormal tetap belum
diketahui. Kecenderungan keluarga, imunosupresi, dan faktor-faktor lingkungan
sedang diteliti. Waktu puncak untuk kejadian tumor otak adalah decade kelima
dan ketujuh. Selain itu, pria terkena lebih sering dari pada wanita.

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti.
Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai
pada anggota-anggota sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma
mempunyai sejarah keluarga yang menderita brain tumor. Sklerosis tuberose
atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-
jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan
adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Mayapada Nursing Academy | 8


Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam
tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal
dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma
intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma
terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
f. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga
mendesak massa otak akhirnya terjadi tumor otak.
.9 Anatomi Tumor otak

.9 Pathway

Mayapada Nursing Academy | 9


Etiologi Pertumbuhan sel otak
abnormal

Obstruksi sirkulasi cairan Tumor otak


serebrospinal dari ventrikel Penekanan jaringan otak
lateral ke sub arachnoid terhadap sirkulasi darah dari Massa dalam otak
O2 bertambah
Hidrocepalus
Mengganggu spesifik
Kerusakan aliran darah Penurunan suplai o2
bagian otak tempat tumor
keotak kejaringan otak akibat
obstruksi sirkulasi otak
Perpindahan cairan
intravaskuler Hipoksia serebral
kejaringan serebral

Peningkatan Resiko ketidakefektifan


Tumor dicerebelum,
volumen intrakranial perfusi jaringan otak
hipotalamus, fossaposterior

Peningkatan TIK Kompensasi (butuh waktu berhari- Tubuh melakukan


hari sampai berbulan-bulan kompensasi dengan
deng\an cara : mempercepat pernafasan
- Penuruna volume intrakranial.
- Penurunan volume cairan Ketidakefktifan pola nafas
Kematian
cerebrospinal.
- Penurunan kandungan cairan
Herniasi cerebral
intrasel. Nyeri (kepala)
- Mengurangi sel-sel parekim
Bergesernya ginus
Kompresi subkorutikal &
radialis labis temporal ke
Tidak terkompensasi batang otak
inferiorn melalui insisura
tentorial
→→ Kehilangan auto regulasi
Subkortikal tertekan
serebral
Statis vena serebral

→ Suhu tubuh meningkat Iritasi vegal dimedula


Obstruksi system serebral, obstruksi
drainage vena retina, tumor pada oblongata
Ketidakefektifan
lobus oksipitalis
termoregulasi Muntah

Ketidakseimbangan nutrisi
Kompresi saraf kurang dari kebutuhan
Mayapada Nursing Academy | 10
optikus (N.III/IV) Gangguan penglihatan

Resiko jatuh
Papil edema

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Kompresi saraf gangguan
optikus (N.III/IV) penglihatan

.9 Patofisiologi
thofisiologi Tumor intrakranial menyebabakan gangguan neurologis
progresif. Gangguan neurologis pada tumor intrakranial biasanya dianggap
disebabkan oleh dua faktor, yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan
kenaikan tekanan intracranial.
1) Gangguan fokal Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan
otak, dan infiltrasi atau infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan
jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor
yang tumbuh paling cepat (misalnya: gliomablastoma multiforme) Perubahan
suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer. Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa
tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya
sehingga memperberat gangguan neurologis fokal, seperti bicara
terganggu,berdesis, dan afasia.
2) Peningkatan tekanan intracranial. Dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor: bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar
tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor

Mayapada Nursing Academy | 11


menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambil tempat
dalam ruang yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya belum
seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan
perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar
darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan
meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal
dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jika perkembanganya
cepat. Mekanisme kompensasi bekerja menurunkan volume darah
intracranial,volume cairan serebrospinal,kandungan cairan intra sel dan
mengurangi selsel parenkim.
Peningkatan tekanan intracranial yang tidak diobati mengakibatkan
herniasi unkus atau serebellum. Herniasi ulkus timbul bila girus medialis
lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa
dalam hemisfer otak. Herniasinmenekan menensefalon, menyebabkan
hilangnya kesadaran dan saraf kranial III. Pada herniasi serebellum,tonsil
serebellum tergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa
posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti pernafassan terjadi dengan
cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat penngkatan intracranial
yang cepat adalah brakikardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan
nadi), dan gangguan pernafasan. Muttaqin (2008) dan Ariani (2012)

.9 Manifestasi Klinis
1) Sakit kepala (nyeri)
Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-menerus, tumpul, dan
kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat saat pagi hari dan

Mayapada Nursing Academy | 12


menjadi lebih hebat saat beraktivitas yang biasanya meningkatkan TIK,
seperti membungkuk, batuk, atau mengejan sewaktu buang air besar.
Nyeri kepala akibat tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran
struktur peka nyeri (arteri, vena, sinus-sinus vena, dan saraf otak) dalam
rongga intrakranial. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama
dalam tumor fosa posterior. Bila keluhan nyeri kapala terjadi menyeluruh
maka kurang dapat ditentukan lokasinya dan biasanya menunjukkan
pergeseran aktensif kandungan intracranial akibat peningkatan ICP.
2) Mual Muntah
Gejala ini terjadi akibat rangsangan pusat muntah di medulla oblongata.
Muntah paling sering terjadi pada anak dan berhubungan dengan
peningkatan ICP disertai pergeseran batang otak. Muntak dapat terjadi
tanpa didahului mual dan dapat bersifat proyektil.
3) Papiledema
Papilla edema adalah penumpukan cairan yang berlebih pada pupil.
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan dan
perbesaran diskus optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi,
tanda ini mengisyaratkan peningkatan ICP. Dapat terjadi gangguan
penglihatan yang berkaitan dengan papilledema. Gangguan ini adalah
perbesaran bintik dan amaurosis fugaks (ketika pengihatan berkurang).
4) Lokalisasi gejala
Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang tidak
diketahui, lokasi tumor dapat ditentukan, pada bagiannya, dengan
mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.
1) Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung,
tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau
tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
2) Kortek presentalis posterior

Mayapada Nursing Academy | 13


Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
3) Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
4) Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
5) Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot
wajah
6) Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan
7) Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia,
hiperekstremitas esndi

Gejala tumor otak bervariasi dari satu penderita ke penderita lain


tergantung pada ukuran dan bagian otak yang terjangkit. Tumor bisa
membuat area otak yang terjangkiti tidak berfungsi dengan baik dan menekan
jaringan otak sehingga menyebabkan sakit kepala serta kejang-kejang.
Berikut ini tanda dan gejala umum tumor otak berupa (Schiff, 2011.,
Youmans,2012) :

1) Muncul sakit kepala atau perubahan pola sakit kepala

2) Sakit kepala secara bertahap menjadi makin sering dan makin parah
3) Mual atau muntah tanpa sebab

4) Masalah penglihatan, seperti penglihatan kabur, dan lainlain

5) Secara bertahap hilang sensasi atau gerakan tangan atau kaki

Mayapada Nursing Academy | 14


6) Sulit menjaga keseimbangan

7) Sulit berbicara

8) Kebingungan terhadap persoalan sehari-hari

9) Perubahan kepribadian atau kebiasaan

10) Kejang khususnya pada seseorang yang tidak pernah mengalami


kejang

11) Masalah pendengaran

.9 Komplikasi
Komplikasi tumor otak menurut Ariani (2012) :
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying).
Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel
(sitotoksik).
b. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam
rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi
pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan
singuli.
d. Epilepsi
Metastase ketempat lain

Mayapada Nursing Academy | 15


.8. Penatalaksanaan Medis
Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian, salah satu
peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) atau dari kerusakan otak. Pasien
dengan tumor otak harus diobati segera bila memungkinkan sebelum kerusakan
neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan memusnakan
semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatnya neurologik
(kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian. Salah
satu variasai dapat digunakan pendekatan spesifik bergantung tipe tumor
bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuannya untuk dicapai dengan
mudah.
1) Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan
pembedahan merupakan tindakan yang kuratif. Untuk tumor primer
maligna atau tumor sekunder biasanya sangat sulit disembuhkan.
Pembedahan tumor primer seringkali diindikasikan untuk mencapai
diagnosis histologis, dan jika mungkin untuk meringankan gejala dengan
mengurangi massa tumor. Pemeriksaan histologis dari biopsi tumor dapat
mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu glioma dan bukan
neoplasma lainnya, misalnya limfoma, atau bahkan kondisi non
neoplasia, misalnya abses. Kadang-kadang pembedahan tidak disarankan,
misalnya pada pasien dengan kecurigan gioma derajat rendah dengan
gejala epilepsy. Pembedahan juga tidak tepat dilakukan pada metastasis
otak multiple, dimana diagnosannya jelas, walaupun beberapa metastasis
soliter dapat ditangani dengan reseksi.
2) Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada sebagian
tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak.
Radioterapi juga dapat digunakan dalam tatalaksana beberapa tumor
jinak, misalnya tumor hipofisis.

Mayapada Nursing Academy | 16


3) Radiografi tengkorak
Memberikan informasi : struktur tulang, penebalan, dan kalsifikasi; posisi
kelenjar pinealis; posisi sela tursika.
4) EEG (echoensefalogram)
Memberikan informasi perubahan kepekaan neuron, pergeseran
kandungan intraserebral.

5) Scan otak radioaktif


Memperlihatkan daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
6) Terapi medikamentosa
Antikonvulsan untuk epilepsi, kortikosteroid (dekstametason), untuk
peningkatan TIK. Steroid juga dapat memperbaiki deficit neurologis fokal
sementara dengan mengobati oedema otak. Kortikosteroid boleh
digunakan sebelum pengobatan sesuai dengan diperbolehkannya
penggunaan obat ini yang didasari melalui evaluasi dignostik dan
kemudian menurunkan oedema serebral dan meningkatkan kelancaran
serta pemulihan lebih cepat.
7) Kemoterapi
Diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagian acuan pembedahan
dan radioterapi, dengan penganasan unit spesialitik neuro onkologi.
Terapi radiasi, merupakan dasar pada beberapa tumor otak, juga
menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap.

Mayapada Nursing Academy | 17


.9 Pemeriksaan Penunjang
1) CT scan dan MRI : memperlihatkan semua tumor intrakranial dan
menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan
gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau
fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala
tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses
lainnya.
2) Foto polos dada : dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya
berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul
tunggal ataupun multiple pada otak.
3) Pemeriksaan cairan serebrospinal : dilakukan untuk melihat adanya
sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak
rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar.
Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan
patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor
dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
4) Biopsi stereotaktik : dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan
tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan
informasi prognosis.
5) Angiografi Serebral : memberikan gambaran pembuluh darah serebral
dan letak tumor serebral.
6) Elektroensefalogram (EEG) : mendeteksi gelombang otak abnormal
pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk
mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang

Mayapada Nursing Academy | 18


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisa Kasus

Data yang perlu dikaji :


1. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan
sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
tumor kepala.
5. Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test
dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
6. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik
umum per sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda
vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan
B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (breath)

Mayapada Nursing Academy | 19


1) Inspeksi : bentuk dada simetris, pola napas biasanya tidak teratur,
dispnea, batuk, terlihat adanya retraksi otot bantu napas.
2) Auskultasi : suara napas vesikuler atau ada suara napas abnormal
misalnya rongkhi, stridor, dll.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
1) Auskultasi : irama jantung pada umumnya irregular, bunyi jantung
normal, tekanan darah Meningkat
2) Palpasi : akral hangat, nadi bradikardi
3) Kaji adanya nyeri dada
c. Persyarafan B3 (brain)
1) Penglihatan (mata), penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
2) Pendengaran (telinga), terganggu bila mengenai lobus temporal
3) Penciuman (hidung), mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus
frontal
4) Pengecapan (lidah), ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
5) Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
6) Ekstremitas : kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
7) GCS : skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
d. Perkemihan B4 (bladder)
1) Inpeksi : bentuk alat kelamin normal/tidak, uretra normal/tidak,
produksi urin normal/tidak.
2) Kaji adanya kelainan seperti oliguri, hematuria, poliuria, nokturia, dll.

Mayapada Nursing Academy | 20


e. Pencernaan B5 (bowel)
1) Nafsu makan menurun/tidak
2) Kaji adanya mual dan muntah
3) Keadaan mulut bersih atau tidak
4) Mukosa bibir lembap/tidak
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
1) Keadaan umum klien biasanya mengalami kelelahan, kaji kemampuan
pergerakan sendi bebas atau tidak, kaji kekuatan otot klien.

Mayapada Nursing Academy | 21


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2Saran

DAFTAR PUSTAKA

Mayapada Nursing Academy | 22

Anda mungkin juga menyukai